Anda di halaman 1dari 71

KARYA AKHIR

PENGARUH TEKANAN UAP SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH


SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS ) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING
STERILIZER DI PKS DOLOK SINUMBAH.

Oleh :

BATARA. M

NIM. 06 5203 010

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH TEKANAN UAP SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH
SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS ) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING
STERILIZER DI PKS DOLOK SINUMBAH

Oleh :
Batara. M
NIM. 06 5203 010
Disetujui Oleh :
Pembimbing Karya Akhir

Drs. Hasdari Helmi, MT


NIP. 19591130 198701 1 001

Diketahui Oleh :
Pelaksana Harian
Ketua Program Diploma IV
Teknologi Instrumentasi Pabrik
Fakultas Teknik USU

Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si


NIP. 19611225 198903 1 003

PROGRAM DIPLOMA IV
TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara IV Dolok Sinumbah adalah suatu perusahaan atau

pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan kernel (inti

sawit). Bahan baku atau tandan buah sawit (TBS) diperoleh dari perkebunan sendiri

atau perkebunan lain yang menumpang proses di pabrik ini. Hasil dari CPO dan

kernel ini dijual ke pabrik pengolahan minyak makan.

Pabrik kelapa sawit dioperasikan dalam suatau rangkaian yang kontinue,

dimana hasil proses sebelum dilanjutkan keberikutnya tanpa mengubah mutu tetapi

hanya melanjutkannya. Oleh karena itu kelancaran proses pengolahan sangat

tergantung pada kondisi seluruh peralatan yang digunakan, dalam hal ini sterilizer

yang merupakan tahap permulaan proses pengolahan kelapa sawit. Baik buruknya

mutu dan jumlah hasil olahan sangat ditentukan oleh keberhasilan sterilizer dalam

pengolahan buah kelapa sawit, maka diperlukan perhatian pada peralatan ini agar

mampu beroperasi dengan efektif dan efisien.

Dalam proses perebusan TBS, pemilihan tekanan uap puncak sangat

menentukan kualitas minyak sawit dan inti serta kapasitas olah pabrik.Adapun tujuan

pemilihan tekanan uap puncak ini adalah:

1. Dapat menghasilkan mutu minyak sawit dan inti yang baik

2. Menjaga keselamatan peralatan dari bahaya korosi sehingga dapat

memperpanjanng usia pemakaian

3. Dapat memperhitungkan kapasitas olah pabrik sehingga didapat efisien

pengolahan

4. Memelihara lingkungan, baik di dalam maupun di luar pabrik.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah

dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada ayahanda dan

ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi dukungan

moral maupun materil dan selalu menyertai ananda dengan do’a sampai dengan

menyelesaikan Karya Akhir ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir,penulis telah mendapat bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang diberikan baik materil,

spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karna itu sepantasnya penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program Studi

Teknologi Instrumentasi Pabrik.

3. Bapak Rahmat Fauzi ST, MT. selaku Sekretaris Program Studi Teknologi

Instrumentasi Pabrik.

4. Bapak Drs.Hasdari Helmi MT , selaku Kordinator Program Studi Teknologi

Instrumentasi Pabrik.

5. Bapak Drs.Hasdari Helmi MT selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan Karya Akhir ini.

6. Bapak. Ir. A. Rachman Hasibuan Selaku Dosen Wali.

Universitas Sumatera Utara


7. Orang tua dan kakanda tercinta yang telah memberikan dukugan moril dan

materil serta do’a-do’anya.

8. Orang-orang yang sudah memberikan perhatian lebih dan dukungannya

kepada saya dalam pengerjaan tugas akhir ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu khususnya angkatan 2006 dan 2005 yang

telah banyak membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih ada terdapat kekurangan-

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan wawasan dalam ruang lingkup pembelajaran.Untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan dari karya akhir ini.

Semoga karya akhir ini ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi peenulis

sendiri.

Medan, 23 januari 2011

Penulis

Batara Matondang

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak .................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iv

Daftar Gambar .................................................................................................. viii

Daftar Lampiran .................................................................................................. xi

BAB I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang ................................................................................1

I.2. Tujuan dan manfaat Penulisan ........................................................2

I.3. Batasan Masalah ..............................................................................3

I.4. Rumusan Masalah ............................................................................3

I.5. Metode Penulisan ...........................................................................3

I.6. Sistematika Penulisan ......................................................................4

I.7. Kesimpulan dan Saran......................................................................5

BAB II Landasan Teori

II.1. Suhu dan Tekanan ........................................................................... 6

II.1.1. Pengertian Suhu .................................................................... 6

II.1.2. Pengertian Tekanan .............................................................. 10

II.2. Asal-usul Kelapa Sawit ................................................................... 12

Universitas Sumatera Utara


II.3. Varietas Kelapa Sawit ..................................................................... 13

II.3.1. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan

daging buah ...................................................................................... 13

II.3.2. Pembagian varietas berdasarkan kulit buah ........................... 15

II.4. Minyak Kelapa Sawit ....................................................................... 16

II.5. Metode Perebusan dan kebutuhan uap ............................................. 17

II.6. Tujuan Perebusan ............................................................................. 19

II.6.1. Menghentikan aktifasi enzim ................................................ 19

II.6.2. Melepaskan buah dari spiklet ................................................ 20

II.6.3. Menurunkan kadar air ............................................................ 20

II.6.4. Pemecahan emulsi .................................................................. 21

II.6.5 Membantu proses pelepasan inti dari cangkang. Melepaskan

serat dan biji .................................................................................... 21

II.6.6. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang .................... 22

BAB III STERILIZER

III.1. Jenis-jenis Sterilizer ......................................................................... 23

III.1.1. Sterilizer Vertikal ................................................................. 23

III.1.2. Sterilizer Horizontal ............................................................. 25

III.2. Perbedaan Sterilizer vertikal dan horizontal .................................... 27

Universitas Sumatera Utara


III.3. Alat-alat Pembantu dan Pengaman Sterilizer ................................... 29

III.3.1 Safety valve ........................................................................... 29

III.3.2 Check valve ........................................................................... 31

III.3.3. Manometer ........................................................................... 32

III.3.4. Termometer Gauge ............................................................... 33

III.3.5. Butterfly Valve .................................................................... 33

III.3.6. Safety Valve ........................................................................ 34

III.3.7. Saringan (filter) .................................................................... 34

III.3.8.Plat distribusi ........................................................................ 34

III.3.9. Lori ...................................................................................... 35

III.3.10. Crossing Rail (Rel Penyeberangan) .................................... 35

III.3.11. Capstand ............................................................................. 35

III.3.12. Jaringan rel ......................................................................... 35

III.3.13. Bogie ................................................................................... 35

III.3.14. Wire rope winch ................................................................. 36

III.4. Opeasional dan Perawatan Perebusan .............................................. 36

III.4.1. Packing pintu ....................................................................... 36

III.4.2. Alat penunjuk tekanan ( manometer) .................................. 36

III.4.3. Pelat penyaring kondensat ................................................... 37

Universitas Sumatera Utara


III.4.4. Katup pengaman .................................................................. 37

III.4.5. Cantilever ............................................................................ 37

III.4.6. Pompa kondensat ................................................................ 37

III.5. Mekanisme Perebusan ..................................................................... 38

BAB IV Pengaruh Tekanan Uap Saat Perebusan Tandan Buah Segar

Kelapa Sawit dan Terhadap Kekuatan Dinding Sterilizer

IV.1. Umum ............................................................................................. 40

IV.2. Perebusan Kelapa Sawit .................................................................. 41

IV.3. Pengaruh tekanan uap terhadap buah hasil rebusan ........................ 42

IV.3.1. Single Peak .......................................................................... 43

IV.3.2. Double Peak ......................................................................... 43

IV.3.3. Tripple Peak ......................................................................... 44

IV.4. Pengaruh tekanan uap terhadap kekuatan dinding sterlizer ............ 46

IV.4.1. Korosi pada permukaan dinding bagian dalam sterilizer .... 50

IV.4.2 Korosi pada plat pembagi uap .............................................. 51

IV.4.3. Korosi pada wearing plate/pelapis lantai dasar sterilizer .... 53

Universitas Sumatera Utara


BAB V Kesimpulan dan Saran

V.1. Kesimpulan ................................................................................... 56

V.2. Saran .............................................................................................. 57

Daftar pustaka ..................................................................................................... 58

Lampiran

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jenis tanaman sebagai basis program-program pemulihan ( Dura,

Psifera, Tenera) ............................................................................... 15

Gambar 3.1. Sterilizer Vertikal ............................................................................... 24

Gambar 3.2. Sterilizer Horizontal ........................................................................... 26

Gambar 3.3. Safety Valve ....................................................................................... 30

Gambar 3.4. Check Valve ....................................................................................... 32

Gambar 3.5. Manometer ......................................................................................... 33

Gambar 3.6. Buterfly Valve ................................................................................... 34

Gambar 4.1. Single Peak ........................................................................................ 43

Gambar 4.2. Double Peak ...................................................................................... 44

Gambar 4.3. Triple Peak ........................................................................................ 44

Gambar 4.4. Grafik tegangan tarik sterilizer ......................................................... 49

Gambar 4.5. Mekanisme Korosi ............................................................................ 52

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Piping Instrument Diagram pada Proses Perebusan

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara IV Dolok Sinumbah adalah suatu perusahaan atau

pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan kernel (inti

sawit). Bahan baku atau tandan buah sawit (TBS) diperoleh dari perkebunan sendiri

atau perkebunan lain yang menumpang proses di pabrik ini. Hasil dari CPO dan

kernel ini dijual ke pabrik pengolahan minyak makan.

