Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN APOTEK NAJWA FARMA


SLAWI

Jl. Dr. Soetomo Slawi

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Disusun Oleh :

DIAH EKA PRATIWI 17080047


ALFI KAFIYANTI 17080041
ULFAH FITRIANTI 17080038

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN APOTEK NAJWA FARMA
SLAWI

Jl.Dr.Soetomo Slawi

Tanggal 29 Juli – 31 Agustus 2019

Oleh :

DIAH EKA PRATIWI 17080047


ALFI KAFIYANTI 17080041
ULFAH FITRIANTI 17080038

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat satu persyaratan kerja lapangan

DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal

Pada hari……………Tanggal……………………

Apoteker Pembimbing PKL Dosen Pembimbing PKL

(Nilla Yuliana A,S.Farm.,Apt) (Dwi Sari Astuti, S.Farm)

Ketua Program Studi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal

Heru Nurcahyo,S. Farm.,Apt

NIDN. 0611058001
MOTTO

1. Dalam hidup ini, jika kamu tak mau membantu sesama maka kamu tak
benar-benar hidup, kamu hanya bernafas.
2. Kekuatan bukanlah tentang memukul sekuat tenaga, tetapi tentang
ketepatan sasaran.
3. Keberhasilan itu perlu diperjuangkan, bukan hanya diimpikan.
4. Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.
5. Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles).
6. Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan. (Herodotus ).
7. Jangan pernah menganggap belajar sebagai suatu kewajiban, tetapi
anggaplah ia sebagai suatu kesempatan menyenangkan untuk
membebaskan diri dalam mempelajari keindahan alam dan kehidupan.
Belajar adalah untuk kebahagiaanmu sendiri, dia akan memberikan
keuntungan bagi masyarakat tempatmu bekerja nanti. (Albert Einstein).
8. Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak
bahagia.
9. Seorang sahabat adalah orang yang menjawab,apabila kita memanggil dan
sering menjawab sebelum kita panggil.
10. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. (Q.S Al-Insyirah 7-8).
PERSEMBAHAN
Laporan PKL ini, penyusun persembahkan kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah memberikan support dan motifasi baik
mental, spiritual maupun doa .
2. Bapak Ir. Mc . Chambali, B.Eng.Ee selaku direktur Politeknik Harapan
Bersama
3. Bapak Heru Nurcahyo,S.farm.,Apt selaku ketua Program Studi DIII
Farmasi.
4. Ibu Dwi Sari Astuti, S.Farm selaku dosen pembimbing PKL
5. Semua Bapak dan Ibu dosen yang kami hormati
6. Ibu Nilla Yuliana Ardiyanti,S.Farm.,Apt (selaku apoteker apotek) yang
telah memberikan kesempatan, petunjuk, bimbingan, motivasi dan nasehat
kepada kami.
7. Bapak Ery Ardiawan selaku pemilik Apotek Najwa Farma
8. Seganap karyawan dan karyawati Apotek Najwa Farma Slawi, atas segala
kesabaran, perhatian, keramahan dan senantia membantu dalam
memberikan informasi, bimbingan serta pengalamannya kepada kami,
9. Teman-teman sejawat, seangkatan semester V DIII Farmasi Politeknik
Harapan bersama Tegal
10. Para kakak tingkat dan adik tingkat DIII Farmasi Politeknik Harapan
Bersama Tegal.
PRAKATA

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga pelaksanaan dan
penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan.
Pelaksanaan dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir Praktek Kerja
Lapangan D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal. Praktek Kerja
Lapangan ini berlangsung pada tanggal 29 Juli-30 Agustus di Apotek Najwa
Farma Slawi
Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan.
Praktek Kerja Lapangan ini, banyak menghadapi kesulitan, namun berkat
kemampuan dan kerja keras serta bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan PKL ini. Semoga
laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AMIEN.

Tegal ,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi.

LEMBAR PENGESAHAN1ii

MOTTOiii.

HALAMAN PERSEMBAHANiv.

KATA PENGANTARv.

DAFTAR ISIvi.

BAB I. PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang1.

1.2 Tujuan4.

1.3 Manfaat4.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL5.

BAB II TINJAUAN UMUM .

2.1 Pengertian Apotek7

BAB III APOTEK NAJWA FARMA .

3.1 Sejarah Apotek Najwa Farma 40

3.2 Tata Ruang Apotek 41

3.3 Struktur Organisasi 41

3.3.1 Apoteker Pengelola Apotek 41

3.3.2 Maneger 42

3.3.3 Asisten Apotek 44

3.3.4 Administrasi 54

3.4 Kegiatan Apotek 46


3.5 Pengelola Apotek 46

3.5.1 Penjualan46

3.5.2 Pelayanan Resep 46

3.5.3 Pelayanan Resep Narkotik dan Psikotropik 47

3.5.4 Pelayanan Personalia 49

3.5.5 Pengenalan Tempat Obat 49

3.5.6 Administrasi 50

BAB IV PEMBAHASAN 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 58

5.2 Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 59

DAFTAR LAMPIRAN 60
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang
Praktek kerja lapangan merupakan kegiatan untuk memberikan
pengalaman belajar bagi mahasiswa farmasi dalam situasi dunia kerja yang
nyata, khususnya mengetahui dan memahami seluruh aspek-aspek
kefarmasian di apotek.
Berpedoman pada kurikulum Akademi Farmasi Pusat pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dan Program
Pendidikan DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama semester III tentang
pencapaian kemampuan administrasi dan pelayan kefarmasian di
lingkungan kerja apotek, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan
kegiatan praktek kerja lapangan di bidang kefarmasian.
Selama pelaksanaan praktik tersebut mahasiswa diberikan kesempatan
untuk menerapkan serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
yang telah didapatkan diperkuliahan dan laboratorium ke dalam pelayanan
yang nyata di apotek terutama di unit-unit kefarmasian hingga memberikan
bekal yang maksimal untuk menunjang kompetensi bilamana sudah lulus
dari jenjang akademi siap untuk menerapkan serta mendedikasikan ilmunya
di dunia kesehatan.
Sehat merupakan hak dasar setiap manusia. Setiap manusia di seluruh
dunia berhak mendapatkan kesehatan. Kesehatan juga merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan dalam pengembangan sumber daya
manusia. Di sisi lain, kesehatan juga merupakan kewajiban, di mana setiap
orang harus berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan dan
mempertahankan kesehatan.
Dengan emikian, sehat bukan semata–mata anugerah, melainkan sesuatu
yang harus diupayakan dan diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kesehatan merupakan salah satu unsur penting bagi kesejahteraan
manusia, dimana kesehatan tersebut menyangkut semua aspek kehidupan
baik dari fisik, mental maupun sosial ekonomi. Kesehatan sendiri adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup secara sosial dan ekonomis. Pengadaan obat dan distribusi obat
merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang penting karena obat
merupakan faktor penting pendukung kesehatan. Oleh kerena itu, apotik
menjadi salah satu pendistribusi obat keberadaannya diatur oleh pemerintah.
Apotek memiliki dua fungsi yaitu sebagian bentuk unit pelayanan kesehatan
apotek yang menyediakan baik obat – obatan maupun alat kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin Apotek, memberikan batasan tentang Apotek yaitu suatu
tempat penyaluran pembekalan farmasi kepada masyarakat. Dalam hal ini
pembekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli
indonesia ( Obat tradisional ), alat kesehatan dan kosmetika. Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian
serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan
kesehatan, maka dituntut juga kemampuan para petugas dalam pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat. Dengan demikian pada dasarnya kaitan
tugas pekerjaan farmasis dalam melangsungkan berbagai proses
kefarmasian, bukannya sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin
serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselanggarakan adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang
diderita pasien.mengingat kewenangan keprofesian yang dimilikinya, maka
dalam menjalankan tugasnya harus menjalankan prosedur-prosedur
kefarmasian demi dicapainya produk kerja yang memenuhi syarat ilmu
pengetahuan kefarmasian, sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan serta hasil
kerja akhir yang seragam, tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian
secara pribadi. Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan
dibidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama
pendidikan tinggi kefarmasian.Sifat kewenaganyang berlandaskan ilmu
pengetahuan ini memberinya semacam otoritas dalam berbagai aspek obat
atau profesi kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan yang
dikelompokkan profesi, telah diakui secara universal. Lingkup pekerjaannya
meliputi semua aspek tentang obat, melalui penyediaan bahan baku obat
dalam arti luas, membuat sediaan jadinya sampai dengan pelayanan kepada
pemakaian obat atau pasien. WHO tahun 1997, mengenalkan lahirnya
asuhan kefarmasian. Dimensi pekerjaan profesi farmasis tidak kehilangan
bentuk, tetap menjadi seorang ahli dalam bidang obat.Pasien menikmati
layanan profesional dari seorang farmasis dalam bentuk penjelasan tentang
obat, sehingga pasien memahami program program obatnya. Pelayanan
kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan secara sendiri atau
bersama – sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan atau
masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan oleh pemerintah atau
swasta, dalam bentuk pelayanan perorangan atau pelayanan kesehatan
masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan satu sama
lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatuan
yang utuh dan terpadu yang disebut sistem pelayanan kesehatan. Suatu
sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi
pelayanan kesehatan dapat dihasilkan pelayanan kesehatan yang
memenuhui persyaratan, yaitu : tersedia, adil dan merata, tercapai,
terjangkau, dapat diterima, wajar, efektif, efesien, menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan
1.2 Tujuan PKL
Adapun tujuan dilaksanakan nya praktek kerja lapangan (PKL), antara lain :
1. Tujuan Umum
Dengan dilaksanakan praktek kerja lapangan ini dimaksudkan agar
mahasiswa dapat :
a. Memahami dan berperan dalam organisasi farmasi di apotek.
b. Memahami dan mampu berinteraksi dengan tim kerja di apotek.
c. Memahami aspek – aspek pelayanan administrasi di apotek.
2. Tujuan Khusus
Dengan dilaksanakannya praktek kerja lapangan ini dimaksudkan
agar mahasiswa dapat :
a. Memahami dan berperan dalam administarasi management farmasi di
apotek.
b. Memahami dan berperan dalam pelayanan kefarmasian dalam setiap
unit pelayanan perapotekan.
c. Memahami dan berperan dalam setiap pengadaan / inventori,
penyimpanan, distribusi, dan penyerahan perbekalan farmasi di apotek.
1.3 Fungsi PKL apotik
Adanya PKL Apotik ini dapat diharapkan dapat mencapai beberapa
fungsi:
1. Bagi Mahasiswa :
a. Meningkatkan kewawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam
dunia kerja
b. Menambah pengetahuan tentang pelayanan sediaan farmasi kapada
masyarakat secara langsung
c. Menumbuh kembangkan sifat yang mampu berkomunikasi memberikan
informasi dan edukasi sediaan farmasi
2. Bagi ptogram studi
a. Sebagai tolok ukur pencapaian kinerja program studi khususnya untuk
mengevaluasi hasi pembelajaran oleh instansi tempat PKL
b. Menjalin kerja dengan instansi tempat PKL
3. Bagi instansi tempat PKL
Sebagai sarana masukan bagi instans untuk menetukan kebijakan
perusahaan di massa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan
analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL

