PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Kesehatan menjadi salah satu elemen penting
bagi masyarakat, karena dengan keadaan sehat masyarakat dapat melakukan
segala aktivitas. Namun, kesehatan semakin tidak dipedulikan dengan tidak
memperhatikan pola makan, sistem tubuh, dan aktivitas tubuh yang
berlebihan (UU No. 36 Tahun 2009).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(PerMenKes RI No. 72 Tahun 2016). Pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (PerMenKes RI No. 72 Tahun 2016).
Pelayanan farmasi rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu pelayanan
manajerial dan farmasi klinis, keduanya harus berjalan seimbang agar
menciptakan pelayanan yang dapat memuaskan pasien.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang adalah salah satu Rumah Sakit Tipe B yang ada di Kota Kupang.
Pelayanan rawat inap di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang memiliki
fasilitas kelas utama/paviliun, kelas I, kelas II, kelas III, kamar bersalin,
kamar perawatan intensif (ICCU, ICU, dan NICU), IGD, ruang operasi,
ruang isolasi, dan ruang untuk bayi yang baru lahir. Untuk mengelola
jumlah pasien yang banyak maka dibutuhkan pelayanan yang maksimal,
salah satunya adalah pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang sudah memenuhi standar yang
1
2
telah ditentukan dan merupakan salah satu rumah sakit dengan pelayanan
farmasi yang terlengkap di Kota Kupang. Oleh karena itu, RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang menjadi salah satu rumah sakit yang dipilih untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) oleh mahasiswa Program
Studi Sarjana Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Gelombang I
Program Studi Sarjana Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang telah
dilaksanakan mulai dari tanggal 06 Maret 2019 sampai dengan 02 April
2019. Oleh karena itu, dibuatlah laporan ini untuk mendeskripsikan tentang
kegiatan PKL yang telah dilaksanakan.
A. RUMAH SAKIT
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan (Charles, 2015:7). Menurut
PerMenKes RI No. 72 Tahun 2016, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
Di Indonesia, rumah sakit merupakan tempat rujukan pelayanan
kesehatan untuk pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Hal ini
menunjukkan bahwa di rumah sakit pelayanan kesehatan dilakukan untuk
pasien rawat jalan dan rawat inap yang bersifat spesialistik atau
subspesialistik, sedangkan pelayanan kesehatan di puskesmas hanya
bersifat nonspesialistik atau pelayanan dasar.
3
4
2) Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan farmasi klinik.
2) Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
a) 1 orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah
sakit.
b) 4 orang apoteker yang bertugas di rawat jalan yang
dibantu oleh paling sedikit 8 orang tenaga teknis
kefarmasian.
c) 4 orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 8 orang tenaga teknis kefarmasian.
d) 1 orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu
oleh minimal 2 orang tenaga teknis kefarmasian.
e) 1 orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling
sedikit 2 orang tenaga teknis kefarmasian.
f) 1 orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan
distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu
oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
rumah sakit.
g) 1 orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat
inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
9
3) Tenaga Keperawatan
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah
tempat tidur pada instalasi rawat inap. Kualifikasi dan
kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan rumah sakit.
2) Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian
14
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang telah ditetapkan
3. Pola penyakit
4. Efektifitas dan keamanan
5. Pengobatan berbasis bukti
6. Mutu
7. Harga
8. Ketersediaan di pasaran.
b. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
17
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1) Anggaran yang tersedia
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
4) Data pemakaian periode yang lalu
5) Waktu tunggu pemesanan
6) Rencana pengembangan
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang
dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain
di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain:
1) Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa.
18
3) Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sumbangan/ dropping/
hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah
harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus sesuai
dengan kebutuhan pasien di rumah sakit. Instalasi Farmasi dapat
memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit untuk
mengembalikan/ menolak sumbangan/ dropping/hibah sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak
bermanfaat bagi kepentingan pasien rumah sakit.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
20
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas
dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
3) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan
pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
5) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan. Dalam kondisi sementara dimana
tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka
22
4) Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi 1 + 2 atau 2 + 3 atau 1 + 3.
h. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai. Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di rumah sakit.
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai adalah untuk:
1) Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.
3) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Kegiatan:
1) Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya.
2) Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien.
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error)
seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan
pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan,
serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan
primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
1) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien.
2) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter.
3) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang
dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah
bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan di antara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang
hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini
dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan
resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak
tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien
atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan.
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di
semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling
yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD),
dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan
keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
Kriteria pasien:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain).
3) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin).
5) Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).
6) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
31
f. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan
informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah
sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah
sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care).
Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi
pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain.
Tahapan PTO:
1) Pengumpulan data pasien.
2) Identifikasi masalah terkait obat.
3) Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
32
4) Pemantauan.
5) Tindak lanjut.
2. Persyaratan SDM
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
pelayanan kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker.
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan
administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ketentuan terkait jabatan fungsional di Instalasi
Farmasi diatur menurut kebutuhan organisasi dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Instalasi Farmasi harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan
Apoteker penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Kepala Instalasi Farmasi diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di
Instalasi Farmasi minimal 3 (tiga) tahun.
l. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan.
m. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/unit khusus
dengan memperhatikan stok/kebutuhan.
n. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat
sterilisasi rutin setiap bulan sekali.
b. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/bahan
steril terbesar di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan,
dll di rumah sakit. Penetapan/pemilihan lokasi yang tepat akan
memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan
pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi ytang tepat akan
meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu lintas/
transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan loundry
atau pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan steril akan lebih
mudah dalam penyiapannya.
c) Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan
ruang, alat dan bahan yang ada di CSSD harus menggunakan
pembersih yang sesuai. Debu, serangga dan vermin adalah
pembawa mikroorganisme penyebab/penyebar infeksi. Harus ada
peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah,
pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini diberlakukan
pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan
yang berbahaya atau tidak. Praktek kebersihan yang dilakukan di
antaranya adalah:
Setidaknya sekali sehari dipel
Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat
cuci dan peralatan
Membuang sampah setiap hari, dan mengganti bahan-bahan
yang kotor
44
poliklinik, IGD dan ruang lain yang membutuhkan. Pada daerah ini
terdapat rak penyimpanan barang dan linen untuk persiapan sterilisasi.
F. PENANGANAN LIMBAH
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.56/MENLHK-SETJEN/2015, limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan/atau kegiatan. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
46
Radioaktif
Infeksius
47
Sitotoksik
6. Personalia
Setiap personel yang langsung berhubungan dengan unit operasi
pengolahan limbah B3 secara termal harus mengikuti pelatihan pengelolaan
limbah B3. Setiap penghasil limbah B3 harus menjamin perlindungan
personel yang langsung berhubungan dengan kegiatan pengelolaan limbah
B3. Penjaminan perlindungan personel meliputi penyediaan alat pelindung
diri, fasilitas higiene perorangan, imunisasi, prosedur operasional standar
pengolahan limbah B3, pemeriksaan medis khusus secara rutin, dan
pemberian makanan tambahan.
52
53
Kode RS 5371011
Johannes
Jenis RSU
Kelas RS B
Telepon 0380833614
Fax 0380832892
Email rsudjohannes@gmail.com
Website www.rsudjohannes.nntprov.go.id
penelitian
Depo Fructus Distribusi Farmasi
dan
pengembang
Depo Rhizoma
an
Depo Flos
Depo Caulis
Farmasi Klinik
2. Kualifikasi Personel
Tabel 3.4. Kualifikasi Personel di Instalasi Farmasi
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
N
Jabatan Kualifikasi Personel
o
1 Kepala Instalasi S1 Apoteker, memiliki STRA , SIPA,
Farmasi pengalaman kerja di Instalasi
Farmasi minimal 3 tahun
2 Koordinator S1 Apoteker, memiliki STRA , SIPA
3 Penanggungjawab S1 Apoteker, memiliki STRA , SIPA
Depo
4 Pelaksana Teknis Apoteker telah memiliki STRA dan
Kefarmasian SIPA, S1 Farmasi & D3 Farmasi
yang telah memiliki STRTTK &
SIK-TTK
5 Tenaga Administrasi Sarjana,SMA
3. Jumlah Personel
Tabel 3.5. Jumlah Personel di Instalasi Farmasi
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
N Jumla
Tenaga Keterangan
o h
Apoteker 20 1 orang tugas belajar
1
orang
2 S1 Farmasi 4 orang 1 orang tugas belajar
D3 Farmasi 27 1 orang sakit, 4 orang tugas
3
orang belajar
Sekolah Menengah 2 orang 1 orang sakit, 1 orang izin
4
Farmasi belajar
5 Tenaga Adminsitrasi 8 orang
57
Monitoring Efek
Samping Obat
(MESO)
Depo Flos
BAB IV
KEGIATAN MAGANG
A. ASPEK MANAJERIAL
1. Administrasi
a. Pencatatan
- Mendengarkan penjelasan terkait pencatatan di Instalasi Farmasi
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
b. Pelaporan
- Mendengarkan penjelasan terkait pelaporan di Instalasi Farmasi
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
c. Pengelolaan Resep
- Memisahan resep berdasarkan Depo (tempat asal resep).
- Mendengarkan penjelasan terkait pengolahan resep di Instalasi
Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
59
- Mengikuti sosialisasi dari Panitia Pengadaan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengadaan dan alur pengadaan di RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang.