Pabrik kelapa sawit dioperasikan dalam suatau rangkaian yang kontinue,

dimana hasil proses sebelum dilanjutkan keberikutnya tanpa mengubah mutu tetapi

hanya melanjutkannya. Oleh karena itu kelancaran proses pengolahan sangat

tergantung pada kondisi seluruh peralatan yang digunakan, dalam hal ini sterilizer

yang merupakan tahap permulaan proses pengolahan kelapa sawit. Baik buruknya

mutu dan jumlah hasil olahan sangat ditentukan oleh keberhasilan sterilizer dalam

pengolahan buah kelapa sawit, maka diperlukan perhatian pada peralatan ini agar

mampu beroperasi dengan efektif dan efisien.

Dalam proses perebusan TBS, pemilihan tekanan uap puncak sangat

menentukan kualitas minyak sawit dan inti serta kapasitas olah pabrik.Adapun tujuan

pemilihan tekanan uap puncak ini adalah:

1. Dapat menghasilkan mutu minyak sawit dan inti yang baik

2. Menjaga keselamatan peralatan dari bahaya korosi sehingga dapat

memperpanjanng usia pemakaian

3. Dapat memperhitungkan kapasitas olah pabrik sehingga didapat efisien

pengolahan

4. Memelihara lingkungan, baik di dalam maupun di luar pabrik.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sejalan dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) di

Indonesia, sector industri merupakan salah satu usaha yang didukung pemerintah.

Sesuai dengan keadaan di Indonesia, perkebunan kelapa sawit didukung tenaga kerja

yang cukup banyak dan berpotensial yang memungkinkan Negara Indonesia menjadi

salah satu penghasil minyak. Kebutuhan akan minyak nabati didalam negeri

sebagian berasal dari minyak kelapa. Sehubungan dengan laju pertumbuhan

produksinya lamban dan tingkaat kebutuhan akan minyak kelapa sawit sebagai salah

satu keperluan rumah tangga yang cukup tinggi, maka untuk mencukupi kebutuhan

didalam negeri harus dipenuhi dengan minyak kelapa sawit dan inti sawit

Pabrik kelapa sawit dioperasikan dalam satuan rangkain yang kontinu,

dimana hasl proses sebelumnya dilanjutkan keberikutnya tanpa dapat mengubah

mutu tetapi hanya melanjutkannya. Kesalahan pada proses awal tidak akan

mendapatkan hasil yang baik pada proses selanjutnya.

Untuk meningkatkan daya guna kemampuan produksi dari suatu pabrik

kelapa sawit, diperlukan serta pengetahuan teknis yang baikdalam mengoperasikan

peralatan-peralatan yang berada di pabrik dengan tujuan untuk mendapatkan hasil

yang maksimal dengan tidak mengabaikan mutu dari pada produksi yang dihasilkan.

Sterilizer (ketel rebusan) adalah suatu bejana uap bertekanan yang digunakan

untuk merebus kelapa sawit. Dalam proses produksi kelapa sawit, sterilizer

merupakan pengolahan mekanis yang pertama untuk buah kelapa sawit. Sterilizer

Universitas Sumatera Utara


menggunakan uap basah sebagai media pemanas yang berasal dari sisa pembuangan

turbin uap yang dimasukkan ke dalam tangki supply atau BPV (Back Peasure

Vessel). Umumnya sterilizer dirancang dengan panjang yang memuat 8-10 lori

dengan tekanan kerja 3 kg/cm2 dan lama waktu perebusa 80-90 menit.Tekanan uap

dan lamanya waktu perebusan sangat menentukan hasil perebusan buah kelapa sawit.

Di PTPN IV Dolok Sinumbah menggunakan 3 buah sterilizer tipe horizontal

dengan muatan satu sterilizer adalah 10 lori, dimana per satu lori bermuatan 2,5 ton

TBS. Suhu perebusan mencapi 130 0C dengan tekanan 2,8 kg/cm2. Untuk satu kali

perebusan TBS (Tandan Buah Segar) mempergunakan sistem 3 puncak dimana

pembuangan uap kondesat dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan kejutan tekanan pada buah sawit.

Baik buruknya mutu dan jumlah hasil olahan suatu pabrik kelapa sawit

terutama ditentukan oleh keberhasilan rebusan yang dilakukan oleh sterilizer

tersebut. Oleh sebab itu merebus buah harus sesuai dengan ketentuan yang ada dan

merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan. Selama proses perebusan diharapkan

tekanan uap yang diterima oleh sterilizer harus sesuai sehingga panas dapat

menembus masuk ke dalam daging buah sehingga dapat menghasilkan mutu minyak

dan kondisi sterilizer yang baik.

Atas dasar uraian inilah penulis tertarik untuk membahas permasalahan

pengaruh tekanan uap yang diberikan terhadap sterilizer dimana hasil pembahasan

diwujudkan dalam karya akhir yang diberi judul: “PENGARUH TEKANAN UAP

SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS ) DAN

TERHADAP KEKUATAN DINDING STERILIZER DI PKS DOLOK

SINUMBAH”.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Tujuan dan manfaat penulisan

Tujuan dan manfaat penulisan karya akhir adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh tekanan uap pada saat proses perebusan

tandan buah segar (TBS) terhadap unit sterilizer dan juga buah sawit.

b. Untuk mempelajari tentang cara penanggulangan pengaruh tekanan uap

yang dilakuakan pada sterilizer.

c. Untuk mengetahui bagaimana suatau proses perebusan yang baik meliputi

tinjauan sterilizer, proses kerja di sterilizer untuk menghasilkan mutu

minyak dan inti sawit yang baik, spesifikasi, sterilizer dan akibat asam

kondensasi bagi sterilizer

1.3. Rumusan masalah

Dilihat dari proses kerja unit sterilizer dalam melakukan perebusan tandan

buah segar, menyangkut suhu, tekanan uap, waktu perebusan, pembuangan air

kondesat serta permukaan dalam sterilizer itu sendiri yang memerlukan tindakan-

tindakan

1.4. Batasan masalah

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini mempunyai

ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada :

Universitas Sumatera Utara


1. tekanan puncak uap dari perebusan yang cocok digunakan untuk

mendapatkan mutu yang baik

2. korosi pada dinding bagian dalam akibat dari perebusan

3. perhitungan tidak mendetail

1.5. Metode Penulisan

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini mempunyai

ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada :

1. Studi literatur : mengambil bahan – bahan dari buku – buku referensi,

jurnal, artikel dan sebagainya.

2. Studi lapangan : mengambil data dan informasi dari PTPN IV Dolok

Sinumbah Kabupaten Simalungun.

1.6. Sistematika penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metoda

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini memberikan penjelasan mengenai teori-teori dasar

yang dipelukan dalam karya akhir.diantaranya menjelaskan

mengenai Sterilizer secara umum

Universitas Sumatera Utara


BAB III : STERILIZER

Mengenai sterilizer dimana pada bab ini penulis menguraikan

tentang sterilizer, prinsip kerja sterilizer, alat-alat pembantu

pengaman pada sterilizer, spesifikasi sterilizer, dan bagian-

bagian dari sterilizer

BAB IV : PENGARUH TEKANAN UAP SAAT PEREBUSAN

TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( TBS )

DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING STERILIZER

Pada bagian ini menguraikan tentang kebutuhan uap yang

diperlukan saat perebusan, pengaruh tekanan uap pada saat

perebusan dan terhadap kekuatan dinding sterilizer.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari

penulisan karya akhir

Universitas Sumatera Utara


BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 SUHU DAN TEKANAN

II.1.1 Pengertian Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan

alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera

peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah

termometer untuk mengukur suhu dengan valid

Macam-macam termometer.

Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564 –

1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan termoskop yang berupa labu

kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung pipa terbuka. Mula-mula

dipanaskan sehingga udara dalam labu mengembang. Ujung pipa yang terbuka

kemudian dicelupkan kedalam cairan berwarna. Ketika udara dalam tabu menyusut,

zat cair masuk kedalam pipa tetapi tidak sampai labu. Beginilah cara kerja

termoskop. Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam pipa juga

berbeda. Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja

termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu.

