DISUSUN OLEH :
1. AULIA RAHMAN
2. BRYANDARA YOSSY RAMADIAN
3. EKA PURNAMA SARI
4. MUHAMMAD ALDI FIRDAUS
5. MOCHAMMAD NOOR DWICAHYO
6. SABNAH DINAYATI
7. SELIN
8. SITI ELISA NURWAHIDAH SAID
9. SYNTYA ANGGRAINI
DISUSUN OLEH :
1. AULIA RAHMAN
2. BRYANDARA YOSSY RAMADIAN
3. EKA PURNAMA SARI
4. MUHAMMAD ALDI FIRDAUS
5. MOCHAMMAD NOOR DWICAHYO
6. SABNAH DINAYATI
7. SELIN
8. SITI ELISA NURWAHIDAH SAID
9. SYNTYA ANGGRAINI
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui
Kaprodi Farmasi Klinis dan Komunitas SMKN 2 Simpang Empat
ii
KATA PENGANTAR
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus dan penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat :
1. Bapak Ribut Giyono, S.Pd., MM. selaku Kepala SMK Negeri 2 Simpang Empat
yang telah memberikan ijin dalam pelarksanaan kegiatan PKL sehingga penulis
dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat di sekolah dalam bentuk praktik nyata.
2. dr. H. Syaifullah Saleh, Sp.PD. selaku Direktur Utama RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor yang telah memberikan kesempatan dan kerjasama yang baik
sehingga kegiatan PKL dapat berjalan dengan lancar.
3. Hendri Hermawan, S.Pd. selaku kaprodi farmasi klinis dan komunitas yang telah
mengatur jalannya PKL sehingga dapat terlaksana dengan baik.
4. Anggraeni Dwi Rahayu, S.Farm. selaku pembimbing laporan yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5. Muhammad Sandi, S.Si., Apt. Selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
masukan, arahan dan bekal ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
PKL
6. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas Do’a, motivasi dan harapan sehingga
penulis dapat menyelesaikan PKL dengan lancar.
7. Teman-teman jurusan farmasi khususnya kelas XI Farmasi angkatan XII yang
selalu memberikan motivasi, dan masukan baik ditempat PKL maupun dalam
menyelesaikan laporan ini.
iii
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamin Yaa Robbal ‘Alamin.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
E. Pelayanan Farmasi Klinik ............................................................. 55
F. LASA ............................................................................................ 58
G. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ............................................. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 63
LAMPIRAN .............................................................................................................. 65
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
GAMBAR 3.29 Lembar Permintaan Obat Rawat Jalan .......................................... 33
GAMBAR 4.1 Faktur Penerimaan Barang ............................................................ 38
GAMBAR 4.2 Ruang Penyimpanan I ................................................................... 39
GAMBAR 4.3 Ruang Penyimpanan II .................................................................. 39
GAMBAR 4.4 Ruang Penyimpanan III................................................................. 39
GAMBAR 4.5 Ruang Penyimpanan IV ................................................................ 40
GAMBAR 4.6 Buku Salinan Resep Umum .......................................................... 43
GAMBAR 4.7 Kartu Stok ..................................................................................... 44
GAMBAR 4.8 Kertas Amprahan .......................................................................... 44
GAMBAR 4.9 Form Pengembalian Obat .............................................................. 45
GAMBAR 4.10 Buku Defekta ................................................................................ 45
GAMBAR 4.11 Buku Masuk .................................................................................. 46
GAMBAR 4.12 Surat Pesanan ................................................................................ 46
GAMBAR 4.13 Surat Pesanan Obat Tertentu ......................................................... 46
GAMBAR 4.14 Surat Pesanan Narkotika ............................................................... 47
GAMBAR 4.15 Surat Pesanan Psikotropika ........................................................... 47
GAMBAR 4.16 Kertas Pengeluaran Obat dan BMHP ............................................ 47
GAMBAR 4.17 Dokumen Catatan Pengantaran Obat (CPO) ................................. 48
GAMBAR 4.18 Buku Salinan Resep Narkotika ..................................................... 52
GAMBAR 4.19 Resep BPJS ................................................................................... 55
GAMBAR 4.20 Resep JKD ..................................................................................... 55
GAMBAR 4.21 Resep Umum ................................................................................. 56
GAMBAR 4.22 Copy Resep ................................................................................... 56
GAMBAR 4.23 Buku MESO .................................................................................. 57
GAMBAR 4.24 Etiket Obat Dalam untuk Sediaan Padat ....................................... 57
GAMBAR 4.25 Etiket Obat Dalam untuk Sediaan Cair ......................................... 57
GAMBAR 4.26 Etiket Obat Luar ............................................................................ 58
GAMBAR 4.27 Simbol – Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun ......................... 61
ix
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan PKL
1) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
2) Menjadikan tenaga kefarmasian yang berkompeten.
3) Menjadikan tenaga kefarmasian yang siap berkompetisi di dunia kerja.
4) Menjadikan tenaga kefarmasian yang bertanggungjawab atas kode etik profesi, UU
yang berlaku dan peraturan sesuai standar profesi yang ditetapkan.
5) Tumbuhnya kemandirian bagi para tamatan sehingga mampu berwiraswasta yang
dapat menyediakan lapangan kerja bagi dirinya dan masyarakat sekelilingnya.
D. Manfaat PKL
Bagi Siswa
1) Mengetahui jenis pelayanan farmasi di rumah sakit meliputi: membantu
menyiapkan obat, membantu meracik obat, membantu distribusi obat keruang
perawatan/pasien dengan pengawasan apoteker.
2) Untuk melatih kedisiplinan siswa/i dalam dunia kerja.
3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi di dalam dirinya melalui praktek kerja
lapangan.
4) Tidak ragu lagi dengan kemampuan yang dimilikinya karena telah membekali diri
dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai.
5) Dapat mengetahui perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
dan pelaporan obat.
6) Dapat membaca resep dokter.
7) Dapat mengetahui faktur dan buku defekta.
8) Dapat mengetahui dan menulis kartu stok obat.
2
9) Mendapatkan informasi mengenai cara penggunaan obat.
