PENDAHULUAN
Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah yang mengolah kelapa sawit atau tandan
buah segar (TBS) mendapat 2 produk utama yaitu minyak dan ini kelapa
sawit. Pada proses pengolahan kelapa sawit alat-alat yang digunakan untuk
proses pengolahan harus selalu dijaga operasionalnya dan harus dilakukan
perawatan secara teratur untuk menjaga lancarnya proses pengolahan.
Salah satu yang sangat berperan penting pada proses pengolahan kelapa sawit
di pabrik kelapa sawit adalah screw press. Screw press adalah alat yang
digunakan untuk memeras/mengeluarkan minyak yang terkandung pada
mesocarp berondolan kelapa sawit dengan menggunakan tekanan
hydrolic.Tinggi rendahnya rendemen yang didapat dari proses pengolahan
dipabrik sangat tergantung pada efisiensi dari screw press. Apabila efisien
screw press rendah maka rendemen pabrik yang didapat akan rendah dan akan
mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Selain itu, apabila terjadi kerusakan
pada screw press atau bahkan stagnasi proses pengolahan pabrik tersebut.
Terhentinya proses pengolahan dipabrik kelapa sawit akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan, yang dapat mengakibatkan rendah produktivitas
pabrik tersebut. Kerusakan-kerusakan peralatan pabrik tersebut juga akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena akan membutuhkan biaya
lebih untuk memperbaiki kerusakan peralatan tersebut, untuk itu perlu
dilakukan perawatan (Maintenance) yang baik terhadap setiap peralatan yang
digunakan pada proses pengolahan kelapa sawit.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul pada tugas
akhir ini ialah “ANALISA DATA MAINTENANCE PADA MESIN
SCREW PRESS KELAPA SAWIT”
1.2 Urgensi Penelitian
1.5 Kontribusi
Screw Press adalah alat yang digunakan untuk mengekstrak minyak dari
mesocarp buah yang telah dilumatkan dengan menggunakan tekanan dari hydrolic
press. Alat ini dilengkapi oleh sebuah silinder (sarung screw) yang berlubang-
lubang dan didalamnya terdapat 2 buah screw yang berputar berlawanan arah.
Tekanan dihasilkan oleh 2 cone yang berada di ujung pengempa dan dioperasikan
secara hydrolic.
Gambar. 2.1 Screw Press
Keterangan :
1. Cone
2. Worm Screw
3. Screw
4. Kopling
5. Gearbox
6. Motor Listrik
7. Belt
Mekanisme pengempaan ialah masuknya brondolan yang telah dilumat ke
dalam cylinder press dan mengisi wrom, volime setiap space worm berbeda,
semakin mengarah ke ujung as screw volume semakin kecil, sehingga
perpindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. (Naibaho, 1996)
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi efisiensi ektraksi
Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu
Speichim, Usine de Weeker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai
pengaruh berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa speichim
memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk
konstan dibandingkan dengan adonan (brondolan yang telah dilumat) yang
masuk berdasarkan gravitasi. Kontinuitas adonan yang masuk kedalam screw
press mempengaruhi volume worm yang parallel dengan penekanan ampas,
jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan
tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan
feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan
pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar.
Hal ini akan membantu daya kerja Terdapat tiga tipe screw press yang umum
digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Weeker dan Stork. Ketiga
jenis alat ini mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap efisiensi
pengempaan. Alat kempa speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas
dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan
(brondolan yang telah dilumat) yang masuk berdasarkan gravitasi. Kontinuitas
adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worm yang
parallel dengan penekanan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan
oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik
pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian
yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah
sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press,
karena kandungan minyak telah berkurang, yang sering mengganggu dalam
pengepressan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam
cairan.
Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang
menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan usine de weaker
tidak dilengkapi dengan feed screw.
Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki
kemampuan press yang berbeda beda, dimana alat press yang double shaft
umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft. (Naibaho, 1996)
1. Tekanan Lawan
Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis
alat. Pemberian air dilakukan dengan cara menyiram cake dari atas bagian
tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengencer yang diberikan
tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang
terlalu banyak dapat berakibat terhadap kandungan air cake yang tinggi dan
dapat menyebabkan :
a. Pemecahan cake yag lebih sulit dalam cake breaker conveyor (CBC), hal
ini menyebabkan bebab CBC terlalu berat.
b. Semakin tinggi kandungan air ampas, maka kalor bakar akan semakin
menurun yang dapat memperkecil kapasitas dari efisiensi boiler.
c. Pemeraman biji yang berkadar air tinggi dalam silo bijiakan lebih dan dapat
menyebabkan penurunan efisiensiekstrasi biji yang lebih rendah.
(Naibaho,1996)
a. Manajemen
b. Pemeliharaan
c. Manajemen Pemeliharaan
Tujuan Maintenance
1. Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat
kerja, bangunan, dan isinya).
b. Predictive Maintenance
a. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli
dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
serta melakukan penelitian penelitian terhadap kemungkinan pengembangan
komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.
c. Kegiatan Produksi
d. Kegiatan Administrasi
e. Pemeliharaan Bangunan
Dari pengertian tentang konsep probabilitas diatas jelas terlihat bahwa sangat
sedikit sekali kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 0 atau 1. Yang ada
adalah hampir semua kejadian mempunyai nilai probabilitas antara 0 dan 1.
Untuk keperluan teori keandalan, nilai probabilitas secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi dua keluaran yaitu keluaran yang mewaakili kejadian
yang didefinisikan sebagai kejadian yang sukses, sedang keluaran yang
lainnya mewakilii kejadian yang didefinisikan sebagai kejadian yang gagal.
Bila ada lebih dari dua keluaran yang mungkin dari suatu event atau kejadian,
maka keluaran itu dapat dikelompokan menjadi kelompok keluaran yang
mewaakili kejadian yang sukses sedang sisanya bisa dikelompokan sebagai
kejadian yang gagal.
Bila suatu eksperimen akan menghasilkan berbagai kemungkinan keluaran
maka semua keluaran yang mungkinn dari eksperimen tersebut disebut
sebagai ruang sampel (sample space) (Dwi Priyatna. 2000).
Berdasarkan definisi diatas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
3. Tujuan yang diinginkan, dimana kegunaan peralatan harus spesifik. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa tingkatan dalam memproduksi suatu barang
konsumen.
A. Variabel random
Di dalam mengolah data, ada suatu nilai atau parameter yang akan diukur
agar teori probabilitas dapat diterapkan maka kejadian dari nilai-nilai ini
haruslah random terhadap waktu atau ruang, misalnya laju kegagalan dari
komponen, lama waktu untuk mereparasi, kekuatan mekanis dari komponen,
adalah variabel yang bervariasi secara random terhadap waktu dan ruang.
Variabel random ini dapat didefinisikan secara diskrit maupun secara
kontinyu.
Misalnya T adalah random variable yang kontinyu dan f(t) mewakili suatu
fungsi probabilitas untuk random variable T. jika p(a≤ T≤b) menyatakan
probabilitas dari variable random t pada interval a dan b maka. (Dwi Priyatna.
2000)
𝑏
P( a ≤ T ≤ B) =∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 ……………………………….(2.1)
Fungsi f(t) yang mewakili fungsi probabilitas untuk variable random T yang
kontinyu disebut fungsi probabilitas densitas (Probability density function).
Untuk selajutnya istilah fungsi probabilitas densitas akan disingkat dengan
fpd. Secara umum fungsi probabilitas densitas memenuhi sifat. (Dwi Priyatna.
2000)
∞
∫−∞ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = 1………………………………………….(2.3)
∞
E(t) =∫−∞ 𝑡𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 ………………………………….(2.4)
C. Variabel random diskrit
Jika T adalah random variabel yang diskrit dan f(t) mewakili suatu fungsi
probabilitas untuk random variabel T dan P(T = a) menyatakan probabilitas
dari variabel random T pada saat T = a, maka (Dwi Priyatna. 2000)
Fungsi f(t) yang mewakili fungsi probabilitas untuk variable random T yang
yang diskrit disebut fungsi probabilitas massa (probability mass function).