Tetapi dimasa ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair

Universitas Sumatera Utara


misalnya raksa dan alkhohol. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair

ketika terjadi peningkatan suhu benda.

Air raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena air raksa mempunyai

keunggulan :

1. Air raksa penghantar panas yang baik

2. Pemuaiannya teratur

3. Titik didihnya tinggi

4. Warnanya mengkilap

5. Tidak membasahi dinding

Sedangkan keunggulan alkhohol adalah :

1. titik bekunya rendah

2. harganya murah

3. pemuaiannya 6 kali lebih besar dari pada raksa sehingga pengukuran mudah

diamati.

1.Termometer Laboratorium

Termometer ini menggunakan cairan raksa atau alkhohol. Jika cairan bertambah

panas maka raksa atau alkhohol akan memuai sehingga skala nya bertambah. Agar

termometer sensitif terhadap suhu maka ukuran pipa harus dibuat kecil (pipa kapiler)

Universitas Sumatera Utara


dan agar peka terhadap perubahan suhu maka dinding termometer (reservoir) dibuat

setipis mungkin dan bila memungkinkan dibuat dari bahan yang konduktor.

2. Termometer Klinis

Termometer ini khusus digunakan untuk mendiaknosa penyakit dan bisanya diisi

dengan raksa atau alkhohol. Termometer ini mempunyai lekukan sempit diatas

wadahnya yang berfungsi untuk menjaga supaya suhu yang ditunjukkan setelah

pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari badan pasien. Skala pada

termometer ini antara 35°C sampai 42°C.

3. Termometer Ruangan

Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu pada sebuah ruangan. Pada dasarnya

termometer ini sama dengan termometer yang lain hanya saja skalanya yang

berbeda. Skala termometer ini antara -50°C sampai 50°C

4. Termometer Digital

Karena perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer digital yang prinsip

kerjanya sama dengan termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer

digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian memuai dan

pemuaiannya ini diterjemahkan oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam

bentuk angka yang langsung bisa dibaca.

Universitas Sumatera Utara


5. Termokopel

Merupakan termometer yang menggunakan bahan bimetal sebagai alat pokoknya.

Ketika terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang koefesiennya lebih

kecil. Pemuaian ini kemudian dihubungkan dengan jarum dan menunjukkan angka

tertentu. Angka yang ditunjukkan jarum ini menunjukkan suhu benda

Satuan Suhu

Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius,

Fahrenheit, dan Reamur.

Pada skala Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C adalah titik

didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di

dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke

Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya).

Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air

membeku adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F.

Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya.

Misalnya cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K.

Universitas Sumatera Utara


II.1.2 Pengertian Tekanan

Tekanan dan Satuannya

Ketika objek pembicaraan kita seputar benda padat, akan lebih akrab jika

digunakan konsep gaya dan usaha namun ketika kita berhadapan dengan fluida (zat

cair dan gas) dan pompa, akan lebih nyaman dengan konsep tekanan dan head.

Dalam bab pertama ini akan sedikit diulas besaran fisik yang sangat erat

hubungannya dengan pompa dan kompresor yaitu tekanan dan head. Tekanan garis

merahnya adalah gaya yakni mewakili suatu dorongan atau tarikan sedangkan head

benang merahnya adalah usaha yang sebenarnya mewakili konsep energi. Dalam

membicarakan sistem pada umumnya, termasuk pompa dan kompresor, kita akan

selalu berkepentingan dengan energi untuk mengetahui kebutuhan tentang hal itu. Ini

merupakan konsekuensi dari cara kita memahami sistem yang sedang kita kaji,

karena kita tidak dapat dikatakan memahami sistem dengan sesungguhnya (utuh)

tanpa dapat menggambarkan sistem itu secara kuantitatif. Demikianlah, maka di sini

pun kita akan menghitung-hitung besaran yang terlibat, terutama tekanan dan head.

Konsep Tekanan

Tekanan dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya (F) tiap satuan luas bidang yang

dikenainya (A):

F
P=
A

Tampak bahwa satuan untuk tekanan adalah satuan gaya dibagi satuan luas. Satuan

SI (Satuan Internasional) untuk tekanan adalah Pa (Pascal) turunan dari Newton/m2.

Dalam teknik memang lebih banyak digunakan satuan tekanan lain seperti psi

Universitas Sumatera Utara


(pound per square inch), bar, atm, ksc (kgf/cm2), ksm (kgf/m2) atau dalam

ketinggian kolom zat cair seperti cm Hg.

Satuan-Satuan Tekanan

Dalam SI satuan tekanan adalah Pascal (Pa) yang merupakan satuan gaya dibagi

satuan luas atau Newton/meter2. Jadi massa 1 kg yang bekerja pada satuan luas 1 m2

bertekanan: Satuan tekanan yang lain yang populer dalam teknik adalah bar. Bar ini

bisa dikatakan sebagai satuan tekanan untuk mendekati tekanan atmosfir berkaitan

dengan Pascal. Satu atmosfir ini sekitar 1,01325.105 atau sekitar 105 Pascal,

sehingga 1 bar = 105 Pa. Satuan lain yang juga banyak digunakan adalah kgf/cm2

atau ks c (kg per square cm). Massa 1 kg yang menghasilkan tekanan 9,8 Pa pada

permukaan 1 m2 tadi adalah sama dengan 1 kgf/m2 (ksm).

F m.g 1.9,8
P= = = = 9,8 pa
A A 1

Perlu diingat bahwa satuan ksm, ksc dan psi menggunakan massa bukan berat. Jadi 1

psi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh (gaya berat dengan) massa 1 lb (pound)

dalam bidang kerja seluas (tegak lurus) 1 inci persegi. Dalam notasi biasanya

digunakanf (force) untuk membedakan darim (mass) untuk konversi massa ke berat

dengan faktor 1. Jadi 1 psi maksudnya adalah 1 lbf/inc2 (pound force per square inch).

Demikian pula 1 ksc atau 1 kgf/cm2 adalah tekanan yang ditimbulkan olehmas s a 1 kg

dalam luas 1 cm2. Satuan berikutnya adalah mmHg atau Torr yang mengacu pada

tekanan atmosfir juga, yaitu 1 atm = 760 mmHg

Satuan-satuan tekanan yang lazim digunakan tadi dapat dilihat hubungannya seperti

dalam tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


Pascal Bar Atm mmH2O mmHg psi

1 10-5 9,8692.10- 1,0197.10- 7,5006.10-3 1,4504.10-4


6 1

105 1 9,8692.10- 1,0197.104 7,5006.102 1,4504.10


1

9,8006.104 9,8006.10- 9,6782.10- 104 7,3555.102 1,4224.10


1 1

1,0133.105 1,0133 1 1,0332.104 7,6.102 1,4697.10

9,8074 9,8074.10- 9,6787.10- 1 7,3558.102 1,4225.10-3


5 5

1,3333.102 1,3333.10- 1,3158.10- 1,3595.10 1 1,9339.10-2


3 3

0,6894.104 0,6894.10- 0,6804.10- 7,0298.102 5,1079.10 1


1 1

Tabel 2.1 Satuan-satuan tekanan

II.2 ASAL USUL KELAPA SAWIT

Bedasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari

Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut

berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa

sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak

diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan

Universitas Sumatera Utara


menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini

tidak lagi dipermasalahkan orang.

Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asian

Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau

Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke

Indonesia pada tahun 1948.

II.3 VARIETAS KELAPA SAWIT

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-

varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau

berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal

juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain

mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

II.3.1 Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa

sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 mm – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentasi daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35 % – 50 %. Kernel (daging biji) biasanya besar

dengan kandungan minyak yang rendah.

Universitas Sumatera Utara


Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian

menyebar ketempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persilangan,

varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya

tebal. Persentasi daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji

sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis

yang lain . Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga

betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon

induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan

varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan

Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini.

Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar antara 0,5 mm – 4 mm, dan terdapat

lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentasi daging buah terhadap buah tinggi,

antara 60 % – 96 %. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari

pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Diwikka – wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.

Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkapisifera, diwikka-

wakkadura, diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan

terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit meyebabkan perbedaan

persentasi atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi

terdapat pada variretas Tenera yaitu sekitar 22 % – 24 %, sedangkan pada varietas

Dura antara 16 % – 18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang

mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan

yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang

menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.dapat dilihat seperti Gambar 2.1.

a. Dura b. Pisifera c. Tenera

Gambar 2.1. Jenis tanaman sebagai basis program-program pemulihan ( Dura,

Pisifera, dan Tenera)

II.3.2 Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah

Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya.