10) Dapat bersosialisasi dengan lingkungan kerja dan petugas kerja lainnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Menurut WHO (World Health Organization ), Rumah Sakit adalah bagian internal
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit
(preventif ) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga
kesehatan dan pusat penelitian medik.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
IFRS adalah bagian dari fasilitas yang disediakan rumah sakit untuk
menyelenggarakan kegiatan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu
sendiri. IFRS dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu asisten apoteker yang
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku serta kompeten dan
profesional.
4
IFRS juga memiliki fungsi, antara lain: Pengelolaan perbekalan farmasi, Pelayanan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan juga memiliki
bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi:
1) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan dan pelaporan disetiap kegiatan.
B. Organisasi IFRS
Berdasarkan keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004, Struktur
minimal organisai IFRS memiliki kepala IFRS, bagian administrasi, bagian pengelolaan
perbekalan, bagian farmasi klinik dan bagian manajemen mutu. Struktur ini bersifat
5
dinamis dan harus disesuaikan dengan situsi serta kondisi rumah sakit. IFRS dipimpin
oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang
mempunyai pengalaman 2 tahun dibagian farmasi rumah sakit, Apoteker telah terdaftrar
di Depkes dan mempunyai surat izin kerja. Pada pelaksanaannya apoteker dibantu oleh
Tenaga Ahli Madya Farmasi (D3) dan Tenaga Penengah Farmasi (AA).
2. Apotek
a) Jarang berinteraksi langsung dengan sekolah menengah farmasi.
b) Hanya dalam kaitan PKL.
c) Peran dalam kesehatan masyarakat lebih terbatas.
E. Gudang Farmasi
Adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pemeliharaan
barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya yang
tujuannya akan digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di Kabupaten/ Kodya
yang bersangkutan.
6
Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan yang merupakan
kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan farmasi yang dilakukan
sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik,
pencarian barang mudah dan cepat, barang aman dari pencuri dan mempermudah
pengawasan stok. Gudang farmasi berperan sebagai jantung dari manajemen logistik
karena sangat menentukan kelancaran dari pendistribusian.
7
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
8
selain itu peralatan yang digunakan sebagian besar merupakan hibah dari rumah sakit
Daerah Kotabaru sehingga sebagian besar peralatan tersebut sudah rusak dan tidak dapat
digunakan lagi. Keadaan ini mengakibatkan pelayanan kesehatan yang sangat
dibutuhkan masyarakat belum dapat dilakukan secara berkualitas dan maksimal. Sejak
tanggal 1 Februari 2010 Rumah Sakit Kabupaten ini pindah ke lokasinya yang baru di
desa Sepunggur yang merupakan bangunan sendiri dan memenuhi standar bangunan
Rumas Sakit yang didirikan di atas lahan seluas ± 6 hektar. Pembangunan dilakukan
secara Multy Years dari tahun 2007 s/d 2010 dengan bersumber dari dana APBD Murni
Daerah Kabupaten Tanah Bumbu dengan nilai kontrak Rp. 46.587.685.000,- dan
pekerjaan tambahan sebesar Rp. 1.500.000.000,- sehingga menjadi total Rp.
48.087.685.000,- (Empat Puluh Delapan Milyar Delapan Puluh Tujuh Juta Enam Ratus
Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah).
Tanah Bumbu sebagai kabupaten yang sangat luas, memiliki jumlah penduduk
± 300.000 jiwa dengan ± 83,33% penduduknya memiliki kemampuan ekonomi cukup
baik serta terdapat ± 60 perusahaan berskala nasional dan internasional dengan ribuan
karyawan termasuk pekerja asing sudah mulai berdatangan dan berdomisili di daerah ini.
Dengan kondisi seperti ini maka di kabupaten Tanah Bumbu harus memiliki rumah sakit
yang memiliki standar dan kemampuan yang lebih baik dan harus mempunyai peralatan
yang lebih lengkap (sesuai dengan standar pelayanan Nasional ).
Komitmen yang kuat dari Pemerintah Daerah, DPRD dan Masyarakat untuk
memajukan daerah menjadi potensi yang sangat besar yang dihadapkan dengan
kenyataan bahwa pelayanan kesehatan yang sekarang ini masih belum maksimal
sehingga pemerintah kabupaten harus melakukan berbagai upaya untuk menjaring /
mencari dana yang besar untuk dapat melengkapi sarana pelayanan kesehatan rujukan
(Rumah Sakit) tersebut, salah satunya.
9
C. VISI, MISI, dan Motto Rumah Sakit
1. VISI
“RSUD Tanah Bumbu yang memberi pelayanan berstandar nasional dan
menjadi kebanggaan masyarakat Tanah Bumbu”
2. MISI
a) Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD Tanah
Bumbu.
b) Mengembangkan prasarana dan sarana Rumah Sakit sesuai master plan.
c) Mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit.
d) Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM).
e) Mengembangkan pelayanan dasar unggulan.
3. MOTTO
”Senyum, santun, sapa”
Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu depo farmasi yang
dipersiapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) untuk memberikan
pelayanan perbekalan farmasi selama 24 jam kepada pasien maupun kepada dokter
atau perawat yang melakukan tindakan perawatan kepada pasien.
10
a. Pelayanan medik
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
d. Pelayanan penunjang klinik
e. Pelayanan penunjang non klinik
f. Pelayanan rawat inap
11
Gambar 3.3 Contoh Resep IGD
12
Stok opname di depo IGD
Stok opname di depo IGD dilakukan per tanggal 30 setiap bulannya
terkecuali bulan Februari dilakukan pada tanggal 28.
2. Depo Farmasi OK
Depo OK adalah depo yang berfungsi melayani resep obat dan alkes yang
digunakan untuk operasi yang bersifat selektif dan terencana. Operasi yang
terencana yaitu operasi yang merupakan rujukan dari poli-poli.
14
pihak gudang mendistribusikan obat atau BMHP yang diminta ke depo OK.
Selanjutnya, obat dan BMHP diperiksa kembali kesesuaian barang yang datang
dengan permintaan di LPO sebelum dimasukkan ke kartu stok dan disusun di
etalase masing – masing.