Untuk selanjutnya istilah fungsi probabilitas densitas akan disingkat dengan
pmf. Secara umum fungsi probabilitas densitas memenuhi sifat : (Dwi
Priyatna. 2000)
𝐸(𝑡) = ∑∞
𝑖−1 𝑡𝑖 𝑓 (𝑡𝑖 ) …………….……………… ….(2.8)
Jika T adalah variabel random, baik variabel random yang kontinyu ataupun
variabel random yang diskrit, maka fungsi distribusi kumulatif (cumulative
distribution function) dari variabel random T didefinisikan oleh (Dwi Priyatna.
2000)
F(t) = P (T ≤ t)…………………………………………..(2.9)
Jika T merupakan variabel random yang kontinyu dengan fpd f(t), maka fungsi
distribusi kumulatifnya adalah (Dwi Priyatna. 2000)
𝑡
F(t) = P (-∞ ≤ T ≤ t ) = ∫−∞ 𝑓 (𝑢)𝑑𝑢 …………………..(2.10)
Sedang jika T merupakan variabel random yang diskrit dengan fpm f(t), maka
fungsi distribusi kumulatifnya adalah (Dwi Priyatna. 2000)
Secara matematis besarnya keandalan mesin untuk operasi (t) tertentu didapat
dari satu dikurangi dengan probabilitas terjadinya kerusakan selama waktu (t)
tersebut. Jika R(t) menyatakan fungsi keandalan dari suatu komponen atau
sistem fungsi waktu maka hubungan antara fungsi keandalan R(t) dan
distirbusi kegagalan kumulatif atau fungsi ketakhandalan Q(t) dihubungkan
oleh sebuha formula dibawah ini. (Dwi Priyatna. 2000)
Fungsi densitas kegagalan ini yang dinotasikan dengan f(t), dapat diturunkan
baik dari fungsi ketakhandalan maupun fungsi keandalan seperti pada formula
dibawah ini. (Dwi Priyatna. 2000)
𝑑𝑄(𝑡) 𝑑𝑅(𝑡)
f (t) = =- …………………………..….(2.14)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑡
Q(t) = ∫0 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡………………………………………..(2.15)
Dan
𝑡 ∞
R(t) = 1 - ∫0 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 = ∫𝑡 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡………………….…..(2.16)
Satu konsep lagi yang sering dipakai adalah laju perubahan (transition rate).
Salah satu aplikasi dari konsep laju perubahan yang sering dipakai dalam
mengevaluasi komponen atau sistem adalaha laju kegagalan (failure rate) dan
laju pembenahan (repair rate). Penjelasan berikut ini akan menjelaskan
bagaimana laju kegagalan dari suatu komponen atau siatem yang memiliki
fungsi densitas kegagalan f(t).
P(t < T ≤ t +
P(t<𝑇<𝑇+∆ t)
𝑃(𝑇>𝑡 )
Bagian pembilang dari persamaan (2.17) dapat diekspresikan dalam bentuk
fungsi distribusi kumulatif sebagai F( t+∆t) – F(t) sedangkan penyebut dari
persamaan (2.17) dapat di ekspresikan sebagai R(t). persamaan (2.17) dapat
ditulis menjadi (Dwi Priyatna. 2000)
𝑡 𝑧(𝑢)𝑑𝑢
− ∫0
R(t) = 𝑒 …………………………….……....(2.18)
Untuk kasus yang khusus dimana laju kegagalan suatu komponen adalah
konstan z(t) = λ maka persamaan (2.19) akan berubah menjadi
R(t) = 𝑒 −𝜆𝑡
………………………………………..…..(2.19)
Dimana :
R(t) = fungsi kehandalan
Jika t menuju tak terhingga, maka R (t) Menuju nol. F (t) merupakan
distribusi fungsi kerusakan atau fungsi ketidakandalan.