Varietas-varietas tersebut adalah :

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga

kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

Universitas Sumatera Utara


2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah

menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang

dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi

kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga

jarang.

II.4 MINYAK KELAPA SAWIT

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu

senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam

lemaknya, minyak sawit temasuk golongan minyak asam oleat-linoeat. Minyak sawit

berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida, berkonsistensi setengah padat

pada suhu kamar (kosistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya),

dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya

cukup enak. Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar ALB-nya, atau lebih

tepat lagi pada kadar digliseridanya. Pada kadar ALB 7% terdapat titik lebur

terendah karena terbentuk formasi eutestik antara digliserida dan trigliserida.

Universitas Sumatera Utara Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan

rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom

Universitas Sumatera Utara


karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan

kompisisi trigliserida tersebut.

II.5. METODE PEREBUSAN DAN KEBUTUHAN UAP

Uap adalah bagian cairan yang diuapkan dan terdiri dari gas ideal sejati yang

masih mengandung partikel–partikel cairan di dalamnya. Dengan pemanasan,

partikel-partikel cairan ini akan teruapkan. Uap super panas atau uap panas lanjut

(superhated steam) mempunyai sifat-sifat seperti suatu gas di bawah suhu kritisnya.

Beberapa metode pemanasan dan ekspansi dari uap adalah

1. Volume konstan

2. Tekanan dan suhu konstan

3. pv konstan atau hiperbolik

4. pvn konstan

5. Entropi konstan

6. Ekspansi bebas

7. Throttling

Universitas Sumatera Utara


Uap dapat dibedakan atas 3 keadaan yaitu:

1. Uap basah

Yaitu uap yang masih mengandung butiran-butiran air yang masih halus dimana

temperatur masih sama.

2. Uap jenuh

Yaitu uap yang mengandung butiran butiran air yang lepas, dimana pada tekanan

yang tertentu suhu tertentu berlaku suhu tertentu yang berlainan.

3. Uap kering

Yaitu uap yang sudah sama sekali tidak mengandung butiran-butiran air, dimana

pada tekanan tertentu dapat diperoleh tekanan yang berlainan.

Untuk kebutuhan uap bagi sterilizer, pada PTPN IV Dolok Sinumbah menggunakan

uap basah sebagai media pemanas guna perebusan tandan buah segar

Uap untuk kebutuhan perebusan harus disesuaikan dengan kemampuan boiler

memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai.

Penyaluran uap ke dalam sterilizer pada pabrik kelapa sawit yang lazim dikenal

adalah single peak sistem, double peak sistem, dan triple peak system

Semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula waktu perebusan.

Tekanan yang tinggi dengan sendirinya memberikan temperatur yang tinggi.

Temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan inti sawit. Pada

minyak sawit harus juga diperhatikan tingkat pemucatannya. Oleh karena itu inti

sawit yang diperoleh harus bewarna putih.

Universitas Sumatera Utara


Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu antara 80 – 90

menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang

memuaskan. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan

udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan.

(Pahan, I.,2008).

II.6 TUJUAN PEREBUSAN

Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, pertama-tama buah direbus dalam

ketel rebusan dengan tujuan sebagai berikut :

II.6.1. Menghentikan aktifasi enzim

Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja

dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim

dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara

pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase bertindak

sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkannya

kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).

Enzim oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian

dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehid dan keton. Senyawa yang

terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi asam lemak bebas (ALB) ynag

terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.

Enzim yang terdapat dalam minyak terdiri dari enzim tanaman (plant enzim) dan

yang terkontaminasi (misalnya dari jamur) selama proses penanganan.

Universitas Sumatera Utara


Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami kememaran (luka). Untuk

mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam

persentasi yang relatif kecil.

II.6.2. Melepaskan buah dari spiklet

Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses

ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari spikletnya.

Buah dapat terlepas dari spikletnya melalui cara hidrolisa hemisellulosa dan pektin

yang terdapat di pangkal buah. Hidrolisis dapat terjadi dengan proses kimia dan

kimia fisika dan reaksi biokimia. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah terjadi

sebagian di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah

yang membrondol. Reaksi hidrolisis hemisellulosa dan pektin dapat terjadi dalam

ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap ke

dalam buah karena adanya tekanan. Hidrolisis pektin dalam tangkai tidak

seluruhnya meyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu dilanjutkan

dengan proses pemipilan pada “threshing machine”.

`II.6.3. Menurunkan kadar air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan

cara penguapan baik pada saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan.

Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk

rongga-rongga kosong pada perikarp yang mempermudah proses pengempaan.

Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak

sawit antar sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga

mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.

Universitas Sumatera Utara


Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat serat

mudah lepas antara serat yang satu dengan serat yang lain. Hal ini akan

meningkatkan efisiensi digester dan depericaper. Air yang terkandung dalam inti

akan menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji

akan lebih muda.

II.6.4. Pemecahan emulsi

Minyak dalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika

berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan

pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki polaritas

yang sama dan berdekatan sehingga minyak dan air masing-masing terpisah.

Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap yang

sempurna pada perikarp, terutama pada buah yang paling dalam, akan

mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak. Pemecahan emulsi yang telah dimulai dari

perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan padatan lainya

pada stasiun klarifikasi.

II.6.5. Melepaskan serat dan biji

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat

dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam

alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan

serat perikarp dan biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila serat tidak

dilepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji

dipukul dalam alat pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji tidak

Universitas Sumatera Utara


pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada

inti.

II.6.6. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15 %. Kadar air

biji yang turun hingga 15 % akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji

tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses

fermentasi di dalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan

baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering

atau basah dapat mengahasilkan inti yang mengandung kotoran lebih

kecil.(Naibaho,1996)

Universitas Sumatera Utara


BAB III

STERILIZER

Sterilizer adalah suatu bejana yang bertekanan yang dipergunakan untuk

melaksanakan proses perebusan tandan buah segar sawit (TBS) yang merupakan

tahapan awal pengolahan buah kelapa sawit setelah melalui loading ramp pada

sebuah pabrik kelapa sawit (PKS). Kontruksi badan dari sterilizer ini dibuat plat

khusus yang anti korosinya lebih tinggi dari plat biasa sehingga tahan terhadap kadar

zat asam. Adapun media pemanas yang dipakai dalam proses perebusan TBS

didalam sterilizer tersebut adalah uap basah yang berasal dari sisa pembuangan

turbin uap.

III.1 JENIS JENIS STERILIZER

Berdasarkan bentuk dan kapasitas perebusannya ada dua jenis sterilizer yang dipakai

dalam pengolahan buah kelapa sawit yaitu sterilizer vertical dan sterilizer horizontal.

III.1.1. Sterilizer vertikal

Sterilizer yang dipasang secar vertical atau tegak. Pada sterilizer vertikal

pemasukan buah dilakukan melalui pintuatas pengeluarannya dilakukan melalui

pintu bawah pada sisi depan. Tandan buah segar yang akan direbus dimasukkan ke

dalam sterilizer dengan menggunakan bunch elevator dan didalamnya buah dialasi

dengan plat berlubang yang dipasang menurun kearah pintu depan, sehingga mudah

untuk mengeluarkan isinya. Kapasitas rata-rata dari sebuah sterilizer veratikal adalah

sekitar 2 ton-6 ton tandan buah segar dalam sekali perebusan.

Universitas Sumatera Utara


Bentuk dan keterangan gambar sterilizer vertical dapat dilihat di gambar 3.1

berikut ini :

Gambar 3.1 Sterilizer Vertikal

Keterangan gambar:

a. Pintu masuk

b. Pintu uap masuk

c. Preasure gauge

d. Pembalut gelas wol

e. Pintu keluar

f. Keran afbals

g. Bodem plate

Universitas Sumatera Utara


Sterilizer Vertikal mempunyai beberapa kelemahan antara lain :

a. Kapasitas rebusan sangat kecil yaitu sekitar 2 ton - 6 ton TBS dalam sekali

perebusan

b. Dalam pematan TBS ke dalam sterilizer digunakan bunch elevator, sehingga

tingkat kemungkinan buah mengalami luka tinggi, yang menyebabkan terjadinya

kenaikan asam lemak bebas yang dapat merusak kualitas CPO.

c. Teknik pengoperasian sterilizer verikal lebih sulait dan membutuhkan tenaga

yang lebih besar, terutama pada saat membuka tutup sterilizer dan mengeluarkan

buah dari dalamnya.

III.1.2. Sterilizer Horizontal

Sterilizer horizontal adalah sterilizer yang berbentuk silindris yang dipasang

mendatar dengan ditumpu pada kedua ujungnya. Sterilizer horizontal ada yang

mempunyai satu buah pintu, tetapi ada juga yang empunyai dua buah pintu.