- Membantu membuat dokumen pembayaran pengadaan obat dan reagen (dana
BLUD).
- Membantu menyusun dokumen pembayaran obat, BHP, AHP, dan reagen (dana
BLUD).
d. Penerimaan
- Mendengarkan penjelasan dari Apoteker penanggung jawab pengelolaan
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang tentang penerimaan.
e. Penyimpanan/Pergudangan
- Mendengarkan penjelasan dari Apoteker penanggung jawab pengelolaan
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang tentang penyimpanan/ pergudangan.
- Mengamati cara penyimpanan perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
- Menyusun obat, BHP, dan AHP pada rak penyimpanan perbekalan farmasi di
gudang Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
- Menyusun obat dan AHP pada tempat penyimpanan masing-masing (di User).
- Menyusun kembali obat dan AHP yang diretur dari ruangan ke depo.
- Menyusun obat dan AHP yang dibawa dari depo pada tempat penyimpanan di
ruang rawat inap.
- Mengecek obat/BHP/AHP yang diantar ke depo sebelum disimpan ke tempat
masing-masing.
f. Pendistribusian
- Mendengarkan penjelasan dari Apoteker penanggung jawab pengelolaan
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang tentang pendistribusian.
- Menyiapkan AHP dan BHP sesuai permintaan dari masing-masing ruangan
(sistem distribusi floor stock).
- Menyiapkan obat berdasarkan sistem distribusi UDD, ODD, dan individual
prescription.
- Mengantar emergency kit ruangan.
60
- Mengisi kartu stok setiap kali mengambil obat/BHP/AHP (di gudang).
- Menandai print out daftar permintaan barang setiap kali mengambil
obat/BHP/AHP (di gudang).
- Mengecek kembali obat/BHP/AHP yang telah disiapkan sebelum
didistribusikan ke ruangan/depo.
- Mengambil obat dari gudang dan dibawa ke depo (di luar jadwal permintaan:
untuk kasus kehabisan stok di depo tapi obat tersebut diperlukan).
- Mengantar obat sitostatika dari gudang ke tempat pencampuran obat.
- Mengantar obat sitostatika yang telah dicampur ke Poli Onkologi.
g. Pemusnahan dan Penarikan
- Mendengarkan penjelasan dari Apoteker penanggung jawab pengelolaan
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang tentang pemusnahan dan penarikan.
h. Pengendalian
- Mendengarkan penjelasan dari Apoteker penanggung jawab pengelolaan
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang tentang pengendalian.
- Melakukan stock opname di gudang dan di depo.
- Mendata obat-obat yang expired dan yang hampir expired, serta memberikan
label warna.
- Mendata obat-obat stagnan.
61
- Mengamati Apoteker mengentri data ke Sistem Informasi Manajemen (SIM) di
komputer.
- Membaca resep/KIO.
- Menyiapkan obat sesuai permintaan resep/KIO dengan sistem UDD, ODD, dan/atau
individual prescription.
- Mengisi kartu stok setiap kali mengambil obat narkotika dan psikotropika.
- Meracik obat sesuai permintaan resep/KIO.
- Melipat bungkusan puyer.
- Menulis etiket UDD, ODD, dan individual prescription.
- Menulis copy resep.
- Menyerahkan obat ke pasien/keluarga pasien/perawat.
3. Rekonsiliasi Obat
- Mendengarkan penjelasan dari Apoteker penanggung jawab ruangan (Farmasi
Klinik) tentang rekonsiliasi obat.
- Melakukan visite bersama Apoteker penanggung jawab ruangan untuk mengetahui
obat yang digunakan/yang rutin dikonsumsi oleh pasien sebelum masuk rumah sakit.
- Mengamati Apoteker mengisi form Rekonsiliasi Obat.
62
- Memberikan PIO dan konseling kepada pasien rawat inap, pasien rawat jalan, pasien
pulang, dan/atau kepada keluarga pasien.
- Melakukan visite bersama Apoteker penanggung jawab ruangan dan mengamati
Apoteker memberikan PIO dan konseling kepada pasien/ keluarga pasien.
- Mengamati Apoteker mengisi form Pengkajian Kebutuhan Informasi, Edukasi,
Privasi Pasien dan Keluarga yang berkaitan dengan obat-obatan.
63
C. CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)
- Memakai APD sesuai SOP.
- Menerima alat-alat medis yang kotor dari semua ruangan kecuali ruang OK dan
menulis pada buku daftar alat.
- Memasukkan alat kotor dalam rendaman cairan Aniosyme DD1.
- Membilas alat-alat yang telah di cuci pada air yang mengalir.
- Mengeringkan alat-alat yang telah dicuci dengan menggunakan handuk steril kemudian
menggunakan kain duk steril.
