Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk

pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut, hasilk hutan, peternakan dan

perikanan (Handito Hadi Joewono). Kelapa sawit merupakan salah satu produk

perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat karya.

Negara-negara yang dapat mengolah kelapa sawit dengan baik bisa mendapatkan

hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk ini.

Indonesia sebagai negara yang tanahnya subur jika ditanami kelapa sawit

memiliki potensi yang sangat besar untuk berperan dalam industry kelapa sawit,

terlebih lagi di tahun 2007 Indonesia tercatat sebagai penghasil dan pengekspor

minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :

75/M-IND/PER/7/2010 Tentang Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (Good

Manufacturing Practices), pada suatu industri terutama industry pangan, program

sanitasi dirasa sangat penting untuk mendukung sistem jaminan keamanan pangan

dan pengendalian mutu yang memenuhi persyaratan konsumen. Sanitasi industri

merupakan kegiatan atau proses yang dilakukan pada suatu industri dalam

perlakuannya yang kontak dengan bahan pangan dengan menggunakan solusi

sanitasi untuk membunuh mikroorganisme atau mengurangi jumlahnya sampai

pada level yang dapat diterima. Kebersihan atau sanitasi sangat penting dan perlu

diperhatikan pada setiap tahapan proses pengolahan, mulai dari persiapan dan

penyediaan bahan baku, pemakaian air bersih, tahapan pengolahan, dan pasca

1
pengolahan (pengemasan dan penyimpanan) yang merupakan langkah-langkah

penting untuk menghindari terjadinya infeksi dan intoksikasi. Selain itu, untuk

mencegah terjadinya kontaminasi silang antara bahan baku yang belum diolah

dengan bahan jadi, hal ini merupakan upaya preventif yang harus dilakukan.

Sanitasi pada suatu industri mencakup sanitasi pada karyawan (higiene),

peralatan, ruangan/konstruksi bangunan, ruang pengolahan, bahan baku, proses

produksi dan penanganan produk akhir. Pentingnya sanitasi merupakan syarat

mutlak bagi industri pangan, sebab sanitasi berpengaruh langsung dan tidak

langsung terhadap mutu pangan dan daya keawetan produk serta reputasi dari

perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Oleh karena itu, selain

diperlukan cara pengolahan pangan yang baik, perlunya sanitasi juga sangat

mendukung kegiatan tersebut.

Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang

terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis

oleh Andrian Hallet (Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang

kelapa sawit di Afrika) pada tahun 1911. Sejak ini Indonesia dikenal sebagai

produsen kalapa sawit. Pada saat itu, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia

mencapai 170.000 hektar. Walaupun kelapa sawit bukan tanaman asli tetapi

produk olahannya yaitu berupa minyak kalapa sawit telah menjadi salah satu

komuniti perkebunanyang handal.

Industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri hulu yang sangat

penting. Industri makanan, kosmetik, sabun dan cat merupakan industri yang

menggunakan bahan dasar kelapa sawit. Bahkan akhir-akhir ini ada upaya

2
penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar

alternatif. Kondisi ini memacu perkembangan industri pengolahan kelapa sawit,

baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Hal ini sejalan dengan semakin

meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit. Komoditi minyak sawit

merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati dunia dan menurut World Oil

(1995) secara keseluruhan produksi dan konsumsi minyak nabati dunia pada abad

21 perlu harus dikaji dan dikembangkan untuk upaya peningkatan efesiensi pada

setiap sub sistem agribisnis pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi

minyak sawit (CPO) yang merupakan salah satu agribisnis yang sangat

menentukan kemampuan daya saing pemasaran minyak dan kernel sawit.

Kebijakan pemerintah dalam hal menggunakan pembangunan Perkebunan Rakyat

atau Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sehingga di dukung dan ditunjang oleh

perkebunan besar.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara memproduksi

minyak CPO dan mengetahui penerapan Good Manufacturing Practice (GMP)

yang dilakukan oleh PT. Medco Papua Hijau Selaras.

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah diharapkan agar

mahasiswa/mahasiswi dapat memahami pentingnya keamanan pangan dalam

memproduksi minyak CPO.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Sanitasi berasal dari bahasa latin saniter, yang berarti “sehat”. Dalam

industri pangan, sanitasi juga berarti penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang

higiene dan menyehatkan (Marriot, 1999). Sanitasi merupakan suatu kegiatan

pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan–bahan baku,

peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olahan, kerusakan

hasil olahan, serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat, aman

serta nyaman (Kartika, 1991).

