Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan perawatan (maintenance) ditujukan untuk meyakinkan bahwa asset


fisik yang dimiliki dapat terus berlajut memenuhi apa yang diiginkan oleh
pengguna terhadap fungsi yang dijalankan oleh asset. Maintenance merupakan
salah satu efektif untuk meningkatkan keadalan suatu sistem, kegiatan tersebut
bersifat terencana (planned) dan tidak terencana (unplanned) hanya ada satu
bentuk kegiatan maintenance yang tidaka terencana, yakni emergency
maintenance dimana tindakan maintenance tersebut dibutuhkan sesegera
mungkin untuk mencegah kerusakan yang lebih parah seperti loss of
production atau untuk alasan keselamatan (safety). Kegiatan maintenance pada
dasarnya terbagi dua kategori yaitu preventive maintenance dan corrective
maintenance Pemilihan kegiatan maintenance tersebut didasari atas sifat dari
kerusakan pada peralatan, apakah bersifat terprediksi atau tidak terprediksi.
Selain itu,pemilihan tersebut juga didasari atas biaya yang harus dikeluarkan
untuk kegiatan maintenance tersebut.Maintenance seringkali dihubungkan
sebagai akar dari suatu keandalan (reliability). Hal ini dikarenakan seringkali
masalah keandalan datangnya dari bagian maintenance. Oleh karena itu, perlu
adanya strategi maintenance yang baik untuk meningkatkan reliability dari
suatu sistem produksi (Rachmad Hidayat. 2010)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung sangat


pesat, hal ini mendorong manusia untuk terus berupaya memanfaatkan
kemajuan teknologi tersebut yang diantaranya diwujudkan melalui penelitian-
penelitian. Penelitian yang dilakukan dapat berupa penelitian yang bertujuan
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah-masalah baru,
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada maupun penelitian dalam
menguji kebenaran suatu pengetahuan. Dalam bidang matematika, statistika
yang sudah berkembang begitu jauh dengan adanya penemuan berbagai alat
analisis untuk berbagai keperluan estimasi, pengujian dan metode peramalan.
Selain itu, statistica juga berperan aktif untuk menangani masalah keandalan
terhadap suatu individu atau komponen. Reliabilitas atau keandalan
merupakan analisis statistik yang membahas tentang daya tahan hidup suatu
benda atau individu dalam keadaan operasional tertentu. Penerapan dari
analisis ini banyak dilakukan dibidang kedokteran berkaitan dengan
pemodelan ketahanan hidup penderita penyakit tertentu dan dibidang produksi
yang berkaitan dengan pemodelan tentang ketahanan hidup benda-benda
produksi. (Imas Sukarsih dkk. 2015)

Keandalan dalam pengertian yang luas dapat dikatakan sebagai ukuran


prestasi. Atau dengan kata lain “suatu tingkat penilaian keberhasilan dari
suatu objek yang seperti peralatan, mesin produksi, kendaraan, komputer, dan
lainlain“. Konsep keandalan sebenarnya muncul akibat perkembangan
teknologi modern, pada awalnya ilmuwan mendapat pengalaman berharga
pada saat perang dunia kedua berlangsung. Dimana pada masa perang tersebut
metode keandalan digunakan untuk perawatan mesin khususnya peralatan
perang yang dipakai. Keandalan didefinisikan sebagai peluang (probability).
Suatu unit atau sistem berfungsi normal jika digunakan menurut kondisi
operasi tertentu untuk periode waktu. Reliability juga merupakan probabilitas
suatu alat melakukan fungsinya dengan cukup memadai pada periode waktu
yang diharapkan dibawah kondisi operasi yang telah ditentukan (D. Priyanta,
2000).

Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah yang mengolah kelapa sawit atau tandan
buah segar (TBS) mendapat 2 produk utama yaitu minyak dan ini kelapa
sawit. Pada proses pengolahan kelapa sawit alat-alat yang digunakan untuk
proses pengolahan harus selalu dijaga operasionalnya dan harus dilakukan
perawatan secara teratur untuk menjaga lancarnya proses pengolahan.

Salah satu yang sangat berperan penting pada proses pengolahan kelapa sawit
di pabrik kelapa sawit adalah screw press. Screw press adalah alat yang
digunakan untuk memeras/mengeluarkan minyak yang terkandung pada
mesocarp berondolan kelapa sawit dengan menggunakan tekanan
hydrolic.Tinggi rendahnya rendemen yang didapat dari proses pengolahan
dipabrik sangat tergantung pada efisiensi dari screw press. Apabila efisien
screw press rendah maka rendemen pabrik yang didapat akan rendah dan akan
mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Selain itu, apabila terjadi kerusakan
pada screw press atau bahkan stagnasi proses pengolahan pabrik tersebut.
Terhentinya proses pengolahan dipabrik kelapa sawit akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan, yang dapat mengakibatkan rendah produktivitas
pabrik tersebut. Kerusakan-kerusakan peralatan pabrik tersebut juga akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena akan membutuhkan biaya
lebih untuk memperbaiki kerusakan peralatan tersebut, untuk itu perlu
dilakukan perawatan (Maintenance) yang baik terhadap setiap peralatan yang
digunakan pada proses pengolahan kelapa sawit.

Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah untuk mengetahui nilai Reliability


tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui nilai Reliability tersebut maka
diperlukan sebuah metode yaitu bagaimana reliability dengan menggunakan
distribusi Eksponensial. Penelitian dengan analisa Keandalan (Reliability)
padan mesin Screw Press dengan menggunakan metode eksponensial untuk
mengetahui keandalan dari mesin screw press agar meminimalisasi terjadinya
kerusakan pada mesin tersebut dan memberikan masukan terhadap
pemasalahan yang dihadapi melalui analisa dan perhitungan serta
mengungkap akar penyebab masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul pada tugas
akhir ini ialah “ANALISA DATA MAINTENANCE PADA MESIN
SCREW PRESS KELAPA SAWIT”
1.2 Urgensi Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas urgensi dalam penelitian ini


adalah untuk mengetahui nilai Reliability/keandalan dari mesin Screw Press
dengan mengunakan distribusi eksponensial yang ada di Pabrik Kelapa Sawit.
Dikarenakan masih sering terjadi kerusakan pada mesin screw press maka
dilakukan analisa menghitung nilai keandalan pada mesin Screw Press.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Menganalisa nilai Reliability dengan mengunakan distribusi eksponensial


pada mesin Screw Press
b. Menganalisa nilai distribusi kumulatif atau ketidak-handalan pada mesin
Screw Press
c. Menganalisa laju kerusakan pada mesin Screw Press
d. Menganalisa waktu rata rata antar kerusakan atau lifetime mesin Screw
Press
e. Mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi pada mesin Screw Press.

1.4 Target Temuan

Penelitian ini dapat mengetahui nilai keandalan dengan menggunakan


distribusi eksponesial, untuk mengetahui pemeliharaan mesin secara teratur
agar tetap terjaga umur teknisnya agar produktivitas meningkat bagi
perusahasaan dan sejauh mana kondisi mesin tersebut

1.5 Kontribusi

a. Menjadi referensi bahan kajian untuk dikembangan kembali oleh peneliti


selanjutnya.

b. Menjadi sumber referensi pada pendidikan perkebunan dan bagi industri


dalam menambah bahan ajar bagi pembaca.

c. Menjadi masukan bagi perusahaan untuk memelihara dan memperbaiki


suatu alat dan dapat memperpanjang umur alat tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit

Proses pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memproduksi 2 produk


utama PKS yaitu minyak dan inti sawit. Secara umum proses pengolahan
kelapa sawit hanya merupakan proses kutip dan pisah, yaitu mengutip bahan-
bahan yang menjadi produk utama dan memisahkan bahan-bahan yang
tidak bisa menjadi produk utama atau bahkan menjadi pengurang nilai kualitas
dari produk utama. Proses dari pengolahan kelapa sawit tidak bisa
menambah kuantitas produksi minyak dan inti sawit. Minyak dan inti kelapa
sawit hanya diciptakan di kebun. Sehingga proses pengolahan kelapa sawit
hanya mampu mengurangi kehilangan atau losses akibat dari proses kutip dan
pisah tersebut. Proses produksi minyak dan inti sawit dari tandan buah
segar terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu perebusan buah
(sterilisasi), pemipilan, ekstraksi minyak dari mesocarp buah, klarifikasi dan
pengolahan biji Tandan buah segar yang masuk ke dalam pabrik ditimbang
terlebih dahulu kemudian dibawa menuju lantai penerimaan buah.
Tandan buah segar direbus menggunakan uap basah didalam bejana uap
yaitu sterilizer. Selanjutnya buah yang telah direbus, kemudian dipipil
menggunakan thresher untuk memisahkan brondolan dari tandannya.
Brondolan yang telah terpipil kemudian dibuburkan/ dilumat di digester
dengan tujuan untuk memudahkan proses ekstraksi minyak dari daging
buah (mesocarp) di screw press, sehingga minyak dapatdengan mudah
dipisahkan dari daging buah.Setelah dilumat, brondolan masuk ke dalam
mesin screw press dan di press dengan tekanan mencapai 50 bar, yang
bertujuan untuk mengeluarkan minyak kelapa sawit dari daging buah.
Dari proses pressan tersebut, akan memisahkan antara minyak dan cake.
Cake adalah campuran antara serat buah yang telah di press dan biji. Minyak
hasil pengepresan selanjutnya akan dimurnikan di stasiun klarifikasi yang
berfungsi untuk memisahkan minyak dari sludge dan air. Pemurnian
dilakukan dengan metode gravitasi dan mekanik. Pada stasiun ini dihasilkan
produk minyak sawit jernih. Sedangkan cake diolah di stasiun pengolahan
biji utuk memisahkan inti dari cangkang dan serat yang terikut dalam
cake. Keberhasilan proses pengolaan ditentukan oleh 70% keberhasilan proses
rebusan. Karena stasiun ini, Tandan Buah Segar (TBS) diberikan tekanan
steam bertekanan tinggi yang diinjeksi dari Back Pressure Vessel
(BPV).proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses
selanjutnya. (Naibaho, 1996).

2.1.1 Screw Press

Screw Press adalah alat yang digunakan untuk mengekstrak minyak dari
mesocarp buah yang telah dilumatkan dengan menggunakan tekanan dari hydrolic
press. Alat ini dilengkapi oleh sebuah silinder (sarung screw) yang berlubang-
lubang dan didalamnya terdapat 2 buah screw yang berputar berlawanan arah.
Tekanan dihasilkan oleh 2 cone yang berada di ujung pengempa dan dioperasikan
secara hydrolic.
Gambar. 2.1 Screw Press

Keterangan :

1. Cone
2. Worm Screw
3. Screw
4. Kopling
5. Gearbox
6. Motor Listrik
7. Belt
Mekanisme pengempaan ialah masuknya brondolan yang telah dilumat ke
dalam cylinder press dan mengisi wrom, volime setiap space worm berbeda,
semakin mengarah ke ujung as screw volume semakin kecil, sehingga
perpindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. (Naibaho, 1996)
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi efisiensi ektraksi

A. Tipe Screw Press

Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu
Speichim, Usine de Weeker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai
pengaruh berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa speichim
memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk
konstan dibandingkan dengan adonan (brondolan yang telah dilumat) yang
masuk berdasarkan gravitasi. Kontinuitas adonan yang masuk kedalam screw
press mempengaruhi volume worm yang parallel dengan penekanan ampas,
jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan
tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan
feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan
pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar.
Hal ini akan membantu daya kerja Terdapat tiga tipe screw press yang umum
digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Weeker dan Stork. Ketiga
jenis alat ini mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap efisiensi
pengempaan. Alat kempa speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas
dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan
(brondolan yang telah dilumat) yang masuk berdasarkan gravitasi. Kontinuitas
adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang
parallel dengan penekanan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan
oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik
pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian
yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah
sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press,
karena kandungan minyak telah berkurang, yang sering mengganggu dalam
pengepressan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam
cairan.

Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya


perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu
dilakukan perhatian yang lebih intensif.

Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang
menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan usine de weaker
tidak dilengkapi dengan feed screw.

Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki
kemampuan press yang berbeda beda, dimana alat press yang double shaft
umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft. (Naibaho, 1996)

B. Tekanan kerja Screw Press

1. Tekanan Lawan

Penggerak as screw press dilakukan dengan electromotor yang dipindahkan


dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakkan alat
screw adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan
ini tergantung pada tekanan lawan pada aadjusting cone. Tekanan pada
hydraulic cone yang sesuai untuk “single stage pressing” diberikan tekanan
pada tahap awal 40-50 bar dan pada double pressing menggunakan tekanan
pertama 30-35 bar dan pada pengempaan kedua tekanan 40-50 bar.

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikkan


dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu
ditemukan persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat
kerusakan screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor
screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas
dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah
berkurang. Oleh sebab itu, pengoperasian screw press hendaknya
dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya. Kerusakan
cone yang terjadi dipabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki,
dengan melakukan pengaturan pada panel board yang mengatur ampere arus
masuk, hal ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continuous
pressing dan berakibat pada kerusakan electromotor yang cepat.
2. Stabilitas tekanan

Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif


terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan
pada electromotor dan cone secara tepisah tidak dapat mempertahankan
tekanan yang stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan
pada screw press dilakukan dengan cara “geardrive” dengan ”hydraulic
transmisi” sehingga ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang
disebabkan ketidaksamaan bahan baku dapat diatur secara automatic. Alat ini
sudah banyak dikembangkan pada screw press. Keuntungan dari alat ini ialah
dapat mengatur sendiri tekanan tertinggi dan tekanan terendah dalam screw
press, serta dapat diatur arah putaran screw sehingga cake yang berbeda
dalam cylinder press dapat dikeluarkan.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking


antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. Dengan cara ini satu
dengan yang lainnya saling mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik
karena keadaan adonan maupun akibat perubahan tegangan arus listrik.
(Naibaho, 1996)

2.1.3 Air pengencer

Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis
alat. Pemberian air dilakukan dengan cara menyiram cake dari atas bagian
tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengencer yang diberikan
tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang
terlalu banyak dapat berakibat terhadap kandungan air cake yang tinggi dan
dapat menyebabkan :

a. Pemecahan cake yag lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC), hal
ini menyebabkan bebab CBC terlalu berat.

b. Semakin tinggi kandungan air ampas, maka kalor bakar akan semakin
menurun yang dapat memperkecil kapasitas dari efisiensi boiler.

c. Pemeraman biji yang berkadar air tinggi dalam silo bijiakan lebih dan dapat
menyebabkan penurunan efisiensiekstrasi biji yang lebih rendah.
(Naibaho,1996)

2.2 Manajemen Pemeliharaan

a. Manajemen

Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,


menginterpretasikan, dan mencapaitujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi perencanaan (planning),pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia/kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). (Burhan Fazzry,
2009)

b. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan fungsi yang penting dalam suatu pabrik. Sebagai


suatu usaha menggunakan fasilitas/peralatan produksi agar kontinuitas
produksi dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan produksi
tersebut tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum jangka
waktu tertentu yang direncanakan tercapai. (Apri Heri Iswanto, 2008)

c. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan adalah pendekatan formal dalam pelaksanaan fungsi


manajemen ketentuan pelaksanaan Ada untuk. Mesin dan Berdasarkan
karakteristik kemampuan dan keandalan Pekerjaan Manajemen pemeliharaan
menghasilkan banyak keuntungan melalui:(1) Kesiapan mesin saat dibutuhkan
untuk proses produksi, menghasilkan hasil produksi yang tinggi dan biaya per-
jam mesin rendah,(2) Produktivitas tenaga kerja pada saat produksi
meningkat,(3) Dapat menurunkan biaya perbaikan, dan (4) Menurunkan kerja
lembur. (Sirmas Dalimunthe, Dkk: 2009)

2.2.1 Pemeliharaan Mesin (Maintenance)


Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang
dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan
sesuai dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien. Ini berbeda
dengan perbaikan. Pemeliharaan (maintenance) juga didefenisikan sebagai
suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu
barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisiyang bisa diterima.

Tujuan Maintenance

Menurut Corder (1992) dalam jurnal Hendrik (2011), tujuan pemeliharaan


yang utama dapat didefenisikan dengan jelas sebagai berikut:

1. Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat
kerja, bangunan, dan isinya).

2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi


(atau jasa ) dan mendapatkan laba (Return of Invesment) maksimum yang
mungkin.

3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan


dalam kegiatan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam
kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.

4. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

2.3 Jenis-Jenis Maintenance

2.3.1 Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang


terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian
dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Oleh karena itu, program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis
dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian
maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.
Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah yang
dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi
dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap
untuk mengambil keputusan.

Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari 3 bentuk


pelaksanaan, yaitu :

a. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)

Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang


dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi.

Menurut Heizer dan Render (2001) dalam bukunya “Operation Management”,


preventive maintenance adalah “ A plan that involves routine inpections,
servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure” Artinya:
preventive maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan
inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik
sehingga tidak terjadi kerusakan dimasa yang akan datang.

Gambaran yang diperoleh dari pengertian diatas adalah bahwa kegiatan


pemeliharaan pencegahan yang paling penting adalah pemeriksaan
(inspection), yang meliputi pemeriksaan terhadap semua mesin/peralatan
produksi yang sesuai dengan rencana dan pembuatan laporan-laporan dari
hasil pemeriksaan.