- Mengemas dan memberi label pada alat-alat yang akan disterilkan.
- Memasukan alat-alat yang telah dikemas ke dalam oven.
- Mengambil dan membawa alat-alat yang telah steril ke ruangan steril dan meletakannya
pada rak penyimpanan sesuai identitas ruangan.
- Melipat dan mengemas kasa yang akan disterilkan.
D. PENANGANAN LIMBAH
- Mendengarkan penjelasan dari Bagian Sanitasi tentang penanganan limbah di RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
64
BAB V
PEMBAHASAN
B. ASPEK MANAJARIAL
1. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Administrasi yang ada di
RSUD W. Z. Yohanes Kupang mempunyai tugas pengarsipan surat-surat, klaim obat-
obat BPJS dan JAMKESDA dan semua yang berhubungan dengan administrasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum ( IFRS) RSUD W. Z Yohanes Kupang.
Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu. Pelaporan di RSUD W. Z. Yohanes Kupang dilakukan
setiap satu bulan sekali. Untuk pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan
sendiri berdasarkan pelaporan penggunaan dari setiap depo. Jenis-jenis pelaporan
yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan dilakukan
untuk:
1) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
2) Dasar akreditasi Rumah Sakit;
3) Dasar audit Rumah Sakit; dan
4) Dokumentasi farmasi.
65
Pelaporan dilakukan sebagai:
1) Komunikasi antara level manajemen;
2) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
3) Laporan tahunan.
b. Pelaporan vaksin
Vaksin di dapat dari dana hibah/ sumbangan dari pemerintah yang dikelolah
oleh Dinas Kesehatan Kota. Vaksin yang termaksud dalam hiba yaitu HB0 dan
HBIg. HBO untuk semua bayi yang baru lahir. Vaksin HBIg digunakan untuk bayi
yang dilahirkan dari ibu yang positif hepatitis yang dapat diketahui dari hasil
labpratorium HBSAg.
d. Pelaporan formalin
Formalin di RSUD W. Z. Yohanes Kupang tidak di perjualkan untuk pasien
yang meninggal di luar RSUD W. Z Yohanes Kupang meskipun telah membawa
surat keterangan kematian dari kelurahan. Minimal penggunaan Formalin untuk
pasien yang telah meninggal di RSUD. W. Z Yohanes Kupang adalah 300 cc.
Keluarga pasien yang ingin menggunakan formalin untuk pemulasan jenazah di
RSUD W. Z. Yohanes Kupang akan membawa kertas yang berisi nama pasien,
alamat pasien, tanggal kematian dan jenis kelamin serta membawa buku permintaan
dari tempat pemulasan jenazah. Penggunaan formalin di RSUD. W. Z Yohanes
Kupang dapat dilaporkan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAK)
dan Dinas Kesehatan Kota Kupang.
66
e. Pelaporan Standar Pelayanan Minimal
Standar Pelayanan Mininal (SPM) harus sesuai dengan KepMenKes No. 129
tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Pelaporan SPM dibuat
untuk mengevaluasi Standar Pelayanan Minimal RSUD. W. Z Yohanes Kupang tiap
bulan yang datanya diambil dengan metode sampling biasanya di depo folium dan
depo radix. Ada beberapa indikator yang menjadi tolak ukur yang digunakan dalam
penilaian SPM di Rumah Sakit Umum Daerah W. Z Yohanes Kupang antara lain :
Waktu tunggu obat jadi dan racikan. Untuk obat jadi sekitar 30 menit dan untuk
obat racikan dibawah 60 menit. Ini dilakukan dengan cara melihat buku yang
telah ditulis waktu tunggu pasien oleh Apoteker Penanggung Jawab yang terdapat
di depo radix dan depo folium.
Tidak ada kesalahan pemberian obat. Pada saat penyiapan dan penyerahan obat
tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien. Ini dilakukan oleh Apoteker
dengan pengkajian resep ( penelusuran administrasi, kesesuaian farmasetis, dan
kesesuaian klinis) jika terdapat ketidaksesuaian dosis, atau bentuk sediaan maka
apoteker akan melakukan konsultasi dengan dokter terkait dan akan menulis ke
buku konsultasi. Diharapkan indikator tidak ada kesalahan pemberian obat tidak
ada kesalahan (100 %).
Penulisan obat sesuai formularium RSUD W.Z. Yohanes. Resep dikumpulkan
dari depo radikx dan folium. Lalu total resep tersebut dibuat dengan metode
sampling, sehingga didapat sampel yang mewakili jumlah resep. Kemudian
bagian administrasi akan menentukan mana yang termasuk obat formularium dan
obat non formularium.
