Anda di halaman 1dari 4

Prospek Agribisnis Nilam

Mendukung Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Oleh : M. Al-Jabri

Perbedaan harga minyak nilam di tingkat petani dengan pedagang pengumpul /


eksportir terlalu banyak yang sampai saat ini sulit dikendalikan perbaikannya.

Sesungguhnya harga minyak nilam dunia relatif stabil dengan harga cukup menjanjikan,
namun harganya ditekan serendah mungkin oleh oknum yang hanya mementingkan diri
sendiri tanpa ada keinginan untuk membela petani dengan alasan kadar patchouly
alcohol di bawah standar (<30%). Masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, sebab
petani tidak mau tanam nilam lagi sehubungan dengan harga terna basah/kering atau
harga minyak nilamnya sangat murah. Oleh karena itu, pemerintah, investor, eksportir,
dan Asosiasi Minyak Atsiri berkewajiban untuk membentuk sistem agribisnis nilam
secara professional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

PENDAHULUAN
Agar pengembangan agribisnis nilam dapat berjalan dengan baik maka ada 4 pilar yang
satu sama lain secara bersama-sama harus saling memberikan kontribusi, antara lain: (1)
pilar budidaya nilam, (2) pilar pascapanen, (3) pilar pasar, (4) pilar modal. Keempat
pilar tersebut sangat erat berhubungan dengan transfer teknologi yang harus dikawal
mulai dari penggunaan varietas nilam unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan
berimbang berdasarkan konsep uji tanah, pemeliharaan tanaman yang konsisten
terutama ketersediaan air sepanjang pertumbuhan tanaman, pencegahan serangan hama
dan penyakit, proses pelayuan dan pengeringan daun yang benar, teknik penyulingan
yang benar. Jika transfer teknologi tersebut dilakukan dengan baik dan benar, maka
rendemen minyak nilam dapat ditingkatkan sampai >3% dan kadar patchouly alcohol
dalam minyak nilam dapat ditingkatkan sampai >3%. Berdasarkan 4 pilar agribisnis
nilam tersebut di atas yang harus diciptakan, sehingga sangat dimungkinkan dijadikan
pertimbangan sebagai suatu kemungkinan Indonesia dapat mengekspor minyak nilam
secara berkelanjutan dan menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor minyak
nilam dunia terbesar sepanjang masa.

Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan bahan baku parfum, kosmetika,


farmasi, prospek agri-business dan agro-industry nilam di Indonesia adalah negara
eksportir minyak nilam terbanyak, sebab memasok lebih dari 70% pangsa pasar dunia.
Di samping itu, Indonesia juga mengekspor 14 jenis minyak atsiri lainnya dari 70 jenis
minyak atsiri yang sangat dibutuhkan dunia. Oleh karena itu, pemerintah, petani,
pengusaha alat suling, pedagang perantara, dan eksportir sebagai faktor penentu secara
bersama-sama harus menciptakan sistem agri-business dan agro-industry nilam yang
dikelola secara professional yang dipastikan dapat menyangga pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, jika tidak maka peluang target dari bisnisnya sulit dicapai.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah berpengaruh pada
kemunduran pertumbuhan ekonomi, sehingga dampak negatif terhadap peningkatan
pengangguran, penurunan daya beli masyarakat, peningkatan harga pupuk dll. Salah
satu cara untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia antara lain
menciptakan sistem agri-business dan agro-industry nilam secara terpadu yang
berpedoman pada kemauan pihak-pihak terkait dari unsur pemerintah dan swasta secara
sinergis untuk melakukan kerjasama kemitraan sehingga target dari bisnisnya dapat
dengan mudah dicapai. Namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, target agribusiness
dan agro-industry nilam yang semula dilakukan di Indonesia yang hanya menghasilkan
minyak nilam kotor dengan rendemen minyak <3% dan kadar patchouly alcohol <32%,
maka minyak nilam kotor atau crude patchouly oil yang diekspor dengan harga murah
hendaknya dimurnikan (refinement) sendiri di Indonesia, kemudian diekspor langsung
ke Eropa, USA, Jepang tanpa harus melalui Singapura dengan harga yang lebih mahal.