Sanitasi pabrik diatur dalam SSOP (Sanitation Standard Operating

Procedures). SSOP adalah suatu prosedur pelaksanaan sanitasi untuk memastikan

area produksi dan semua permukaan yang kontak dengan produk pangan terbebas

dari kontaminasi mikroba. Pengendalian SSOP meliputi: keamanan air, kondisi

dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan, menghilangkan

pest dari unit pengolahan.

Dalam industri pangan, sanitasi bertujuan untuk menghasilkan

menghasilkan produk yang aman dan bermutu baik bagi konsumen. Menurut

Susanto (1994), sanitasi pada industri pangan berhubungan erat dengan mutu

produk dan kesehatan konsumen. Agar tujuan sanitasi tercapai, maka perlu

diperhatikan sanitasinya mulai dari bahan baku, pekerja, alat dan bahan, dan

lingkungan pabrik. Lingkungan pabrik meliputi area luar pabrik dan area dalam

pabrik. Area luar pabrik meliputi : kantin, taman, tempat parkir kendaraan dan

area bongkar muat. Sedangkan area dalam pabrik meliputi gudang bahan baku,

gudang bahan jadi, dan ruang proses produksi.

4
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pada PT. Medco Papua

Hijau Selaras Manokwari, Papua Barat adalah berupa buah kelapa sawit

atau Tandan Buah Segar (TBS) yang diperoleh dari kebun sendiri dan pembelian

tandan buah segar, adapun pembelian tandan buah segar yang dimaksud adalah

buah kelapa sawit yang di beli dari rakyat atau lahan perkebunan swasta

sekitarnya. Sedangkan produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit PT.

Medco Papua Hijau Selaras Manokwari, Papua Barat adalah Minyak Kelapa

Sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti kelapa sawit. Selain itu, cangkang,

tandan kosong dan fiber yang merupakan produk sampingan yang masih

digunakan

Pada praktikum sanitasi dan keamanan pangan kali kita berkunjung ke

pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Medco Papua Hijau Selaras Manokwari,

Papua Barat. Buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai

ekonomi dibanding bagian lain. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah

pada umur 30 bulan setelah tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum

dapat diolah di PKS karena kandungan minyaknya yang masih rendah. Buah

kelapa sawit normal berukuran 12-18 g/butir yang duduk pada bulir, dan bulir-

bulir ini menyusun tandan buah yang berbobot rata-rata 20-30 kg/tandan. Buah

sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Setiap

TBS berisi sekitar 2000 buah sawit, dan TBS inilah yang dipanen dan diolah di

Pabrik Kelapa Sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) (PPKS, 2004).

Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan. Pelepah dan batang sawit

bisa dijadikan pulp dan kertas, pakan ternak serta furniture. Tandan kosong dapat

5
dimaanfaatkan sebagai pupuk kompos, pulp dan kertas, karbon, dan rayon.

Cangkang inti sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar dan karbon, sedangkan

ampas inti sawit bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Serat mesokarp dapat

diolah menjadi medium density fibre-board dan bahan bakar. CPO dan PKO dapat

diolah menjadi produk pangan dan non pangan. Produk pangan antara lain minyak

goreng, margarin, shortening, emulsifier, minyak makan merah, susu kental

manis, vanaspati, confectioneries, es krim, dan yoghurt. Sedangkan produk non

pangan antara lain biodiesel, pelumas, lilin, senyawa ester, kosmetik, farmasi, dan

lain-lain (PPKS, 2005).

Kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah potensi

produksi minyak kelapa sawit/ha tanaman sebesar 7-25 kali lebih besar

dibandingkan sumber minyak nabati lainnya, sehingga biaya produksinya akan

lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya, harga minyak sawit jauh lebih

murah dibandingkan dengan jenis minyak nabati lainnya, industri hilir yang

berbahan baku minyak sawit sangat banyak dan beragam baik untuk keperluan

pangan maupun non pangan, minyak sawit dapat digunakan sebagai minyak

pelumas yang filmis (merata tanpa bolong) sehingga banyak diaplikasikan di

industri logam sebagai rolling oil, serta kandungan vitamin A dan E yang cukup

besar dalam minyak sawit yang sangat bermanfaat dalam dunia kesehatan.

