KELAPA SAWIT
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5:
1. Syafira Natasya Mamur 140407010
2. Annisya Maya Sari Siregar 140407011
3. Rahmayanti Harahap 140407012
4. Amry Jaya Ponty 140407013
5. Hary Vaujiah 140407014
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah satuan operasi yang
berjudul “Penerapan Produksi Bersih pada Pabrik Kelapa Sawit” dengan baik dan tepat
waktu.
Penyelesaian dari makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Teknologi Bersih, dan juga merupakan kewajiban yang harus diselesaikan oleh setiap
mahasiswa Teknik Lingkungan, Universitas Sumatera Utara ( USU ).
Adapun tujuan dari makalah ““Penerapan Produksi Bersih pada Pabrik Kelapa Sawit”
ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai penerapan dan langkah-
langkah produksi bersih pada pabrik kelapa sawit.
Disini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belumlah sempurna, baik dari
segi isi maupun bahasa dan cara penyusunannya serta dari segi teori dan analisisnya. Maka
dari itu kami bersedia menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan 17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu
primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi
Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak
nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal
perkebunan kelapa sawit. Hasil analisis yang dilakukan FAO (2001), Mielke (2001), dan
Susila (2002) menunjukkan peluang peningkatan konsumsi CPO masih terbuka.
Dalam melihat peluang pasar CPO Indonesia, maka terlebih dahulu perlu diestimasi peluang
pasar (peningkatan konsumsi) di pasar dunia. Berdasarkan hasil estimasi sebelumnya, tingkat
konsumsi sampai dengan tahun 2025 diperkirakan akan berkisar antara 41.45 – 44.45 juta ton.
Dengan peluang pasar yang cukup terbuka baik dari sisi ekspor ataupun konsumsi dunia
secara keseluruhan, negara produsen CPO akan berusaha memanfaatkan peluang pasar
tersebut. Malaysia sebagai produsen utama diperkirakan akan memanfaatkna peluang tersebut
dengan peningkatan produksi dengan laju 2.8%-1.5% per tahun. Indonesia diperkirakan masih
akan mempunyai peluang untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan peningkatan produksi
dengan laju antara 3.0%-7.6% per tahun (Susila, 2002).
Peningkatan konsumsi CPO yang cukup besar ini menunujukan bahwa penerimaan
masyarakat dunia terhadap minyak sawit semakin meningkat sejalan dengan ditemukannya
berbagai keunggulan nutrisi minyak sawit dan keramahan produk minyak kelapa sawit
terhadap lingkungan. Beberapa studi bahkan membuktikan bahwa konsumsi minyak sawit
dapat menurunkan total kolesterol dan LDL kolesterol, serta meningkatkan HDL kolesterol
baik dalam darah (Sundram, 1997). Sejalan dengan semakin banyaknya penelitia-penelitian
mengenai keunggulan minyak kelapa, maka industri-industri kelapa sawit pun semakin
berkembang pesat.
Perkembangan industri kelapa sawit pesat di Indonesia bukan serta merta langsung dapat
diterima oleh masyarakat di wilayah pengembangan perkebunan kelapa sawit, tetapi malah
banyak menimbulkan konflik di kalangan masyarakat berkaitan isu kerusakan lingkungan
maupun aspek social-budaya. Mulai dari pencemaran limbah yang diakibatkan oleh pabrik
pengolahan kelapa sawit, hilangnya ekosistem akibat penanaman kelapa sawit yang
1
monokultur, persengetaan tanah adat dan lain sebagainya. Masalah-maslah yang timbul
mungkin dapat diminimalkan apabila dalam pembangunan kawasan industri kelapa sawit
tersebut menerapakan suatu konsep produksi bersih pembangunan industri yang
berkelanjutan.
Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan
hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat terlaksana,
antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur
hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Dalil dasar
konsep ini menyatakan bahwa proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam
bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. Melalui
penerapan konsep ini, proses-proses industri akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja
baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, seiring dengan berkembangnya teknologi dalam pengolahan berbagai hasil
buangan dari suatu produksi muncul sebuah strategi untuk menerapkan produksi bersih
disuatu industri. Strategi produksi bersih mempunyai arti yang sangat luas karena di dalamnya
termasuk upaya pencegahan, pencemaran melalui pilihan jenis proses yang akrab lingkungan,
minimisasi limbah, analisis daur hidup, dan teknologi bersih. Dengan adanya perkembangan
dan perubahan cara pandang dalam pengelolaan limbah, konsep produksi bersih menjadi
pilihan kebijaksanaan pemerintahan untuk mewujudkan pembanguan yang berwawasan
lingkungan.
Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Produksi minyak kelapa sawit
Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton pertahun dan diperkirakan pada tahun 2012 akan
meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena terjadinya pengembangan lahan.
Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur di dunia,
dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji minyak utama yang lain.
Produksi minyak per satuan luas lahan dari kelapa sawit yang dipelihara dengan baik jauh
lebih besar dari produksi minyak dari rapeseed dan kedelai yang ditanam secara komersial,
yaitu dua bahan baku bahan bakar nabati yang saat ini paling banyak digunakan. Kondisi ini
menguntungkan bagi minyak sawit sebagai alternatif energi bahan bakar nabati terbarukan
utama dalam waktu dekat, sampai teknologi selulosa telah mengalami kemajuan hingga
tingkat yang dapat dioperasikan.
Buah sawit yang dikenal dengan bermacam jenis, mempunyai pola panen yang kita kenal
sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan hasil rendemen minyak
yang dihasilkan. Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan menjadi tolak ukur dalam
perancangan pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Skala kecil (mikro). Dengan melihat
pola panen yang sesuai akan mendongkrak tingkat mutu buah. Buah yang telah dipanen
selayaknya secepatnya diidstribusikan ke pabrik pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim
dan udara yang meningkatkan nilai keasaman (salah satu parameter produk). Sistem
distribusi, pola panen dan tidak tersedianya kapasitas pabrik pengolahan yang memadai
mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan buah gugur (berondolan).
Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit Skala kecil ini lebih ditekankan dalam hal pemanfaatan
buah restan dan buah berondolan yang kualitasnya tidak memenuhi standar bahan baku CPO
standar bahan pangan. Buah sawit restan dan berondolan memiliki kandungan Asam lemak
bebas lebih dari 6%. Hal ini akibat dari berlangsungnya proses oksidasi secara alami akibat
lamanya buah diolah di Pabrik ataupun logistik dan transportasi yang tidak memadai di
3
lapangan. Sebagaimana standar pengolahan buah adalah 24-48 jam pasca panen. Dengan
kondisi asam lemak bebas yang tinggi ini tentu tidak memenuhi standar kualitas pangan yang
disyaratkan.
Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang ada pada buah
restan dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah untuk bahan
pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan buah mentah
atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.
Tandan Buah Segar (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan :
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan kebehasilan usaha
perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit,
sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa
sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari
tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan
kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat
penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding
minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh
sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses
pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya,
4
sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk
ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sait adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis
dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara
keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung
dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada
proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan norma-norma yang ada. Adapun tahapan proses yang terjadi selama
pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah sebagai berikut:
1. Perebusan (Sterilisasi)
Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana uap
bertekanan. Tujuan dari perebusan antara lain :
a. Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas minyak yang
dihasilkan.
b. Memudahkan pelepasan brondolan buah dari tandan.
c. Melunakan buah untuk memudahkan dalam proses pengepresan dan pemecahan biji.
d. Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selam proses pengepresan dan
pemecahan biji.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3 kg/cm2 dengan
lama perebusan sekitar 90 menit.
4. Pemurnian Minyak
Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut
sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran
dilakukan dengan system pengendapan, sentrifugasi dan penguapan.
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk
memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang
masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Saringan bergetar
(Vibrating screen) terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 M2 . Tingkat
atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40
mesh. Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dan suhu
dipertahankan 90-95°C selanjutnya crude oil dipompa ke tangki pemisah (continuos
clarifier tank) dengan pompa minyak kasar.
Pemisahan minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan didalam tangki pisah
ini. Minyak yang mempunyai berat jenis kecil mengapung dan dialirkan kedalam tangki
masakan minyak (oil tank), sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih besar
dari pada minyak masuk kedalam ruang ketiga melalui lubang bawah. Untuk
mempermudah pemisah, suhu dipertahankan 95 C dengan system injeksi uap Minyak
yang telah dipisah pada tangki pemisah di tampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi
sebelum diolah lebih lanjut pada sentripus minyak.
Minyak Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka
minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storege Tank).