1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan PKL


PKL ( Praktik Kerja Lapangan ) merupakan kegiatan untuk memberikan
pengalaman belajar bagi mahasiswa farmasi dalam situasi dunia kerja yang
nyata, khususnya mengetahuai dan memahami seluruh aspek – sepek
kefarmasian di apotek.
Selama pelaksanaan praktik tersebut mahasiswa diberikan kesempatan
untuk menerapkan serta mengembakan pengetahuan dan ketrampilan yang
telah didapatkan diperkuliahan dan laboratorium kedalam pelayanan yang
nyata di apotek terutama di unit – unit kefarmasian hingga memberikan
bekal yang maksimal untuk menunjang kompetensi bila mana sudah lulus
dari jenjang akademi dan siap untuk menerapkan serta mendedikasikan
ilmunya di dunia kesehatan.
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang dilakukan oleh mahasiswa D III
Farmasi pada tanggal 29 Juli – 31 Agustus 2019 . Adapun mahasiswa D III
Farmasi yang akan PKL di Apotek Najwa slawi kabupaten Tegal dilakukan
pembagian shift menjadi tiga, yaitu :
1. Shift Pagi, pukul 07.00 – 14.00 WIB
2. Shift siang, pukul 10.00 – 17.00 WIB
3. Shift siang, pukul 13.00 – 20.00 WIB
Berpedoman pada kurikulum Akademik Farmasi Pusat pendidikan
Tenaga Kesehatan Depkes RI tahun 2003 dan Program Pendidikan
Diploma III Farmasi Politeknik Harapan Bersama pada semester III tentang
pencapaian kemampuan administrasi dan pelayanan kefarmasian
dilingkungan kerja Apotek, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan di bidang tersebut.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 APOTEK
A. Pendahuluan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Kepmenkes RI)No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang perubahan atas
Peraturan Menkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai ketentuan
dan tata cara pemberian izin apotek, yang dimaksud dengan Apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Menurut peraturan pasal 2 Peraturan Pemerintah No 25 tahun 1980,
tugas dan fungsi apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
( Soekarno. S, Aspek Hukum Apotek dan Apoteker, 1990 )
Peraturan perundang – undangan Perapotekan di Indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan. Dimulai dengan berlakunya Peraturan
Pemerintahan (PP) No.26 tahun 1965 tentang pegelolaan dan perizinan
Apotek, kemudian disempurnakan dalam peraturan pemerintah No.25 tahun
1980, beserta petunjuk pelaksanaanya dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.26 tahun 1981 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.178 tentang
ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek. Peraturan yeng terakhir berlaku
sampai sekarang adalah Keputusan Menteri Kesehatan
No.1332/Menkes/SK/X/2002 yang memberikan beberapa keleluasaan
kepada Apotek untuk mendapat meningkatan derajat Kesehatan yang
optimal. Ketentuan – ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan
sesuai keputusan menteri kesehatan no. 1332/menkes/sk/x/2002 adalah
sebagai berikut :
a. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
b. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan
Peraturan Perundang – undangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
c. Surat Ijin Apotek ( SIA ) Adalah surat ijin yang diberikan oleh menteri
kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana
Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu.
d. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) adalah apoteker yang telah diberi
durat ijin apotek (SIA)
e. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di
samping apoteker pengelola apotek dan atau menggantikannya pada jam
– jam tertentu pada hari buka apotek.
f. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker
pengelola apotek salama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari
3 bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek lain.
g. Asisten Apoteker adalah mereka adalah yang berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten apoteker.
h. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan kepada apoteker pengelola apotek ( APA ) untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan perundang –
undangan yang berlaku.
i. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia, alat
kesehatan dan kosmetika.
j. Alat kesehatan adalah instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
pemulihan kesehatan manusia, dan atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
k. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk menyelenggarakan semua peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek.
l. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, asli indonesia ( obat
tradisiona ), alat kesehatan, dan kosmetika.
m. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek. Dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian di Apotek, Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh
Asisten yang telah memiliki Surat Ijin Kerja. Keputusan menteri
Kesehatan No. 679/Menkes/SK/V/2003, tentang peraturan regestrasi
dan Izin Kerja Asisten Apoteker ( AA ) :
a. Asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah
Asisten Apoteker atau Srkolah menengah Farmasi, Akademi
farmasi, dan jurusan analisis farmasi serta makanan politeknik
kesehatan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
b. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atau kewenangan
yang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker
atau Sekolah Menengah Farmasi, akademi farmasi dan jurusan
farmasi politeknik, akademi farmasi dan makanan, jurusan analisis
farmasi dan makanan politeknik kesehatan untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
c. Surat ijin asisten apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pemegang surat izin asisten apoteker untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian diasaran kefarmasian
d. Sarana kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarnasian antara lain industri farmasi termasuk obat
tradisional, kosmetika, instalasi farmasi, apotek, dan toko obat.
Lokasi dan Tempat
Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya
tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di
sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah
dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

B. Prosedur Pendirian Apotek


Peraturan menteri kesehatan RI No. 992/Menkes/Per/X/1993,
memuat beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam pendirian apotek,
antara lain :
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana apotek yeng telah memiliki persyaratan harus siap
dengan tempat ,perlengkapan termasuk sediaan farmasi, dan
perbekalan farmasi lainnya yang menrupakan milik sendiri atau
pihak lain.
2. Sarana apotek dapat diberikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi lainnya.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi. ( Anonim, 1993 )