Kepuasan pelanggan dapat diukur dari kuisoner yang dibagikan secara acak di
depo folium dan depo radix. Didalam kuisoner terdapat 15 pertanyaan yang
mewakili seluruh indikator SPM yang meliputi : lama waktu tunggu pasien
menerima obat, kebersihan, fasilitas di apotek dan lain-lain.
f. Laporan persediaan
g. Laporan klaim BPJS dan JAMKESDA
h. Laporan Neraca
i. Laporan stock opname
j. Laporan mutasi
67
k. Laporan pelayanan farmasi klinik
l. Laporan obat kosong
m. Laporan obat stagnan
n. Laporan obat kadaluarsa
o. Laporan slow moving
p. Pengelolaan resep
Pengelolaan resep yang dilakukan di RSUD W.Z. Yohanes Kupang yaitu
resep dari setiap depo diserahkan kepada administrasi agar administrasi melakukan
perekapan setiap bulan. Setelah semua resep didapat dari semua depo. Resep yang
diterima terdapat 2 kertas resep warna putih dan warna pink serta 2 surat berwarna
kuning yaitu Surat Jaminan Pelayanan ( SJP) dan Surat Eligibilitas Peserta (SEP).
Resep dipilah berdasarkan klaim BPJS dan JAMKESDA. Klaim BPJS mengurus
obat-obat kronis, obat kemoterapi dan obat hemodialisa. Resep berwarna putih di
hekter dengan SJP sebagai arsip rumah sakit sedangkan, resep berwarna pink
dihekter dengan SEP untuk dikirim ke BPJS. Resep warna pink dan SEP yang
dikirim ke BPJS digunakan untuk menverikasi kembali bahwa klaim yang di ajukan
oleh Rumah Sakit sesuai dengan resep yang dilayani.
Resep dikumpulkan
dari setiap depo
68
2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Pemilihan
Menurut Permenkes, tahap pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini
berdasarkan:
Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah
ditetapkan
Pola penyakit
Efektifitas dan keamanan
Pengobatan berbasis bukti
Mutu
Harga
Ketersediaan di pasaran.
Formularium Nasional
69
Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan
Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit dalam hal pemilihan sudah
sesuai dengan Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Mengenai
Standar Pelayan Kefarmasian di Rumah Sakit.
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien (Permenkes 72, 2016).
Tahap perencanaan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang dilakukan 1 tahun sekali dan dibuat dalam buku Rencana Kebutuhan Obat
(RKO). Alur perencanaan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang yaitu:
Setiap bulan Oktober gudang Instalasi Farmasi mengajukan format usulan
kebutuhan ke user. Format usulan tersebut dibagikan ke seluruh user Rumah Sakit
untuk diisi kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) selama 1 tahun.
Pengisian RKO oleh User diberi tenggang waktu selama 2 minggu, setelah itu tiap
user harus memasukan RKO ke gudang. Setelah semua usulan dimasukan ke
gudang, gudang Instalasi Rumah Sakit akan melakukan analisis berdasarkan data
user dan SIM pemakaian tahun bersangkutan. Setelah semua data terkumpul, barulah
di buat Buku Rencana Kebutuhan Obat (RKO). Buku RKO ini akan dikirim ke tim
perencanaan untuk dibuat rencana kerja anggaran, rencana bisnis dan dokumen
anggaran.
Analisis perencanaan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
menggunakan 3 analisis perencanaan yaitu:
Konsumsi
Epidemologi
Kombinasi.
70
sesuai dengan Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Mengenai
Standar Pelayan Kefarmasian di Rumah Sakit.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Tahap pengadaan di rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
dilakukan sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Hiba/Droping.
Alur pengadaan pengadaan dana BLUD
Gudang membuat analisis untuk periode 3 bulan
Direktur mendesposisi ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan atau panitia pengadaan
Surat pesan untuk anggaran BLUD masih offline atau secara manual, SOP untuk
pengadaan untuk anggaran BLUD dilakukan setiap 3 bulan, jika dalam keadaan
CITO maka pemesanan dapat dilakukan tanpa menunggu periode berikutnya.
Alur pengadaan dana APBD
Gudang membuat analisis untuk periode 1 tahun
71
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan panitia pengadaan akan
membuat pemesanan secara online ke pabrik
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
Tahap penerimaan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang, terdapat 3 macam penerimaan yaitu :
Alur Penerimaan Hiba/Droping
Barang Hiba atau Droping didapatkan dari Dinas Kesehatan
72
Alur Penerimaan Obat dan BMHP di Depo-depo
Petugas depo menulis obat dan BMHP ke daalam buku permintaan depo
Petugas gudang menginput obat dan BMHP yang diminta kedalam SIM dan diprint out 2 rangkap
Penanggung jawab obat dan/atau BMHP menyiapkan obat dan BMHP sesuai dengan print out
Obat dan BMHP yang telah disiapkan diperiksa kembali lalu dipacking dan di antar ke depo oleh petugas distribusi
gudang
Di depo obat dan BMHP diperiksa kembali oleh petugas depo (kesesuaian permintaan), kemudian petugas depo
menandatangani print out lalu disimpan di rak obat.