Pada tahun 2006, Indonesia memproduksi 15,9 juta ton CPO, dan 11,6 juta

ton diantaranya diekspor. Sampai Oktober 2007, produksi CPO sudah mencapai

16,9 juta ton, dan diprediksi bisa mencapai 17,2 ton tahun ini. Dengan lahan

6
tanaman 6 juta hektar, Indonesia melaju melewati angka produksi Malaysia

(Kurniawan, 2007).

Produk utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit (palm oil) dan

minyak inti sawit (kernel oil) yang berasal dari pengolahan tandan buah segar

(TBS). Minyak sawit diperoleh dari daging buah kelapa sawit bagian mesokarp,

sedangkan minyak inti sawit diperoleh dari biji buah kelapa sawit. Minyak sawit

diperoleh melalui proses ekstraksi dan proses pemurnian.

Dalam kenyataannya, minyak sawit merupakan minyak yang cukup luas

untuk dikonsumsi sebagai minyak pangan, terutama dalam bentuk minyak

gorenng, margarine, minyak hidrogenasi dan shortening. Secara umum, Naibaho

(1998) mengelompokkan empat macam industri pengolahan yang menggunakan

minyak dan inti sawit sebagai bahan baku, yaitu : industri pangan, farmasi, sabun

dan kosmetik, serta oleokimia.

7
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan di pabrik kelapa sawit PT. Medco Papua Hijau

Selaras Manokwari, Papua Barat, pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 10.00

sampai 15.00 WIT.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis (buku

dan bolpen) dan kamera. Serta bahan yang digunakan adalah buku penuntun

GMP.

Prosedur Kerja

Berikut ini prosedur kerja yang digunakan dalam kunjungan pabrik kelapa

sawit PT. Medco Papua HIjau Selaras yaitu sebagai berikut:

Sanitasi pabrik kelapa sawit PT Medco Papua Hijau Selaras (sanitasi ruang
dan udara, sanitasi pekerja, sanitasi wadah dan alat pengolahan, dan sanitasi
limbah) diamati mulai dari proses penerimaan bahan baku (penimbangan),
proses pengolahan hingga proses penampungan hasil pengolahan kelapa
sawit (minyak CPO dan kernel)

Hasil pengamatan dicatat

Diagram alir 1. Prosedur kerja kunjungan pabrik kelapa sawit PT. Medco Papua
Hijau Selaras Manokwari, Papua Barat

8
Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada praktikum ini adalah sanitasi pabrik, sanitasi

pekerja, sanitasi peralatan dan sanitasi lingkungan dari PT. Medco Papua Hijau

Selaras Manokwari, Papua Barat.

9
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan sanitasi pabrik kelapa sawit PT Medco Papua Hijau

Selaras dapat dilihat pada Tabel 1.berikut ini :

Tabel 1. Hasil pengamatan sanitasi pabrik kelapa sawit PT Medco Papua Hijau
Selaras

Tidak
No. Kriteria Sesuai Keterangan
sesuai
A Sarana & Prasarana
1 Lokasi
Bebas pencemaran, tidak karena tidak terdapat tempat pembuangan sampah di
di dekat lokasi pembuangan Sesuia
sekitar pabrik
sampah
Pada tempat yang layak, karena bangunan pabrik berada di sekitar
Sesuia
tidak di tengah sawah perkebunan kelapa sawit
Daerah bebas banjir Sesuai karena pabrik berada pada dataran tinggi
Lokasi kegiatan lain yang karena lokasi tersebut hanya di khususkan untuk
menyebabkan interaksi Sesuai
pabrik dan perkebunan
buruk
Tersedian sarana & prasarana
karena belum ada akses jalan yang memadai serta
penunjang yang layak, ada Tidak Sesuai
belum ada pasar di sekitar pabrik
akses jalan, pasar dsb
2 Bangunan
Secara umum gedung
karena gedung cukup kuat luas & nyaman mudah di
memenuhi persyaratan teknis Sesuai
bersihkan & bebas dari bahan yang beracun
& higenis
karena sekeliling bangunan bersih, tertata rapi sampah
Kondisi sekeliling bangunan
dan limbah padat di tempatkan di tempat khusus, rumput
bersih, tertata rapi dan bebas Sesuai
di potong rapi, jalan, taman & tempat parkir rapi bebas
dari potensi kontaminasi
konta minan dan penerangan cukup.
Drainase dan talang lancar Sesuai karena terdapat drainase yang memadai
Ada pencegahan hama dan Sesuai karena terlihat gedung terbebas dari hama
kontaminasi
Penanganan limbah padat & karena tempat penampungan limbah padat & cair
Sesuai
cair yang baik & terpisah di pisahkan
Bangunan di Rawat dengan Baik Sesuai karena terlihat bangunan tertata rapi dan bersih
a. Tata Ruang

