PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
1ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
Pelayanan rumah sakit pada saat ini merupakan bentuk pelayanan
kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi, yaitu suatu jenis usaha walau bersifat
sosial namun diusahakan agar mendapatkan surplus keuangan dengan cara
pengelolaan profesional dengan memperhatikan prinsip - prinsip ekonomi
(Adi koesoemo, 1994). Oleh karena itu, rumah sakit sebagai suatu industry
jasa yang mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi, kebijakan yang
menyangkut efisiensi sangatlah bermanfaat untuk menjaga tetap
berlangsungnya hidup rumah sakit. Tanpa usaha efisiensi, rumah sakit
jelasakan cepat bangkrut dan akan tergusur dengan makin berkembangnya
rumah sakit baru sekarang ini.
Berkembangnya rumah sakit baru ini menimbulkan persaingan ketat
antar rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta sehingga manajemen
harus berusaha keras untuk merebut pasar pelayanan kesehatan yang saat ini
terbuka bebas (Djojodibroto, 1997). Oleh karena itu, rumah sakit sebagai
penyedia jasa pelayanan kesehatan harus tetap meningkatkan mutu pelayanan
dan mampu memenuhi pelayanan kesehatan yang baik, tercepat, berkualitas,
tepat dan dengan biaya yang relative terjangkau sesuai dengan kemampuan
masyarakat. Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut rumah sakit harus
mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas di semua bidang pelayanannya,
dan salah satu sistem yang mampu mengelola hal tersebut adalah dengan
sistem manajemen logistik.
Salah satu bahan logistik yang dikelola oleh rumah sakit adalah
persediaan farmasi. Persediaan farmasi ini mencakup obat-obatan dan alat
kesehatan.Menurut Suciati dkk (2006) pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan revenue center utama. Hal
tersebut mengingat bahwa hampir 90 % pelayanan kesehatan di rumah sakit
menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi
bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medis), dan 50% dari
pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan pembekalan farmasi. Aspek
terpenting dari pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan penggunaan obat,
ini termasuk perencanaan untuk menjamin ketersediaan, keamanan dan
keefektifan penggunaan obat. Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak
dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka dapat diprediksi
bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan.
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam persediaan obat
dirumah sakit adalah pengontrolan jumlah stok obat untuk memenuhi
kebutuhan. Jika stok obat terlalu kecil maka permintaan untuk penggunaan
sering kali tidak terpenuhi sehingga pasien/konsumen tidak puas, selain itu
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan hilang dan diperlukan tambahan
biaya untuk mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat guna memuaskan
pasien/konsumen. Jika stok terlalu besar maka menyebabkan biaya
penyimpanan yang terlalu tinggi, kemungkinan obat akan menjadi
rusak/kadaluarsa dan ada resiko jika harga bahan/ obat turun (Seto, 2004).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
gambaran pengelolaan persediaan obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit
Dr.Soetarto (DKT) yogyakarta tahun 2016
B. Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi rumah
sakit Dr. Soetarto (DKT) Yogyakarta tahun 2016 ?
C. Batasan Masalah
Bagaimana gambaran proses perencanaan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pengendalian persediaan obat di
gudang farmasi rumah sakit Dr. Soetarto (DKT) Yogyakarta tahun 2016 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi
rumah sakit Dr. Soetarto (DKT) Yogyakarta tahun 2016
2. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran proses perencanaan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, pengendalian persediaan obat
di gudang farmasi rumah sakit Dr. Soetarto (DKT) Yogyakarta tahun 2016
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang lebih
aplikatif dan kemampuan manajerial di bidang manajemen pelayanan
kesehatan khususnya dalam bidang logistic.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi RS. Dr. Soetarto (DKT) Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang positif bagi
rumah sakit Dr. Soetarto (DKT) Yogyakarta mengenai pentingnya
pelaksanaan pengelolaan obat yang baik.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Interview (Wawancara)
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
wawancara atau Tanya jawab langsung kepada pimpinan maupun staf
yang berwenang.
2. Metode Observasi (Pengamatan)
Yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung selama
penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen yang berada di
RS.Dr.Soetarto (DKT) Yogyakarta
4. Metode Kepustakaan
Metode pengumpulan data dari buku buku dan internet.
G. Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Gambaran Umum RS.Soetarto (DKT) Yogyakarta
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan
(Siregar, 2004).
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:
a) penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna.
c) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
a) Jenis Rumah Sakit
Jenis Rumah Sakit Secara Umum Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya:
Berdasarkan Jenis Pelayanan
Rumah Sakit Umum
Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
Rumah Sakit Khusus
Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan Pengelolaan
Rumah Sakit Publik
Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakitpublik yang
dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Rumah Sakit Privat
Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
b) Klasifikasi Rumah Sakit Umum
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah
sakit:
Rumah Sakit Umum Kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
Rumah Sakit Umum Kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas
spesialistik dan subspesialistik luas.
Rumah Sakit Umum Kelas C
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
Rumah Sakit Umum Kelas D
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar (Depkes RIc, 2009;
Siregar, 2004).
4. Memelihara Citra Pelayanan Rumah Sakit yang Baik
Agar masyarakat menghargai pelayanan rumah sakit, maka rumah
sakit perlu memelihara citra yang baik sebagai berikut :
a) kebersihan gedung dan jamban rumah sakit.
b) Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas.
c) Pemberian pelayanan dengan mutu yang sebaik baiknya.
d) Kerjasama yang baik dengan pamong setempat dan petugas
sektor lain.
e) Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama.
B. Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar
dan Amalia, 2004)
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit
secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian
di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh
beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan
yang berlaku dan bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi ;
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan;
pengendalian mutu dan pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan
(Siregar dan Amalia, 2004)
Didalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang standar pelayanan rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien
(patient oriented). Hal tersebut juga terdapat dalam keputusan Menteri
Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan
salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu (Anonim, 2006)
Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan
langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk
penderita rawat tinggal, rawat jalan mau pun untuk semua unit termasuk
poliklinik rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004)
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
harus menyediakan obat untuk terapi yang optimal bagi semua penderita dan
menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya
minimal. Jadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya unit di
rumah sakit yang bertugas dan bertanggungjawab sepenuhnya pada
pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan
yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit bertanggungjawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas
dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai
bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medic,
dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang
lebih baik (Siregar dan AMalia, 2004).
C. Manajemen Logistik Obat di Rumah Sakit
1. Pengertian manajem logistik
Logistik berasal dari bahasa yunani yaitu logistikos yang artinya
pandai memperkirakan. Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan
seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran serta penghapusan material atau alat
alat (Aditama 2007 ). Dalam pelaksaan pembangunan pengelolaan
logistic merupakan salah satu unsur penunjang utama sistem adminitrasi
yang berhubungan berat dengan unsur unsur adminitrasi lainnya.
Menurut Aditama (2007), ada tiga tujuan logistic dalam sebuah
organisasi / institusi yaitu :
a) Tujuan operasional adalah tersedianya barang material dalam
jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada saat dibutukan.
b) Tujuan keungan yaitu tercapainya tujuan operasional dengan biaya
yang rendah.
c) Tujuan kebutuhan adalah tercapainya persediaan yang tidak
terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak ,
pencurian dan penyusutab yang tidak wajar lainnya. Serat nilai
persediaan yang tercermin dalam sistem akuntansi
Agar tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat dicapai, maka
manajemen memerlukan unsur unsur atau sarana sebagai penunjang
terlaksanya proses manajemen logistik. Menurut Seto (2004) terdapat 5
unsur dalam manajemen yang perlu diketahui yaitu antara lain :
a) Man : Sumber Daya Manusia.
b) Money : Sumber Dana.
c) Methods : Sistem atau cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan.
d) Material : Peralatan yang digunakan / sarana prasarana
e) Machines : Mesin mesin yang digunakan.
Kegiatan logistik di rumah sakit dilakukan berdasarkan siklus yang
berlangsung terus menerus secara berkesinambungan untuk kepentingan
produksi jasa pelayanan kesehatan yang bermutu. Fungsi fungsi tersebut
tergambar dalam suatu siklus manajemen logistik yang satu sama lain saling
berkaitan dan sangat menentukan keberhasilan kegiatan logistic dalam
organisasi. Berikut fungsi fungsi berikut :