Tanpa adanya political will pemerintah dari beberapa departemen terkait (Pertanian,
Perindustrian dan Perdagangan, Dalam Negeri dll) untuk saling bekerjasama dalam
rangka implementasi salah satu program yaitu program agri-business dan agro-industry
nilam dan program-program agribisnis lainnya, maka jangan diharap pertumbuhan
ekonomi bangkit kembali. Keberlanjutan agri-business dan agro-industry nilam dapat
direalisasikan selama ada jalinan kerjasama di antara Badan Litbang Pertanian untuk
transfer of technology (rekomendasi pemupukan berimbang, penyediaan bibit nilam
unggul nilam, pengendalian hama penyakit terpadu), petani, pengusaha alat suling,
pedagang perantara, dan eksportir sebagai faktor penentu.

Ada beberapa strategi agar sistem pengelolaan agri-business dan agro-industry nilam
terpadu untuk menyangga pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat terealisasi, antara
lain:

(1) Optimalisasi fungsi Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia; Asosiasi minyak atsiri
(nilam) adalah sebagai suatu sistem organisasi, dimana anggotanya sebaiknya terdiri
dari beberapa ahli (agronomi nilam, pasca panen nilam tentang pelayuan-penyulingan-
refinisasi minyak nilam, menemukan klon-klon baru nilam, kesuburan tanah, konversi
tanah, biologi tanah, agroklimat, dan ahli marketing) untuk berbuat sesuatu agar
gagasan agri-business dan agro-industry nilam dapat direalisasikan secara
berkelanjutan;

(2) Pembentukan peraturan agri-business dan agro-industry nilam; Peraturan adalah


undang-undang untuk mengelola dan mengawasi agri-business dan agro-industry nilam,
sehingga peraturan yang dibuat atau keterampilan yang dimiliki dapat digunakan
sebagai jalan menuju keberhasilan, sehingga segala sesuatunya dapat dikendalikan
untuk mencapai tujuan; meskipun peraturan yang dibuat sebagai aksi sepertinya tidak
bersungguh-sungguh, tetapi sangat berarti sebagai cara untuk menghasilkan reaksi atau
pengaruh yang sangat penting dalam suatu manajemen;

(3) Research and development, Research and development bertujuan untuk menemukan
fakta-fakta baru atau informasi tentang dunia pernilaman antara lain rekomendasi
pemupukan berimbang; Sampai saat ini, minyak nilam yang diburu adalah berasal dari
Nangroe Aceh Darussalam, sebab aromanya sangat khas yang tidak dijumpai di daerah
lain; Sangat beralasan jika kita dapat menemukan sesuatu bahwa aroma minyak nilam
Aceh dapat diperoleh untuk tanaman nilam yang ditanam di Jawa relatif serupa di Aceh;
Peneliti nilam harus bekerja keras bahwa aroma, rendemen dan kadar patchouly alcohol
adalah fungsi dari ketersediaan hara dalam jumlah optimal, iklim; Unsur hara apa yang
sangat berpengaruh terhadap rendemen dan kadar patchouly alcohol dapat dilacak
secara statistik dengan Principle Component Analysis; Demikian juga varietas nilam
baru harus diproduksi serta dilakukan uji multi lokasi; Kemudian, sampai sejauh mana
pemerintah tanggap untuk melakukan pemurnian minyak nilam, sehingga minyak nilam
yang diekspor adalah bukan minyak nilam yang masih kasar, tetapi minyak nilam sudah
diderivatisasi menjadi senyawa baru yang mempunyai senyawa patchouly alcohol yang
berkadar 75%.