𝑓
λ= ………………………………………………………….(2.20)
𝑡
dimana:
𝑓 (𝑡)
λ(t)= …………………………………………...........(2.21)
𝑅 (𝑡)
f = fungsi ketakhandalan
Pada dasarnya laju kerusakan ( failure rate ) akan berubah sepanjang umur
dari populasi sistem atau komponen. Dengan demikian laju kerusakan akan
tergantung pada perubahan waktuu. Laju kerusakan suatu komponen akan
mengikuti pola dasar seperti terlihat dalam kurva laju kerusakan atau yang
lebih dikenal kurva kamar mandi (bathup hazard rate curve), dan dari kurva ini
masa pakai suatu produk dapat dibagi menjadi 3 periode atau phasa seperti
pada gabar dibawah ini:
Gambar 2.3 Kurva laju kegagalan
Pada fase B disebut sebagai “useful life periode”, yang merupakan suatu
periode masa pakai alat dengan laju kegagalan komponen yang bersifat
konstan. Terdapat beberapa alasan munculnya kerusakan dalam periode ini:
pada fase C disebut sebagai “wear out periode”, dimana laju kegagalan
komponen pada periode ini cenderung meningkat. Beberapa alas an
mendorong timbulnya kerusakan pada periode inni antara lain:
MTBF adalah waktu rata-rata antar kerusakan atau rata rata waktu
beroperasinya komponen, subsistem, atau sistem tanpa mengalami kerusakan.
MTBF diperoleh dari hasil bagi antara total waktu operasi dengan jumlah
kerusakan dalam periode waktu operasi tersebut (dwi priyanta. 2000)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
MTBF = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛
Waktu rata-rata antar kerusakan (mean time betwen failure = MTBF) dari
suatu sistem yang memiliki fungsi densitas Kerusakan (failure density
function) f(t) didefinisikan oleh nilai harapan dari komponen itu. Secara
matematis waktu rata-rata antar kerusakan dapat diekspresikan sebagai
berikut: (Dwi Priyatna. 2000)
∞
MTBF = E (T) = ∫0 𝑡𝑓 (𝑡)𝑑𝑡…………………..……….…(2.22)
∞ ∞
MTBF = - [ tR (t)] 0
+∫
0
𝑅(𝑡)𝑑𝑡…………………….……(2.24)
∞
Jika MTBF < ∞ , maka nilai dari [ tR (t)] 0 , sehingga persamaan (2.24) diatas
∞
MTBF = ∫0 𝑅(𝑡)𝑑𝑡 …………………………………..….…….(2.25)
Distribusi ini adalah salah satu distribusi kerusakan yang biasa terjadi didalam
teknik keandalan. Distribusi Eksponensial memiliki laju kerusakan yang
konstan terhadap waktu dan kerusakan yang bersifat acak. Distribusi
Eksponensial merupakan salah satu dari distribusi keandalan yang paling
mudah dianalisis, parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah λ
didefinisikan sebagai rata-rata kerusakan yang terjadi.dengan λ = λ, t ≥ 0, λ >
0, maka didapatkan fungsi-fungsi dari distribusi Eksponensial yaitu : (
Rachmad hidayat dkk. 2010)
1
MTTF = 𝜆……………………………………………………….(2.29)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber yang
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya yaitu:
3.3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses penelitian ini antara lain adalah; Data
maintenance selama 3 bulan yaitu: bulan Maret sampai dengan Mei 2018 yang
diambil di Pabrik Kelapa Sawit.
3.3.2 Peralatan
a. Screw Press
6. Menganalisa nilai Mean time between failure pada mesin Screw Press
tersebut.
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan langsung yang berkaitan dengan mesin dan sistem
perawatan mesin Screw Press di Pabrik Kelapa Sawit selama bulan Maret
sampai dengan Mei 2018.
Pengumpulan data merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh bukan
dari informasi langsung perusahaan melainkan sumber-sumber lain
a. Pengolahan Kuantitatif
Data yang diambil tersebut adalah data sekunder dari buku harian Jurnal
Pabrik, life time, dan data produksi alat berupa kerusakan mesin pada screw
press, kemudian data record perbaikan mesin dan data frekuensi kerusakan
mesin selama tiga (3) bulan yaitu bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2018.