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002,


persyaratan apotek adalah :
1. Ada Apoteker pengelola apotek yang mempunyai izin kerja/ Surat
Penugasan.
2. Siap tempat dan perlengkapan, termasuk perbekalan farmasi dan
perbekalan farmasi lainnya.
3. Dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya. Dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi
laiinya diluar sediaan farmasi.
Ketentuan sarana dan prasarana apotek menurut Kepmenkes
No.1027/Menkes/SK/IX/2004 mensyaratkan apotek :
a. Bangunan Apotek
1. Bangunan apotek sekurang – kurangnya memiliki ruangan
untuk:
a) Harus memiliki Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b) Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur atau materi informasi.
c) Penerimaan resep dan penyerahan obat.
d) Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang
dilengkapi dengan meja dan kursi.
e) Serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
f) Ruang administrasi dan ruang kerja apoteker.
g) Ruang racikan.
h) Keranjang sampah yang tersedua untuk staf maupun pasien.
i) Ruang tempat pencucian alat/wastafel.
j) WC
2. Kelengkapan Bangunan apotek terdiri atas :
a) Sumber Air : bisa berasal dari sumur/ PAM/sumur pompa.
b) Penerangan : cukup menerangin ruangan apotek.
c) Ventilasi : harus memenuhi persyaratan hygiene
3. Papan Nama
Apotek harus punya papan nama apotek yang berukuran
panjang minimal 60 cm dan lebar minimal 40 cm dengan tulisan
hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm dan lebar
minimal 5 cm.
b. Perlengkapan Apotek
1. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan
Terdiri dari mortir, timbangan, termometer, gelas ukur,
erlenmayer, corong, cawan, dll.
2. Perlengkapan dan alat pembekalan farmasi Terdiri dari lemari
pendingin, rak obat, botol, pot salep,dll.
3. Wadah pengemas dan pembungkus Terdiri dari etiket, wadah
pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat.
4. Perlengkapan administrasi Blanko pesanan obat, blanko kartu
stock, blanko salinan resep, blanko faktur, blanko nota
penjualan, buku pembelian, buku penerimaan, buku pengiriman,
buku khas, buku penerimaan dan pengeluaran narkotika dan
psikotropika, form laporan - laporan obat serta alat tulis kantor
lainnya.
5. Buku standar yang diwajibkan Misalnya : farmakope indonesia,
ISO, FN, Ilmu Meracik Obat ( IMO ), IONI dan kumpulan
perundangan lainnya.
6. Tempat penyimpanan narkotika
c. Tenaga Apotek
Tenaga apotek terdiri atas Apoteker, Asisten Apoteker, bagian
administrasi dan keuangan, pembantu umum / keamanan, juru
racik dan tenaga lain yang di perlukan.
C. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep
dokter, pelayanan informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan
Obat dan Obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan,
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi
pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan
farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran Obat, pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter,
pelayanan informasi Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan
Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian
informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah
terkait Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan
farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal
tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.
Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat
yang rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker juga
dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan
evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk
melaksanakan semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan
Kefarmasian.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan
Kefarmasian dari pengelolaan Obat sebagai komoditi kepada pelayanan
yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja
sebagai pengelola Obat namun dalam pengertian yang lebih luas
mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung
penggunaan Obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan Obat
untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan.
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia, sarana dan prasarana.
D. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN,
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d) Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First
Out) dan FIFO (First In First Out)
e) Pemusnahan dan penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau
surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh
Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Menteri.
f) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
g) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan
diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
E. PELAYANAN FARMASI KLINIK
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari
Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. pengkajian dan pelayanan Resep.
2. Dispensing.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO).
4. Konseling.
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care).
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO).
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
a) Pengkajian dan Pelayanan
Resep Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf; dan.
3. tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan.
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat.
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat.
3. duplikasi dan/atau polifarmasi.
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,
manifestasi klinis lain).
5. kontra indikasi dan.
6. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error).
Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan Resep akan
diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
b) Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep.
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan.
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk Obat dalam/oral.
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik.
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Setelah penyiapan Obat dilakukan hal
sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep).
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat.
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal
yang terkait dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain.
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil.
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya.
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan).
9. Menyimpan Resep pada tempatnya.
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan Formulir 5 sebagaimana terlampir.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep
atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi
kepada pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit
ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai.
c) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep,
Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik
dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi.
5. melakukan penelitian penggunaan Obat.
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
7. melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat
dengan menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
Informasi Obat :
1. Topik Pertanyaan.
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan.
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon).
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain
seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data
laboratorium).
5. Uraian pertanyaan.
6. Jawaban pertanyaan.
7. Referensi.
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data
Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.
d) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan
three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai
rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga
pasien sudah memahami Obat yang digunakan. Kriteria
pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:
TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui
Three Prime Questions, yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah Anda menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat.
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan Obat.
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi
yang diberikan dalam konseling dengan menggunakan Formulir 7
sebagaimana terlampir.
e) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan:
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
dengan menggunakan Formulir 10 sebagaimana terlampir.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
F. Pengadaan dan Penyimpanan Obat
Pengadaan dan penyimpanan obat di apotek harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut :
1. Obat-obat dan perbekalan farmasi yang diperoleh apotek harus
bersumber dari pabrik farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), apotek
lain, atau alat distribusi lain yang sah. Obat tersbut harus memenuhi
ketentuan daftar obat wajib apotek (DOWA). Surat pesanan obat dan
perbekalan farmasi lainnya yang harus ditandatangani oleh APA
dengan mencantumkan nama dan nomor SIK (Surat Izin Kerja). Bila
berhalangan, APA dapat diwakili oleh apoteker pendamping atau
apoteker pengganti.
2. Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok serta
memenuhi ketentuan pembungkusan dan penandaan yang sesuai
dengan Farmakope edisi terbaru yang diterapkan oleh Badan POM.
3. Penerimaan, penyimpanan serta pembayaran obat dan perbekalan
kesehatan dibidang farmasi harus diatur dengan admnistrasi(Drs. H.
Syamsuni, Apt. 2005: 10).
G. Penulisan dan Pelayanan Resep di Apotek
Resep adalah permintaan tertulis dari seseorang dokter kepada APA
untuk menyiapkan dan/ atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat
kepada pasien. Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi,
dan dokter hewan. Resep yang lengkap harus memuat hal-hal sebagai
berikut :
1. Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invecatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (prescriptio/ordinatio).
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature).
6. Tanda tangan atau paraf dkter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (subscriptio).
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep
dokter hewan.
8. Tanda seru dan/ atau paraf dokter untuk resep yang melebihi
dosis maksimalnya.
Pada resep yang mengandung narkotik tidak boleh tercantum tulisan
atau tanda iter (iterasi : dapat diulang), m.i (mihi ipsi : untuk dipakai
sendiri), atau u.c (usus cognitus : pemakaian diketahui). Untuk resep
yang memerlukan penanganan segera, dokter dapat beri tanda di bagian
kanan atas resepnya dengan kata-kata: cito (segera), statim (penting),
urgent (sangat penting), atau P.I.M (periculum in mora : berbahaya bila
ditunda). (Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005: 11).
Bila dokter menghendaki, resep tersebut tidak boleh diulang tanpa
sepengatahuannya. Oleh karena itu, pada resep tersebut dapat ditulis
singkatan n.i (ne iteratur : tidak adapat diulang). Resep yang tidak boleh
diulang adalah resep yang mengandung narkotik, psikotropika, dan obat
keras yang ditetapkan oleh pemerintah/ Menteri Kesehatan R.I. (Drs. H.
Syamsuni, Apt. 2005: 12).
H. Cara Menyusun Penulisan Obat dalam Resep
Penulisan obat di dalam resep disusun berdasarkan urutan berikut :
1. Obat pokoknya ditulis dulu, yang disebut remidium cardinale (Basis).
2. Remidium adjuvantia/ajuvans, yaitu bahan atau obat yang menunjang
kerja bahan obat utama.
3. Corrigent, yaitu bahan atau obat tambahan untuk memperbaiki warna,
rasa, dan bau obat utama. Corrigent dapat berupa :
a) Corrigen actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah
efek obat utama. Misalnya ),pulvis doveri yang terdiri atas kalsium
sulfat, ippcacuanhae radix, dan pulvis opii. Pulvis opii sebagai
bahan khasiat utama menyebabkan orang sukar buang air besar,
sedangkan klasium sulfat bekerja sebagai pencahar sekaligus
memperbaiki kerja pulvis opii.
b) Corrigent saporis (memperbaiki rasa). Contohnya, sirop
aurantiorium, tingtur cinamoni, aqua menta piperitae.
c) Corrigent odoris (memperbaiki bau). Contohnya, oleum rosarum,
oleum bergamottae, dan oleum cinamooni.
d) Corrigent coloris (memperbaiki warna). Contohnya tingtur croci
(kuning), karamel (cokelat), dan karminum (merah).
e) Corrigent solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama.
Misalnya I2 tidak larut dalam air, tetapi dengan penambahan KI
menjadi mudah larut.
4. Consutituens/vehiculum/expiens, yaitu bahan tambahan yang dipakai
sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk untuk memperbesar
volume obat. Misalnya, laktosa pada serbuk serta amilum dan talk
pada bedak sebuk.
5. Contohnya :
R/ cedilanid tab. No. I
Diuretin Tab. No. ¼
m.f pulv. Dtd. No. XII
(Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005: 12).
Cedilanid digunakan untuk mengobati dekompensasi jantung.
Umumnya, pada penderita dekompensasi jantung sering pua timbul
udem yang dapat dihilangkan dengan diuretin sebagai diuretikum.
Jadi,obat pokok untuk kausalnya adalah cedilanid (remidium
cardinale) dan udem dihilangakan dengan diuretin (remidium corrigens
actionis).
Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa
latin:
a) Tentang waktu
1. omni hora cochlear (o.h.c) : tiap jam 1 sendok makan.
2. omni bihora cochlear (o.b.h.c) : tiap 2 jam satu sendok makan.
3. post coenam (p.c) : sesudah makan.
4. ante coenam (a.c) : sebelum makan.
5. mane (m) : pagi-pagi.
6. ante meridiem (a.merid) : sebelum tengah hari.
7. mane et vespere (m.e.v) : pagi dan sore.
8. nocte (noct.) : malam
b) tentang tempat yang sakit
1. pone aurem (pon.aur.) : dibelakang telinga
2. ad nucham (ad nuch.) : ditengkuk
c) tentang pemberian obat
1. in manum medici (i.m.m) : diserahkan dokter.
2. detur sub sigillo (det.sub.sig) : berika dalam segel.
3. da in duplo (d.i.dupl) : berikan dua kalinya.
4. reperatur (iteratur) ter. (Rep.ter) : diulang tiga kali
(Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005: 13).
I. Copy Resep (Apograph, Exemplum atau Afschrift)
Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, kopi
resep harus memuat pula :
1. nama dan alamat apotek
2. nama dan nomor SIK APA
3. tanda tangan atau paraf APA
4. tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda nedet
(nedetur) untk obat yang belum diserahkan;
5. nomor resep dan tanggal pembuatan. (Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005:
13).

Kopi resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter


penulis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau
petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

J. Pengelolaan Resep yang Telah Dikerjakan


Ada empat hal harus dilakukan setelah resep selesai dikerjakan,
yaitu:
1. Resep yang telah dibuat serta disimpan menurut urutan tanggal dan
nomor penerimaan/pembuatan resep.
2. Resep yang mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep
lainnya dan diberi tanda garis merah di bawah nama obatnya.
3. Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan
dengancara dibakar atau dengan cara lain yang memadai.
4. Pemusnahan resep dilakukan oleh APA bersama sekurang-
kurangnya seseorang petugas apotek. (Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005:
14-15).
K. Penyerahan Obat
Penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi
meliputi :
Penyerahan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dibuat oleh
apotek itu sendiri tanpa resep harus disertai dengan nota penjualan yang
dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket biru
untuk obat luar yang memuat :
a) nama dan alamat apotek
b) nama dan nomor SIK APA
c) nama dan jumlah obat
d) aturan pemakaian
e) tanda lain yang diperlukan, misalnya obat gosok, obat kumur, obat
batuk, dan kocok dahulu.
Obat yang berdasarkan resep juga harus dilengapi dengan etiket
wana putih untk obat dalam dan etiket biru untuk obat luar yang
memuat :
a) nama dan alamat apotek
b) nama dan nomor SIK APA
c) nama dan jumlah obat
d) aturan pemakaian
e) tanda lain yang diperlukan, misalnya kocok dahulu dan tidak boelh
diulang tanpa resep baru dari dokter.
Obat dalam ialah obat yang digunakan memalui oral (mulut) masuk
ke kerongkongan, kemudian ke perut, sedangkan obat luar adalah obat
yang digunakan dengan cara lain, yaitu melalui mata, hidung, telinga,
vagina, rektum, termasuk pula obat parenteral dan obat kumur.
1.2 OBAT
A. Pengertian Obat Secara Umum
Obat ialah semua bahan tungal/ campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah,
meringankan ataupun menyembuhkan penyakit (Soetopo
Seno,dkk.2003.hal:7).
Menurut undang- undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan
atau bahan- bahan yang dimaksudkan untuk di pergunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah
atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau
bagian badan manusia (Soetopo Seno,dkk.2003.hal:7).
B. Pengertian Obat Secara Khusus
1) Obat Jadi
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dlam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang
mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku lain
yang ditetapkan oleh pemerintah.
2) Obat Patent
Yakni Obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si
pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik
yang memproduksinya.
3) Obat Baru
Yakni obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang
berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi,
pelarut, pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga
tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4) Obat Asli
Yakni obat yang didapat langsung dari bahan- bahan alamiah
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
5) Obat Esensial
Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
6) Obat Generik
Adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Soetopo
Seno, dkk. 2003, hal: 8)
Penggunaan Obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan
dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Menkes/ Per/ X/ 1999 yang kini telah diperbaiki dengan
Permenkes RI nomor 949/ Menkes/ Per/ VI/ 2000. Penggolongan obat
ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat
keras, psikotropika dan narkotika (Permenkes RI nomor 949/ Menkes/
Per/ VI/ 2000).
7) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras,
obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI (Perda No. 112 th
1994).
Penandaan obat bebas berupa tanda khusus yaitu lingkaran bulat
berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam,
8) Obat Bebas
Terbatas Obat bebas terbatas termasuk dalam daftar “W”, dalam
bahasa Belanda “W” singkatan dari “Waarschuwing” artinya peringatan.
Jadi maksudnya obat yang pada penjualannya disertai tanda peringatan.
Pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kapada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Obat hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau
pembuatnya.
2. Penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan berwarna
hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat
pemberitahuan berwarna putih, sebagai berikut :
P No. 1 : Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan pemakainya
P No. 2 : Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur jangan ditelan
P No. 3 : Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari badan
P No. 4 : Awas ! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P No. 5 : Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P No. 6 : Awas ! Obat Keras
Obat Wasir, jangan ditelan
(Permenkes RI No. 919/ Menkes/ Per/ X/ 1993)