15
3. Depo Farmasi Rawat Inap
Depo farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya
penyediaan obat dan alat kesehatan. Salah satu contoh depo farmasi adalah depo
rawat inap.
16
2) Dokter menulis resep, alkes, dan BMHP beserta jumlah dan dosis di
kartu obat merah, paraf di bubuhkan di akhir penulisan resep hari itu
disertai tanda tutup.
3) Pemilihan jenis dan jumlah obat, alkes dan BMHP oleh dokter
berdasarkan standar formularium jamkesda dan BPJS.
4) Perawat menulis nama pasien dan jumlah kartu obat yang akan
diserahkan ke depo pelayanan rawat inap di buku penyerahan kartu
obat.
5) Perawat mengantar kartu obat ke depo pelayanan rawat inap dan
meminta nama, tanggal, jam, dan paraf petugas depo pelayanan rawat
inap yang menerima kartu obat tersebut di buku penyerahan kartu obat.
6) Petugas depo pelayanan rawat inap mencocokkan nama dan jumlah
kartu obat yang di terima dengan yang di tulis di buku penyerahan kartu
obat, jika sudah benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam, dan paraf
di buku penyerahan kartu obat tersebut.
7) Petugas depo rawat inap menulis kembali nama dan jumlah kartu obat
yang di terima di buku penerimaan kartu obat dan meminta nama,
tanggal, jam dan paraf perawat mengantar kartu obat.
8) Perawat mencocokkan nama dan jumlah kartu obat yang di terima
dengan yang di tulis di buku penerimaan kartu obat, jika sudah benar
dan sesuai berikan nama, tanggal, jam, dan paraf di buku penerimaan
kartu obat tersebut.
9) Untuk pengambilan obat pertama kali, petugas depo pelayanan rawat
inap harus memberi no registrasi farmasi depo rawat inap di kartu obat
tersebut.
10) Untuk pengambilan obat pertama, kartu obat di berikan no registrasi
farmasi depo rawat inap.
11) Kartu obat di analisis diarahkan untuk penggunaan 1 hari saja, serta
pertimbangan obat yang masih ada di ruangan seperti obat minum
ataupun alkes.
12) Resep obat, alkes dan BMHP yang ditulis di kartu obat disalin kembali
pada blanko resep 2 (dua) rangkap, lengkap dengan no resep, tanggal,
nama dokter, nama, umur, alamat, dan no telepon pasien.
13) Input data ke komputer.
17
14) Obat, alkes, dan BMHP disiapkan, dan diberi etiket, dikemas.
15) Selanjutnya di informasikan pasien atau keluarga pasien melalui
petugas administrasi ruangan via telepon bahwa sudah siap dan dapat
diambil, dengan membawa formulir pengambilan obat dan surat
jaminan pelayanan.
16) Jika pasien belum memiliki formulir pengambilan obat dan surat
jaminan pelayanan (surat-surat belum lengkap), petugas administrasi
keabsahan peserta jaminan masyarakat tidak mampu harus
memberikan catatan beserta paraf dan stempel setiap kali pengambilan
obat, diluar jan kerja petugas tersebut konfirmasi keruangan apakah
status pasien di ruangan juga sebagai pasien yang menggunakan
jaminan kesehatan termasuk BPJS.
17) Setiap resep di lampirkan 1 lembar surat jaminan pelayanan sebagai
pertinggal di depo rawat inap. Kartu obat diserahkan kembali kepada
perawat di ruangan setelah pasien mengambil obat, alkes, dan BMHP
di hari yang sama sesegera mungkin oleh petugas depo rawat inap.
18) Petugass depo pelayanan rawat inap menulis nama pasien dan jumlah
kartu obat yang akan di serahkan ke perawat di buku penyerahan
kembali kartu obat.
19) Petugas depo pelayanan rawat inap mengantar kartu obat keruangan
dan meminta nama, tanggal, jam, dan paraf perawat yang menerima
kartu obat tersebut di buku penyerahan kembali kartu obat tersebut.
20) Perawat mencocokkan nama dan jumlah kartu obat yang diterima
dengan yang di tulis di buku penyerahan kembali kartu obat, jika sudah
benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam, dan paraf di buku
penyerahan kembali kartu obat tersebut.
21) Perawat menulis kembali nama dan jumlah kartu obat yang diterima di
buku penerimaan kembali kartu obat dan meminta nama, tanggal, jam,
dan paraf petugas depo rawap inap yang mengantarkan kartu obat.
22) Petugas depo rawat inap mencocokkan nama dan jumlah kartu obat
yang di terima dengan yang di tulis di buku penerimaan kembali kartu
obat, jika sudah benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam, dan paraf
di buku penerimaan kembali kartu obat tersebut.
18
23) Setelah pasien pulang petugas administrasi ruangan menyerahkan
kembali kartu obat, formulir pengambilan obat dan surat jaminan
pelayanan ke depo rawat inap.
24) Semua pemakaian obat golongan narkotik untuk pasien rawat inap
dicatat dalam formulir pemakaian obat golongan narkotik yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Karena sebelum pasien
pulang kartu obat akan di kembalikan ke ruangan maka semua
pemakaian obat golongan narkotik dan psikotropika untuk pasien rawat
inap akan dicatat dalam formulir pemakaian obat golongan narkotik
dan psikotropika yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan
tiap bulannya, di tulis formulir sementara sebagai bukti pertanggal di
depo rawat inap (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotik
dan psikotropika). Dimana pada formulir pemakaian obat golongan
narkotik dan psikotropika tertera nama pasien, alamat pasien, no rekam
medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotik dan
psikotropika.
25) Adapun prosedur penagihan biaya dilakukan dengan cara:
-Semua resep di rekap sesuai nama pasien dan urutan tanggal resep.
-Total akhir penagihan per pasien berdasarkan tanggal pasien pulang
dari rumah sakit.
-Data akan diperiksa ulang oleh petugas dan di paraf, juga di tanda
tangani ole kepala isntalasi farmasi.