10
karena kapasitas, jenis & ukuran alat memadai,
Sesuai sistem produksi & jumlah karyawan sesuai,
Luas memadai & sesuai dengan ruang gerak pekerja cukup leluasa
kapasitas & jenis/ukuran kegiatan
karena masing-masing proses memiliki tempat proses
Penataan ruang yang baik Sesuai
yang berbeda dan berjalan berurutan
Mampu melindungi produk Sesuai karena CPO di simpan pada storage
yang diolah/disimpan
Efektif & efisien dalam Sesuai karena setiap proses memiliki tempat yang berbeda
penggunaan
Penerangan memadai & sehat karena pada setiap tempat pengolahan terdapat
Sesuai
(berpelindung) penerangan yang cukup
b. Lantai
Sesuai persyaratan spesifikasi karena lantai sesuai dengan tempat proses
Sesuai
kegiatan pengolahan
Kuat & padat, tahan terhadap bahan karena lantai pada setiap proses pengolahan keras dan
Sesuai
kimia (sesuai jenis kegiatan) kuat
Permukaan rata, mudah
dibersihkan, menjamin karena pada permukaan lantai terdapat bekas minyak
Tidak Sesuai
bebas dari hama, sudut yang sulit untuk dibersihkan
didinding sesuai spesifikasi
c. Dinding
sesuai spesifikasi jenis karena dinding pada tempat proses pengolahan
kegiatan, mudah dibersihkan, tidak Tidak Sesuai
sulit dibersihkan
mudah terkelupas & kuat
d. Atap & Langit-langit
Atap minimum 3 M di atas
lantai, tidak mudah terkelupas karena atap & langit-langit melebihi dari 3 Meter
Sesuai
sehingga mencemari, tahan lama, diatas lantai
tidak bocor & tahan air
Langit-langit minumum 2,5 M karena langit-langit sangat tinggi dan susah untuk
& lantai, tidak berlubang/retak, Tidak Sesuai
dibersihkan
tahan lama & mudah dibersihkan
Warna Terang tidak mudah Tidak Sesuai karena langit-langit tidak berwarna cerah
terkelupas, bebas tetesan kondensat
e. Pintu
Dari bahan yang keras tahan lama, Sesuai kareana pintu keras dan mudah di bersihkan
rata & mudah dibersihkan
Membuka ke arah luar Tidak Sesuai karena pintu membuka kearah dalam
f. Jendela
Minimal 1 M diatas lantai Tidak Sesuai karena tinggi jendela kurang dari 1 meter di atas lantai
Ada pencegah debu, serangga, rata, Sesuai karena terdapat ventilasi
terang dan mudah dibersihkan
g. Penerangan ruang kerja
Sesuai persyaratan kesehatan, terang karena pekerja cukup mendapat cukup cahaya untuk
Sesuai
sesuai keperluan, berpelindung bekerja
Bebas serangga Tidak Sesuai karena masih terdapat sarang laba-laba di sekitar lampu