Kendala Pemasaran Minyak Nilam


Perbedaan harga minyak nilam di tingkat petani dengan pedagang pengumpul/eksportir
terlalu banyak yang sampai saat ini sulit dikendalikan perbaikannya. Sesungguhnya
harga minyak nilam dunia relatif stabil dengan harga cukup menjanjikan, namun
harganya ditekan serendah mungkin oleh oknum yang hanya mementingkan diri sendiri
tanpa membela petani dengan alasan kadar patchouly alcohol di bawah standar (<30%).
Masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, sebab petani tidak mau tanam nilam lagi
sehubungan dengan harga tema basah/kering atau harga minyak nilamnya sangat murah.
Oleh karena itu, profesionalisme peranan pemerintah, investor, eksportir, dan Asosiasi
Minyak Atsiri Indonesia perlu ditingkatkan lagi, di mana minyak nilam sebagai salah
satu jenis minyak atsiri yang diunggulkan, sehingga tugas utamanya tidak hanya
dipusatkan pada budidaya nilam dan proses pelayuan sebelum dan saat penyulingan,
tetapi juga pemasarannya. Dalam hal ini pihak asosiasi bertanggungjawab untuk
menjaga harga lokal yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul/eksportir dengan
pihak importir.

Pengelolaan Agri-business dan Agro-industry Minyak Nilam


Pengembangan agri-business nilam terdiri pengolahan lahan sebaiknya dilakukan dua
kali supaya tanah menjadi gembur, pembuatan saluran drainase supaya kadar air dalam
tanah pada kondisi di sekitar kapasitas lapang, stek yang ditanam berasal dari tanaman
yang sehat, pemupukan berimbang terdiri dari hara N, P, K, Ca, Mg, S, dan unsur mikro
berdasarkan konsep uji tanah, penyiangan, pemangkasan untuk menghindari kanopi
untuk tidak saling menutupi karena fotosintesa tidak optimal, pembumbuan setelah
panen pertama, melakukan teknik konservasi secara vegetatif dengan mulsa untuk
meningkatkan kandungan C-organik tanah dan menekan gulma, dan pengendalian hama
penyakit.

Pengelolaan agro-industry nilam terdiri dari dua pekerjaan masing-masing pra


penyulingan dan saat penyulingan. Pengelolaan agro-industry pra penyulingan terdiri
dari pengeringan dan pelayuan yang harus diperhatikan, antara lain: (1) Pengeringan
jangan dilakukan terlalu cepat, sebab mengakibatkan daun menjadi rapuh dan sulit
disuling; Oleh karena itu, daun dijemur di atas tikar atau lantai semen untuk
memperoleh sinar matahari selama 3 hari dari jam 10.00-14.00 sampai kandungan air
dalam daun turun sekitar 15% sampai penyulingan akan dimulai; (2) Pengeringan
jangan terlalu lambat, sebab mengakibatkan daun menjadi lembab dan mudah terserang
jamur, sehingga rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah; (3) Tebal
tumpukan daun yang dijemur 50 cm dan dibalik 2-3 kali sehari. Pengelolaan agro-
industry pada saat penyulingan yang harus diperhatikan antara lain: (1) Terna kering
berada pada jarak tertentu di atas permukaan air; Metode ini dikenal dengan cara
dikukus; (2) Jika tangki alat suling yang digunakan berkapasitas 1.150 liter maka
kerapatan daun 100-150 gram/liter atau 120-150 kg/1.150 liter, di mana daun nilam
dikukus dengan sistem tekanan/boiler; (3) Alat Suling dikonstruksi dari bahan stainless
steel supaya diperoleh hasil minyak berwarna lebih jernih; (4) Sebelum disuling, terna
kering terlebih dahulu dibasahi air supaya mudah dipadatkan; (5) Penyulingan terna
kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya; (6) Waktu yang diperlukan dalam
penyulingan secara dikukus sekitar 5-10 jam; (7) Kecepatan penyulingan secara dikukus
0.6 kg uap/kg terna.
M. Al-Jabri
Penulis adalah ahli Peneliti Muda
Kesuburan Tanah di Balittanah, BBSDLP
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 14 Nopember 2007

Anda mungkin juga menyukai