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive


maintenance akan terjamin kelancarannya dan selalu diusahakan dalam
kondisi atau keadaan yang siap dipegunakan untuk setiap operasi atau proses
produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu
rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan
rencana produksi yang lebih tepat.

a. Corrective maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)

Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang dilakukan


setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin/peralatan sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik.

Menurut Heizer dan Render (2001) Corrective Maintenance adalah “Remedial


maintenance that occurs when equipmen fails and must be repaired an
emergency or priority basis”. Artinya: pemeliharaan ulang yang terjadi akibat
perlatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karenakeadaan darurat atau
karena merupakan sebuah prioritas utama.

Pemeliharaan korektif (Breakdown maintenance). “Perawatan yang


dilaksanakan karena adanya hasil produk (setengah jadi maupun barang jadi)
tidak sesuai rencana, baik mutu, biaya mapun ketepatan waktunya.

Corrective maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan


mesin/peralatan untuk melaksanakan dua hal yang mencakup :

Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua


kerusakan-kerusakan yang timbul secara detail dan terperinci.

Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun


bertujuan pencegahan terjadinya kerusakan mesin dan mengantisipasi kondisi
yang memungkinkan akan mengakibatkan kerusakan mesin.

b. Predictive Maintenance

Predictive maintenance adalah tindakan-tindakan maintenance yang dilakukan


pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi
data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu dapat
berupa data getaran temperatur, flow rate dan lain lain. Perencanaan predictive
maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari operator dilapangan yang
diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan
tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

2.3.2 Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)

Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency maintenance.


Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah tindakan
maintenance yang tidak dilakukan pada mesin/peralatan yang masih bisa
beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi
lagi.

2.3.3 Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)


Autonomous Maintenance (AM) merupakan kegiatan perawatan yang
dilakukan oleh operator memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam
peningkatan pendayagunaan peralatan. Inti dari kegiatan ini adalah
pencegahan dari memburuknya peralatan. Dalam tahap AM ini perlu
melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: membersihkan (cleaning),
menangani serta menanggulangi penyebab dan akibat dari debu dan kotoran
(solve difficult problem), pemeriksaan menyeluruh (general inspection),
Menyusun standar pembersihan dan pelumasan (cleaning/lubrication
standard), Autonomous Inspection (reevaluate steps 2 and 4),
Pengorganisasian dan keteraturan (self audit), Penerapan secara menyeluruh
AM (organization). (Ulfi Nurfaiza dkk, 2014)

1. clearing up, menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan.

2. Organizing, menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi.

3. Cleaning, membersihkan peralatan dan tempat kerja.

4. Standardizing, membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi.

5. training and discipline, meningkatkan skill dan moral.

Autonnomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan


membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan.

Tujuh kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah :

1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect).

2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan.

3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau.

4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri.

5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh.

6. Pemeliharaan mandiri secara penuh.

7. Pengorganisasian dan kerapian.

2.3.5 Tugas dan Kegiatan Maintenance


Semua tugas-tugas dan kegiatan daripada maintenance dapat digolongkan
kedalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut :

a. Inspeksi (Inspection)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara


berkala (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan
rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu
mempunyai fasilitas mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran
proses produksi.

b. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli
dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
serta melakukan penelitian penelitian terhadap kemungkinan pengembangan
komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.

c. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya yaitu


dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi

d. Kegiatan Administrasi

Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan


pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan scheduling, yaitu rencana
kapan kegiatan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa diservice dan
diperbaiki.

e. Pemeliharaan Bangunan

Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak termasuk


dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.
2.4 Probabilitas

Kata probabiliitas sering dipakai jika kehilangan sentuhan dalam


mengimplikasikan bahwa suatu kejadian yang mempunyai peluang yang
bagus akan terjadi. Dalam hal ini penilaian yang dilakukan ini adalah ukuran
yang bersifat subyektif atau kualitatif. Adalah penting untuk menyadari bahwa
probabilitas mempunyai arti secara teknis karena secara ilmiah probabilitas
dapat ditafsirkan sebagai ukuran dari kemungkinan, yaitu mendefinisikan
secara kuantatif kemungkinan dari suatu event atau kejadian secara matematis.
Probabilitas merupakan suatu indeks numerik yang nilainya antara 0 dan 1.
Indeks numerik 0 akan mendefinisikan suatu kejadian yang pasti tidak akan
terjadi, sedang indeks numerik 1 akan mendefinisikan suatu kejadian yang
pasti terjadi.

Dari pengertian tentang konsep probabilitas diatas jelas terlihat bahwa sangat
sedikit sekali kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 0 atau 1. Yang ada
adalah hampir semua kejadian mempunyai nilai probabilitas antara 0 dan 1.
Untuk keperluan teori keandalan, nilai probabilitas secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi dua keluaran yaitu keluaran yang mewaakili kejadian
yang didefinisikan sebagai kejadian yang sukses, sedang keluaran yang
lainnya mewakilii kejadian yang didefinisikan sebagai kejadian yang gagal.
Bila ada lebih dari dua keluaran yang mungkin dari suatu event atau kejadian,
maka keluaran itu dapat dikelompokan menjadi kelompok keluaran yang
mewaakili kejadian yang sukses sedang sisanya bisa dikelompokan sebagai
kejadian yang gagal.
Bila suatu eksperimen akan menghasilkan berbagai kemungkinan keluaran
maka semua keluaran yang mungkinn dari eksperimen tersebut disebut
sebagai ruang sampel (sample space) (Dwi Priyatna. 2000).

2.4.1 (Reliability) Keandalan

Keandalan dapat didefinisikan sebagai probabilitas sistem akan memiliki


kinerja sesuai fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu. Definisi
lain keandalan adalah probabilitas suatu sistem akan berfungsi secara normal
ketika digunakan untuk periode waktu yang diinginkan dalam kondisi operasi
yang spesifik (Hery Agung Prabowo dkk. 2010)

Berdasarkan definisi diatas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:

1. Probabilitas, dimana nilai reliability adalah berada diantara 0 dan 1.

2. Kemampuan yang diharapkan, harus digambarkan secara terang atau jelas.


Untuk setiap unit terdapat suatu standar untuk menentukan apa yang
dimaksud dengan kemampuan yang diharapkan.

3. Tujuan yang diinginkan, dimana kegunaan peralatan harus spesifik. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa tingkatan dalam memproduksi suatu barang
konsumen.

4. Waktu, merupakan parameter yang penting untuk melakukan penilaian


kemungkinan suksesnya suatu sistem.

5. Kondisi Lingkungan, mempengaruhi umur dari sistem atau peralatan


seperti suhu, kelembaban dan kecepatan gerak. Hal ini menjelaskan
bagaimana perlakuan yang diterima sistem dapat memberikan tingkat
keandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya.

A. Variabel random

Variabel random probabilistic adalah variable numeric yang nilai


spesifikasinya tidak dapat diprediksi dengan pasti sebelum dilakukan
eksperimen. Harga variable random sangat tergantung pada eksperimen,
sehingga kadang disebut juga dengan variable terikat (Dependence variable).
Harga tersebut berhubungan dengan kejadian yang didefinisikan sebagai ruang
sampel, tetapi kejadian yang berbeda kemungkinan akan menghasilakn
variable random yang sama.

Di dalam mengolah data, ada suatu nilai atau parameter yang akan diukur
agar teori probabilitas dapat diterapkan maka kejadian dari nilai-nilai ini
haruslah random terhadap waktu atau ruang, misalnya laju kegagalan dari
komponen, lama waktu untuk mereparasi, kekuatan mekanis dari komponen,
adalah variabel yang bervariasi secara random terhadap waktu dan ruang.
Variabel random ini dapat didefinisikan secara diskrit maupun secara
kontinyu.

Sebuah variabel diskrit adalah variabel random yang hanya mempunyai


bilangan diskrit pada interval tertentu sedangkan variable random kontinyu
adalah variabel yang mempunyai nilai secara kontinyu pada interval tertentu.
Contoh dari variable random diskrit adalah pada eksperimen pelemparan dadu,
dimana variabel randomnya didefinisikan sebagai hasil yang keluar dari
pelemparan sebuah dadu, sedangkan contoh untuk random variabel yang
kontinyu misalnya adalah pada eksperimen pengujian kegagalan komponen
dengan waktu sebagai variable randomnya.