Berdasarkan Kepmenkes RI No.2380/ A/ SK/ VI/ 83 tanda khusus


untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam,

9) Obat Keras Obat


Keras atau obat daftar “G” menurut bahasa Belanda “G” singkatan “
Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
Menurut Kepmenkes RI pengertian obat keras adalah obat- obat
yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter.
2. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan
telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru tidak
membahayakan kesehatan manusia.
4. Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu
sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung
obat itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan
ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas
Berdasarkan Kepmenkes RI tanda khusus Obat Keras daftar “G”
adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.
10) Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek tanpa resep dokter.
Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker terdapat
kewajiban- kewajiban sebagai berikut :
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang
disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontra
indikasi, efek samping, dan lain- lain yang perlu diperhatikan oleh
pasien (Kepmenkes RI No.924/ Menkes/ Per/ X/ !993) .
Contoh :
 Obat wajib apotek No. 1 (artinya yang pertama kali
ditetapkan)
1. Obat kontrasepsi : Linestrenol
2. Obat saluran cerna : Antacid dan Sedativ/ Spasmodik
3. Obat mulut dan tenggorokan : Hexatidin
(SK Menkes RI No.347/ Menkes/ SK/ VII/ 1990).
11) Obat Golongan Narkotika
Pengertian Narkotika menurut Undang- Undang Nomor 22 Tahun
1997 tentang narkotika, adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan I, II dan III (Depkes
RI.2007.hal:31).
Berdasarkan UU RI No.22 Th 1997, narkotika dibagi atas 3 golongan:
1) Golongan I
Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh terdiri dari 26 macam, antara lain :
a. Tanaman Papaver somniverum L dan semua bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali biji.
b. Opium mentah
c. Opium masak (candu, jicing, jicingko)
d. Tanaman koka sperti Erythroxylon coca e. Tanaman ganja
(Cannabis indica) (Depkes RI. 2008.hal:13).
2) Golongan II
Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh terdiri dari 87, macam, antara lain :
a. Morfina
b. Opium
c. Petidina
d. Tebaina (Depkes RI. 2008.hal:14)
3) Golongan III
Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh antara lain terdiri dari :
a. Asetildihidrokodeina
b. Etilmorfina
c. Kodeina
d. Norkodeina
Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam
Ordonansi Obat Bius yaitu “Palang Medali Merah” (UU RI No. 22 th
1997)
12) Obat Psikotropika
Pengertian Psikotropika menurut UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.
Ruang lingkup pengaturan Psikotropika dalam undang- undang ini
adalah Psikotropika yang mempunyai potensi sindroma ketergantungan,
yang menurut undang- undang tersebut dibagi kedalam 4 golongan yaitu
: golongan I, II, III dan IV (Depkes RI. 2007.hal:32).
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1997, psikotropika dibagi menjadi 4
golongan :
1. Golongan I
Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam, antara lain LSD,
MDMA, Meskalina, Psilosibina, Katinona (Depkes RI. 2008.hal:19)
2. Golongan II
Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan / atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam, antara lain :
Amfetamin, Metakualon, Metamfetamin, Fenmetrazin (Depkes RI.
2008.hal:19).
3. Golongan III
Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan III terdiri 9 macam, antara lain :
Amobarbital, Flurnitrazepam, Pentobarbital, Siklobarbital, Katina
(Depkes RI. 2008.hal:19).
4. Golongan IV
Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan (Depkes RI. 2008.hal:19).
Psikotropika golongan IV terdiri dari 60 macam, antara lain :
Barbital, Diazepam, Fenobarbital, Flurazepam, Klobazam,
Klordiazepoksida, Nitrazepam, Triazolam (UU Nomor 5 Tahun
1997).
Pertimbangan dikeluarkannya peraturan obat yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter adalah dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri, guna mengatasi
masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional
(Depkes RI. 2007.hal:34).
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter ini harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Tidak dikontra indikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak dibawah umur 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
resiko pada kelanjutan penyakitan.
3. Penggunannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri (Permenkes RI
No. 919/ Menkes/ Per/ X/ 1993).
13) Obat Golongan Prekursor
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu
yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri dan apabila disimpangkan dapat digunakan
dalam memproses pembuatan narkotika danatau psikotropika.
(Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor.
647/MPP/Kep/10/2004).
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat.
Secara resmi, terdapat 23 jenis prekursor yang diawasi oleh
pemerintah Indonesia. 23 prekursor tersebut dikategorikan dalam 2
kelompok (tabel 1 dan 2) berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.35.02771 tanggal 4
September 2002 tentang pemantauan dan Pengawasan Prekursor. Badan
POM melakukan pengawasan terhadap jenis prekursor. Badan POM
melakukan pengawasan terhadap jenis prekursor yang digunakan untuk
kepentingan farmasi antara lain : ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrin, ergometrine, dan ergotamine, sedangkan jenis prekursor
lainnya diawasi oleh instansi terkait lainnya.
14) Obat-Obat Tertentu (OOT)
Menurut PKBPOM RI No. 7 tahun 2016 “Obat-obat Tertentu
yang Sering Disalahgunakan, yang selanjutnya disebut dengan Obat-
Obat Tertentu adalah obat-obat yang bekerja di sistem susunan syaraf
pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas
dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri atas obat-obat yang
mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin
dan/atau Haloperidol.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa obat-obat
tertentu adalah obat-obat susunan syaraf pusat selain Narkotika dan
Psikotropika yang sering disalahgunakan. Oleh karena itu Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan mengeluarkan peraturan khusus untuk
obat-obat tertentu ini yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat
dari penyalahgunaan dan penggunaan obat yang salah.
Obat-obat yang termasuk “OOT”:
1. Tramadol
Tramadol adalah obat analgetik opiate yang diindikasikan untuk
pasien pasca operasi karena obat ini termasuk pereda rasa sakit kuat.
Namun dewasa ini pemakaian Tramadol tanpa resep dokter semakin
meningkat. Terlebih lagi di kalangan masyarakat yang banyak
menggunakan obat ini untuk mabuk-mabukan.
Merk dagang dari Tramadol ini ada bermacam seperti Contram
50, Orasic, Tradosik, tramofal, Dolgesik, Radol, dan Tramal.
2. Triheksifenidil
Triheksifenidil atau yang biasa disebut THP digunakan untuk
mengatasi gangguan gerakan yang tidak normal atau tidak terkendali
akibat penyakit Parkinson atau efek samping obat. Tindakan
penyalahgunaan obat ini karena obat ini memiliki efek
meningkatkan mood atau euphoria, namun sebenarnya efek euphoria
ini baru akan tercapai pada dosis tinggi. Salah satu meek dagang
obat ini adalah Artane yang dikenal sebagai pil kuning.
3. Klorpromazin
Chlorpromazine atau yang biasa disebut CPZ adalah obat untuk
menangani gangguan mental dan psikologis, seperti perilaku agresif
yang membahayakan orang lain atau kecemasan berlebihan serta
autisme pada anak-anak.
4. Amitriptilin
Amitriptilin adalah obat yang digunakan untuk meredakan
depresi, nyeri saraf.
5. Haloperidol
Haloperidol adalah obat untuk mengatasi berbagai masalah
kejiwaan.
2.3 PERUNDANG- UNDANGAN FARMASI
Perundang- undangan tentang farmasi yang dikeluarkan oleh
Pemerintah :
1. UU RI No. 23 th 1992 tentang kesehatan
2. Pemerintah No. 25 th 1980 tentang apotek (perubahan atas PP No.
26 th 1965).
3. Peraturan MENKES No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang
Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
4. Ketentuan lainnya. Perundang- undangan Pendirian suatu Apotek
hendaknya memperhatikan ketentuan Permenkes No. 992 th 1993,
yaitu :
e. Persyaratan sebagai APA
f. Persyaratan Apotek
g. Tata cara pemberian izin
h. Perbekalan kesehatan, perbekalan administrasi, dsb
(Anonim. 2007).
BAB III
APOTEK NAJWA FARMA