Pengisian tandan buah segar pada sterilizer ini dilakukan dengan memasukkannya

terlebih dahulu kedalam sebuah lori, lalu ditarik masuk dan keluar dengan

menggunakan electro motor. Lori adalah wadah pengangkut tandan buah segar yang

ditarik oleh sebuah electro motor diatas rel, sekaligus juga sebagai wadah pada saat

perebusan di dalam sterilizer. Lori ini ada yang berkapasitas 2,5 ton TBS. Pada

umumnya sterilizer horizontal dapat dimuati 8-10 lori untuk satu kali perebusan

dengan muatan setiap lorinya 2,5 ton TBS

Untuk lebih jelasnya bentuk dan keterangan gambar sebuah sterilizer horizontal

dapat diihat pada gambar 3.2 berikut ini

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2 Sterilizer Vertikal

Universitas Sumatera Utara


Ukuran Sterilizer

1. Panjang Sterilizer = 23500 mm

2. Diameter dalam sterilizer = 2000 mm

3. Jari jari pintu, r = 520 mm

Ukuran untuk setiap lori :

1. Panjang = 2500 mm

2. Lebar = 1350 mm

3. Tinggi = 1220 mm

4. Jari jari body r = 250 mm

Sterilizer horizontal mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

a. Kapasitas perebusan lebih besar yaitu sekitar 20-50 ton TBS dalam sekali

perebusan.

b. Pengoperasiannya lebih mudah dan praktis .

c. Dalam pengisian TBS ke dalam sterilizer, buah tidak langsung bersingungan

dengan dinding sterilizer sehingga kemungkinan buah terluka lebih kecil.

d. Pengisian uap dan pembuangan serta pembuangan kondesat lebih mudah

dilakukan.

III.2. Perbedaan Sterilizer vetikal dan horizontal

Perbedaan antara sterilizer vertikal dengan sterilizer horizontal jika ditinjau

dari bentuk,kapasitas dan efisiensi pemakaiannya yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Sterilizer vertikal mempunyai bentuk lebih sederhana dan lebih rendah biaya

investasinya jika dibandingkan dengan sterilizer horizontal.

2. Kapasitas sterilizer vertical lebih kecil jika dibandingkan dengan sterilizer

horizontal, oleh karena itu sterilizer vertikal umumnya digunakan pabrik-pabrik

dengan kapasitas pengolahan kecil.

3. Kerugian minyak didalam jejnjangan kosong dan di dalam air embun

perebusan lebih tinggi pada sterilizer vertikal, disebabkan karena buah mengalami

kerusakan akibat benturan dengan pintu sterilizer saat buah dimasukkan juga akibat

bantingan yang dialami buah saat dimasukkan ke dalam sterilizer.

4. Waktu yang diperlukan untuk membongkar isi sterilizer vertikl lebih lama

dibandingkan dengan pembongkaran isi sterilizer horizontal. Hal itu karena

pembongkaran isi sterilizer vertikal dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya

sedangkan pembongkaran isi sterilizer horizontal dilakukan dengan bantuan

peralatan mekanik.

Perkembangan alat perebusan yang terakhir adalah sterilizer mendatar. Sterilizer ini

pada umumnya dilengkapi dengan :

1. Pipa uap masuk

Ukuran pipa ini harus cukup besar untuk mempercepat kenaikan tekanan dalam

sterilizer dan umumnya dipakai pipa ukuran 6 inchi. Disamping adanya pelat

pembagi uap didalam sterilizer juga ditambah dengan pipa uap yang terpasang diluar

sebelah atas strerilizer.

2. Pipa pengeluaran uap dan kondesat

Pipa pengeluaran uap dan kondesat terdapat di bagian bawah ketel rebusan yang

terdiri dari lobang-lobang pengeluaran. Lobang-lobang ini akhirnya bersatu pada

Universitas Sumatera Utara


pipa pengeluaran utama. Ukuran pipa pengeluaran utama dan kerannya adalah 8

inchi. Ada pula pipa samping yang terpasang dekat pembuangan satu pipa kecil

ukuran 1 inchi lengkap dengan kerannya untuk pembuangan air kondesat. Pipa

pengeluaran utama dilengkapi dengan peredam suara yang dipasang tidak jauh dari

ketel rebusan. Lobang pengeluaran ditutup dengan kotak plat berlobang-lobang

(seperti kotak saringan) sebagai penahan buah dan kotoran lainnya, untuk

sambungan pipa dengan ketel rebusan dipasang flensa.

3. Alat-alat ukur/instrumentasi

Preasure gauge

Preasure gauge adalah suatu alat indicatoryang menunjukkan besarnya tekanan uap

yang bekerja di dalam ruangan sterilizer. Angka-angka yang terdapat di dalam

preasure gauge adalah menunjukkan tekanan kerja dalam satuan kg/Cm2.

Thermometer

Thermometer ini berguna untuk mengetahui temperature uap yang ada du dalam

sterilizer dalam satuan 0C.

III.3. ALAT-ALAT PEMBANTU DAN PENGAMAN STERILIZER

III.3.1 Katup pengaman (Safety valve)

Safety valve adalah suatu katup atau keran yang bekerja secar otomatis (flow

outomatic steam valve), apabila tekanan uap yang bekerja di dalam sterilizer

melampaui batas yang sudah ditentukan.

Karena tekanan spiring pada safety valve tersebut dapat distel maka tekanan

kerjanya dapat disesuaikan dengan tekanan kerja yang ada di dalam ruangan

Universitas Sumatera Utara


sterilizer. Jadi kalau tekanan kerja di dalam sterilizer 3 Kg/Cm2 maka tekanan

maksimum yang dapat diterima oleh safety valve tersebut juga adalah sebesar 3

Kg/Cm2 untuk menjamin keselamatan kerja, tekanan yang mampu diterima oleh

safety valve tersebut distel 0,1 Kg/Cm2 di bawah tekanan kerja sterilizer.

Dari uraian diatas,dapat disimpulkan bahwa fungsi dari safety valve adalah untuk

menjaga agar tekakan uap di dalam perebusan tidak melebihi tekana kerja yang telah

ditentukan, sehingga tidak merusak TBS dan sterilizer itu sendiri.

Bentuk dan keterangan gambar sebuah safety valve dapat dilihat pada gambar 3.3

berikut ini

Gambar 3.3 Safety Valve

Universitas Sumatera Utara


Keterangan gambar :

a. Penampang j. Sarng pegas

b. Topi k. Piring pegas bawah

c. Batang rangkap l. Baut

d. Pasak m. Tingkat adam

e. Garpu tuas pengangkat n. Pinggan tingkap

f. Baut penekan o. Penuk

g. Tutup sarung pegas p. Dens pemasang

h. Piring pegas atas q. Tuang pengangkat baut

i. Pegas ulir r. Tuang ke pipa pengeluar

III.3.2 Katup pengatur (Check valve)

Katup ini adalah katup yang bekerja satu arah yang dipasang pada saluran pipa

uap/steam induk yang dilakukan dari BVP (Back Preasure Valve) menuju sterilizer.

Katup ini berfungsi untuk mencegah uap yang ada di dalam sterilizer dapat kembali

ke BVP sebagai tekanan lawan, sehingga uap hanya dapat menuju ke perebusan saja.

Bentuk dan gambar check valve dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Check Valve

III.3.3. Manometer

Dimana Manometer digunakan Selama pelaksanaan audit energi, manometer

digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan diantara dua titik disaluran

pembuangan gas atau udara. Perbedaan tekanan kemudian digunakan untuk

menghitung kecepatan aliran di saluran dengan menggunakan persamaan Bernoulli.

Manometer harus sesuai untuk aliran cairan. Kecepatan aliran cairan diberikan oleh

perbedaan tekanan = f LV2/2gD dimana f adalah faktor gesekan dari bahan pipa, L

adalah jarak antara dua titik berlawanan dimana perbedaan tekanan diambil, D

adalah diameter pipa dan g adalah kontanta gravitasi Untuk melihat gerak tekanan

uap selama perebusan.gambar manometer dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.5 Manometer

III.3.4. Termometer Gauge

Untuk mengetahui besarnya temperature pada perebusan yang berbanding lurus

dengan kenaikan tekanan

III.3.5. Butterfly Valve

Katup ini adalah sebuah katup jenis globa valve yang berfungsi untuk mengatur

pemasukan uap dan mengeluarkan uap dari perebusan. Untuk penyekat aliran seperti

globe valve dan gate valve. Pada butterfly valve penutup aliran dilakukan pada

pemutaran disc (cakra) pada porosnya yang tegak lurus denga sumbu pipa ataupun

penutupan aliran dapat dilakukan secara otomatis. Gambar butterfly valve dapat

dilihat pada gambar 3.6 berikut ini

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.6 Buterfly Valve

III.3.6. Saringan (filter)

Saringan atau filter pada sterilizer berfungsi untuk menyaring kotoran kotoran yang

berada dalam rel ketel rebusan sehingga pipa kondesat benar-benar bersih.