Perilaku dari variabel random didiskripsikan dalam hokum-hukum


probabilitas. Cara yang paling umum dalam mengekspresikan probabilitas dari
suatu variabel random adalah dengan memakai distribusi probabilitas. Untuk
analisa keandalan sistem, variabel random yang sering dipakai adalah variable
random waktu kegagalan (time to failure – TTF) dan sering dinotasikan
dengan T. gambar 2.2 dari menunjukan ilutrasi dari sebuah TTF, absis pada
gambar 2.2 menunjukan keandalan dari komponen/ sistem, jika
komponen/sistem ditujukan dengan angka 1 sebaliknya jika sistem ditunjukan
oleh angka 0.

Gambar 2.2 Ilutrasi TTF dari sebuah komponen


B. Variabel random kontinyu

Variabel kontinyu merupakan salah satu macam distribusi probabilitas, yaitu


model matematik yang menghubungkan nilai variabel dengan probabilitas
terjadinya nilai itu. Dengan perkataan lain, kita dapat membayangkan diameter
cincin piston sebagai variabel random, karena diameter itu menjalani nilai-
nilai yang berbeda dalam populasi itu menurut mekanisme random. Maka
distribusi probabilitas diameter cincin menggambarkan probabilitas terjadinya
setiap nilai diameter cincin di dalam populasi itu. Dimana untuk distribusi
kontinyu variabel yang diukur dinyatakan dalam skala kontinyu. Oleh karena
itu distribusi probabilitasnya dinamakan variable random kontinyu.

Misalnya T adalah random variable yang kontinyu dan f(t) mewakili suatu
fungsi probabilitas untuk random variable T. jika p(a≤ T≤b) menyatakan
probabilitas dari variable random t pada interval a dan b maka. (Dwi Priyatna.
2000)

𝑏
P( a ≤ T ≤ B) =∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 ……………………………….(2.1)

Fungsi f(t) yang mewakili fungsi probabilitas untuk variable random T yang
kontinyu disebut fungsi probabilitas densitas (Probability density function).
Untuk selajutnya istilah fungsi probabilitas densitas akan disingkat dengan
fpd. Secara umum fungsi probabilitas densitas memenuhi sifat. (Dwi Priyatna.
2000)

F(t) ≥ 0 , -∞ < T < ∞ …………………………………..(2.2)


∫−∞ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = 1………………………………………….(2.3)

Nilai harapan (expectation) dari variable random T dengan fpd f(t)


didefiniskan oleh (Dwi Priyatna. 2000)


E(t) =∫−∞ 𝑡𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 ………………………………….(2.4)
C. Variabel random diskrit

Jika T adalah random variabel yang diskrit dan f(t) mewakili suatu fungsi
probabilitas untuk random variabel T dan P(T = a) menyatakan probabilitas
dari variabel random T pada saat T = a, maka (Dwi Priyatna. 2000)

P(T = a) = f (a) ………………………………………..(2.5)

Fungsi f(t) yang mewakili fungsi probabilitas untuk variable random T yang
yang diskrit disebut fungsi probabilitas massa (probability mass function).
Untuk selanjutnya istilah fungsi probabilitas densitas akan disingkat dengan
pmf. Secara umum fungsi probabilitas densitas memenuhi sifat : (Dwi
Priyatna. 2000)

f (t) ≥ ,untuk semua t………………………………..…(2.6)

∑𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑡 𝑓(𝑡) = 1…………………………………..…(2.7)

Nilai harapan (expectation) dari variabel random T dengan fpm f(t)


didefinisikan oleh (Dwi Priyatna. 2000)

𝐸(𝑡) = ∑∞
𝑖−1 𝑡𝑖 𝑓 (𝑡𝑖 ) …………….……………… ….(2.8)

2.4.2 Fungsi distribusi kumulatif

Jika T adalah variabel random, baik variabel random yang kontinyu ataupun
variabel random yang diskrit, maka fungsi distribusi kumulatif (cumulative
distribution function) dari variabel random T didefinisikan oleh (Dwi Priyatna.
2000)

F(t) = P (T ≤ t)…………………………………………..(2.9)

Jika T merupakan variabel random yang kontinyu dengan fpd f(t), maka fungsi
distribusi kumulatifnya adalah (Dwi Priyatna. 2000)
𝑡
F(t) = P (-∞ ≤ T ≤ t ) = ∫−∞ 𝑓 (𝑢)𝑑𝑢 …………………..(2.10)

Sedang jika T merupakan variabel random yang diskrit dengan fpm f(t), maka
fungsi distribusi kumulatifnya adalah (Dwi Priyatna. 2000)

𝑓(𝑡) = ∑𝑡1≤𝑡 𝑓 (𝑡𝑖 ) ………………………….…………..(2.11)

Hubungan antara fungsi distribusi kumulatif adalah (Dwi Priyatna. 2000)


𝑑
F(t) =𝑑𝑡 = f(t) ……………………………… ..…………(2.12)
2.4.3 Model Matematis dari keandalan

Suatu fungsi matematis telah dikembangkan untuk menghitung besarnya


keandalan mesin. Fungsi matematis ini dinyatakan sebagai fungsi dari lamaya
waktu operasi mesin, untuk menunjukan besarnya probabilitas sistem mesin
melakukan fungsinya dengan baik pada lamanya waktu operasi tertentu dan
dalam kondisi tertentu pula. Oleh sebab itu besarnya keandalan ini
berhubungan dengan frekuensi terjadinya kerusakan mesin selama periode
tertentu yang ditinjau. Secara teori matematis untuk mengukur keandalan
dilihat beberapa factor yaitu :

 Fungsi keandalan (Reliability Fanction)

 Fungsi laju kegagalan (Hazard Function)

2.4.4 Fungsi keandalan

Secara matematis besarnya keandalan mesin untuk operasi (t) tertentu didapat
dari satu dikurangi dengan probabilitas terjadinya kerusakan selama waktu (t)
tersebut. Jika R(t) menyatakan fungsi keandalan dari suatu komponen atau
sistem fungsi waktu maka hubungan antara fungsi keandalan R(t) dan
distirbusi kegagalan kumulatif atau fungsi ketakhandalan Q(t) dihubungkan
oleh sebuha formula dibawah ini. (Dwi Priyatna. 2000)

R(t) = 1- Q(t) ………………………………………. .(2.13)

Fungsi densitas kegagalan ini yang dinotasikan dengan f(t), dapat diturunkan
baik dari fungsi ketakhandalan maupun fungsi keandalan seperti pada formula
dibawah ini. (Dwi Priyatna. 2000)

𝑑𝑄(𝑡) 𝑑𝑅(𝑡)
f (t) = =- …………………………..….(2.14)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

sebaliknya fungsi ketakhadalan maupun fungsi keandalan dapat diperoleh dari


fungsi densitas kegagalan seperti yang dituliskan dalam formula dibawah ini.
(Dwi Priyatna. 2000)

𝑡
Q(t) = ∫0 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡………………………………………..(2.15)

Dan

𝑡 ∞
R(t) = 1 - ∫0 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 = ∫𝑡 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡………………….…..(2.16)

Satu konsep lagi yang sering dipakai adalah laju perubahan (transition rate).
Salah satu aplikasi dari konsep laju perubahan yang sering dipakai dalam
mengevaluasi komponen atau sistem adalaha laju kegagalan (failure rate) dan
laju pembenahan (repair rate). Penjelasan berikut ini akan menjelaskan
bagaimana laju kegagalan dari suatu komponen atau siatem yang memiliki
fungsi densitas kegagalan f(t).

Misalkan pada saat t sebuah komponen sedang bekerja. Probabilitas dari


komponen itu untuk mengalami kegagalan pada interval waktu antara t dan
t+∆t jika komponen itu diketahui berfungsi pada saat t dapat diekspresikan
oleh: (Dwi Priyatna. 2000)

P(t < T ≤ t +
P(t<𝑇<𝑇+∆ t)
 
𝑃(𝑇>𝑡 )
Bagian pembilang dari persamaan (2.17) dapat diekspresikan dalam bentuk
fungsi distribusi kumulatif sebagai F( t+∆t) – F(t) sedangkan penyebut dari
persamaan (2.17) dapat di ekspresikan sebagai R(t). persamaan (2.17) dapat
ditulis menjadi (Dwi Priyatna. 2000)
𝑡 𝑧(𝑢)𝑑𝑢
− ∫0
R(t) = 𝑒 …………………………….……....(2.18)

Untuk kasus yang khusus dimana laju kegagalan suatu komponen adalah
konstan z(t) = λ maka persamaan (2.19) akan berubah menjadi

R(t) = 𝑒 −𝜆𝑡
………………………………………..…..(2.19)
Dimana :
R(t) = fungsi kehandalan

Q(t) = fungsi distribusi kegagalan

f(t) = fungsi densitas kegagalan


λ = laju kegagalan

Jika t menuju tak terhingga, maka R (t) Menuju nol. F (t) merupakan
distribusi fungsi kerusakan atau fungsi ketidakandalan.