Kemudian dilakukan analisa perhitungan dengan rumus Distribusi
Eksponensial sebagai berikut: (Rachmad hidayat dkk. 2010)
Dimana :
e = nilai natural
2. Fungsi kumulatif : F (t) = 1 – R(t)…………………………(3.2)
Dimana :
dimana:
dimana :
1
5. MTTF = 𝜆…………………………………………………….(3.4)
Sistem :PRESSING
DESCRIPTION DESCRIPTION
V-Belt Pulley S.Rubber Seal Ring
V-Belt cover Wearing Plate
V belt Strainer
Electro Motor Cylinder Press
Speed Motor Shaft Worm Lethening
Coupling Grease Nipple
Cover Frame
Oil Seal Guide Tool
Gasket Hot Water Inlet
Bearing Spraying Pipe
Self Aligning Roller Extention Shaft
Bearing Box Press Body Complete
Handed Shaft Intermediate Gear
Gasket Ring Oil Filter
Sphectrial Roller Thrust Cylinder
Tooth Wheel Traverse Cone Guide
Bearing Box Cone Guide
Cover With Seal Adjusting cone
Half worm lethering Pressure Plate
Handed Worm
4.1.3 ANALISIS FUNGSI SISTEM
DESCRIPTION FUNCTION
V-Belt Pulley Dudukan famble
V-Belt cover Rumah belting/Penutup
V- belt Tali atau tali penghubung
Electro Motor Motor penggerak
Speed Motor Percepatan motor
Coupling Sambungan penarik shaft
Cover Penutup coupling
Oil Seal Penahan oli
Gasket Bantalan karet
Bearing Lahar
Self Aligning Roller Alas lahar
Bearing Box Rumah lahar
Handed Shaft Penahan As
Gasket Ring Bantalan Ring
Sphectrial Roller Thrust Rumah seal
Tooth Wheel Roda gigi
Bearing Box Rumah Lahar
Cover With Seal Ganjalan bearing dengan penahan
Half worm lethering Saringan press
Handed Worm Penahan screw
S.Rubber Seal Ring Pelindung Karet ring
Wearing Plate Saringan bulat
Strainer Saringan dalam cylinder
Cylinder Press Saringan bulat
Shaft Worm Lethening As hidrolik
Grease Nipple Tempat pispot
Frame Dudukan
Guide Tool Peralatan khusus
Hot Water Inlet Pintu masuk air panas
Spraying Pipe Pipa semprot
Extention Shaft Penyambng as
Press Body Complete Body screw / rumahan
Intermediate Gear Pemutar gear
Oil Filter Saringan oli
Cylinder Pendorong press
Traverse Cone Guide Jalur pendorong
Cone Guide Rumahan as
Adjusting cone Penyambung cone
Pressure Plate Besi penahan
4.1.4ANALISIS KEGAGALAN ALAT DAN PENYEBABNYA
R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡
= 2,7182818 −0,0004𝑥12
= 0,995 = 99,5 %
R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡
= 2,7182818 −0,0007𝑥12
= 0,991 = 99,1 %
f (t=8) = 1- R(t)
= 1 - 0,995
= 0,005 = 0,05 %
f (t=8) = 1- R(t)
= 1 – 0,991
= 0,009 = 0,09 %
0,05
λ(t) = 99,5
0,09
λ(t) = 99,1
1. Keandalan
a. Keandalan R (t) pada bulan Agustus untuk mesin screw press no.1
adalah R (t=12) = 99,5% pada bulan ini breakdown nya yaitu 20 jam
sedangkan untuk screw press no.2 keandalannya lebih tinggi dibandingkan
screw press no.1 dikarenakan mengalami kegagalan sebesar 11.11 jam
selama tiga bulan, jadi keandalan screw press no.2 adalah R (t=12) =
99,1% dengan nilai tersebut mesin screw press tergolong jarang
mengalami kerusakan dan keandalannya sangat baik.