-diserahkan kepada tim verifikasi dengan lampiran copy resep paling
lambat tanggal 5 tiap bulannya.
-setelah diverifikasi, berkas akan diserahkan kepada bagian keuangan
rumah sakit, paling lambat 6 hari kerja setelah berkas di serahkan
kepada instalasi farmasi.
-selanjutnya bagian keungan akan membayar sejumlah tagihan kepada
instalasi farmasi rumah sakit, paling lambat 3 hari kerja setelah di
serahkan tim verifikasi.
-penagihan dan pembayaran ini akan dilakukan setiap sebulan sekali.
19
b. Alur Pelayanan depo rawat inap pasien umum
1) Perawat mempersiapkan dan melengkapi kartu obat putih dengan nama,
nomor rekam medik, ruang pasien, nomor kamar pasien dan nomor hp
pasien atau keluarga pasien.
2) Dokter menulis resep obat, alkes dan BMHP beserta jumlah dan dosis
di kartu obat putih, paraf di bubuhkan di akhir penulisan resep hari itu
disertai tanda tutup.
3) Perawat menulis nama pasien dan jumlah kartu obat yang diserahkan
ke depo pelayanan rawat inap di buku penyerahan kartu obat.
4) Perawat mengatar kartu obat kedepo pelayanana rawat inap dan
meminta nama, tanggal, jam dan paraf petugas depo pelayanan rawat
inap yang menerima kartu obat tersebut di buku penyerahana kartu obat.
5) Petugas depo pelayanan rawat inap mencocokan nama dan jumlah
kartu obat yang diterima dengan yang di tulis di buku penyerahan kartu
obat, jika sudah benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam dan parraf
di buku penyerahan kartu obat tersebut.
6) Petugas depo rawat inap menulis kembali nama dan jumlah kartu obat
yang di terima di buku penerimaan kartu obat dan meminta nama,
tanggal, jam dan paraf perawat yang mengantar obat.
7) Perawaat mencocokkan nama dan jumlah kartu obat yang diterima
dengan yang diterima dengan yang di tulis di buku penerimaan kartu
obat, jika sudah benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam dan paraf
di buku penerimaan kartu obat tersebut.
8) Untuk pengambilan obat pertama kali, petugas depo pelyanan rawat
inap harus memberi no regestrasi farmasi depo rawat inap di kartu obat
tersebut.
9) Kartu obat di analisis diarahkan untuk penggunaan 1 hari saja, kecuali
ada permintaan khusus dari dokter dan telah mendapat persetujuan dari
keluarga pasien atau pasien, serta pertimbangan obat yang masih ada
di ruangan seperti obat minum ataupun alkes.
10) Jika ada obat, alkes dan BMHP yang perlu dilakukan konfirmasi lebih
lanjut ke dokter, kosong stock p dan lain sebagainnya, informasikan ke
perawat di ruangan terlebih dahulu, kemudian tanyakan dan catat kapan
obat akan diberikan atau digunakan.
20
11) Petugas depo rawat inap harus segera melakukan konfirmasi kepada
dokter mengenai obat, alkes dan BMHP yang stock nya kosong dan
menginformasikan stock obat yang ada dari brand lain yang
kandungannya sama.
12) Jika dokter yang bersangkutan tidak dapat dihubungi sampai
mendekati waktu obat, alkes dan BMHP akan digunakan atau diberikan,
berdasarkan SK direktur ( menyusul ) akan diganti ke generik atau
stock yang ada untuk obat, diberikan jenis dan fungsi yang sama atau
mendekati untuk alkes dan BMHP.
13) Jika dokter menulis obat, alkes dan BMHP yang belum tersedia di
Instalasi Farmasi, berdasarkan SK Direktur (menyusul) dokter harus
menuliskan copy resep yang disetujui komite farmasi dan terapi
disetujui oleh Direktur.
14) Obat, alkes, dan BMHP yang diserahkan disalin kembali pada blanko
resep 2 (dua) rangkap, lengkap dengan nomor resep, tanggal, nama
dokter, nama, umur, alamat, dan nomor telepon pasien. Kemudian di
input ke komputer, selanjutnya diberi harga, diinformasikan harganya
kepada pasien atau keluarga pasien melalui petugas administrasi
ruangan.
15) Obat, alkes, dan BMHP disiapkan. Diberi etiket, dikemas lalu
dibuatkan kuitansi (rangkap dua) dengan nomor yang sama di blanko
resep dan di stempel. Obat, alkes, dan BMHP serta kuitansi asli
diserahkan atau diantar ke keluarga pasien atau pasien setelah
melakukan pembayaran dan setelah menandatangani blanko resep
rangkap 2 (dua). Copy kuitansi beserta beserta blanko resep sebagai
pertinggal di depo rawat inap.
16) Kartu obat diserahkan kembali kepada perawat di ruangan setelah
pasien mengambil obat, alkes dan BMHP di hari yang sama sesegera
mungkin oleh petugas depo rawat inap.
17) Petugas depo pelayanan rawat inap menulis nama pasien dan jumlah
kartu obat yang akan diserahkan ke perawat di buku penyerahan
kembali kartu obat. Petugas depo pelayanan rawat inap mengantar
kartu obat ke ruangan dan meminta nama, tanggal, jam, dan paraf
21
perawat yang menerima kartu obat tersebut di buku penyerahan
kembali kartu obat.
18) Perawat mencocokkan nama dan jumlah kartu obat yang diterima
dengan yang ditulis di buku penyerahan kembali kartu obat, jika sudah
benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam dan paraf di buku
penyerahan kembali kartu obat tersebut.
19) Perawat menulis kembali nama dan jumlah kartu obat yang diterima di
buku penerimaan kembali kartu obat dan meminta nama, tanggal, jam,
dan paraf petugas depo rawat inap yang mengantar kartu obat.
20) Petugas depo rawat inap mencocokkan nama dan jumlah kartu obat
yang diterima dengan yang di tulis di buku penerimaan kembali kartu
obat, jika sudah benar dan sesuai berikan nama, tanggal, jam dan paraf
di buku penerimaan kembali kartu obat tersebut.