2.4.5 Fungsi laju kerusakan ( hazard function)

Laju kerusakan (failure rate) merupakan laju dimana kerusakan terjadinya


pada interval waktu yang ditetapkan. Jika fungsi densitas kerusakan
dinotasikan f (t), maka laju kerusakan dapat dirumuskan sebagai berikut: (Dwi
Priyatna. 2000)

𝑓
λ= ………………………………………………………….(2.20)
𝑡

dimana:

f = banyak waktu kegagalan

t = total waktu operasi

𝑓 (𝑡)
λ(t)= …………………………………………...........(2.21)
𝑅 (𝑡)

dimana : λ = Laju kerusakan R = fungsi keandalan

f = fungsi ketakhandalan

2.4.6 Kurva laju kerusakan

Pada dasarnya laju kerusakan ( failure rate ) akan berubah sepanjang umur
dari populasi sistem atau komponen. Dengan demikian laju kerusakan akan
tergantung pada perubahan waktuu. Laju kerusakan suatu komponen akan
mengikuti pola dasar seperti terlihat dalam kurva laju kerusakan atau yang
lebih dikenal kurva kamar mandi (bathup hazard rate curve), dan dari kurva ini
masa pakai suatu produk dapat dibagi menjadi 3 periode atau phasa seperti
pada gabar dibawah ini:
Gambar 2.3 Kurva laju kegagalan

pada kurva laju kegagalan terdapat tiga periode yang memperlihatkan


karakteristik produk selama umur gunanya ( life cycle).

Pada fase A disebut “Periode infant mortality” merupakan interval waktu


saat awal yang menjelaskan bahwa alat-alat yang baru diproduksi oleh pabrik
apabila digunakan pada mulanya untuk suatu masa tertentu memiliki tingkat
kerusakan tertentu (tidak nol). Terdapat beberapa alas an munculnya
kegagalan operasi suatu komponen pada periode ini:

a. pengendalian mutu dipabrik yang kurang baik.

b. metode pemproses di pabrik yang kurang baik.

c. penggunaan material dan pekerja yang berada di bawah standar.

d. start up dan instalasi yang salah.

e. kesukaran – kesukaran dalam perakitan

f. kesalahan – kesalahan manusia dan proses.

Pada fase B disebut sebagai “useful life periode”, yang merupakan suatu
periode masa pakai alat dengan laju kegagalan komponen yang bersifat
konstan. Terdapat beberapa alasan munculnya kerusakan dalam periode ini:

a. kerusakan – kerusakan yang tidak dapat dijelaskan (tidak menentu)

b. kesalahan manusia, melampaui masa pakai, kerusakan alamiah


c. kerusakan yang tidak dapat dihindarkan, dalam hal ini pemeliharan
preventif menjadi tidak bermanfaat

d. faktor – faktor keaman yang rendah

pada fase C disebut sebagai “wear out periode”, dimana laju kegagalan
komponen pada periode ini cenderung meningkat. Beberapa alas an
mendorong timbulnya kerusakan pada periode inni antara lain:

a. pemeliharaan yang tidak tepat


b. pemakain yang salah karena gesekan
c. pemakaian karena komponen telah disimpan lama.
d. praktek over haul yang salah
e. berkarat, serta kerusakan yang timbul secara perlahan – lahan
f. telah dirancang masa pakai produk yang pendek.
2.4.7 Mean time between failure

MTBF adalah waktu rata-rata antar kerusakan atau rata rata waktu
beroperasinya komponen, subsistem, atau sistem tanpa mengalami kerusakan.
MTBF diperoleh dari hasil bagi antara total waktu operasi dengan jumlah
kerusakan dalam periode waktu operasi tersebut (dwi priyanta. 2000)

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
MTBF = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛

Waktu rata-rata antar kerusakan (mean time betwen failure = MTBF) dari
suatu sistem yang memiliki fungsi densitas Kerusakan (failure density
function) f(t) didefinisikan oleh nilai harapan dari komponen itu. Secara
matematis waktu rata-rata antar kerusakan dapat diekspresikan sebagai
berikut: (Dwi Priyatna. 2000)


MTBF = E (T) = ∫0 𝑡𝑓 (𝑡)𝑑𝑡…………………..……….…(2.22)

Dengan mensubtitusikan persamaan (2.14) kedalam persamaan (2.22) maka


akan diperoleh (Dwi Priyatna. 2000)

MTBF = - ∫0 𝑡𝑅 (𝑡)𝑑𝑡…………………………………….(2.23)

Persamaan (2.19) dapat diselesaikan dengan memakai intergral parsial yaitu


sebagai berikut: (Dwi Priyatna. 2000)

∞ ∞
MTBF = - [ tR (t)] 0
+∫
0
𝑅(𝑡)𝑑𝑡…………………….……(2.24)


Jika MTBF < ∞ , maka nilai dari [ tR (t)] 0 , sehingga persamaan (2.24) diatas

menjadi (Dwi Priyatna. 2000)


MTBF = ∫0 𝑅(𝑡)𝑑𝑡 …………………………………..….…….(2.25)

2.5 Distribusi eksponensial

Distribusi ini adalah salah satu distribusi kerusakan yang biasa terjadi didalam
teknik keandalan. Distribusi Eksponensial memiliki laju kerusakan yang
konstan terhadap waktu dan kerusakan yang bersifat acak. Distribusi
Eksponensial merupakan salah satu dari distribusi keandalan yang paling
mudah dianalisis, parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah λ
didefinisikan sebagai rata-rata kerusakan yang terjadi.dengan λ = λ, t ≥ 0, λ >
0, maka didapatkan fungsi-fungsi dari distribusi Eksponensial yaitu : (
Rachmad hidayat dkk. 2010)

Fungsi keandalan : R(t) = 𝑒 −𝜆𝑡 …………………………………(2.26)

Fungsi kumulatif : F (t) = 1 - R(t) ……………………...………(2.27)


𝑓(𝑡)
Fungsi kerusakan : λ(t) = 𝑅(𝑡)……………………………………(2.28)

1
MTTF = 𝜆……………………………………………………….(2.29)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan ,juli,Agustus dan


September 2018 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit PT Padasa Enam
Utama Kalianta Satu

3.2 Rancangan penelitian

Adapun Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan


mengamati, merangkum dan mencatat data skunder maintenance dari jurnal
harian PMKS berupa waktu operasi, breakdown/stagnasi, selama 3 bulan yang
telah lewat yaitu bulan Maret, April dan Mei 2018 pada mesin Screw press.
Mulai dari proses pengolahan pabrik sampai akhir dalam setiap harinya
selama sebulan. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan pada mesin Screw Press
pabrik di Pabrik Kelapa Sawit.

3.2.1 Sumber Data

Data yang diperlukan terdiri dari primer dan sekunder, yaitu:

a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber yang
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya yaitu:

1. Data umum perusahaan

2. Data pemeliharaan korektif

3. Data jam kerja efektif mesin

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari informasi


langsung perusahaan melainkan dari sumber – sumber lain yaitu :

1. Studi kepustakaan yang berhubungan yang berhubungan dengan


manajemen pemeliharaan.
2. Disiplin ilmu pengetahuan lainnya yang mendukung dan mempunyai
hubungan dengan topic penelitian yang diambil

3.3 Bahan dan Peralatan

3.3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam proses penelitian ini antara lain adalah; Data
maintenance selama 3 bulan yaitu: bulan Maret sampai dengan Mei 2018 yang
diambil di Pabrik Kelapa Sawit.

3.3.2 Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Screw Press

a. Screw Press

Gambar 3.1 Screw Press

3.4 Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan breakdown yang terjadi selama proses pengepressan di


mesin Screw Press dicatat dalam buku Jurnal Pabrik.

2. Data waktu produksi, frekuensi breakdown, breakdown time, total


operation time

3. menganalisa nilai keandalan (Reliability) mesin Screw Press tersebut.


4. Menganalisa nilai distribusi kumulatif mesin Screw press tersebut

5. Menganalisa nilai laju kerusakan pada mesin Screw Press tersebut.

6. Menganalisa nilai Mean time between failure pada mesin Screw Press
tersebut.

3.5 Pengamatan Penelitian

3.5.1 Observasi (pengamatan)

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan langsung yang berkaitan dengan mesin dan sistem
perawatan mesin Screw Press di Pabrik Kelapa Sawit selama bulan Maret
sampai dengan Mei 2018.