2. Distribusi Kumulatif atau ketidakhandalan
3. Laju kerusakan
Laju kerusakan (failure rate) merupakan laju dimana kerusakan terjadi pada
interval waktu yang ditetapkan. Dengan demikian laju kerusakan dengan
menggunakan distribusi eksponensial akan tergantung pada perubahan waktu.
a. Laju kerusakan λ(t) pada 3 bulan mesin screw press no.1 adalah 0,050
kerusakan/jam jadi mesin press mengalami kerusakan pada 3 bulan
sebanyak 0.050 kerusakan /jam
b. Laju kerusakan λ(t) pada 3 bulan mesin screw press no. adalah 0,090
kerusakan/jam jadi mesin press mengalami kerusakan pada 3 bulan
sebanyak 0,090 kerusakan /jam
Waktu rata-rata diantara kerusakan atau Mean Time Between Failure (MTBF)
sama dengan ekpetasi rata-rata hidup mesin Screw Press dengan
menggunakan distribusi eksponensial. Data MTBF dari mesin screw press no
1 dan 2 pada 3 bulan, Maret, April, Mei
a. MTBF pada bulan Agustus untuk screw press no.1 adalah 20 jam yang
berarti bahwa setelah beroperasi selama 20 jam mesin akan mengalami
kerusakan untuk screw press no.1 rata rata beroperasi selama 20 jam, dan
ini menunjukan umur operasi mesin screw press tersebut
b. MTBF pada bulan September untuk screw press no.2 adalah 11.11 jam
yang berarti bahwa setelah beroperasi selama 11.11 jam mesin akan
mengalami kerusakan untuk screw press no.1 rata rata beroperasi selama
11.11 jam, dan ini menunjukan umur operasi mesin screw press tersebut
1. Keandalan
keandalan screw press no.1 dan 2 pada 3 bulan baik terhadap waktu operasi
dan kegagalan yang sedikit.. Jika diambil keandalan minimum sebesar 70%
sebagai batas toleransi perusahaan, maka screw press no.1 dan 2 bulan agustus
dapat di operasikan .hal tersebut dapat menunjukan bahwa kinerja dari kinerja
pemeliharan mesin yang maksimal. Dapat dikatakan bahwa tingkat keandalan
pada 3 bulan ini dari mesin screw press masih baik, sehingga perlu
untukdipertahankan kembali kegiatan pemeliharaan mesin agar tingkat
keandalan mesin menjadi stabil. sebab semakin tinggi tingkat keandalan maka
semakin memperpanjang umur mesin
2. Distribusi kumulatif
Dapat diketahui tingkat waktu rata rata antar kerusakan mesin dalam
menjalankan fungsinya, hal tersebut ditandai tingginya waktu rata rata antar
kerusakan disebabkan kegagalan yang terjadi pada 3 bulan ini cukup rendah,
hal tersebut dapat menunjukan bahwa kinerja dari kinerja pemeliharan mesin
yang masih cukup maksimal. Dapat dikatakan bahwa tingkat waktu rata rata
antar kerusakan baik. Pada 3 bulan ini. Jadi semakin lama kerusakan maka
semakin bagus mesin tersebut
Screw Press
4. Diharapkan kepada pengisi jurnal besar harian pabrik agar mengisi dengan
data yang lengkap dan real.