21) Setelah pasien pulang petugas administrasi ruangan menyerahkan
kembali kartu obat ke depo rawat inap.
22) Semua pemakaian obat golongan narkotik untuk pasien rawat inap
dicatat dalam formulir pemakaian obat golongan narkotik yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.
23) Karena sebelum pasien pulang kartu obat akan dikembalikan ke
ruangan maka semua pemakaian obat golongan narkotik dan
psikotropika untuk pasien rawat inap akan dicatat dalam formulir
pemakaian obat golongan narkotik dan psikotropika yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan tiap bulannya, ditulis
formulir sementara sebagai bukti pertinggal di depo rawat inap (untuk
keperluan administrasi dan pelaporan narkotik dan psikotropika).
Dimana pada formulir pemakaian obat golongan narkotik dan
psikotropika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medik
pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotik dan
pskotropika dan yang digunakan.
24) Jika pasien belum memiliki dana yang cukup, sedangkan pelayanan
tetap harus dilaksanakan, akan ada prosedur lebih lanjut.\
22
Pengadaan obat atau BMHP di depo rawat inap dilakukan dengan cara
mengirimkan Lembar Permintaan Obat (LPO) ke gudang IFRS. Kemudian, gudang
memeriksa LPO yang diberikan dan menyiapkan obat atau BMHP yang diminta.
Kemudian, pihak gudang mendistribusikan obat atau BMHP yang diminta ke depo
rawat inap. Selanjutnya, obat dan BMHP diperiksa kembali kesesuaian barang
yang datang dengan permintaan di LPO sebelum dimasukkan ke kartu stok dan
disusun di etalase masing – masing.
23
Gambar 3.10 Depo Rawat Jalan
Depo farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya
penyediaan obat dan alat kesehatan. Salah satu contoh depo farmasi adalah depo
rawat jalan.
Depo farmasi rawat jalan memberikan pelayanan obat dan BMHP kepada
pasien, baik pasien umum, masyarakat miskin, dan BPJS.
24
c. Kemudian, petugas farmasi melakukan dispensing obat. Dispensing obat
merupakan proses yang mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
petugas farmasi mulai dari penerimaan resep dengan memastikan penyerahan
obat yang tepat bagi pasien serta kemampuannya mengonsumsi sendiri
dengan baik. Kegiatan dalam proses dispensing mencakup:
1) Menerima dan memvalidasi resep.
2) Mengkaji kelengkapan resep.
3) Memahami isi resep yang diberikan.
4) Menyediakan atau meracik obat yang tertulis pada resep.
5) Memberikan wadah dan etiket yang benar pada obat.
6) Menyerahkan obat yang telah disiapkan kepada pasien dengan melalui
Apoteker yang bertugas sebagai PIO.
Dispensing obat ini bertujuan untuk:
1) Mendapatkan dosis yang tepat dan aman.
2) Menyediakan nutrisi bagi pasien yang tidak dapat menerima obat
secara oral atau emperal.
3) Menurunkan total biaya obat.
Jenis-jenis dispensing sediaan farmasi:
1) Dispensing khusus, berupa pencampuran nutrisi parenteral (suntik).
2) Dispensing sediaan steril, merupakan rangkaiaan perubahan bentuk
obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan
atau penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh
apoteker di sarana pelayanan kesehatan.
25
Gambar 3.13 Mortir dan Stamper
26
Gambar 3.16 Blender
d. Pada depo rawat jalan dilakukan juga KIE (Konsultasi, Informasi, dan
Edukasi). Tujuan dilakukan KIE adalah untuk meningkatkan keberhasilan
27
terapi, memaksimalkan terapi, meminimalisir resiko efek samping, KIE
dilakukan oleh apoteker pada saat penyerahan obat.
28
e. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan serta tertib
administrasi.
b. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui:
1) Pembelian
a) Secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi)
b) Secara langsung dari pabrik atau distributor atau PBF atau
Rekanan.
2) Produksi/pembuatan sediaan farmasi
a) Produksi Steril.
b) Produksi Non Steril.
3) Sumbangan/dropping/hibah.
29
c. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan:
1) Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
2) Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
3) Mudah tidaknya meledak atau terbakar.
Selain itu, penyimpanan di gudang juga disertai dengan sistem
informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan. Misalnya software terintegrasi dengan depo – depo yang ada di
Rumah Sakit.
30
Gambar 3.22 Lemari Obat Psikotropika
31
Gambar 3.25 Etalase Obat Luar
d. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Rumah Sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas
dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkana
efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada, metode sentralisasi atau
32
desentralisasi, sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau
kombinasi.
1) Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan
secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persedian lengkap
di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi
oleh Satelit Farmasi.
33
3) Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien diluar jam kerja yang diselenggarakann oleh:
a) Apotek rumah sakit atau satelit farmasi yang dibuka 24 jam.
b) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi.
34
BAB IV
KEGIATAN PELAYANAN FARMASI
Prinsip perencanaan pengadaan obat, Ada dua cara yang digunakan dalam
menetapkan kebutuhan yaitu berdasarkan:
a. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai
kasus penderita dengan dasar formularium Rumah Sakit, kebutuhan disusun
menurut data tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem
administrasi atau akuntansi instalasi farmasi Rumah Sakit. Data kebutuhan
tersebut kemudian dituangkan dalam perencanaan operasional yang
digunakan dalam anggaran setelah berkonsultasi dengan panitia farmasi dan
terapi.
35
kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan membentuk
tim perencanaan pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penggunaan dana obat melalui kerja sama antar instansi yang
terkait dengan masalah obat.
b. Tahap Perencanaan
1) Tahap Pemilihan Obat
Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan
sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis obat
yang digunakan atau dibeli.
2) Tahap Perhitungan Obat
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau
kelebihan dengan koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan
obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah, dan tepat
waktu.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan dirumah
sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok
eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar
farmasi.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan
jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada
saat diperlukan.