III.3.7. Plat distribusi

Plat distribusi pada sterilizer berfungsi untuk mengatur agar supply uap menyebar

secara merata di dalam rebusan

III.3.8. Lori

Alat lori adalah tempat buah direbus, yang dapat menampung buah 2,5 ton ; 3,5 ton

atau 5 ton. Lori tempat buah dibuat berlubang dengan diameter 0,5 inchi yang

berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat

yang terdapat diantara buah. Ukuran lubang yang semakin besar menunjukkan

proses sterilisasi buah yang lebih baik, akan tetapi daya tahan alat kurang.

Universitas Sumatera Utara


III.3.9. Rel Penyeberangan (Crossing Rail)

Alat ini berfungsi untuk membantu dan mempercepat pemasukan dan pengeluaran

lori dari sterilizer. Semakin kecil radius crossing rail, maka frekuensi lori semakin

tinggi. Kondisi crossing rail merupakan faktor pembatas dalam penetapan kapasitas

oleh pabrik. Gangguan yang terjadi di crossing rail akan menghambat pemasukan

dan pengeluaran buah dari sterilizer.

III.3.10. Capstand

Untuk sebagai alat bantu guna memasukkan dan mengeluarkan lori dalam rebusan.

Alat ini digerakkan oleh motor listrik

III.3.11. Jaringan rel

Jaringan rel ini harus rata dan tidak naik turun, tidak bengkok dan jembatan rel

sewaktu digunakan harus duduk tepat pada rebusan dan sewaktu tidak digunakan

kedudukannya tegak lurus pada rel dan lubang.

III.3.12. Bogie

Bogie adalah kerangka yang dilengkapi dengan empat unit roda, bogie ada yang

bersifat terpadu dengan roda dan adapula yang terpisah. Bogie yang terpadu akan

menyebabkan bushing cepat rusak karena bantingan yang terjadi ketika roli

diturunkan kembali ke atas rel

Universitas Sumatera Utara


III.3.13. Wire rope winch

Wire rope winch adalah suatu electromotor yang berfungsi untuk menarik dan

memasukkan lori ke dalam rebusan dengan menggunakan alat bantu berupa kawat

baja.

III.4. OPERASIONAL DAN PERAWATAN REBUSAN

Rebusan merupakan sebuah bejana tekanan yang bekerja dengan tingkat

resiko yang tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa

sebelum dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat

penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman,

cantilever, dan pompa kondensat.

III.4.1. Packing pintu

Kerusakan packing pintu biasanya terjadi pada baggian bawah pintu rebusan karena

adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar diperiksa.

Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.

III.4.2. Alat penunjuk tekanan ( manometer)

Manometer terdapat di bagian atas pintu depan dan belakang rebusan. Fungsinya

untuk menunjukkan apakah tekanan dalam perebusan masih ada atau tidak. Operator

harus memperhatikan apakah masih ada tekanan atau tidak pada saat hendak

membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap di dalam rebusan banar-banar

sudah nol sebab uap akan menyembur jika masih ada tekanannya.

III.4.3. Pelat penyaring kondensat

Universitas Sumatera Utara


Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus sering

diperiksa, jangan sampai tersumbat, air kondensat ini akan tergenang di lantai

rebusan dan mempercepat rusaknya packing pintu rebusan.

III.4.4. Katup pengaman

Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi dengan baik atau

tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan berlebihan di

dalam rebusan

III.4.5. Cantilever

Cantilever berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori ke dalam reebusan.

Cantilever harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar lori yang keluar-

masuk rebusan tidak terguling atau jatuh.

III.4.6. Pompa kondensat

Lantai sekitar rebusan tidak boleh dugenangi oleh air kondensat karena temperatur

air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang menyebabkan lantai

menjadi licin.

Bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu serta

dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan. Semua peralatan

rebusan memerlukan perhatian.

Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap pegas

dari katup pengaman tidak boleh dilakukan sembarang orang, tetapi oleh mekanik

yang telah berpengalaman dibawah pengawasan seorang staf. Setelah melakukan

Universitas Sumatera Utara


perbaikan, katup pengaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel tersebut,

harus seizin manager pabrik.( Iyung Pahan, 2006 )

Alat sterilisasi dengan tipe horizontal, yang beberapa memiliki keuntungan

• Kapasitas sterilizer antara 15 ton -30 ton TBS

• Pengoperasian lebih mudah dan praktis

• Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat

lebih mudah dilakukan

III.5. MEKANISME PEREBUSAN

Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler

memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Sistem

perebusan yang lazim dikenal di PKS adalah single peak, double peak dan triple

peak. Sistem perebusan triple peak (SPTP) banyak digunakan, selain berfungsi

sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan

yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat. Keberhasilan SPTP

dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel perebusan, bahan baku

dan lama perebusan.

(Naibaho, P.M., 1996)

Ketika ketel rebusan dalam keadaan pintu terbuka, baik ketel dalam keadaan kosong

ataupun pada saat pemasukan/pengeluaran buah rebusan yang sudah matang, udara

bebas masuk kedalam ketel rebusan. Udara bebas ini 20% mengandung oksigen dan

gas-gas lain. Bahaya gas oksigen dalam perebusan disebabkan gas oksigen ini akan

Universitas Sumatera Utara


bereaksi minyak yang ada dalam buah rebusan ketika dilakukan pemanasan (reaksi

peroksida) (Karim, A., 2001).

Pada PTPN IV Dolok Sinumbah menggunakan 3 buah sterilizer type

horizontal yang berkapasitas 20 ton TBS dan dapat memuat 10-12 lori. Kebutuhan

uap untuk 1 kali perebusan 250 kg uap untuk 1 ton TBS. Spesifikasi dari Sterilizer

yang beroperasi di PTPN IV Dolok Sinumbah adalah sebagai berikut:

Type : 2100 x 3

Serial No : CHD / 2100 / 125

Safe Working Preasure : 344 kPa

Testing Preasure : 516 kPa

Test Reference : UH 14 / 852

Date : 25 / 1 / 85

Year Manucfactured : 1985

Name of Taster : Mokai Musri

Manufactured by CHD Engineering CDN BHD

No. Pabrik : HZ 15 – 05

Daftar No : 927 RI / BG / 1985

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENGARUH TEKANAN UAP

SAAT PEREBUSAN TANDAN BUAH SEGAR

KELAPA SAWIT (TBS) DAN TERHADAP KEKUATAN DINDING

STERILIZER

IV.1. UMUM

Stasiun perebusan merupakan tahap pertama pada pengolahan buah kelapa

sawit. Tujuan utamanya adalah untuk merebus tandan buah segar agar minyak yang

terdapat di dalam daging buah dapat mempermudah proses ekstraksi minyak. Daging

buah dilunakkan supaya mudah terlepas dari bijinya sewaktu pengadukan dalam

digester. Pelunakan daging buah, melongarkan buah dari tandannya dan

melekangkan inti dari cangkangnya dilakukan di dalam sterilizer dengan mendapat

perlakuan panas dan tekanan dengan pola tiga puncak (triple peak).

Pada proses perbusan ada tiga faktor yang menentukan yaitu :

1. Tekanan (preasure)

2. Suhu (temperatur)

3. Waktu (time)

Pada hakekatnya suhu ditentukan sampai batas tertentu oleh tekanan. Semakin tinggi

tekanan maka semakin tinggi suhu dan semakin pendek waktu yang diperlukan

untuk perbusan.Untuk perebusan yang baik disarankan agar ketiga faktor diatas

harus dipenuhi serta secara simultan karena tekanan dan waktu diperlukan untuk

intensitas peresapan/penetrasi panas yang dibutuhkan untuk berlangsungnya

perubahan-perubahan selama proses perebusan.

Universitas Sumatera Utara


IV.2. Perebusan Kelapa Sawit

Perebusan merupakan proses transfer kalor (yang diukur dengan panas) dari sumber

ke material dengan menggunakan medium yang mengandung senyawa air (H2O).

Transfer panas dapat terjadi satu tahap atau lebih secara konduksi, konveksi maupun

radiasi tergantung dari batasan system yang dibuat. Medium transfer panas dalam

perebusan dapat berupa air maupun dalam bentuk uap air (steam).