73
Panitia Penerima Menyerahkan Alat Kesehatan, Bahan Medis
Habis Pakai, Obat kepada kepala IFRS
e. Penyimpanan
Penerimaan barang di gudang IFRS
74
75
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit
harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.
Pendistribusian di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang, menggunakan 2 metode pendistribusian.
Pendistribusiaan ke Depo
Alur pendistribusiaan ke User yaitu:
Depo-depo memasukan buku permintaan
76
Alat kesehatan, BMHP, dan obat yang telah disiapkan oleh
penanggung jawab kemudiaan diperiksa kembali oleh
penanggung jawab pendistribusian dan dipacking
Petugas distribusi memeriksa Alat kesehatan, BMHP, dan
obat yang telah disiapkan
78
Alur penarikan barang ED:
79
Alur pemusnahan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W.Z. Johannes kupang:
IFRS membuat perencanaan untuk pemusnahan (3 tahun sekali)
Direktur akan membentuk tim pemusnahan yang terdiri dari jajaran direksi,
instalasi farmasi dan sanitasi RS
Laporan berita acara dijilid dan dikirim ke setiap pihak yang menghadiri proses
pemusnahan
h. Pengendalian
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit dalam hal pengendalian
sudah sesuai dengan Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
Mengenai Standar Pelayan Kefarmasian di Rumah Sakit, meliputi pembuatan
laporan slow moving yang dibuat setiap 3 bulan sekali, stock opname (ketersediaan
barang meliputi fisik dengan kartu stok), pengendalian dengan menggunakan
pelabelan berwarna merah untuk barang ED dibawah 1 tahun, label berwarna kuning
untuk barang ED 1-2 tahun dan label berwarna hijau untuk barang ED diatas 2
tahun.
80
3. CENTRAL STERIL SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)
Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayanan non structural yang
berfungsi emberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai standard dan memenuhi
kebutuhan barang steril di rumah sakit. Instalasi Pusat Sterilisasi ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit. Kepala Instalsi Pusat Strilisasi dibantu oleh tenaga-tenaga
fuungsional dan atau non medis. Tujuan dari Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu membantu
unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya
infeksi, menurunkan angka kejadian infeksi dan membentu mencegah serta
menanggulangi infeksi nasokomial, efisiensi tenaga medis/ paramedis untuk kegiatan
yang berorientasi pada pelayanan terhadap pasien, serta menyediakan dan menjamin
kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan Ruang dekontaminasi.
1. Ruang lingkup CSSD
Terdapat 3 ruang lingkup di ruang CSSD yaitu:
Area kotor
Area kotor adalah area tempat penerimaan barang-barang non steril dari
ruangan yang akan disterilisasi. Area kotor dalam ruang CSSD berfungsi sebagai
tempat penerimaan barang non steril dari ruangan-ruangan, pemilihan dan sortir,
perendaman, pembersihan (pencucian barang non steril), pembilasan dan
pengeringan (proses pembilasan basah dan proses pembilasan kering).
Area bersih
Pada aera ini dilakukan pengemasan alat dan penyimpanan barang bersih dan
pengemesan untuk persiapan barang sterilisasi. Area bersih dalam ruang CSSD
berfungsi sebagai tempat penerimaan barang bersih, pengemesan (menggunakan
plastik poces yang didalamnya terdapat inidikator), proses labeling (digunakan
label khusus yang ditempel diluar plastik), proses penyusunan, uji mekanik, kimia
dan biologi (CSSD Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes lebih
sering menggunakan uji kimia).
Area sterilisasi
Pada area ini dilakukan sterilisasi alat atau bahan. Area sterilisasi berfungsi
untuk sterilisasi barang bersih.
81
2. Jenis dan Macam-Macam Sterilisasi
Sterilisasi Uap (Autoklaf Steam)
Uap membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan
koagulasi sel protein secara reversibel. Untuk menghasilkan
barang steril diperlukan pre-sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang
baik, pengemasan yang baik) dan pasca
sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan.
82
1. Topi
2. Goggle
3. Masker
4. Apron plastik
5. Sarung tangan
6. Sendal tertutup/sepatu boot
2. Indikator kimia
Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi (misalnya uap panas atau gas etilen oksida) pada objek
yang disterilkan, dengan adanya perubahan warna.
3. Indikator biologi
Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa
parameter yang terkontrol dan terukur dalam proses sterilisasi tertentu. Pinsip
kerjanya dengan mensterilkan sporran hidup mikroorganisme yang non
patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Bila selama poses
sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh, maka dapat diasumsikan bahwa
mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang kita sterilkan bisa
disebut steril.