3. Penerimaan
Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF, tanggal, jenis dan
jumlah barang), kemudian dicocokkan/pengecekan (ED obat, keadaan fisik obat,
sesuai dengan permintaan jenis dan jumlah obat). Jika sesuai maka faktur
ditandatangani Apoteker /AA (nama terang, SK, cap apotek), dan faktur asli akan
diperoleh jika sudah melunasi pembayaran obat. Obat yang diperoleh dicatat di
buku penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang mengirim barang, harga barang,
dan no.batch. No.batch penting karena sewaktu-waktu BPOM bisa menarik obat
tertentu dengan no.batch tertentu.
Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat penting. Jenis,
jumlah, kualitas, spesifikasi dan persyaratan lainnya dari barang yang diterima
harus sama dengan yang tercantum dalam kontrak. Proses penerimaan sangat
penting karena pada proses inilah kita dapat menyaring barang-barang yang tidak
bermutu dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
37
Gambar 4.1 Faktur Penerimaan Barang
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengelolahan barang persediaan ditempat penyimpanan. Pengelolaan tersebut
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kualitas barang dapat dipertahankan dan
terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang aman
dari pencurian, mempermudah pengawasan stock barang. Untuk keperluan tersebut
diperlukan kegiatan-kegiatan seperti:
a. Perencanaan ruangan penyimpanan.
b. Perencanaan dan pengoperasian alat pengatur barang.
c. Penyelenggaraan prosedur peyimpanan.
d. Pengamanan.
e. Pengeluaran.
Penataan perbekalan farmasi:
a. Harus ditata secara alfabet agar tidak kesulitan dalam mencari.
b. Menggunakan sitem FIFO dan FEFO.
c. Bahan baku → dipisahkan serbuk, cairan, dan yang setengah padat,
kemudian disusun berdasarkan alfabetis.
d. Obat jadi lebih baik disusun berdasarkan bentuk sediaan lalu masing-masing
disusun berdasarkan alfabetis.
e. Lemari khusus → terutama untuk golongan narkotika dan psikotropika harus
dipisah penyimpanannya dalam lemari khusus.
f. Obat dengan persyaratan suhu dingin → simpan di kulkas.
g. Obat generik → bisa juga dikelompokkan jadi 1 rak tersendiri.
h. Antibiotika → boleh dikelompokkan tersendiri.
38
i. Alat kesehatan → boleh dikelompokkan tersendiri.
39
d. Penyimpanan IV meliputi : Infus
5. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan setelah proses penarikan dengan melibatkan pihak
ketiga, kecuali bila rumah sakit mampu melakukan pemusnahan yang ditunjang
dengan adanya sarana, prasarana dan sumber daya manusia yang memenuhi syarat.
Pemusnahan dilakukan apabila telah melewati 3 tahun.
Sedangkan rumah sakit yang tidak memiliki hal tersebut maka rumah sakit
wajib menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk melakukan proses
pemusnahan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana tahapan
pemusnahan sesuai dengan PERMENKES nomor 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu:
a. Membuat daftar perbekalan farmasi yang akan dilakukan pemusnahan.
b. Membuat berita acara pemusnahan perbekalan farmasi.
c. Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait diluar farmasi (kesehatan
lingkungan, rumah tangga, pihak ketiga sebagai pemusnahan perbekalan
farmasi, dinas kesehatan dan BPOM) tentang jadwal, metode, tempat dan
proses pemusnahan.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan (bila memiliki sarana pemusnahan).
e. Melakukan proses pemusnahan (bila memiliki sarana pemusnahan).
Ada banyak metode pemusnahan yang dilakukan, akan tetapi yang banyak
digunakan adalah menggunakan alat pembakar atau “incinerator” dengan
membakarnya hingga menjadi abu, dan ini butuh biaya besar, akan tetapi ada juga
yang dilakukan dengan cara merendam dalam air dalam kolam, atau ada juga
40
dengan cara mengubur didalam tanah, akan tetapi semua bergantung pada bahan
pembuat awal dari perbekalan farmasi itu sendiri, karena ada yang tidak dapat
hancur dengan air atau ada bahan perbekalan farmasi yang tidak dapat hancur
dengan proses penguburan dalam tanah.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan di rumah sakit mempunyai keuntungan yaitu
sedikitnya produk farmasi yang sama beredar di rumah sakit sehingga pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit tersebut dapat efisien, dan selanjutnya dapat
mengefisiensikan di bidang lain yaitu keuangan, karena dengan sedikit perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit maka stok atau inventory di gudang farmasi
tidak akan banyak item disimpan, dengan sedikit item perbekalan farmasi maka
petugas farmasi tidak akan terlalu lama dalam menyiapkan ataupun mencari
perbekalan yang dimaksud.
Pengendalian di rumah sakit ini dilakukan bukan hanya oleh bagian farmasi
saja, melainkan butuh suatu tim yang didalamnya ada pengguna terbanyak
perbekalan farmasi yaitu dokter, tim atau komite yang dibuat tersebut adalah
komite atau tim farmasi dan terapi rumah sakit, yang diketuai oleh dokter, dengan
apoteker dan beranggotakan tenaga kesehatan lain ataupun unit penunjang lain
seperti dokter, apoteker, tenaga teknis farmasi, perawat, bidan, analis, radiographer,
dan sebagainya disesuaikan dengan keperluan.
Untuk selanjutnya tim atau komite farmasi dan terapi membuat pegangan
terapi yaitu formularium rumah sakit, dimana dalam formularium berisi daftar
perbekalan farmasi, golongan atau guna terapi, dan asal perbekalan farmasi
terasebut, formularium rumah sakit umumnya dibuat sejalan dan selaras dengan
clinical pathway yang disusun oleh tim clinical pathway.
41
c. Memastikan bahwa persediaan yang ada di rumah sakit bisa efektif, tidak
berlebih, tidak kosong atau kurang, sehingga terhidar dari rusak karena
sediaan yang banyak dan kadaluwarsa karena lama di penyimpanan.