11
Sinar lampu diatas tempat
pengolahan tidak mengubah warna Sesuai karena sinar lampu tidak mengubah warna produk
produk
h. Ventilasi
Menjamin predaran udara cukup,
dapat menghilangkan kondensat, karena pada tempat pengolahan terasa sangat pengap
Tidak Sesuai
bau, asap, debu, panas, tidak dan panas
mencemari produk
Pencegah masuknya serangga dan karena terdapat ventilasi untuk mencegah masuknya
Sesuai
menumpuknya debu serangga
3 fasilitas sanitasi
Sarana air bersih yang memadai Sesuai karena terdapat tempat pemurnian air
Fasilitas pencucian yang memadai Sesuai karena terdapat tempat pencucian
Sarana pembuangan yang memadai Sesuai karena terdapat sarana pembuangan yang sesuai
Sarana toilet yang memadai Tida k Sesuai karena kebersihan tolit sangat buruk
karena terdapat peingatan kebersihan pada stiap
Sesuai
Peringatan kebersihan/saniter proses pengolahan
4 Gudang
karena pada gudang terdapat bahan kimia yang
Sesuai
Bebas dari hama berbahaya bagi serangga
Sirekulasi baik Tidak Sesuai karena jendela dan ventilasi pada gudang
Suhu & kelembababan sesuai karena barang-barang yag disimpan tidak memerlukan
Tidak Sesuai
karakteristik produk yang disimpan suhu dan kelembaban tertentu
Dibersihkan secara periodik Sesuai karena dibersihkan setiap satu minggu sekali
5 Mesin & Peralatan
Tata letak yang sesuai alur proses Sesuai karena proses dari awal hingga akir sesuai
Menjamin keselamatan dan karena ada beberapa proses yang dapat membahayakan
Tidak Sesuai
kesehatan karyawan keselamatan dan kesehatan pekerja
6 Peralatan produksi & sarana lain
karena belum menjamin produk tidak tercemar dan tidak
Harus menjamin tidak mencemari Tidak Sesuai mudah
produk, mudah dibersihkan dibersihkan
Layak pakai, yang berbahaya harus karena peralatan layak pakai dan alat yang berbahaya
Sesuai
di beri tanda dsb diberi tanda
Ruang khusus karyawan Tidak Sesuai karena pekerja tidak memiliki ruangan khusus
(penympanan barang, pakaian, dll)
B Pengelolaan lingkunan
Pengendalian limbah cair Sesuai karena limbah cair diolah sesuai dengan peruntukannya
karena limbah padat diolah sesuai dengan
Sesuai
Pengendalian limbah Padat peruntukannya

12
Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kita berkunjung ke pabrik PT. Medco Papua Hijau

Selaras untuk melihat atau mengamati sanitasi bangunan/ruang, sanitasi peralatan,

sanitasi tenaga kerja dan sanitasi lingkungan pekerja.

Bangunan dan konstruksi yang paling ideal untuk mencegah kontaminasi

adalah ruangan yang mempunyai air belt atau pintu ganda, sehingga ruang

tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar. Ruangan sebaiknya

mempunyai tekanan positif, sehingga aliran udara hanya dari dalam ruangan,

dan tidak boleh sebaliknya (Winarno dan Surono, 2002).

Ruang tempat pengolahan memerlukan udara bersih. Udara menjadi kotor

jika mendapat pencemaran debu, bau-bauan atau gas pengotor atau mikroba.

Spora mikroba biasanya mudah diterbangkan oleh angin dan kemudian mengotori

udara. Jadi udara kotor juga menjadi sumber kontaminasi. Udara dalam ruangan

pengolahan dibersihkan dengan penggantian udara bersih secara terus menerus.

Hal ini dapat dilakukan dengan sistem ventilasi atau AC. Untuk itu diperlukan

lingkungan yang dapat menjamin persediaan udara bersih (Soekarto, 1990).

Menurut Soekarto (1990), tata letak peralatan disamping harus

memenuhi urutan proses juga perlu memenuhi persyaratan sanitasi yaitu

mudah dibersihkan, mudah bongkar pasang dan mudah operasinya.

Rancangan kontruksi bangunan juga memegang peranan penting dalam

sanitasi terutama untuk memudahkan tindakan sanitasi. Tiap pelosok ruang

harus mudah dibersihkan.

13
Bangunan yang didirikan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang

memenuhi persyaratan teknik dan higienitas sesuai dengan jenis produk,

mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindakan sanitasi dan mudah

dipelihara. Konstruksi bangunan harus mampu melindungi karyawan dari

kepenatan akibat panas atau kondisi yang terlalu dingin serta kondisi-kondisi

lainya yang mengganggu (Kartaraharja, A, 1980).

Alat pengolahan dan wadah pangan perlu selalu dijaga kebersihannya.