6
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam Depericaper melalui
Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat
diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada
Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan
berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas
antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading
Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi
yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa
biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus)
untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang
bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti
dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan
sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C
dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui
Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses
berikutnya.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen dikebun diangkut ke lokasi pabrik minyak sawit
dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan kedalam Loading Ramp, tandan buah segar
tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (weighing brigae).
Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan neraca material
balance pengolahan kelapa sawit disajikan pada gambar dibawah ini:
8
Gambar 3.2 Skema material balance Proses Pengolahan Minyak Sawit
Produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan
terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup
dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih
diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan hidup
dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu upaya untuk menghasilkan produksi bersih sama dengan penerapan
pembangunan berkelanjutan karena penerapan produksi bersih dapat:
9
b. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan
limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan yang aman.
c. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
penerapan produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang lebih efisien.
d. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan memanfaatkan
sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses.
Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat
memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions, karena hampir semua limbah yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pemerintah dewasa ini sangat
memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi bersih pada komoditi kelapa
sawit. Karena dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia tentang pelestarian
lingkungan hidup serta adanya persaingan pada pasar global, maka mutu produk tidak hanya
dilihat dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek lingkungannya.
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan
kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house
keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
10
Pada tabel dibawah ini, disajikan potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit:
Tabel 3.1 Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Potensi per
Jenis Manfaat
ton TBS (%)
Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel,
Tandan Kosong 23
energi
Wet Decanter
4 Pupuk kompos, makanan ternak
Solid
Cangkang 6.5 Arang, karbon aktif, papan partikel
Serabut (filter) 13 Energi, pulp kertas, papan partikel
Limbah cair 50 Pupuk, air irigasi
Air kondensat Air umpan broller
Sumber: Tim PT, SP (2000)
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji
beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan seperti berikut:
1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun atau
musim.
2. Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi
jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan
3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.
11
4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar) bahan
limbah.
5. Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai produk
yang dihasilkan.
6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian lingkungan
hidup.
Hampir disetiap buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi.
Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristiknya, yakni:
1. Dari balance sheet ekstraksi miyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air limbah yang
dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton.
Tabel 3.4 Komposisi Jumlah Air Limbah dari 1 ton CPO
No Uraian Kapasitas
2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS diketahui bahwa kualitas limbah cair
(Inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah.
12
3. Kandungan hara spesifik dari limbah sawit secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
4. Kandungan hara spesifik dari limbah sawit secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.7 Kandungan Tandan Kosong, Serat dan Cangkang
5. Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar kualitas penggunaannya
yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi bahan baku mebel
yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan bahwa produk tersebut
selama ini banyak dicari pembeli dari luar negeri, karena selain corak kayunya yang unik
juga memiliki kekuatan yang cukup bagus.
6. Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode Franklin dari sifat fisik dan
morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek <1 mm. Kadar selulose
45,19%, menunjukkan bahwa janjang kosong cukup baik untuk dibuat pulp. Rendemen
45%, derajat putih 82%, derajat giling 33-43oSR dengan kondiisi optimum, indeks retak,
tarik, cukup tinggi, indeks sobek masih dalam batas yang diijinkan.
13
3.4 Pemanfaatan Limbah dari Hasil Produksi Minyak Kelapa Sawit
Berdasarkan karakteristik limbah seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa limbah pabrik
minyak kelapa sawit (PMKS) mengandung bahan organik dan mineral. Limbah tersebut dapat
dimanfaatkan dengan melakukan pengolahan lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi. Pengolahan limbah akan bermanfaat bukan hanya untuk mencegah pencemaran
terhadap lingkungan tetapi dapat juga untuk meningkatkan pendapatan usaha perkebunan
kelapa sawit. Hal ini sekaligus untuk mewujudkan industri PMKS dengan zero waste.