Pada suatu waktu tertentu di rumah sakit ditetapkan adanya stok opname,
dimana dalam stok opname dapat diidentifikasi perbekalan mana saja fast moving,
slow moving, kadaluwarsa dan sekaligus dilakukan penarikan perbekalan
mendekati kadaluwarsa, dalam proses stok opname didapatkan informasi yang
kemudian digunakan sebagai dasar pengendalalian peredaran perbekalan farmasi.
b. Kartu Stok
Digunakan untuk mencatat berapa jumlah obat dan alkes yang masuk
dan keluar setiap harinya. Dalam kartu stock terdapat nama barang, kemasan,
kolom tanggal, barang masuk, barang keluar, sisa barang dan keterangan.
Putih untuk obat tablet, Merah muda untuk obat sirup, Biru untuk obat topikal,
Hijau untuk BMHP, Kuning untuk obat injeksi.
43
Gambar 4.7 Kartu Stok
c. Kertas Amprahan
Kertas yang digunakan untuk melakukan permintaan obat dan alkes dari
gudang instalasi farmasi dan distribusikan ke setiap depo.
44
Gambar 4.9 Form Pengembalian Obat
e. Buku defekta
Buku yang digunakan untuk mengetahui catatan obat keluar, masuk,
habis stock atau akan habis. Defekta ini digunakan untuk pemesanan barang
yang direncanakan.
f. Buku Masuk
Buku yang digunakan untuk mencatat semua obat yang masuk sesuai
dengan faktur, yang terdiri dari tanggal datang, nama item, jumlah, no batch,
expired date, harga satuan, total harga dan nama distributor.
45
Gambar 4.11 Buku Masuk
g. Surat Pesanan
Digunakan untuk memesan obat yang telah habis yang akan diberikan
kepada distributor.
46
Gambar 4.14 Surat Pesanan Narkotika
47
B. Pelayanan Resep
1. Pelayanan Resep Depo Rawat Inap
Pelayanan obat di depo rawat inap yaitu pelayanan CPO dari setiap ruang
perawatan.
Berikut pelayanan CPO di Rawat Inap :
a. Petugas depo farmasi menerima resep dan CPO dari ruang perawatan.
b. Petugas depo farmasi melakukan telaah resep pada tahap awal.
c. Petugas farmasi menyiapkan perbekalan farmasi dengan ketentuan untuk
obat oral disisipkan cara penggunaannya pada etiket.
d. Petugas depo farmasi melakukan konfirmasi kedokter jika penulisan resp
tidak jelas dan jenis perbekalan yang diresepkan tidak tersedia.
e. Sebelum perbekalan farmasi diserahkan petugas depo farmasi melakukan
telaah resep tahap akhir dan memeriksa kesesuaian jumlah perbekalan
farmasi yang akan diserahkan.
f. Petugas depo farmasi mengantar perbekalan farmasi keruang perawatan serta
meminta paraf perawat pada kolom penerima resep setelah mencek
kesesuaian jumlah obat yang diminta.
g. Petugas farmasi membawa kembali dokumen CPO dan diserahkan pada
operator penginput resep.
48
Berikut pelayanan resep di Rawat Jalan :
a. Petugas depo farmasi menerima resep dari pasien/keluarga pasien.
b. Petugas depo farmasi melakukan pemeriksaan kelengkapan resep, seperti:
1) Tanggal penulisan resep
2) Nama dokter
3) Nama obat, jenis obat, dan jumlah obat
4) Cara pembuatan (diracik atau tidak)
5) Aturan pakai
6) Nama pasien
7) Umur pasien
c. Petugas depo farmasi melakukan entry data di komputer serta menuliskan
harga obat dalam resep.
d. Jika ada obat racikan dihitung sesuai dengan dosis sedangkan untuk obat non
racik langsung disiapkan sesuai dengan resep.
e. Petugas farmasi memeriksa kesesuaian perbekalan farmasi yang diminta
sesuai dengan resep.
f. Petugas depo farmasi melakukan pengemasan serta pemberian etiket sesuai
dengan resep dokter.
g. Sebelum obat diserahkan, petugas yang menyerahkan obat meneliti kembali
obat yang telah disiapkan sesuai dengan resep serta dikonfirmasi ulang data
pasien tersebut.
h. Petugas depo farmasi melakukan penyerahan serta memberikan informasi
yang tepat tentang cara penggunaan obat kepada pasien.
3. Depo IGD
Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu yang memberikan
pelayanan perbekalan farmasi selama 24 jam kepada pasien maupun kepada
dokter/perawat yang melakukan tindakan perawatan kepada pasien.
Berikut pelayanan resep di IGD:
1) Menerima resep.
2) Memeriksa kelengkapan perbekalan farmasi.
3) Memasukkan obat keplastik yang telah disediakan.
4) Menuliskan etiket untuk obat yang akan diserahkan.
5) Melakukan entry data dikomputer.
49
6) Mengonfirmasikan harga obat kepada pasien serta menuliskannya dalam
resep.
7) Pasien melakukan pembayaran di administrasi apabila umum.
8) Penyerahan resep yang telah ditebus diloket administrasi.
9) Penyerahan serta memberikan informasi yang tepat tentang cara penggunaan
obat kepada pasien.
52
Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus
congnitus) yang artinya cara pakai diketahui
2) Obat narkotika dalam resep diberi garis bawah tinta merah sedangkan
obat psikotropika diberi garis bawah tinta biru.
3) Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus
dibuat resep baru.
4) Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep
yang lain.
5) Jika pasien hanya meminta setengah obat narkotika yang diresepkan,
maka diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut,
tetapi copy resep tersebut hanya dapat ditebus kembali ditempat yang
menyimpan resep aslinya, tidak bisa di tempat lain.
6) Jika pasien berada diluar kota, maka copy resep tetap tidak bisa ditebus,
melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di daerah/kota
tersebut dengan menunjukkan copy resep yang dibawa sehingga pasien
tetap bisa memperoleh obatnnya.