Penggunaan air maupun steam tergantung dari kebutuhan derajad kematangan

material yang ingin dicapai. Air yang dipanaskan akan menyerap kalor dari sumber

(contoh : api) sampai mencapai titik didih air + 100 0C (pada P = 1 atm). Ketika

kalor terus menerus diberikan maka uap air akan terus terbentuk dan menyimpan

entalphy dalam jumlah yang terus meningkat. Di dalam ruangan tertutup hal ini

ditunjukkan dari kenaikan tekanan dan temperatur. Ketika terjadi penurunan

entalphy maka uap air akan terkondensasi menjadi titik-titik air (kondensat) yang

mendekati air murni. Penurunan ini disebabkan karena senyawa uap air akan

mentransfer panas ke lingkungan (dinding) sehingga entalphy menurun. Selain itu

juga karena terdapat transfer panas ke material. Penurunan entalphy dapat dilihat dari

penurunan tekanan dan temperature.

IV.3. Pengaruh tekanan uap terhadap buah hasil rebusan

Jika ditinjau dari tujuan perebusan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dapat dipastikan bahwa tujuan-tujuan perebusan tersebut dapat dicapai dengan lebih

sempurna apabila perebusan dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi. Namun pada

prakteknya tekanan maupun waktu tidak dapat ditingkatkan tanpa batas, karena :

Universitas Sumatera Utara


a. Tekanan yang terlalu tinggi yang berbanding lurus terhadap suhu pada

perebusan, akan mengakibatkan daging buah rusak pada bagian

permukaannya. Demikian juga waktu perebusan yang semakin singkat

mengakibatkan TBS hasil rebusan akan menumpuk di depan sterilizer

untuk selanjutnya diolah.

Hal ini akan mengakibatkan kurang maksimalnya pengepresan minyak di

stasiun ekstraksi akibat dari buah yang telah dingin/suhunya turun.

b. Peningkatan tekanan yang disertai dengan waktu yang diperpanjang akan

mengakibatkan pecahnya sel-sel minyak yang terdapat di dalam daging

buah. Akibatnya minyak akan meleleh keluar dari daging buah selama

perebusan maupun selama proses sebelum pengepresan.

c. Selain kerugian yang disebutkan diatas, peningkatan tekanan yang

disertai dengan perpanjangan waktu perebusan juga dapat berpengaruh

pada perubahan warna inti sawit

Selain dari hal-hal yang telah dibahas di atas, besar atau kecilnya

tekanan uap yang dipakai juga dipengaruhi oleh perlakuan dalam pembuangan

air kondensat dan udara (deaerasi). Air kondensat dapat berpengaruh buruk

karena air kondensat dapat menyerap panas dari uap yang masuk sehingga dapat

memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak. Sedangkan udara merupakan

penghantar panas yang lambat dan berpengaruh negatif terhadap proses

perebusan. Uap untuk kebutuhan perebusan harus disesuaikan dengan

kemampuan boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan

dapat tercapai.

Universitas Sumatera Utara


IV.3.1. Single Peak

Pada pola puncak ini ialah puncak yang terbentuk selama proses perebusan ada

satu puncak dari tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah

bentuk dan pola perebusan selama satu siklus.

Gambar 4.1 Single Peak

IV.3.2. Double Peak

Pola dua puncak ialah jumlah puncak yang terbentuk selam proses perebusan ada

dua puncak, akibat tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian

dilanjutkan dengan pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selam

perebusan satu siklus.

Gambar 4.2 Double Peak

Universitas Sumatera Utara


IV.3.3. Triple peak

Pola tiga puncak ialah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan

ada tiga puncak akibat dari tindakan pemasukan uap dan pembuangan uap,

dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahan uap dan pembuangan uap selama

proses perebusan satu siklus.

Gambar 4.3 Triple Peak

O – A Masa pengisian ketel rebusan dengan TBS

A – B Tekanan dinaikkan hingga 1,5 kg/cm2 selama 8 menit (Puncak 1)

B – C Membuang air kondesat sambil menurunkan tekanan selama 3,5 menit dari

1,5 kg/cm2 – 0,5 kg/cm2

C – D Menaikkan tekanan dari 0,5 kg/cm2 ke 2,5 kg/cm2 selama 10 menit

(puncak II)

Universitas Sumatera Utara


D – E Membuang air kondesat dan uap air sambil menurunkan tekanan dari 2,5

kg/cm2 selama 5 menit

E – F Menaikkan tekanan dari 0,5 kg/cm2 – 2,8 kg/cm2

F – G Membuat tekanan 2,8 kg/cm2 selama 21 menit (Puncak III)

G – H Membuang uap dan menurunkan tekanan dari 2,8 kg/cm2 - 0 kg/cm2

selama 10 menit

H – I Membuka pintu dan mengeluarkan lori selama 15 menit

Namun pada umumnya pabrik kelapa sawit sering mnggunakan triple peak sistem

karena selain berfungsi sebagai tindakan fisik juga dapat terjadi proses mekanik

yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh tekanan yang cepat.

Tabel siklus tekanan, waktu dan temperatur perebusan sistem tiga puncak

No Proses Tekanan(kg/cm2) Waktu(menit) Suhu(0C)

1 Charging in/dearation 0 1-5 0

2 Building up 1 – 1,5 10 - 15 100

3 Blow down 0 6-8 0

4 Building up 2,5 10 - 15 120

5 Blow down 0 6-8 0

6 Building up 2,8 - 3 10 - 15 130

Universitas Sumatera Utara


7 Holding time 2,8 - 3 30 130

8 Blow down 0 5 0

9 De-charging

IV.4 Pengaruh Tekanan Uap Terhadap kekuatan Dinding Sterilizer

Sterilizer merupakan suatu ketel rebusan yang bahan konstruksinya terbuat

dari baja. Pada umumnya sekarang ini kontruksi utama yang banyak sekali

digunakan adalah baja, hal ini dikarenakan baja relatif tidak begitu mahal, tersedia

dimana-mana dapat digunakan dengan berbagai teknik, dapat dengan mudah

disambungkan dengan sesamanya atau dengan bahan lain dan mempunyai sifat-sifat

mekanik yang mudah dikenal serta dapat diubah komposisi kimianya dan temperatur

pengolahan. Baja juga dapat tahan pada temperatur sangat tinggi dan temperatur

sangat rendah dengan jalan memadukannya dengan bahan lain.

Pada saat strilizer beroperasi akan terjadi tegangan tarik pada dinding

sterilizer, maka untuk mengetahui tegangan tarik yang terjadi pada saat sterilizer

beroperasi dapat diketahui sebagai berikut :

DxP
Error! Bookmark not defined. σt =
2t

2mx0,034 N / m 2
=
2 x0,01m

0,068 N / m 2
=
0,02

= 3,4 N/m2

Universitas Sumatera Utara


DxP
σt =
4t

2mx0,034 N / m 2
=
4 x0,01m

0,068 N / m 2
=
0,04

= 1,7 N/m2

DxP
σt =
4t

2mx0,0138124 N / m 2
=
4 x0,01m

0,0276248 N / m 2
=
0,04

= 0,6 N/m2

DxP
σt =
4t

2mx0,0217052 N / m 2
=
4 x0,01m

0,000434104 N / m 2
=
0,04

= 1 N/m2

DxP
σt =
4t

2mx0,0276248 N / m 2
=
4 x0,01m

0,0552496 N / m 2
=
0,04

= 1,73 N/m2

Universitas Sumatera Utara


Dimana : D = diameter dalam drum

t = Tebal plat

σt = Tegangan tarik yang sebenarnya di dalam dinding drum (N/m2)

P = Tekanan

Dari data perhitungan dapat diketahui seberapa besar tegangan tarik yang diterima

oleh dinding sterilizer melalui grafik dibawah ini :

Gambar 4.4 Grafik tegangan tarik sterilizer

Masalah yang dihadapi oleh sterilizer ini ialah korosi yang terjadi pada bagian

dalamnya. Adapun penyebab terjadinya korosi tersebaut adalah:

1. Disebabkan karena pH air kondesat yang dihasilkan oleh penguapan buah

kelapa sawit rendah.

2. Terbentuknya kerak yang disebabkan oleh butiran-butiran pasir yang masuk

ke sterilizer bersama TBS yang dicuci seluruhnya oleh air kondesat dan

Universitas Sumatera Utara


masuk pasa vessel bersama-sama dengan pecahan-pecahan bahan nabati dan

buah yang terjatuh dari lori.

3. Adanya sisa-sisa udara yang tidak terbuang sempurna saat melakukan dearasi

pada pembuangan udara saat awal perebusan sehingga mengakibatkan

terjadinya reaksi oksidasi.

Korosi yang dialami sterilizer tidak mungkin dapat dihilangkan,akan tetapi

korosi tersebut dapat dikendalikan dengan cara proteksi peralatan,

pembersihan dengan teliti dan servis pada waktu tertentu secara terus

menerus. Korosi yang terjadi pada bagian dalam permukaan sterilizer dapat

dibedakan dalam 3 bagian utama yaitu:

IV.4.1. Korosi pada permukaan dinding bagian dalam sterilizer

Kebanyakan logam yang diproduksi secara besar-besaran untuk keperluan

rekayasa memiliki cacat volume. Bahkan lagam murni yang bebas dari semua

cacat dari proses produksi masih dapat mengalami serangan korosi selektif

pada batas-batas butir yang karena ketidaksesuaian struktur kristal didaerah

itu. Dalam hal ini sterilizer sebagai salah satu penggunaan logam dalam

industri kelapa sawit yang digunakan untuk merebus tandan buah segar,juga

tidak terkepas dari cacad volume.