2. Limbah padat Sebagai bahan bakar PLTU dan boiler pada pabrik
Limbah padat kelapa sawit (serabut fiber) kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit yang
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler pada pabrik pengolahan kelapa sawit dapat
manfaatkan juga sebagai bahan bahar pusat listrik tenaga uap (PLTU). Dari pengujian
yang dilakukan terbukti bahwa nilai kalor yang dihasilkan dari bahan uji/sampel setelah
karbonisasi lebih besar dari pada sebelum karbonisasi, peningkatannya mencapai 14%
pada batubara, 65% pada (serabut fiber) kelapa sawit dan 34% pada cangkang kelapa
sawit. Analisa pengujian bahan/sampel yang diaplikasikan pada pusat listrik tenaga uap
(PLTU) dengan asumsi daya yang dihasilkan 10 MWh menujukkan bahwa yang memiliki
efektifitas tinggi yang pertama adalah solar (791,256 kg atau setara dengan 648,82 liter),
yang kedua adalah cangkang kelapa sawit (1,2 ton), yang ketiga adalah batubara (1,3 ton)
dan yang keempat adalah serabut (fiber) kelapa sawit (1,4 ton). Cangkang dan serabut
(fiber) kelapa sawit sangat efektif untuk bahan bakar alternatif pada PLTU, karena biaya
yang murah, dampak lingkungan yang cukup kecil jika dibandingkan dengan batubara,
dalam ketersediaannya kelapa sawit cukup memenuhi karena jumlah perkebunan kelapa
sawit di Indonesia pada tahun 2012 yang lebih dari 8 juta ha.
14
3. Penggunaan limbah sabut kelapa sawit sebagai bahan untuk mengolah limbah cair.
Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai mediator pertumbuhan
mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang sangat berperan aktif dalam penurunan kadar
BOD, COD dan TSS pada limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik. Waktu kontak
yang paling optimal digunakan adalah pada waktu kontak 6 haru agar mendapatkan
presentase penurunan BOD, COD dan TSS yang maksimal. Semakin berat/tebal sabut
kelapa sawit yang digunakan maka semakin tiunggi prosentasi penurunan kandungan
BOD, COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian penurunan
kandungan konsentrasi BOD, COD dan TSS yang maksimal didapatkan pada proses
perlakuan yang diawali dengan pencucian sabut kelapa sawit terlebih dahulu, karena pada
proses ini kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa sawit sudah berkurang.
15
dimanfaatkan juga sebagai filler substitusi untuk material karet alam termoset yang
nantinya digunakan sebagai bahan pembuatan ban.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat
memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions (produksi bersih), karena hampir
semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, disetiap
pabrik kelapa sawit sangat memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi
bersih pada komoditi kelapa sawit. Karena dengan semakin tingginya kesadaran
masyarakat dunia tentang pelestarian lingkungan hidup serta adanya persaingan pada pasar
global, maka mutu produk tidak hanya dilihat dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi
juga aspek lingkungannya. Limbah–limbah dari hasil produksi minyak kelapa sawit
dihasilkan dari kegiatan-kegiatan produksi minyak kelapa sawit, misalnya limbah padat
tandan kosong sawit dihasilkan dari kegiatan perontokan (threser).
2. Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari
tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada in
house keeping. Berbagai macam limbah hasil dari produksi minyak kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan kembali sesuai jumlah
limbah yang dihasilkan dari suatu pabrik.
3. Salah satu karakteristik dari limbah pabrik kelapa sawit adalah dari batang pohon sawit,
yakni kayu sawit yang memiliki sifat dasar kualitas penggunaannya yang rendah
dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi bahan baku mebel yang potensial.
Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan bahwa produk tersebut selama ini banyak
dicari pembeli dari luar negeri, karena selain corak kayunya yang unik juga memiliki
kekuatan yang cukup bagus.
4. Berdasarkan karakteristiklimbah pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) mengandung bahan
organik dan mineral. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan melakukan pengolahan
lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Siti dkk. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Komposit Untuk Meubel.
Balai Besar Kimia dan Kemasan.
Bahruddin, dkk. 2012. Pemanfaatan Limbah Fly Ash Pabrik Kelapa sawit Sebagai Filler
Substitusi Untuk Material Karet Alam Termoset: Pengaruh Nisbah Fly Ash/ Carbon Black
dan Kadar Coupling Agent Meleated Natural Rubber. Lembaga Penelitian Universitas Riau
dan Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Fricke, Thomas B. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil Untuk Produksi
Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). Environmental Services Program DAI Project
Number: 5300201.
Manurung, Hotman. 2011. Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Berwawasan Lingkungan
melalui Pemanfaatan Limbah. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011. Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen, Medan.
Syafriuddin, dkk. 2012. Perbandingan penggunaan energi alternatif bahan bakar serabut
(fiber) dan cangkang kelapa sawit terhadapa bahan bakar batubara dan solar pada
pembangkit listrik. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Industri, Institut Sains dan Teknologi.
AKPRIND yogyakarta.
DITJEN PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. SUBDIT
Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, DITJEN PPHP,
Departemen Pertanian: Jakarta.
18