83
Di ruang CSSD jenis indikator yang sering digunakan adalah indikator kimia.
Alur CSSD:
Proses pembilasan
Pembersihan dekontaminasi
Pengeringan
Memberi label
sterilisasi
Penyimpanan
Proses distribusi
84
Proses sterilisasi di ruangan CSSD:
Cuci tangan
Selesai proses sterilisasi buka pintu chamber ±8cm, biarkan 10-20 menit
Lakukan penyimpanan pada rak sesuai jenis alat/set dan bahan steril
85
Persyaratan farmasetik meliputi:
b. duplikasi pengobatan;
d. kontraindikasi; dan
e. interaksi Obat.
Pengkajian resep yang dilakukan di RSUD W.Z. Yohanes Kupang baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan meliputi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik, dan persyaratan klinis.
a nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
86
b dosis dan Jumlah Obat;
c stabilitas; dan
d aturan dan cara penggunaan.
Pengkajian resep untuk pasien rawat inap di RSUD W.Z. Yohanes Kupang
dapat dilihat pada Kartu Instruksi Obat (KIO) sedangkan untuk pasien rawat jalan
dapat dilihat pada resep. Aspek pelayanan kefarmasian mengenai pengkajian resep
di RSUD W.Z. Yohanes Kupang sudah sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan permenkes no 72 tahun 2016.
a. Alur pelayanan resep pasien rawat inap di RSUD W.Z. Yohanes Kupang
87
KIO dibawa ke masing-masing
depo oleh apoteker penanggung
jawab atau perawat
Metode UDD
Unit Dose Dispensing (UDD) merupakan pendistribusian Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam
unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
Di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, menggunakan sistem UDD untuk
pasien rawat inap. Sistem UDD dilakukan di depo flos ( Ruang Kenanga, Mawar,
Nicu, Flamboyan, Sasando, dan Edelweis), depo rhizoma (Ruang Kelimutu, Asoka,
Cempaka, Cendana, Komodo, Anggrek, ICU, ICCU, Bougenvile) dan depo fructus
88
(Ruang Teratai dan Paviliun). Sistem UDD ini ditandai dengan perbedaan warna
etiket, yaitu: warna kuning untuk pagi, warna merah mudah untuk siang, warna hijau
untuk sore dan warna putih untuk malam.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien
rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock
atau Resep individu yang mencapai 18%.
Alur pelayanan resep rawat inap dengan metode UDD
KIO dibawa ke masing-masing depo oleh apoteker penanggung jawab atau perawat
Obat dan BMHP yang tertulis pada KIO dientri kedalam Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Obat yang telah di siapkan di periksa kembali lalu dipacking dan di antar ke ruangan
Setelah di ruangan obat dan BMHP di simpan di rak obat berdasarkan nama pasien
Metode ODD
One Daily Dose (ODD) merupakan pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu hari dosis/pasien (24 jam). Sistem unit
dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap dan juga untuk pasien pulang. Etiket
yang digunakan adalah etiket putih.
89
Alur pelayanan resep rawat inap dengan metode ODD
KIO dibawa ke masing-masing depo oleh apoteker penanggung jawab atau perawat
Obat dan BMHP yang tertulis pada KIO dientri kedalam Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Obat yang telah di siapkan di periksa kembali lalu dipacking dan di antar ke ruangan
Setelah di ruangan obat dan BMHP di simpan di rak obat berdasarkan nama pasien
b. Alur pelayanan resep pasien rawat jalan di RSUD W.Z. Yohanes Kupang
Obat yang telah disiapkan ditulis etiket untuk obat oral atau obat luar
90
3. Rekonsiliasi Obat
2. Konseling
Konseling obat merupakan suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (Konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling
dilakukan untuk pasien yang menggunakan banyak obat (Polifarmasi) dan pasien
yang menggunakan obat tertentu. Tujuan akhri dari dilakukannya konseling adalah
diharapkannya meningkatkan kepatuhan dan derajat hidup dari pasien. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
91
dilakukan atas inisiatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Kegiatan dalam konseling obat meliputi:
Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui
Three Prime Questions (Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda, Apa
yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini, dan Bagaimana
penjelasan dokter tentang cara minum obat ini).
Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
obat
Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien
Dokumentasi
92
j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat (concordance aids);
k. Mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan
dokter; dan
l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang
mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan:
a. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya; dan
b. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO
93
adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki (ROTD).
Tahapan PTO:
a Pengumpulan data pasien;
d Pemantauan; dan
e Tindak lanjut.
Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang dilakukan di RSUD W.Z. Yohanes Kupang
dilakukan setiap hari oleh apoteker di ruangan yaitu dengan melihat masalah terkait
keluhan, hasil laboratorium, Tanda-Tanda Vital (TTV) dan obat-obatan yang didapat.
Jika terdapat masalah terkait obat dicatat di Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
(CPTT) dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment,
Planning).
Metode SOAP adalah metode yang digunakan untuk mengetahui data yang berupa
keluhan pasien yang diperoleh selama visite baik visite mandiri (Apoteker) maupun
visite bersama (Dokter Penanggung Jawab Pasien, Apoteker, Perawat dan Ahli Gizi).
Metode SOAP meliputi :
94
Subjective (S) : Merupakan ciri-ciri data yang bersifat tidak dapat diukur dengan
pasti dengan presepsi masing-masing orang. Misalnya, mengalami keluhan seperti
sesak nafas, demam, dan nyeri.
Objective (O) : Merupakan ciri-ciri data yang bersifat dapat diukur dari hasil
pengamatan melalui pemeriksaan fisik. Misalnya, data-data laboratorium, Tanda-
tanda Vital (TTV).
Assesment (A) : Merupakan analisis yang berkaitan dengan masalah-masalah
farmasi yaitu Drug Releated Problems (DRP). Drug Releated Problems (DRP)
merupakan kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien akibat atau
diduga akibat terapi obat sehingga kenyataannya potensial mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang diharapkan.
95
P3. Pemilihan Dosis
P3.1 Dosis obat terlalu rendah.
P3.2 Dosis obat terlalu tinggi.
P3.3 Pengaturan dosis kurang sering.
P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering,
P3.5 Tidak dilakukan pemantuan obat dalam darah (PKOD).
P3.6 Masalah terkait farmakokinetik obat yang memelurkan penyesuaian dosis.
P3.7 Perburukan/perbaikan kondisi sakit yang memerlukan penyesuaian dosis.
P7. Pasien
P7.1 Pasien lupa minum obat
P7.2 Pasien menggunakan obat yang tidak diperlukan
P7.3 Pasien makan makanan yang berinteraksi dengan obat
P7.4 Penyimpanan obat oleh pasien yang tidak tepat.
P8. Interaksi
P8.1 Obat-obat
96
P8.2 Obat-makanan
P8.3 Obat-obat tradisional.
Jika terjadi DRP maka apoteker yang bertanggung jawab akan mengisi pada
lembar assesment DRP yang berisi No.RM, Tipe DRP, jenis DRP, Penyebab DRP,
intervensi dan hasil intervensi.
Planning (P): Merupakan saran yang diberikan apoteker terkait terapi obat kepada
Dokter penanggung jawab pasien (DPJP). Yang ditulis dengan bahasa yang sopan
disertakan dengan literatur agar DPJP dapat mempertimbangkan saran dari apoteker.
MESO bertujuan:
a Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang;
b Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja
ditemukan;
97
b Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
ESO;
a. Pasien datang membawa resep beserta surat jaminan, protokol terapi, dan hasil
laboraturium secara keseluruhan.
b. Apoteker yang menerima resep akan melakukan skrining dan perhitungan dosis obat
kemoterapi menggunakan rumus Luas Permukaan Tubuh (LPT), yaitu:
TB x BB
LPT = √
3600
Keterangan:
LPT = Luas Permukaan Tubuh
TB = Tinggi Badan
BB = Berat Badan
c. Apoteker yang mencampur obat kemoterapi harus menggunakan alat pelindung diri
yang meliputi: nursecap, sarung tangan lapis 3 (1 handscoon nonsteril, dan 2
handscoon steril), masker lapis 3 (2 masker karet, dan 1 masker N95), gaun, kaca
mata (google), dan sepatu (boot).
98
d. Apoteker mencampur obat di atas underpad untuk mencegah rembesan, agar area
kerja BSC (Biological Safety Cabinet) tetap bersih.
1) Dalam pencampuran harus diperhatikan pelarut dan volume pelarut (biasanya
tergantung dalam protokol terapi), kestabilan obat dalam infus juga harus
diperhatikan.
2) Alat-alat yang digunakan adalah :
Ecoflac
Syringe
Needle 18 G
Mini spike
Parafilm
Plastik hitam kedap cahaya
3) Obat yang selesai dicampur diletakkan di dalam ruang antara obat (transfer
box) yang kemudian akan diambil oleh TTK (di luar ruang pencampuran).
4) Obat yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polibag agar terlindung dari
cahaya, kemudian diberikan etiket, yang berisi: tanggal pencampuran, nama
pasien, nama obat, dosis obat, dan pelarut yang digunakan.
5) Selanjutnya obat diantar ke ruang rawat inap dan poli ongkologi.
99
DAFTAR PUSTAKA
100