3.1 Sejarah Apotek Najwa Farma


Apotek Najwa Farma didirikan pada tanggal 1 Agustus yang
beralamat di Jl.Dr. Wahidin no.1 atau terletak luring lebih 10m sebelah
timur RSUD dr. Soesilo Slawi, di mulai 4 Agustus 2014 Apotik Najwa
Farma berpindah di Jl. Dr. Soetomo Rt 03 Rw 05 Slawi. Tujuan dibuatnya
Apotik ini yaitu oleh masyarakat sekitar.
Apotek Najwa berdiri atas nama bangunan milik pihak bernama Ibu
Nahiyah dengan menggunakan pemilik sarana apotek yang bernama Dr.
Fuad Zainudin, kemudian berpindah tangan dengan pemilik sarana sekarang
bernama Bpk. Ery Ardiawan pada bulan Maret 2012 dan pada tanggal 4
Agustus 2014 pindah alamat dengan tempat milik sendiri yaitu bapak Ery
Ardiawan.
Pada tanggal 10 Agustus 2010 SIA Apotek turun dengan No.SIA
44/04/apt/VII/2010 dengan Apoteker Pengelola Apotek bernama Anggun
Setya Wibawa S.Farm.,Apt dengan no SP:KP.01.03.13.021 s/d tanggal 18
Desember 2013 dan digantikan oleh Ibu Elok Risqotun,S.Farm.,Apt dengan
surat izin praktek apoteker (SIPA) Nomor: 041/SIPA-AP/DINKES/2013
mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan sekarang karena Apotek Najwa
Farma pindah tempat dan alamat baru maka SIPA dan SIA juga baru
dengan nomor SIPA 021/SIPA-AP/DINKES/2014 dan Nomor SIA
020/SIA-AP/DINKES/2014 dan pada tanggal 23 November 2018
digantikan oleh Ibu Nilla Yuliana Ardiyanti,S.Farm.,Apt dengan surat izin
praktek apoteker (SIPA) Nomor :440/17/0239/XII/2018 dan Nomor SIA :
440/SIA/17/050/XII/2018
Apotik Najwa Farma telah berkembang dengan baik, meski
tergolong masih baru tetapi dapat memberikan pelayanan yang baik bagi
masyarakat. Apotik Najwa Farmasi terdiri dari 6 karyawan, satu Apoteker
pengelola apotek, tiga teknis kefarmasian, satu orang untuk bagian
administrasi dan satu orang pembantu umum.
3.2 Tata Ruang Apotek
Ruangan Apotek Najwa Farma terdiri dari ruangan tunggu pasien,
ruangan etalase, meja apoteker, ruangan peracikan, dan gudang.
3.3 Struktur organisasi
Untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka
dengan adanya struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi
hubungan antar karnyawan.