Karena ini juga merupakan sumber pencemaran. Peralatan untuk makan harus

memenuhi persyaratan sanitasi (baik desain maupun bahan konstruksinya) yaitu

mudah dibongkar pasang dan mudah dicuci. Bahan yang mudah berkarat atau

kasar permukaannya menjadi tempat berkembang biak mikroba. Cara

pembersihan juga disesuaikan dengan jenis pengotor dan jenis makanan yang

dihadapi (Soekarto, 1990).

Menurut Winarno dan Surono (2002), permukaan peralatan dan

perlengkapan yang berhubungan langsung dengan bahan dan produk akhir harus

halus, bebas dari lubang dan celah-celah, semua sambungan rata dan tidak

menyerap air, tidak berkarat dan tidak beracun.

Kebersihan dan higien pekerja industri makanan sangat penting. Pekerja

juga merupakan sumber pencemaran. Yang sangat penting dijaga ialah agar

pekerja tidak sampai menularkan mikroba patogen karena pencemaran ini tidak

terlihat, tetapi jika terjadi resikonya berat yaitu peracunan makanan.

Kebersihan pekerja dilakukan dengan pakaian dan badan bersih, sikap dan

14
kebiasaan higienik, pemeriksaan dokter dan penjagaan kesehatan umum secara

teratur (Soekarto, 1990).

Kebersihan karyawan dapat mempengaruhi kualitas produk yang

dihasilkan, karena sumber cemaran terhadap produk dapat berasal dari

karyawan. Karyawan di suatu pabrik pengolahan yang terlibat langsung

dalam proses pengolahan merupakan sumber kontaminasi bagi produk

pangan, maka kebersihan karyawan harus selalu diterapkan. Faktor

lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi karyawan akan mengakibatkan

gangguan yang akhirnya menghambat proses produksi (Winarno dan Surono,

2002).

Lingkungan produksi/pabrik pangan pada dasarnya penuh dengan

pencemaran baik pencemaran fisik, kimia, mikrobiologik, dan biologik. Sanitasi

pangan mengusahakan lingkungan pangan itu (sebelum, selama dan sesudah

proses) dijaga bersih dan agar dicegah terjadinya pencemaran terhadap produk

pangan. Dengan demikian mutu produk pangan terjaga tetap tinggi. Kebersihan

lingkungan pabrik makanan itu sendiri meliputi kebersihan seluruh bangunan

industri dan sekitarnya, kebersihan yang mendapat perhatian istimewa ialah

tempat pengolahan, fasilitas, dan manusia pekerja yang akan bersinggungan

atau dilewati produk pangan. Ada sarana atau fasilitas tertentu dalam wilayah

pabrik yang menjadi fokus sanitasi yaitu ruang pengolahan (lantai, dinding,

atap, udara), peralatan pengolahan, air sistem pembuangan sampah dan limbah

industri (Soekarto, 1990).

15
PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum yang dilaksanakan di pabrik PT. Medco

Papua Hijau Selaras dapat disimpulkan bahwa sanitasi dalam pabrik sudah cukup

baik tetapi alangkah baiknya jika karyawan diberi pelatihan khusus tentang

sanitasi pabrik.

Saran

Dalam kunjungan pabrik ke pabrik PT. Medco Papua Hijau Selaras akses

menuju pabrik harus diperbaiki agar tidak lagi terjadi kecelakaan yang tidak

diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kartaraharja, A. 1980. Higiene Bangunan Dalam Usaha Pembangunan Perusahaan


dan Perumahan. Bandung.

Kartika, B. 1991. Sanitasi dalam Industri Pangan. Yogyakarta: Pusat Antar


Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Kurniawan. 2007. AnalisisProfitabilitas sebelum dan sesudah pemenuhan


Corporate Governance pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di
Bursa Efek Jakarta.Jurnal MAKSI7(3).

Marriott NG. 1999. Principles of Food Sanitation. Gaithersburg: Aspen.

Naibaho PM. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.

PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit). 2004. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa
Sawit.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005. Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.

Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian. Jakarta: Bhatara Aksara.

Susanto B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: PT. Bina


Ilmu.

Winarno, F.G dan Surono. 2002. GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik. M-
Brio Press: Bogor.

17

Anda mungkin juga menyukai