3.5.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh bukan
dari informasi langsung perusahaan melainkan sumber-sumber lain

3.5.3 Pengolahan Data

a. Pengolahan Kuantitatif

Data yang diambil tersebut adalah data sekunder dari buku harian Jurnal
Pabrik, life time, dan data produksi alat berupa kerusakan mesin pada screw
press, kemudian data record perbaikan mesin dan data frekuensi kerusakan
mesin selama tiga (3) bulan yaitu bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2018.
Kemudian dilakukan analisa perhitungan dengan rumus Distribusi
Eksponensial sebagai berikut: (Rachmad hidayat dkk. 2010)

1. Fungsi keandalan : R(t) = 𝑒 −𝜆𝑡 ……………………………..(3.1)

Dimana :

R(t) =fungsi kehandalan

e = nilai natural
2. Fungsi kumulatif : F (t) = 1 – R(t)…………………………(3.2)

Dimana :

F(t) = fungsi densitas kegagalan

3. Fungsi laju kerusakan :


𝑓
λ= 𝑡

dimana:

f = banyak waktu kegagalan(frekuensi breakdown

t = total waktu operasi (jam kerja efektif mesin screw press

4. Laju kerusakan Distribusi Eksponensial


𝑓(𝑡)
λ(t) = 𝑅(𝑡)………………………………………………………..(3.3)

dimana :

f(t) = fungsi kegagalan

R(t) = fungsi kehandalan

1
5. MTTF = 𝜆…………………………………………………….(3.4)

Dimana : λ = laju kerusakan


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 . Reliability Centered Maintenance (RCM)


RCM : Suatu pendekatan maintenance (pemeliharaan) yang mengkombinasikan
praktek dan strategi dari preventive maintenance, predictive maintenance dan
reactive maintenance (RTF) untuk memaksimalkan umur (life time) dari fungsi
aset/sistem /equipment dengan biaya minimal (minimum cost).

SISTEM SCREW PRESS


4.1.2 BLOCK FUNCTION TABLE

Sistem :PRESSING

Sub-Sistem :GESEKAN SCREW

DESCRIPTION DESCRIPTION
V-Belt Pulley S.Rubber Seal Ring
V-Belt cover Wearing Plate
V belt Strainer
Electro Motor Cylinder Press
Speed Motor Shaft Worm Lethening
Coupling Grease Nipple
Cover Frame
Oil Seal Guide Tool
Gasket Hot Water Inlet
Bearing Spraying Pipe
Self Aligning Roller Extention Shaft
Bearing Box Press Body Complete
Handed Shaft Intermediate Gear
Gasket Ring Oil Filter
Sphectrial Roller Thrust Cylinder
Tooth Wheel Traverse Cone Guide
Bearing Box Cone Guide
Cover With Seal Adjusting cone
Half worm lethering Pressure Plate
Handed Worm
4.1.3 ANALISIS FUNGSI SISTEM
DESCRIPTION FUNCTION
V-Belt Pulley Dudukan famble
V-Belt cover Rumah belting/Penutup
V- belt Tali atau tali penghubung
Electro Motor Motor penggerak
Speed Motor Percepatan motor
Coupling Sambungan penarik shaft
Cover Penutup coupling
Oil Seal Penahan oli
Gasket Bantalan karet
Bearing Lahar
Self Aligning Roller Alas lahar
Bearing Box Rumah lahar
Handed Shaft Penahan As
Gasket Ring Bantalan Ring
Sphectrial Roller Thrust Rumah seal
Tooth Wheel Roda gigi
Bearing Box Rumah Lahar
Cover With Seal Ganjalan bearing dengan penahan
Half worm lethering Saringan press
Handed Worm Penahan screw
S.Rubber Seal Ring Pelindung Karet ring
Wearing Plate Saringan bulat
Strainer Saringan dalam cylinder
Cylinder Press Saringan bulat
Shaft Worm Lethening As hidrolik
Grease Nipple Tempat pispot
Frame Dudukan
Guide Tool Peralatan khusus
Hot Water Inlet Pintu masuk air panas
Spraying Pipe Pipa semprot
Extention Shaft Penyambng as
Press Body Complete Body screw / rumahan
Intermediate Gear Pemutar gear
Oil Filter Saringan oli
Cylinder Pendorong press
Traverse Cone Guide Jalur pendorong
Cone Guide Rumahan as
Adjusting cone Penyambung cone
Pressure Plate Besi penahan
4.1.4ANALISIS KEGAGALAN ALAT DAN PENYEBABNYA

NO KOMPONONEN KEGAGALAN PENYEBAB


1 V-Belt Pulley Aus,doll pengaruh gesekan
belting gearbox,beban
berat
2 V-Belt cover - -
3 V- belt Belting Gesekan terhadap
putus,retak,tipis pulley,panas,umur pakai
yang berlebih
4 Electro Motor Mati,dynamo Beban berat gearbox
terbakar tidak konstan
5 Speed Motor - -
6 Coupling Bolt&bush patah Tekanan screw tidak
normal,fiber terlalu
kering,kekurangan air
delusi
7 Cover Baut cover Bearing longgar
patah&haus
8 Oil Seal Nok oil seal bocor Bearing longgar, as
menyenggol seal,seal
mengeras, gesekan, jam
pakai berlebihan
9 Gasket Bibir gasket pecah, Tekanan tidak normal
10 Bearing Pecah,longgar Gesekan
11 Self Aligning Roller Selalu aus Gesekan,kelonggaran
12 Handed Shaft As patah, Beban berat,bearing
longgar,kemasukan besi
13 Gasket Ring Longgar,sompel Tekanan tidak normal
14 Sphectrial Roller Longgar, Bearing longgar,tekanan
Thrust terlalu tinggi
15 Tooth Wheel Retak,sompel,aus Kekurangan oli,gesekan
16 Bearing Box
17 Cover With Seal Baut patah Gesekan,tekanan tinggi
18 Shalf worm lethering Drat pecah Tekanan
tinggi,gesekan,masuknya
besi,aus,fiber kering
19 S.Rubber Seal Ring Drat patah Gesekan & tekanan
tinggi
20 Wearing Plate Bearing pecah,plate Tekanan screw tinggi
bengkok
21 Strainer Koyak Gesekan ,masuk
berondolan,aus
22 Cylinder Press Aus,bocor Umpan terlalu
banyak,tekanan
tinggi,aus,gesekan
23 Shaft Worm Pecah pada drat Tekanan
Lethening tinggi,aus,gesekan
24 Grease Nipple Tersumbat Banyak kotoran
25 Frame - -
26 Guide Tool - -
27 Hot Water Inlet Pipa bocor Umur pakai,gesekan
kran
28 Spraying Pipe Tersumbat Banyak kotoran
29 Extention Shaft Drat aus Gesekan & tekanan
tinggi
30 Press Body Complete - -
31 Intermediate Gear - -
32 Oil Filter Kotor Oli tidak sempurna
mengalir
33 Cylinder Seal hidrolik bocor Aus,gesekan
34 Traverse Cone Guide Drat patah/pecah Tekanan tidak normal
35 Adjusting cone Aus Tekanan tidak normal
36 Pressure Plate Bearing rusak,screw Tekanan tidak
patah,handed shaft normal,baut patah,
patah, plat bengkok
37 Worm screw Aus Gesekan terhadap
cake,jam pakai
berlebih,remake
4.1.5 ANALISIS SISTEM KEGAGALAN FUNGSI DAN PEYEBABNYA

Functional Faiure Functional Failure Mode

Mengekstrasksi  Minyak tidak terekstraksi  Screw haus


minyak pada sempurna  Tekanan terlalu
beronolan  Fiber terlalu basah rendah
 Banyaknya inti pecah/  Umur pakai
remuk screw sudah
lewat
 Tekanan screw
sangat berlebihan
 Penambahan
dilusiyang
berlebihan

4.1.6 ANALISIS DAMPAK KEGAGALAN

Faiure Failure Mode Failure Effect


Functional

Minyak tidak worm screw aus  Umur pakai screw


terekstraksi sudah habis
sempurna  Over capasity

Fiber terlau Tekanan screw Dikarenakan ingin menjaga


basah rendah keutuhan biji , maka dari itu
diturunkan tekanan press
sehingga fiber banyak
mengandung minyak

Losisi inti Tekanan press yang Dikarenakan ingin mencapai


tinggi target rendemen, tekanan press
dinaikkan sehingga
mengakibatkan losis inti
4.1.7 KOSIKUENSI DARI DAMPAK KEGAGALAN

Failure Effect Failure Consequences

 Umur pakai sudah habis Hidden Failure ( Non-Operational


 Screw sudah aus Consequences )

 Fiber terlalu basah  Evident Failure ( Operational


 Losis inti Consequences )

4.2.1 Perhitungan Distribusi Eksponensial

Berikut ini akan dijelaskan hasil perhitungan Distribusi Eksponensial pada


Screw Press selama bulan 3 bulan, selebihnya terlampir sebagai berikut:

a. Perhitungan Laju kerusakan mesin Screw press dengan rumus persamaan


matematis:

1. Screw press no.1


2
λ = 47250 = 0,0004 kerusakan / jam

2. Screw press no.2


3
λ = 38190 = 0,0007 kerusakan /jam

b. Perhitungan keandalan Screw press dengan rumus distribusi Ekponensial:

1. Screw Press no.1

R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡

= 2,7182818 −0,0004𝑥12

= 0,995 = 99,5 %

2. Screw Press no.2

R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡

= 2,7182818 −0,0007𝑥12
= 0,991 = 99,1 %

c. Perhitungan distribusi kumulatif atau ketidakhandalan Screw press dengan


rumus distribusi Ekponensial:

1. Screw Press no.1

f (t=8) = 1- R(t)

= 1 - 0,995

= 0,005 = 0,05 %

2. Screw Press no.2

f (t=8) = 1- R(t)

= 1 – 0,991

= 0,009 = 0,09 %

d. Perhitungan laju kerusakan Screw press dengan rumus distribusi


Ekponensial:

1. Screw Press no.1


𝑓(𝑡)
λ(t) = 𝑅(𝑡)

0,05
λ(t) = 99,5

= 0,050 kerusakan/ jam

2. Screw Press no.2


𝑓(𝑡)
λ(t) =
𝑅(𝑡)

0,09
λ(t) = 99,1

= 0,090 kerusakan / jam


e. Perhitungan MTBF Screw press dengan rumus distribusi Ekponensial

1. Screw Press no.1


1
MTBF = 0,050 = 20 jam

2. Screw Press no.2


1
MTBF = 0.090 = 11.11 jam

Setelah melakukan perhitungan maka di dapat hasil rekapitulasi setiap Screw


Press selama (3) bulan selama 2018 berdasarkan laju kerusakan persamaan
matematis, keandalan ,ketidakhandalan ,laju kerusakan Eksponensial dan MTBF
sebagai berikut

4.2 Analisa Perhitungan

1. Keandalan

a. Keandalan R (t) pada bulan Agustus untuk mesin screw press no.1
adalah R (t=12) = 99,5% pada bulan ini breakdown nya yaitu 20 jam
sedangkan untuk screw press no.2 keandalannya lebih tinggi dibandingkan
screw press no.1 dikarenakan mengalami kegagalan sebesar 11.11 jam
selama tiga bulan, jadi keandalan screw press no.2 adalah R (t=12) =
99,1% dengan nilai tersebut mesin screw press tergolong jarang
mengalami kerusakan dan keandalannya sangat baik.
2. Distribusi Kumulatif atau ketidakhandalan

Ketidakhandalan disebut juga fungsi distribusi kumulatif f(t) atau peluang


mesin akan rusak pada waktu (t) . Ketidakhandalan f(t) pada 3 bulan untuk
mesin screw press no.1 peluang mesin akan rusak pada waktu (12) jam adalah
sebesar 0,05% jadi mesin screw press selama beroperasi 12 jam peluang akan
mengalami kerusakan pada screw press no.1 adalah 0.05% sehingga mesin
screw press no.1 peluang akan rusak cukup besar disebabkann breakdown dari
screw press no.1 ini adalah 20 jam selama sebulan sedangkan untuk screw
press no.2 memiliki peluang kerusakan yang lebih besar dari pada mesin
screw press no.1 dikarenakan kegagalan di screw press no.2 lebih kecil adalah
11.11 jam daripada screw press no.1.jadi untuk peluang kerusakan pada mesin
screw press no.2 adalah sebesar 0.09% jadi mesin screw press selama 12 jam
beroperasi peluang akan mengalami kerusakaan adalah 0.09%.

3. Laju kerusakan

Laju kerusakan (failure rate) merupakan laju dimana kerusakan terjadi pada
interval waktu yang ditetapkan. Dengan demikian laju kerusakan dengan
menggunakan distribusi eksponensial akan tergantung pada perubahan waktu.

a. Laju kerusakan λ(t) pada 3 bulan mesin screw press no.1 adalah 0,050
kerusakan/jam jadi mesin press mengalami kerusakan pada 3 bulan
sebanyak 0.050 kerusakan /jam
b. Laju kerusakan λ(t) pada 3 bulan mesin screw press no. adalah 0,090
kerusakan/jam jadi mesin press mengalami kerusakan pada 3 bulan
sebanyak 0,090 kerusakan /jam

4. Mean Time Between Failure (MTBF)

Waktu rata-rata diantara kerusakan atau Mean Time Between Failure (MTBF)
sama dengan ekpetasi rata-rata hidup mesin Screw Press dengan
menggunakan distribusi eksponensial. Data MTBF dari mesin screw press no
1 dan 2 pada 3 bulan, Maret, April, Mei
a. MTBF pada bulan Agustus untuk screw press no.1 adalah 20 jam yang
berarti bahwa setelah beroperasi selama 20 jam mesin akan mengalami
kerusakan untuk screw press no.1 rata rata beroperasi selama 20 jam, dan
ini menunjukan umur operasi mesin screw press tersebut
b. MTBF pada bulan September untuk screw press no.2 adalah 11.11 jam
yang berarti bahwa setelah beroperasi selama 11.11 jam mesin akan
mengalami kerusakan untuk screw press no.1 rata rata beroperasi selama
11.11 jam, dan ini menunjukan umur operasi mesin screw press tersebut

4.3 Analisa Pembahasan

1. Keandalan

keandalan screw press no.1 dan 2 pada 3 bulan baik terhadap waktu operasi
dan kegagalan yang sedikit.. Jika diambil keandalan minimum sebesar 70%
sebagai batas toleransi perusahaan, maka screw press no.1 dan 2 bulan agustus
dapat di operasikan .hal tersebut dapat menunjukan bahwa kinerja dari kinerja
pemeliharan mesin yang maksimal. Dapat dikatakan bahwa tingkat keandalan
pada 3 bulan ini dari mesin screw press masih baik, sehingga perlu
untukdipertahankan kembali kegiatan pemeliharaan mesin agar tingkat
keandalan mesin menjadi stabil. sebab semakin tinggi tingkat keandalan maka
semakin memperpanjang umur mesin

2. Distribusi kumulatif

Dapat diketahui tingkat peluang mesin akan rusak dalam menjalankan


fungsinya, hal tersebut dilihat cukup Baik keandalan pada 3 waktu operasi dan
kegagalan yang terjadi, dalam kondisi seperti ini bahwa operasional yang
berhubungan dengan pemeliharaan harus melakukan pengawasan yang lebih
ketat, dan kehandalan seorang operator juga harus handalan untuk
pemeliharaan pada mesin tersebut
3. Laju kerusakan

Dapat diketahui tingkat kegagalan mesin dalam menjalankan fungsinya, hal


tersebut ditandai rendahnya kerusakan pada 3 bulan, dikarenakan waktu
operasi yang tinggi. Kondisi ini menunjukan bahwa operasional yang
berhubungan dengan pemeliharaan mesin harus melakukan pengawasan yang
lebih ketat, Sebab semakin tinggi laju kerusakan maka semakin rendah
keandalan dari mesin tersebut dan semakin sering melakukan perbaikan mesin
screw press dan semakin rendah pula laju kegagalan maka semakin handal
mesin dalam menjalankan fungsinya.

4. Mean time Between Failure

Dapat diketahui tingkat waktu rata rata antar kerusakan mesin dalam
menjalankan fungsinya, hal tersebut ditandai tingginya waktu rata rata antar
kerusakan disebabkan kegagalan yang terjadi pada 3 bulan ini cukup rendah,
hal tersebut dapat menunjukan bahwa kinerja dari kinerja pemeliharan mesin
yang masih cukup maksimal. Dapat dikatakan bahwa tingkat waktu rata rata
antar kerusakan baik. Pada 3 bulan ini. Jadi semakin lama kerusakan maka
semakin bagus mesin tersebut

Alternatif Solusi untuk Meningkatkan Efektivitas dan Efesiensi Mesin

Screw Press

Adapun alternatif solusi untuk mencegah menurunnya produktivitas mesin


screw press perlu usaha tindakan perbaikan secara continue dan berkala,
berikut ini disampaikan kesimpulan rencana tindakan meningkatkan
efektivitas dan efesiensi mesin screw press pada proses pengolahan kelapa
sawit:

1. Melakukan pelatihan seperti coaching kepada karyawan, agar karyawan


memahami dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik.