Struktur Organisasi Apotek Najwa Farma

Tabel 1.1 Struktur Organisasi Apotek Najwa Farma


Apotek Najwa Farma mempunyai 6 karyawan yaitu :
APA : 1 Orang
TTK : 3 Orang
Administrasi : 1 Orang
Pembantu umum : 1 Orang
3.3.1 Apoteker Pengelola Apotek
Adalah apoteker yang telah mendapatkan surat izin apotek (SIA)
1) Ijazah telah terdaftar pada dinas kesehatan
2) Telah mengucapkan sumpah jabatan sabagai apoteker
3) Memiliki surat izin kerja dari menteri kesehatan
4) Memenuhi syarat kesehatan baik fisik maupun mental untuk
melaksanakan tugasnya sebagai apoteker
5) Tidak bekerja di perusahaan atau tidak menjadi Apotekr pengelola
Apotek di Apotek lain:
 Tugas, kewajiban dan wewenang :
a. Memimpin semua kegiatan apotek, antara lain mengelola
kegiatan kefarmasian serta membina karyawan yang menjadi
bawahan apotek
b. Serta aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan dan mengembangkan hasil usaha apotek.
c. Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan
terutama diruang peracikan
d. Membina serta memberi petunjuk teknis Farmasi kepada
bawahanya terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.
(Anonim,Izin kerja Apoteker 2003)..
3.3.2 Maneger
Maneger di Apotek Najwa Farma meliputi :
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sedian Farmasi
di Apotek Najwa Farma perlu dngadaan pemesanaan barang
melalui distributor atau PBF (Pedagang Besar Farmasi).pada
pemilihan PBF harus memenuhi kriteria yaitu PBF harus
resmi,barang bias direktur, baik dalam service /pelayanan, lead
time ( waktu tunggu ).
2. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Najwa Farma dilakukan ketika
barang yang sudah habis ditulis dibuku defekta, kemudian bagian
pembelian langsung memesan barang kedistributor melalui telepon
dan SP (surat pesanan) akan diberikan pada saat barang diantarkan,
barang yang datang dicocokan dengan surat pesanan,setelah cocok
faktur ditandatangani oleh pemesan dan stempel Apotek, Faktur
yang dibagian paling akhir atau di bagian paling blakang di simpan
di Apotek.
Pada proses pengadaan pemesanan barang melalui distributor
atau PBF (Pedagang Besar Farmasi). Pada pemilihan PBF yang
harus memenuhi kriteria yaitu PBF harus resmi, barang bias
diretur, baik dalam service/pelayanan, lead time (waktu tunggu).
3. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi di Apotek Najwa Farma
sesuai dengan suhu seperti suhu dingin (0º-50c) yaitu penyimpanan
vaksin.suhu sejuk ( 5 - 150c ), penyimpanan sesuai dengan abjad,
penyimpanan sesuai dengan barang misalnya alkes, penyimpanan
dengan jenis obat, penyimpanan obat paten dan generi,
penyimpanan obat sesuai FIFO & FEFO, penyimpanan obat sesuai
golongan misalnya obat narkotik dan psikotropik.
4. pendistribusian
Pendistribusian di Apotek Najwa Farma terdiri dari dua
macam yaitu pasien dengan resep dan pasien non resep
( swamedikasi)
5. pelaporan
Pelaporan di Apotek Najwa Farma yaitu pelaporan obat
narkotika,psikotropika,generic,inkaso (indikasi obat) administrasi
dan pemakaian obat.
Pelaporan obat narkotik dilakukan setiap 1 bulan
sekali,dan inkaso dilakukan tiga kali dalam satu minggu setiap hari
senin,rabu,jum’at.
3.3.3 Asisten apotek
Adalah mereka yang berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai tenaga
teknis kefarmasian.
1. Persyaratan tenaga teknis kefarmasian :
a. Memiliki ijazah sekolah menengah farmasi, DIII-Farmasi.
b. Telah mengucapkan sumpah tenaga teknis kefarmasian.
c. Memiliki surat izin kerja tenaga teknis kefarmasian (SIKTTK).
d. Tidak cacat fisik atau mental sehingga dapat melakukan
pekerjaan dengan baik.
2. Tugas tenaga teknis kefarmasian :
a. Mengatur penyimpanan atau pemusnahan obat dari PBF ddan
juga pengeluaran obat.
b. Memberi informasi tentang penggunaan dan khasiat obat
secara tepat dan benar kepada pasien dengan jelas.
c. Melayani obat atau meracik obat untuk pasien sesuai dengan
resep dokter.
d. Memberi harga pada resep yang baru masuk.
3. Tugas dan kewajiban :
Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagai tenaga teknis
kefarmasian yaitu:
a. Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari penerimaan
resep sampai penyerahan obat kepada pasien).
b. Mencatat dan membuat laporam keluar masuknya obat
narkotika, obat psikotropika, obat prekusor, obat KB, obat
bebas, obat bebas terbatas dan obat keras
c. Menyusun resep-resep menurut no. urut dan tanggal lalu
disimpan
d. Memelihara kebersihan ruangan peracikan, lemari obat
e. Dalam hal darurat, renaga teknis kefarmasian dapat
menggantikan pekerjaan sebagai kasir, pelayanan obat bebas
maupun juru resep.
4. Tanggung jawab:
Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada
apoteker penggelola apotek sesuai dengan tugas yang diberikan
kepadanya, artinya bertugas atas kebenaran segala tugas yang
diselesaikan, tidak boleh ada kesalahan, kehilangan dan
kerusakan.
5. Wewenang :
Tenaga teknis kefarmasian berwenang melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk dan instruktursi
dari apoteker pengelola apotek, dan semua paraturan perundang-
undangan yang berlaku.(Anonim,Izin Kerja Asisten
Apoteker,2003)
Adapun tugas dan kewajiban dan wewenang tenaga
teknis kefarmasian di apotek najwa farma antara lain:
1. Melayani obat-obat yang dibutuhkan masyarakat baik obat
bebas maupun resep.
2. Mencatat dan membuat laporan penggunaan
narkotika,psikotropika,dan prekusor
3. Menyusun dan menyimpang resep-resep dangan baik
4. Bertanggung jawab kepada apoteker pengelola apotek atas
segala hal yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di
apotek.
3.3.4 Administrasi
Tugas dan kewajiban adminstrasi di Apotek:
a. Perencanaan anggaran belanja
b. Pengendalian persediaan
c. Pengkajian biaya
d. Pembuatan laporan dan surat menyurat
e. Pemeliharaan dokumen
f. Pengevaluasian manajemen
3.4 Kegiatan apotek
Kegiatan pelayanan di Apotek Najwa Farma terbagi atas dua waktu
kerja(shift) yaitu pukul 07.00-14.00 WIB dan pukul 14.00-21.00 WIB.
Untuk mendukung kegiatan pelayanan tersebut maka diadakan pembagian
kerja dan hari libur bagi karywan.
Kegiatan pelayanan di Apotek Najwa Farma meliputi beberapa bagian
yaitu:
a. Pelayanan resep
b. Penjualan atau pelayanan Obat Bebas atau Over The Counter(OTC)
3.5 Pengelolaan apotek
3.5.1 Penjualan
Penjualan di Apotek Najwa Farma meliputi obat bebas,obat
bebas terbatas,obat keras, psikotropik, narkotika, alat kontrasepsi,alat
kesehatan dan PKRT(Perlengkapan Kesehatan Rumah Tangga) dan
juga melayani resep dari rumah sakit Dr.Soesilo Slawi juga dari
dokter umum lainnya.
3.5.2 Pelayanan resep
Resep yang masuk diterima oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
kemudian diteliti apakah obat yang diresepkan tersedia di Apotek
atau tidak,jika tersedia maka resep diberikan kepada pasien atau
keluarga pasien dengan harga yang ada di apotek Najwa Farma.
Sistem administrasi menggunakan sistem koputerisasi. Jika
konsumen setuju dengan harga yang yang diberikan,maka resep
dikerjakan kemudian diberi etiket,dan diteliti lagi oleh apoteker
pengelola apotek atau tenaga teknis kefarmasian kemudian
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien disertai dengan
informasi mengenai aturan penggunaan obat. Bila diminta atau
diperlukan dibuatkan copy resep atau kwitansi pembelian.
3.5.3 Pelayanan resep narkotik dan psikotropik
Sesuai dengan undang-undang kesehatan no.36 tahun
2009,pada pasal 102 (1) yang menyebutkan bahwa penggunaan
sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat
dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang
untuk disalahgunakan. Maka dari itu,pada Peraturan Perundang-
Undangan no.35 tahun 2009 tentang narkotika, pengelolaan obat
narkotika memerlukan penanganan khusus,dimana narkotika hanya
dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena obat
narkotika ini dapat menimbulkan ketergantungan apabila digunakan
tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama. Dalam
menghindari penyalahgunaan obat-obatan ini, maka pemerintah
melakukan pengawasan yang ketat terhadap obat golongan narkotik
mulai dari pemesanan sampai dengan pemakaiannya dan apoteker
pengelola apotek diharuskan membuat laporan pemakaian dan
pemusnahan narkotik.
1. Pemesanan narkotik pemesanan obat golongan narkotika
dilakukan dengan surat pemesanan khusus dan harus di tanda
tangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan
nama jelas, nomor SIK, serta stempel Apotek. Surat pemesanan
ini dibuat rangkap 4 (3 lembar untuk penyalur dan satu lembar
untuk arsip Apotek). Sedangkan untuk obat psikotropika surat
pesanannya terdiri dari dua lembar. Narkotik dan psikotropik
hanya dapat disalurkan oleh industry farmasi dan pedagang besar
farmasi yang telah memiliki izin khusus penyaluran narkotik dan
psikotropik dari mentri.
2. Penerimaan narkotik : dalam penerimaanya, obat narkotik harus
dilakukan oleh APA. Bila berhalangan dilakukan oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian melalui surat kuasa untuk penerimaan obat
narkotik. Bukti penerimaan narkotika dan OKT harus juga
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK dan
stempel Apotek.
3. Penyimpanan narkotik menurut perMenkes
no.28/MenKes/Per/I/1987 diatur bahwa apotek harus mempunyai
lemari untuk penyimpanan obat-obatan golongan narkotika
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Tempat tersebut seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain
serta mempunyai kunci yang kuat.
b. Tempat penyimpanan tersebut dibagi dua. Dan diberi kunci
yang berlainan pula. Bagian pertama untuk menyimpan
morfin, pethidin, dan gram-gramnya serta sediaan lainya.
Sementara itu bagian kedua digunakan untuk menyimpan
persediaan narkotik sehari-hari.
c. Lemari tersebut tidak boleh digunakan untuk menyimpan
bahan-bahan lain dan harus diletakan ditempat aman serta
tidak terlihat oleh umum kunci dari tempat tersebut harus
dipegang oleh satu orang. Apabila tempat tersebut berupa
lemari yang berukuran kurang dari 40 x 100 cm, maka harus
dibuat pada tembok atau lantai.
4. Penjualan narkotika dan psikotropika
Obat narkotika hanya boleh diserahkan dengan resep dokter
dan tidak boleh diulang hanya berdasarkan salinan resep saja.
Apabila resep tersebut hanya ditebus sebagian, maka sebagian
lagi harus ditebus pada apotek yang sama. Sedangkan pada
obat psikotropika dapat dibuat Copy resep walaupun semua
obat dalam resep ditebus semua. Dalam resep peracikannya,
obat narkotik digaris bawahi dengan tinta merah. Dicatat
dalam pemakaian narkotika dengan mencantumkan tanggal
penyerahan, nomer resep, nama dan alamat pasien, nama dan
alamat dokter, serta jumlah obat yang diminta.
3.5.4 Pelayanan personalia
Dalam Apotek Najwa Farma personalianya terdiri dari 6 orang:
Apoteker : 1Orang
Tenaga Teknis Kefarmasian : 3Orang
Administrasi : 1Orang
Pembantu Umum : 1Orang
3.5.5 Pengenalan tempat obat
Penyimpanan barang di Apotek Najwa Farma secara umum
digolongkan menjadi 4 yaitu :
1. Obat Generik, Obat Paten, Obat Non Narkotik yang tidak
memerlukan kondisi penyimpanan tertentu, disusun secara
alfabetik, juga dibedakan berdasarkan bentuk sediaan, golongan
obat berdasarkan sifatnya, dan menggunakan sisten FEFO dan
FIFO.
2. Obat-obatan yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu
yang dingin disimpan dalam lemari es agar stabilitas tetap
tergaja, misalnya suppositoria, ovula, obat suntik antidiabetik
dan injeksi tertentu.
3. Obat Narkotik dan Psikotropik disimpan dalam lemari khusus.
4. Alat kesehatan dan PKRT ( Pembekalan Kesehatan Rumah
Tangga) juga disimpan dalam etalase terpisah.
Penyimpnan pesediaan barang / obat di Apotek Najwa Farma
diperuntukan bagi obat yang pergerakanya cepat (fast moving) yaitu
obat dan bahan obat yang paling banyak dan cepat terjual, sering
digunakan dan diresepkan oleh Dokter. Dengan adanya penyimpanan
barang, maka persediaan barang dapat terkontrol sehingga tidak
terjadinya kekosongan.
Untuk sediaan narkotika dan psikotropika disimpan secara
terpisah dari bahan lainnya, yaitu didalam lemari kayu atau besi dan
selalu dalam keadaan terkunci. Lemari penyimpanan tersebut hanya
dibuka jika terdapat permintaan resep terhadap obat-obatan tersebut.
System pengaturan obat di etalase Apotek Najwa Farma
berdasarkan system First in first out (FIFO) yaitu barang yang baru
datang dimasukan terakhir, batang lama dikeluarkan terlebih dahulu.
Selain first in first out (FIFO) digunakan juga sistem first Expired
First Out (FEFO) yaitu barang yang hampir kadaluarsa dikeluarkan
pertama.
3.5.6 Administrasi
Tugas dan kwajiban administrasi di Apotek:
1. Perencanaan anggaran belanja
2. Pengendalian persediaan
3. Pengkajian persediaan
4. Pembuatan laporan dan surat menyurat
5. Pemeliharaan dokumen
6. Pengevaluasian manageman (Farmasi Rumah Sakit, Administrasi
dan managemen Rumah Sakit.2004)
Di Apotek Najwa Farma administrasi dan pembukuan Apotek
menggunakan sistem komputerisasi dan sistem pembukuan tertentu
(manual) dengan sistem manajemen.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Secara umum pengelolaan pembekalan farmasi di Apotek Najwa Farma
meliputi perencanaan pembekalan farmasi, administrasi dan manajemen
farmasi, pengelolaan Apotek (pengadaan, penyimpanan, distribusi).
Pengadaan barang di Apotek Najwa Farma dilakukan pada hari kerja PBF
yaitu senin-jumat. Biasanya pembayaran di apotek Najwa Farma
menggunakan sistem inkaso. Inkaso adalah sebuah pembayaran yang
dilakukan pada saat telah jatuh tempo. Jarak jatuh tempo setiap PBF
berbeda-beda, berkisar 14-30 hari terhitung dari kapan barang tersebut
datang. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan sisa stock obat dan obat
yang fast moving, sistem pelayanan di Apotek Najwa Farma meliputi resep,
pelayanan obat tanpa resep, dan juga swamedikasi, faktur, dan pelaporan
apotek.
Perencanaan di Apotek Najwa Farma dilakukan berdasarkan metode
kombinasi yaitu metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode
konsumsi yaitu obat-obat apa saja yang paling banyak diperlukan oleh
masyarakat yang ada diderah tersebut atau obat yang bersifat fast moving,
epidemiologi yaitu obat-obat yang diperlukan berdasarkan musim dan cuaca
yang terjadi.
Pengadaan di Apotek Najwa Farma dilakukan pengadaan yang
berpedoman pada hasil pencatatan item perbekalan farmasi di dalam buku
defecta dengan cara pembelian langsung atau tidak langsung. Pembelian
langsung yaitu pembelian yang dilakukan dengan cara datang langsung ke
PBF yang bersangkutan dengan membawa SP (Surat Pesanan) yang di
tandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Pembelian tidak langsung yaitu pembelian obat dengan cara pemesanan
melalui telefon, faxs, dan untuk pembelian secara langsung seperti saat sales
PBF datang keapotek sehingga kita dapat bertransaksi secara langsung
dengan menunjukan SP adapun untuk alat kesehatan atau obat-obat yang
tidak tersedia di PBF, Apotek akan membeli secara langsung keapotek lain
yang tentunya perizinannya terjamin, Apotek Najwa Farma melakukan
pembelian secara kredit dan kontan, untuk membeli secara kredit untuk
obat-obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat psikotropika,
sedangkan pembelian secara kontan pada obat golongan narkotika dan alat-
alat kesehatan. Pembayaran secara kredit berkisar antara 14-30 hari, untuk
pemesanan obat-obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras
menggunakan SP dua rangkap satu lembar untuk PBF dan satu lembar
untuk arsip Apotek dan untuk dan untuk obat psikotropika dengan SP dua
rangkap dan di bagi dua lembar yang satu lembar untuk PBF dan satu
lembarna lagi untuk arsip di Apotek, dan untuk obat narkotika dengan SP
empat rangkap, lembar asli untuk PBF, lembar kedua untuk DINKES,
lembar ketiga untuk BPOM dan lembar yang ke empat untuk arsip Apotek.
Konsinyasi atau barang titipan di Apotek Najwa Farma harus meminta
persetujuan terlebih dahulu kebagian administrasi agar dapat dicatat apa
saja barang dan member harga. Untuk konsinyasi biasanya obat-obat herbal
yang paling banyak. Sedangkan sistem pembayaran bila barang sudah habis
terjual maka kita baru membayarnya.
Barang yang datang di Apotek Najwa Farma bersamaan dengan faktur
akan diterima oleh Apoteker, tenaga teknis kefarmasian atau petugas lain,
dan kemuadian barang datang cek terlebih dahulu kesesuainya faktur
dengan SP yang telah dibuat oleh Apotek setelah di cek kesesuainya
kemudian barang di cek keadaan fisiknya, kesesuaian barang dengan faktur
yaitu nama barang, jumlah barang, expire date, dan nomor batch. Dengan
adanya pemeriksaan ini maka dapat diketahui kesalahan yang mungkin
terjadi seperti kemasan rusak, jumlah obat lebih atau kurang, kesalahan
pengiriman, sehingga pada saat terdapat hal-hal tersebut dapat langsung
dilakukan return kepada PBF yang bersangkutan. Jika barang yang dipesan
memang tidak sesuai maka barang yang datang tersebut kemudian diganti
dengan barang yang sesuai.
Beberapa contoh PBF yang di Apotek Najwa Farma:
1. Kalista (Osteokom)
2. Pentavalen (Forasma)
3. Enseval Putera Megatradina Tbk (Amlodipine, Brainact odis, Fordesia,
Osfit DHA, Profertil, Ranitidine inj)
4. Nurosadi Farma (Minyak tawon, OBH)
Penyimpanan di Apotek Najwa Farma yaitu untuk obat bebas, obat
bebas terbatas dan narkotika, psikotropika, disimpan dengan metode FEFO
(First Expired First Out) bertujuan agar barang yang mendekati expired
date yang terlebih dahulu dikeluarkan dan juga di kombinasikan dengan
sistem FIFO (First In First Out) dan tiap item obat memiliki kartu stok
dimana berguna untuk mengetahui barapa sisa stok obat yang masih ada
dan berguna untuk perencanaan obat selanjutnya.
Penyimpanan obat paten dan generik di Apotek Najwa Farma
disusun berdasarkan alfabetis dan menurut golongan obat berdasarkan
sifatnya, Apotek Najwa Farma juga melakukan penyimpanan berdasarkan
bentuk sediaan, dan juga berdasarkan suhu. Penyimpanan obat bebas, obat
bebas terbatas dibagian depan apotek dimana disusun seacara alfabetis,
sediaan sirup dipisahkan dengan tablet agar memudahkan dalam
pengambilan obat, untuk alat-alat kesehatan diletakan etalase paling bawah,
untuk obat suppositoria dan injeksi yang cara penyimpanannya
membutuhkan suhu tertentu diletakan dalam lemari es, agar kestabiilan
obat dapat terjaga.
Penyimpanan obat-obat narkotik dan psikotropik diletakan di lemari
tersendiri agar memudahkan pengontrolan dan penggunaanya. Selain itu
juga memudahkan dalam pelaporan dan menghindari penyalahgunaan.
Penyimpanan alat kesehatan dan sediaan kosmetik disimpan dalam etalase
khusus bertujuan agar tidak tercampur dengan sediaan obat lainnya.
Kemudian dalam pengambilan obat sangat penting demi kelancaran
pengerjaan resep, resep yang dikerjakan dengan cepat dan tepat akan
memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga memberikan kepuasan bagi
pasien.
Pendistribusian di Apotek Najwa Farma dengan melayani pelayanan
perbekalan farmasi terdiri dari pelayanan oleh dengan resep dokter, obat-
obat bebas tanpa resep doktetr dan Apotek Najwa Farma juga membeli
secara partai dengan ketentuan tidak melebihi skala PBF.
1. Pelayanan Obat Bebas
Alur pelayanan obat non resep (obat bebas) yaitu pasien datang dan
dilayani langsung oleh petugas pelayanan dan serta konsultasi
pemilihan obat dilayani dengan baik oleh PTK maupun Apoteker
secara langsung
2. Pelayanan obat tanpa resep dokter (UPS)
Pelayanan obat ini dilakukan atas permintaan langsung dari pasien,
biasanya terdiri dari obat-obatan Wajib Apotek (OWA) yang diberikan
tanpa resep dokter. Apoteker atau TTK terlebih dahulu bertanya kepada
pasien mengenai keluhan yang dirasakan, kemudian memberikan
beberapa pilihan obat yang bias digunakan. Setelah pasien setuju dan
menyelesaikan pembayaran obat disiapkan, kemudian diserahkan
dengan memberikan pelayanan informasi obat yang diperlukan.
3. Pelayanan obat resep dokter
Pelayanan obat atas resep dokter dilakukan sebagai berikut:
a. TTK menerima resep dari pasien
b. TTK melihat kelengkapan resep
c. TTK menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien
d. Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui, maka resep
nomor dan kasir menyerahkan struk kepada pasien sebagai bukti
pembayaran.
e. Menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk penyiapkan
barang atau obat yang diminta dalam resep.
f. Setalah obat selasai disiapkan dan diberi etiket, petugas memeriksa
kembali kesesuaian obat dengan resep.
g. TTK memvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi
dosis, cara pemakaian obat, dan informasi lain yang diperlukan.
h. Resep diserahkan kepada penganggung jawab peracik untuk
diarsipkan.
4. Laporan dan pembukuan yang ada di Apotek Najwa Farma sebagai
berikut:
1. Laporan narkotik dan psikotropik
Pencatatan pada laporan narkotik dan psikotropik meliputi:
a. Tanggal
b. Nama PBF dan Nomor faktur
c. Jumlah stok
d. Jumlah pemakaian
e. Nama dokter
f. Nama pasien
g. Alamat lengkap pasien
h. Jumlah sisa sediaan
2. Laporan OBG
Pencatatan pada laporan OBG meliputi :
a. Bulan.
b. Nomor.
c. Tanggal faktur.
d. Nama PBF.
e. Jumlah pembelian.
4.2 Pembahasan Tentang Farmasi Klinis di Apotek Najwa Farma :
1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep di Apotek Najwa Farma meliputi
administrasi, kesesuain farmasetik dan pertimbangan klinis.
1) Kajian administratif di Apotek Najwa Farma meliputi:
a. Nama pasien, jenis kelamin.
b. Nama dokter, nomor surat izin praktik, alamat, nomor telepon dan
paraf.
c. Tanggal penulisan resep.
2) Kajian kesesuaian farmasetik di Apotek Najwa Farma meliputi:
a. Bentuk sediaan obat
3) Pertimbangan klinis di Apotek Najwa Farma meliputi:
a. Ketepatan indikasi dan dosis obat
b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
c. Duplikasi dan/atau polifarmasi
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
e. Kontra indikasi
4) Interaksi
Apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian
maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat di Apotek Najwa Farma dilakukan
oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam memberikan
informasi mengenai obat yang tidak memihak. Dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi yang diberikan
mengenai tentang informasi obat termasuk obat resep, obat bebas, dan
obat herbal.
3. Konseling.
Konseling di Apotek Najwa Farma dilakukan oleh Apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian kepada pasien agar pasien dapat mengetahui,
memahami dalam perilaku penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh pasien.
4. Swamedikasi
Swamedikasi di Apotek Najwa Farma di lakukan oleh apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Swamedikasi yang dilakukan di Apotek Najwa Farma di
antaranya untuk pasien umum.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Najwa Farma
selama 5 Minggu dapat disimpulkan:
1. Perkembangan Apotek Najwa Farma berkembang secara baik, karena
tempat lokasi Apotek yang strategis dan dekat dengan Rumah Sakit.
2. Apotek Najwa Farma telah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
Apotek yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku mulai dari administrasi, sistem pengadaan dan penyimpanan
obat dan pelaporan obat narkotika dan psikotropika serta pelayanan
obat kepada masyarakat.
3. Apotek Najwa Farma memberikan pelayanan resep dan swamedikasi
resep kepada pasien.
4. Pelayanan resep di Apotek Najwa Farma sangat baik, karena pelayanan
yang dilakukan sangat cepat.
5.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan untuk Apotek Najwa Farma untuk
mengantisipasi agar jumlah konsumen tidak menurun, perlu ditingkatkan
pelayanan dalam beberapa hal:
1. Melengkapi stok obat, serta hendaknya penampilan bagian estalase
perlu diperhatikan agar menarik para konsumen.
2. Penataan barang atau obat pada lemari di susun penuh dan semenarik
mungkin untuk memberikan kesan bahwa apotek Najwa Farma mampu
menyediakan obat dengan menjaga kerapian dan kebersihan lemari atau
etalase.
3. Asisten Apoteker lebih ramah dan mampu memberikan informasi obat
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan RI, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia,. No. 1332/MENKES/SK/X/2002, Tentang Ketentuan Dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek ; Menkes RI : Jakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia, No. 679/MENKES/SK/X/2003, Tentang Izin Kerja Asisten
Apoteker; Menkes RI : Jakarta.