Lampiran 1. Data Operasi dan Kerusakan Screw Press Bulan Maret 2018
Frekuensi
Loading Time Break Down Opration Time
breakdown
Tgl Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw
press press press press press press press press
1 2 1 2 1 2 1 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1020 0 0 0 0 0 1110 0
3 1080 0 0 0 0 0 1080 0
4 1140 0 0 0 0 0 1110 0
5 1140 0 30 0 1 0 1110 0
6 1020 0 0 0 0 0 1110 0
7 1080 0 0 0 0 0 1080 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1080 0 0 0 0 0 1080 0
10 1140 0 0 0 0 0 1140 0
11 1140 0 0 0 0 0 1140 0
12 1140 0 0 0 0 0 1140 0
13 1380 0 0 0 0 0 1380 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 90 0 0 0 0 0 90
21 0 1140 0 0 0 0 0 1140
22 0 1020 0 180 0 1 0 840
23 0 1140 0 0 0 0 0 1140
24 0 1320 0 0 0 0 0 1320
25 0 1410 0 0 0 0 0 1410
26 0 1080 0 0 0 0 0 1080
27 0 1410 0 0 0 0 0 1410
28 0 1380 0 0 0 0 0 1380
29 0 420 0 0 0 0 0 420
30 0 120 0 0 0 0 0 120
Jumlah 11220 10450 30 180 1 1 12480 10350
Lampiran 2. Data Operasi dan Kerusakan Screw Press Bulan April 2018
Frekuensi
Loading Time Break Down Opration Time
breakdown
Tgl Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw
press press press press press press press press
1 2 1 2 1 2 1 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1170 0 60 0 1 0 1230
3 0 1320 0 60 0 1 0 1380
4 0 1380 0 0 0 0 0 1380
5 0 990 0 0 0 0 0 990
6 0 1080 0 0 0 0 0 1080
7 0 1380 0 0 0 0 0 1380
8 0 1440 0 0 0 0 0 1440
9 0 1440 0 0 0 0 0 1440
10 0 1440 0 0 0 0 0 1440
11 0 1440 0 0 0 0 0 1440
12 0 1440 0 0 0 0 0 1440
13 0 1080 0 0 0 0 0 1080
14 0 1440 0 0 0 0 0 1440
15 0 1260 0 0 0 0 0 1260
16 0 750 0 0 0 0 0 750
17 0 1440 0 0 0 0 0 1440
18 0 1440 0 0 0 0 0 1440
19 0 1050 0 0 0 0 0 1050
20 0 1080 0 0 0 0 0 1080
21 1380 1380 0 0 0 0 1380 1380
22 0 930 0 0 0 0 0 930
23 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0
31 1350 0 0 0 0 0 1350 1350
Jumlah 2730 26370 0 120 0 2 1380 26490
Lampiran 3. Data Operasi dan Kerusakan Screw Press Bulan Mei 2018
Frekuensi
Loading Time Break Down Opration Time
breakdown
Tgl Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw Screw
press press press press press press press press
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1440 0 0 0 0 0 1440 0
2 1320 0 0 0 0 0 1320 0
3 1080 0 0 0 0 0 1080 0
4 1440 0 0 0 0 0 1440 0
5 1260 0 60 0 1 0 1440 0
6 1440 0 0 0 0 0 1440 0
7 1290 0 0 0 0 0 1290 0
8 1380 0 0 0 0 0 1380 0
9 1440 0 0 0 0 0 1440 0
10 630 0 0 0 0 0 630 0
11 1260 0 0 0 0 0 1260 0
12 1440 0 0 0 0 0 1440 0
13 1320 0 0 0 0 0 1320 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1020 0 0 0 0 0 1020 0
20 1290 0 0 0 0 0 1290 0
21 990 0 0 0 0 0 990 0
22 1380 0 0 0 0 0 1380 0
23 1290 0 0 0 0 0 1290 0
24 1080 0 0 0 0 0 1080 0
25 1440 0 0 0 0 0 1440 0
26 1380 0 0 0 0 0 1380 0
27 930 0 0 0 0 0 930 0
28 1440 0 0 0 0 0 1440 0
29 1440 0 0 0 0 0 1440 0
30 1440 0 0 0 0 0 1440 0
Jumlah 31860 0 60 0 1 0 32040 0
Lampiran 4. Perhitungan Laju kerusakan persamaan matematis
Keandalan, Ketidakhandalan, Laju Kerusakan Distribusi Eksponensial
dan MTBF dari bulan Maret sampai dengan April 2018
Berikut ini akan dijelaskan hasil perhitungan Distribusi Eksponensial pada
Screw Press selama bulan 3 bulan, selebihnya terlampir sebagai berikut:
R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡
= 2,7182818 −0,0004𝑥12
= 0,995 = 99,5 %
R (t) = 𝑒 ‐𝜆 𝑡
= 2,7182818 −0,0007𝑥12
= 0,991 = 99,1 %
f (t=8) = 1- R(t)
= 1 - 0,995
= 0,005 = 0,05 %
2. Screw Press no.2
f (t=8) = 1- R(t)
= 1 – 0,991
= 0,009 = 0,09 %
0,05
λ(t) = 99,5
0,09
λ(t) = 99,1