2. Melakukan pengawasan secara teratur terhadap kinerja karyawan, dan


memberikan sanksi kepada karyawan yang sengaja melakukan
pelanggaran, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam bekerja

3. Memberikan motivasi dan apresiasi kepada karyawan, agar semangat kerja


dan rasa peduli terhadap tugas dan tanggung jawab dapat terjaga.
4. Melakukan perbaikan yang benar, sesuai dengan kondisi kerusakan mesin
yang terjadi, untuk menghindari kerusakan lanjutan yang mengakibatkan
kerugian lebih besar.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka kesimpulan mengenai


parameter nilai keandalan mesin Screw Press no.1 dan 2 yaitu bulan Maret
April dan Mei tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1. Distribusi eksponensial ini dengan kata lain adalah distribusi digunakan


untuk memodelkan waktu sampai sebuah peristiwa terjadi dan juga untuk
memodelkan waktu antar kejadian.
2. Dari penelitian yang diamati selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Maret
sampai April nilai keandalan pada mesin screw press paling tinggi 99,5%
dan paling rendah 99,1%. Semakin tinggi nilai keandalan maka semakin
handal mesin tersebut
3. Dari penelitian yang diamati selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Maret
sampai Mei nilai distribusi kumulatif atau ketakhandalan pada mesin
screw press paling tinggi 0,09% dan paling rendah 0,05% maka semakin
rendah distribusi kumulatif maka semakin bagus mesin tersebut
4. Dari penelitian yang diamati selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Maret
sampai Mei nilai laju kerusakan pada screw press paling tinggi 0,090
kerusakan/jam dan paling rendah 0,050 kerusakan/jam maka semakin
rendah laju kerusakan maka semakin efesien alat tersebut
5. Dari penelitian yang diamati selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Maret
sampai mei nilai mean time between failure pada screw press paling tinggi
20 jam dan paling rendah 11,11 jam maka semakin lama kerusakan pada
mesin screw press maka semakin bagus mesin tersebut.
Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, peneliti memberikan saran yang


diharapakan dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi perusahaan,
yaitu:

1. Pihak manajemen maintenance agar tetap mempertahankan dan terus


meningkatkan kinerjanya, agar mesin/peralatan produksi dapat beroperasi
sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh manajemen produksi

2. Pihak manajemen produksi agar tetap mengoperasikan mesin / peralatan


dengan baik dan mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditetapkan perusahaan, agar kerusakan dan kegagalan yang terjadi pada
mesin dapat diminimalisir hingga zero accident.

3. Perusahaan agar lebih memperhatikan kondisi mesin dengan


memperkirakan waktu kerusakan mesin melalui perhitungan umur operasi
untuk mengantisipasi kerusakan mesin dan dapat menetapkan langkah-
langkah perawatan mesin dan penggantian komponen mesin sebulum
terjadi kerusakan.

4. Diharapkan kepada pengisi jurnal besar harian pabrik agar mengisi dengan
data yang lengkap dan real.
Lampiran 1. Data Operasi dan Kerusakan Screw Press Bulan Maret 2018

Frekuensi
Loading Time Break Down Opration Time
breakdown
Tgl Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw
press press press press press press press press
1 2 1 2 1 2 1 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1020 0 0 0 0 0 1110 0
3 1080 0 0 0 0 0 1080 0
4 1140 0 0 0 0 0 1110 0
5 1140 0 30 0 1 0 1110 0
6 1020 0 0 0 0 0 1110 0
7 1080 0 0 0 0 0 1080 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1080 0 0 0 0 0 1080 0
10 1140 0 0 0 0 0 1140 0
11 1140 0 0 0 0 0 1140 0
12 1140 0 0 0 0 0 1140 0
13 1380 0 0 0 0 0 1380 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 90 0 0 0 0 0 90
21 0 1140 0 0 0 0 0 1140
22 0 1020 0 180 0 1 0 840
23 0 1140 0 0 0 0 0 1140
24 0 1320 0 0 0 0 0 1320
25 0 1410 0 0 0 0 0 1410
26 0 1080 0 0 0 0 0 1080
27 0 1410 0 0 0 0 0 1410
28 0 1380 0 0 0 0 0 1380
29 0 420 0 0 0 0 0 420
30 0 120 0 0 0 0 0 120
Jumlah 11220 10450 30 180 1 1 12480 10350
Lampiran 2. Data Operasi dan Kerusakan Screw Press Bulan April 2018

Frekuensi
Loading Time Break Down Opration Time
breakdown
Tgl Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw
press press press press press press press press
1 2 1 2 1 2 1 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1170 0 60 0 1 0 1230
3 0 1320 0 60 0 1 0 1380
4 0 1380 0 0 0 0 0 1380
5 0 990 0 0 0 0 0 990
6 0 1080 0 0 0 0 0 1080
7 0 1380 0 0 0 0 0 1380
8 0 1440 0 0 0 0 0 1440
9 0 1440 0 0 0 0 0 1440
10 0 1440 0 0 0 0 0 1440
11 0 1440 0 0 0 0 0 1440
12 0 1440 0 0 0 0 0 1440
13 0 1080 0 0 0 0 0 1080
14 0 1440 0 0 0 0 0 1440
15 0 1260 0 0 0 0 0 1260
16 0 750 0 0 0 0 0 750
17 0 1440 0 0 0 0 0 1440
18 0 1440 0 0 0 0 0 1440
19 0 1050 0 0 0 0 0 1050
20 0 1080 0 0 0 0 0 1080
21 1380 1380 0 0 0 0 1380 1380
22 0 930 0 0 0 0 0 930
23 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0
31 1350 0 0 0 0 0 1350 1350
Jumlah 2730 26370 0 120 0 2 1380 26490
Lampiran 3. Data Operasi dan Kerusakan Screw Press Bulan Mei 2018

Frekuensi
Loading Time Break Down Opration Time
breakdown
Tgl Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw
press press press press press press press press
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1440 0 0 0 0 0 1440 0
2 1320 0 0 0 0 0 1320 0
3 1080 0 0 0 0 0 1080 0
4 1440 0 0 0 0 0 1440 0
5 1260 0 60 0 1 0 1440 0
6 1440 0 0 0 0 0 1440 0
7 1290 0 0 0 0 0 1290 0
8 1380 0 0 0 0 0 1380 0
9 1440 0 0 0 0 0 1440 0
10 630 0 0 0 0 0 630 0
11 1260 0 0 0 0 0 1260 0
12 1440 0 0 0 0 0 1440 0
13 1320 0 0 0 0 0 1320 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1020 0 0 0 0 0 1020 0
20 1290 0 0 0 0 0 1290 0
21 990 0 0 0 0 0 990 0
22 1380 0 0 0 0 0 1380 0
23 1290 0 0 0 0 0 1290 0
24 1080 0 0 0 0 0 1080 0
25 1440 0 0 0 0 0 1440 0
26 1380 0 0 0 0 0 1380 0
27 930 0 0 0 0 0 930 0
28 1440 0 0 0 0 0 1440 0
29 1440 0 0 0 0 0 1440 0
30 1440 0 0 0 0 0 1440 0
Jumlah 31860 0 60 0 1 0 32040 0
Lampiran 4. Perhitungan Laju kerusakan persamaan matematis
Keandalan, Ketidakhandalan, Laju Kerusakan Distribusi Eksponensial
dan MTBF dari bulan Maret sampai dengan April 2018
Berikut ini akan dijelaskan hasil perhitungan Distribusi Eksponensial pada
Screw Press selama bulan 3 bulan, selebihnya terlampir sebagai berikut:

a. Perhitungan Laju kerusakan mesin Screw press dengan rumus persamaan


matematis:

1. Screw press no.1


2
λ = 47250 = 0,0004 kerusakan / jam

2. Screw press no.2


3
λ = 38190 = 0,0007 kerusakan /jam

b. Perhitungan keandalan Screw press dengan rumus distribusi Ekponensial:

1. Screw Press no.1

R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡

= 2,7182818 −0,0004𝑥12

= 0,995 = 99,5 %

2. Screw Press no.2

R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡

= 2,7182818 −0,0007𝑥12

= 0,991 = 99,1 %

c. Perhitungan distribusi kumulatif atau ketidakhandalan Screw press dengan


rumus distribusi Ekponensial:

1. Screw Press no.1

f (t=8) = 1- R(t)

= 1 - 0,995

= 0,005 = 0,05 %
2. Screw Press no.2

f (t=8) = 1- R(t)

= 1 – 0,991

= 0,009 = 0,09 %

d. Perhitungan laju kerusakan Screw press dengan rumus distribusi


Ekponensial:

1. Screw Press no.1


𝑓(𝑡)
λ(t) = 𝑅(𝑡)

0,05
λ(t) = 99,5

= 0,050 kerusakan/ jam

2. Screw Press no.2


𝑓(𝑡)
λ(t) = 𝑅(𝑡)

0,09
λ(t) = 99,1

= 0,090 kerusakan / jam

e. Perhitungan MTBF Screw press dengan rumus distribusi Ekponensial

1. Screw Press no.1


1
MTBF = = 20 jam
0,050

2. Screw Press no.2


1
MTBF = 0.090 = 11.11 jam

Anda mungkin juga menyukai