Anief,Moh.,2003, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University press:


Yogyakarta.

Anonim. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 697/Menkes/SK/X/2003. Tentang Izin Kerja Asisten Apoteker.
Menkes RI : Jakarta

Hartono Hdw, Drs. 2003.Manajemen Apotek, Depot Informasi Obat :


Jakarta.

ISFI, 2004, Standar Kompetisi Farmasis Indonesia : Jakarta.

Undang-Undang Kesehatan, 2006. UU RI nomor 7 tahun 1963 Tentang


Farmasi, Pustaka belajar : Yogyakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 73 tahun 2016 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek
DAFTAR GAMBAR

1. Contoh Etiket

2. Wadah / Klip Obat


3. Surat Pesanan Reguler

4. Surat Pesanan Narkotika


5. Surat Pesanan Psikotropika

6. Factur
7. Surat Pesanan Obat – Obat Tertentu (OOT)

8. Surat Pesanan yang Mengandung Bahan Prekursor Farmasi


9. Kartu Stelling Obat Narkotik & Kartu Stelling Obat Psikotropik
Narkotik Psikotropik
10. Denah Ruangan

5 4
1
6

2 3

8 9
7
10

11

12

13
14

16 17

15

Keterangan :

1. Kursi tunggu pasien


2. Pintu Masuk
3. Etalase obat bebas dan bebas terbatas
4. Etalase obat bebas dan bebas terbatas
5. Etalase obat bebas dan bebas terbatas
6. Etalase obat bebas dan bebas terbatas
7. Etalase alat kesehatan dan PKRT
8. Meja kasir
9. Etalase alat kesehatan dan PKRT
10. Etalase obat keras berupa sediaan cair dan tetes generic dan paten
11. Lemari penyimpanan dokumen
12. Rak obat keras (paten)
13. Mega telepon
14. Lemari es untuk menyimpan sediaan yang tidak tahun terhadap panas
15. Meja racik obat
16. Tempat sholat
17. Gudang penyimpanan stok obat.