Tabel 4.1 Obat Narkotika
No. Nama Obat Golongan
1 Codein 10 mg Tab
Narkotika Gol. III
2 Codein 20 mg Tab
3 Fentanyl 0,05 mg/ml Inj Narkotika Gol. I
4 Morfina 10 mg/ml Inj
5 MST 10 mg (Morfin) Tab Narkotika Gol. II
6 MST 15 mg (Morfin) Tab
7 Pethidin HCl 50 mg/ml Inj Narkotika Gol. II
53
6 Proclozam 10 mg (Clobazam) Tab
7 Diazepam 2 mg Tab
8 Diazepam 5 mg Tab
9 Diazepam 5 mg/ml Inj
10 Valisanbe 5 mg/ml (Diazepam) Inj
11 Lorazepam 2 mg Tab
12 Merlopam 0,5 mg (Lorazepam) Tab
Psikotropika Gol. IV
13 Merlopam 2 mg (Lorazepam) Tab
14 Midazolam – Hameln 1 mg/ml Inj
15 Miloz 5 mg/ml Inj
16 Phenobarbital 30 mg Tab
17 Sibital 100 mg/ml (Phenobarbital) Inj
Proneuron (Metamizole 500 mg +
18
Diazepam 2 mg) Tab
54
persediaan lengkap diruangan (floor stock), sistem resep per orangan (individual
prescribing), sistem dosis unit (unit dose dispensing) sistem oleh satelit farmasi.
55
Gambar 4.20 Resep JKD
56
Gambar 4.23 Buku MESO
Etiket adalah sediaan apoteker atau farmasi untuk memberi petunjuk cara
pemakaian obat tersebut kepada pengguna atau pasien.
Etiket dibedakan menjadi 2 macam, yaitu etiket putih dan etiket biru.
1) Etiket putih digunakan untuk memberi tanda pada obat dalam (obat yang
masuk kedalam tubuh melalui kerongkongan dan melalui saluran
pencernaan).
57
2) Etiket biru digunakan untuk memberi tanda pada obat luar (obat untuk
pemakaian luar tubuh atau luar saluran pencernaan).
5. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi masalah
pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat
jalan dan rawat inap.
7. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
F. LASA
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip) merupakan obat yang memiliki kemasan yang terlihat mirip atau obat
yang memiliki nama yang terdengar mirip. Obat LASA harus menjadi perhatian khusus
terutama pada saat dispensing obat karena bisa saja terjadi kesalahan dalam pengambilan
58
obat yang dapat berakibat fatal bagi pasien sehingga perlu penandaan khusus. Setiap
obat LASA yang masuk dan diterima gudang farmasi diberi tanda “OBAT LASA” pada
kotak pembungkus/box obat. Obat LASA disimpan terpisah dengan obat LASA lainnya
yang sama jenisnya dan disesuaikan dengan stabilitas penyimpanan.
59
Ondansetron 4 mg Ondansentron 8 mg
Pantoprazole 20 mg Pantoprazole 40 mg
Pepzol 20 Pepzol 40
Piracetam 400 mg Piracetam 800 mg Piracetam 1200 mg
Piracetam 1g inj Piracetam 3g inj
Rifampicin 300 mg Rifampicin 400 mg Rifampicin 600 mg
Sanmol drop Sanmol syrup
Salbutamol 2 mg Salbutamol 4 mg
Simvastatin 10 mg Simvastatin 20 mg
Thyrozol 5 mg Thyrozol 10 mg
Ventolin nebules Ventolin inhaler
Di rumah sakit, B3 dapat berupa bahan kimia, obat kanker (sitostatika), reagensia,
antiseptik dan disinfektan, limbah infeksius, bahan radioaktif, insektisida, pestisida,
pembersih, detergen, gas medis dan gas non medis. Keragaman jenis B3 yang ada di
rumah sakit, membuat rumah sakit menjadi salah satu industri yang diwajibkan mampu
mengelola B3 dengan baik.
60
Gambar 4.27 Simbol – Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan program tahunan sekolah SMK
Negeri 2 Simpang Empat untuk membandingkan kemampuan siswa berdasarkan teori
yang telah diterima di sekolah. Program ini bertujuan agar siswa dapat
mempraktekkan teori dan melatih kemampuan secara langsung pada dunia kerja.
B. Saran
Bedasarkan pengalaman yang telah kami dapatkan setelah melakukan program
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pelayanan, seperti pada saat
pencatatan keterangan pada CPO, yang mana obat tersebut termasuk jenis injeksi, oral,
atau topikal, dan tingkatkan terus sistem pelayanan yang mampu memberikan
kepuasan terhadap pasien secara optimal. Pada pembelajaran terhadap anak didik,
diharapkan penyampaian materi berkaitan dengan hal pelayanan, terus gali potensi
dari anak didik guna memajukan mutu pendidikan ilmu kesehatan, berikan ilmu
kepada anak didik secara maksimal dan berkualitas baik.
62
DAFTAR PUSTAKA
Luspyantrini, Tiiz (2010). Laporan Praktek Kerja Lapangan Di RSAL Dr. Mintohardjo.
Diambil pada tanggal 16 Februari 2020 dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.ui.ac.id/file%3Ffil
e%3Ddigital/2017-11/20393507-TA-
Tiiz%2520Luspyantrini.pdf&ved=2ahUKEwim59fG64blAhVk8HMBHZetBzoQFjAA
egQIARAB&usg=AOvVaw0bKz9hlJDOxND_gj9w-Vbh
Sarwanto, Muzaroh (2017). Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Diambil pada tanggal 22 Maret
2020 dari http://muzarohsarwanto.blogspot.com/2017/07/instalasi-farmasi-rumah-sakit-
hospital.html?m=1
Academia (2015). Penyimpanan Obat Lasa. Diambil pada tanggal 22 Maret 2020 dari
https://www.academia.edu/29002134/Penyimpanan_Obat_LASA
63
Sutan, Fauzi (2014). Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek. Diambil pada tanggal
29 Maret 2020 dari https://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/02/pengelolaan-
narkotika-dan-psikotropika.html
Kampus Farmasi (2015). Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi. Diambil pada
tanggal 29 Maret 2020 dari http://kampusfarmasi.blogspot.com/2015/07/pebcatatan-dan-
pelaporan-perbekalan.html
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Bersama Pasca Pemusnahan Obat Rusak dan Sudah Kadaluarsa
65