Daftar Dokumen Apotek Najwa Farma

1. Surat Ijin Apotek (SIA)


2. Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA)

3. Apotek Najwa Farma


TUGAS INDIVIDU (MENELAAH RESEP)

1. Nama : Diah Eka Pratiwi (17080047)


Kelas : 4B

A. KELENGKAPAN RESEP (Administrasi Resep)


1. Nama, alamat, dan no izin praktek dokter : Lengkap
2. Tempat dan tanggal penulisan resep (inscription) : Kurang lengkap
3. Nama, umur, dan alamat pasien : Kurang lengkap, Karena tidak ada
alamat pasien yang dicantumkan.
4. Nama , jumlah, dan cara pembuatan (Ordinatio Praescriptio) : ada
5. Aturan pakai (Signatura): ada
6. Tanda R/ (invocation): ada
7. Paraf dokter (subscription) : ada
B. Kesesuaian Klinis
1. Procur plus
1) Komposisi:
Essential phospholipide 300 mg, vit B1 7 mg, vit B2 7 mg, vit
B6 7 mg, vit B12 7 mcg, nicotinamide 30 mg, ginseng 7 mg,
curcuma 30 mg
2) Dosis:
Sehari 3 x 2 kapsul. Dosis disesuaikan dengan umur dan
kebutuhan
3) Indikasi Umum:
Meningkatkan daya tahan tubuh melawan mikroorganisme atau
sel-sel yang merugikan, membantu metabolisme, sebagai ko
enzim pada berbagai proses metabolisme, sbagai kon enzim pada
berbagai proses metabolisme zat-zat yang penting di dalam tubuh,
hepatoprotektif.
4) Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas. Wanita pra menopause. Hamil & laktasi.
5) Kegunaan :
Vitamin dan Suplemen
6) Perhatian :
Hentikan pemakaian jika timbul reaksi alergi dan hipersensitivitas
7) Interaksi Obat: -
8) Efek Samping: -
C. Forasma
1) Komposisi :
Terbutaline sulfate 2.5 mg
2) Kegunaan :
Asma
3) Dosis :
Dewasa: 1 – 2 tablet 3 kali sehari. Pada pasien yang sensitif
terhadap aminosimpatomimetik dianjurkan dosis awal 1 tablet 3
kali sehari, bila efek bronkodilatasi belum memadai dosis dapat
ditambah. Anakanak: 1 tablet 3 kali sehari
4) Efek Samping :
Gelisah dan gugup, sakit kepala, letih, lemah, lunglai, mual,
mulut terasa kering, perasaan lelah, gangguan tidur (insomnia).
Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini.
Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di
atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping
tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker .
5) Indikasi Umum:
Meringankan spasme bronki pada penyakit saluran pernafasan
kronik seperti asma bronkial, bronkitis, emfisema
6) Kontra Indikasi :
Diabetes, hipertensi dan gangguan fungsi jantung terutama yang
berhubungan dengan aritmia. Hanya digunakan jika diperlukan.
Anakanak dan Laktasi.
7) Interaksi Obat :
Tidak dianjurkan pemberian bersama dengan beta bloker yang
non selektif
8) Perhatian :
Penggunaan obat ini pada wanita hamil hanya jika benar-benar
diperlukan Keamanan dan efektivitas penggunaan pada anak –
anak usia di bawah 12 tahun belum diketahui dengan pasti,
Karena Terbutaline Sulphate diekskresikan dalam ASI maka
sebaiknya dipertimbangkan pemberian ASI bila ibu mendapat
terapi dengan obat ini hati-hati penggunaan pada penderita
diabetes, hipertensi dan gangguan fungsi jantung terutama yang
berhubungan dengan aritmia.
D. Vectrin Kapsul
1) Komposisi :
Erdostein 300 mg
2) Kegunaan :
Batuk dan flu
3) Dosis :
Dosis erdosteine yang digunakan adalah 300 mg, 2 kali sehari,
dengan lama pengobatan maksimum 10 hari.
4) Efek samping :
Sama seperti obat-obat lain, erdosteine juga berpotensi
menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang dapat
terjadi setelah mengonsumsi ekspektoran ini, antara lain: Mual,
Diare, Nyeri perut, gangguan pencernaan, Sensasi terbakar pada
dada atau ulu hati (heartburn), Sakit kepala, Gangguan indra
perasa, Muncul ruam .
5) Indikasi :
Mukolitik, pengencer dahak pada penyakit saluran nafas akut
dan kronik.
6) Kontra Indikasi :
Sirosis hati dan defisiensi enzim sistationin sintetase, gagal
ginjal berat
7) Interaksi Obat :
Hingga kini belum ditemukan jenis obat yang berinteraksi
dengan Vectrine. 
8) Perhatian :
Vectrine termasuk ke dalam jenis obat keras yang
penggunaannya harus melalui resep dokter. Berikut adalah
beberapa hal lain yang perlu menjadi peringatan dan perhatian
selama penggunaan obat Vectrine:
1. Jangan gunakan obat Vectrine pada pasien yang hipersensitif
pada Erdosteine dan komponen lain yang terkandung dalam
obat ini
2. Jangan gunakan obat ini pada penderita sirosis hati, defisiensi
enzim sistationin-sintetase, gagal ginjal berat, dan
fenilketonuria.
3. Sediaan granul obat ini memiliki kandungan sukrosa, hati-
hati penggunaan pada pasien diabetes dan pasien dengan diet
rendah gula lainnya.
4. Penggunaan pada ibu hamil, wanita yang sedang
merencanakan kehamilan dan ibu menyusui sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati dan dikonsultasikan dengan
dokter lebih dulu sebelumnya.
5. Terapi dengan obat Erdosteine sebaiknya tidak dilakukan
lebih dari 5 hari. Jika sakit berlanjut, konsultasikan dengan
dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
E. Sporetik
1) Komposisi :
Cefixime 200 mg.
2) Kegunaan :
Antibiotik
3) Dosis :
Dewasa dan anak di atas 30 kg atau di atas 12 tahun: 50-100 mg
diberikan 2 kali sehari, dosis bisa ditingkatkan menjadi 200 mg,
dosis maksimal harian adalah 400 mg.
Anak usia di atas 6 bulan dengan berat sama dengan atau di
bawah 50 kg: 9 mg/kg berat badan perhari, dosis dibagi dan
diberikan dua kali sehari. Dosis tidak boleh melebihi 400 mg
per hari.
4) Efek samping :
Pusing dan sakit kepala, Gangguan pencernaan meliputi sakit
perut, mual, dan diare. Reaksi alergi seperti muncul ruam
merah, pembengkakan pada wajah, hingga kesulitan bernapas.
Hilang nafsu makan, Kelelahan, Nyeri saat buang air kecil,
Defisiensi vitamin K, Konstipasi atau sembelit.
Efek samping di atas tidak selalu terjadi dan kemungkinan bisa
muncul akibat penggunaan dosis yang kurang tepat atau karena
kondisi tertentu tubuh Anda. Jika Anda mengalami salah satu
efek samping Sporetik seperti yang disebutkan di atas, segera
hentikan penggunaan obat. Jika gejala tidak langsung membaik,
segera hubungi dokter untuk diberi penanganan.
5) Indikasi :
Infeksi saluran Kemih tanpa komplikasi, Otitis Media,
Faringitis, Tonsilitis, Bronkhitis akut & khronis, demam Tifoid
6) Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap sefalosporin
7) Interaksi :
Interaksi obat mungkin terjadi jika obat ini digunakan bersama
obat Antikoagulan, Carbamazepine, Nifedipine, Probenecid,
dan vaksin typhoid. Daftar tersebut bukanlah daftar lengkap
sehingga diskusikanlah dengan dokter tentang pengobatan lain
yang sedang Anda jalani sebelum menggunakan obat ini untuk
menghindari interaksi obat.
8) Peringatan :
1. Jangan gunakan obat ini pada pasien yang hipersensitif
dengan Cefixime atau jenis obat Sefalosforin lainnya.
2. Hati-hati penggunaan obat ini pada pasien yang memiliki
radang usus besar, gangguan ginjal dan gizi buruk atau
imunitas rendah.
3. Obat ini masuk ke dalam kategori B untuk wanita hamil
yang artinya studi pada binatang tidak menunjukkan adanya
risiko, namun belum ada studi langsung terhadap wanita
hamil. Sebaiknya penggunaannya di bawah pengawasan
dokter.
4. Penggunaan obat ini untuk ibu menyusui dan anak usia di
bawah 6 bulan juga tidak disarankan, sehingga harus melalui
pertimbangan medis dari dokter.
2. Nama : Alfi kafiyanti (17080041)
Kelas : 4B

A. KELENGKAPAN RESEP (Administrasi Resep)


1. Nama, alamat, dan no izin praktek dokter : Lengkap
2. Tempat dan tanggal penulisan resep (inscription) : Kurang lengkap
3. Nama, umur, dan alamat pasien : Kurang lengkap, Karena tidak ada
alamat pasien yang dicantumkan.
4. Nama , jumlah, dan cara pembuatan (Ordinatio Praescriptio) : ada
5. Aturan pakai (Signatura): ada
6. Tanda R/ (invocation): ada
7. Paraf dokter (subscription) : ada
3. Nama : Ulfah Fitrianti (17080041)
Kelas : 4B

A. KELENGKAPAN RESEP (Administrasi Resep)


1. Nama, alamat, dan no izin praktek dokter : Lengkap
2. Tempat dan tanggal penulisan resep (inscription) : Kurang lengkap
3. Nama, umur, dan alamat pasien : Kurang lengkap, Karena tidak ada
alamat pasien yang dicantumkan.
4. Nama , jumlah, dan cara pembuatan (Ordinatio Praescriptio) : ada
5. Aturan pakai (Signatura): ada
6. Tanda R/ (invocation): ada
7. Paraf dokter (subscription) : ada
B. Kesesuaian Klinis :

Anda mungkin juga menyukai