Untuk merebus tandan buah segar,sterilizer mrnggunakan uap bekas dari

pembuangan turbin uap. Selama proses perebusan buah kelapa sawit akan

menguap mengeluarkan air dan minyak yang mengandung bahan-bahan

nabati. Diperkirakan 0,05% dari jumlah TBS yang direbus merupakan

minyak yang keluar dari buah 10% merupakan air kondesat yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara


penguapan daging buah. Penguapanminyak dan air ini akan semakin tinggi

bila digunakan tekanan uap yang terlalu tinggi.

Minyak yang mengandung bahan-bahan nabati yang menguap saat proses

perebusan akan melekat pada permukaan dinding bagian dalam sterilizer

khususnya pada daerah batas butir. Pengendapan bahan-bahan nabati ini akan

terus bertambah sampai dilakukannya pembersihan yang dijadwalkan.

Akibat dari pengendapan bahan-bahan nabati daerah-daerah batas butir akan

menimbulkan korosi batas butirhal ini disebabkan karena pada prinsipnya

setiap logam yang mengandung logam antara senyawa dan batas-batas

butirnya akan rentan terhadap korosi batas butir.

IV.4.2 Korosi pada plat pembagi uap

Plat ini terletak di bagian atas pada dinding sterilizer. Plat ini berfungsi untuk

membagi uap keseluruh bagian sterilizer. Dengan adanya plat ini

pembuangan udara dapat dilakukan dengan mudah dan buah yang direbus

dapat matang secara merata.

Pada permulaan perebusan sterilizer akan menkomsumsi sejumlah uap yang

cukup tinggi, khususnya tidak adanya perawatan yang diambil untuk

membuat uap mencapai tekana penuh secara berangsur-angsur. Uap yang

disalurkan ke sterilizer kemudian dimuati beribi-ribu tetesan air kecil.

Kecepatan rata-rata uap yang akan masuk ke dalam sterilizer sekitar

500m/detik.

Tetesan-tetesan pada kecepatan tinngi ini bertabrakan dengan plat pembagi

uap sehingga mempunyai efek korosi yang sebanding dengan pancaran pasir.

Akibat benturan yang diakibatkan tumbukan titik-titik air mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara


serangan selektif terhadap logam sehingga tempat-tempat yang lapisan

pelindung permukaannya tergores atau pecah akibat perlakuan mekanik.

Dengan rusak.tergoresnya lapisan pelindung permukaan ini membika jalan

untuk terjadinya korosi sumuran oleh uap air yang telah terkondensasi pada

plat pembagi uap. Mekanisme korosi sumuran di bawah butir air

kondesatdapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Mekanisme Korosi

Dari gambar diatas dapat dilihat mekanisme korosi sumuran akibat aerasi

diferensial di bawah butir air kondesat. Pada gambar (a) diatas terlihat

bahwa pembentukan sebuah ceruk didahului oleh korosi biasa diseluruh

permukaan logam yang basah menyebabkan berkurangnya kandungan

oksigen dalam elektolit didekatnya. Mudah dipahami bahwa daerah basah

yang bersebelah dengan udara atau antar muka elektrolit menerima

oksigen dari difusi lebih banyak dibanding dengan daerah pusat tetesan air

Universitas Sumatera Utara


yang terletak paling jauh dari sumber pemasukan udara. Berkurangnya

kandungan oksigen ini, daerah ditengah itu mengalami anodik sehingga

terlarut dengan aktif.

Ion-ion hidroskil yang membangkitkan didaerah katoda terdisfusi ke arah

dalam dan bereaksi dengan ion-ion yang terdisfusi besi yang terdisfusi ke

daerah luar, sehingga terjadilah pengendapan produk korosi tidak dapat

larut disekeliling cekungan atau ceruk ini selanjutnya menghambat difusi

oksigen, mempercepat proses anodik dipusat tetesan dan menyebabkan

reaksi bersifat otokatalik,dapat dilihat pada gambar (b).

IV.4.3. Korosi pada wearing plate/pelapis lantai dasar sterilizer

Perebusan yang mempergunakan tekanan uap yang tinggi dengan

sendirinya akan menghasilkan air kondesat yang asam dalam jumlah yang

banyak. Secara logis ini akan terjadi terutama pada bagian yang lebih

rendah yaitu pada wearing plate sterilizer horizontal.

Wearing plate adalah plat besi yang dilas menyatu dengan dinding

dalam sterilizer setengah lebih rendah dari bodi bagian bawah. Adapun

tujuan/manfaat penambahan plat pada dasar sterilizer ini adalah :

a. Untuk menghindari kontak langsung antara lori dengan dinding

sterilizer bagian bawah karena dapat mengakibatkan tekanan

atau goresan pada sterilizer yang kelamaan dapat menimbulkan

korosi.

b. Menghindari kontak langsung dinding sterilizer bagian dalam

dengan air kondesat yang dihasilkan dari buah sawit saat

perebusan dimana pH air tersebut bersifat asam, kotoran-kotoran

Universitas Sumatera Utara


yang terbawa oleh buah yang mengakibatkan kerak pada

sterilizer yang akan menimbulkan korosi.

Ketika asam kondesat mengalir melintasi permukaan logam, kita

dapat membayangkan sebagai beberapa lapisan sejajar, yang masingmasing

bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lapisan yang paling lambat

adalah lapisan yang paling dekat dengan permukaan logam tempat gaya-gaya

gesekan dan tumbukan-tumbukan partikel dengan bagian permukaan yang

tidak beraturan paling besar dan kecepatan lapisan ini meningkat hingga

maksimum pada jarak tertentu pasa badan fluida.

Efek ini dikenal sebagai aliran laminer dan akibat yang

ditimbulkannya pada wearing plate adalah tergoresnya lapisan pelindung oleh

partikel-partikel padat yang terikut bersama buah saat masuk ke sterilizer

dehingga meningkatkan korosi erosi.

Korosi ini mudah dikenali karena dapat menciptakan efek-efek yang

agak aneh berupa ceru-ceruk, lubang-lubang bundar atau parit-parit. Efek-

efek khasyang dihasilkan oleh korosi erosi terjadi akibat ketergantungan laju

erosi terhadap asam kondesat. Bagiam pertaman yang mengalami pengikisan

adalah pada bagian kampuh las karena laju korosi akan semakin cepat pada

permukaan yang kasar.

Apabila kampuh las telah mengalami pengikisan maka selama

perebusan sejumlah uap akan masuk ke ruang antara wearing plate dengan

bodi sterilizer dan akan membentuk kondesat panas. Apabila tidak segera

diperbaiki maka kondesat yang masuk diantara kedua plat ini akan dapat

menjadi elektrolit sehingga dapat mengakibatkan serangan korosi

Universitas Sumatera Utara


selektifpada batas-batas butir. Jika kebocoran-kebocoran telah banyak

terdapat pada kampuh-kampuh las maka uap perebusan akan semakin banyak

keluar akibat perbedaaan tekanan antara bagian dalam sterilizer dengan ruang

antara wearing plate dengan bodi sterilizer yang berhubungan dengan udara

luar.

Dari kebocoran uap ini mengakibatkan kehilangan uap yang besar

karena uap akan mengalir dari tekanan yang tinggi (ruangan sterilizer) ke

tekana yang rendah (udara luar).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

1. Pada sterilizer pemakaina tekanan uap basah yang terlalu tinggi akan

menyebabkan terjadinya korosi pada dinding sterilizer, plat pembagi uap

dan juga wearing plate. Karena dengan kekutan uap yang terlalu tinggi

dapat menghasilkan asam kondesat dalam jumlah yang banyak. Pada

dinding bagian dalam wearing plate sterilizer, korosi disebabkan asam

kondesat pada saat perebusan, terutamapada wearing plate dipercepat

dengan gesekan yang disebabkan aliran dari air kondesat. Untuk korosi

yang terjadi pada plat pembagi uap,diakibatkan karena tumbukan titik-

titik air pada saat pemasukan tiap ke dalam sterilizer dan dipercepat

dengan air hasil kondesasi uap.

2. Bagi buah sawit yang direbus, tekanan uap basah yang terlalu tinggi akan

menyebabkan penurunan ketahanan mekanis dari daging buah sehingga

minyak banyak keluar dari daging buah. Sedangkan tekanan uap basah

yang terlalu rendah akan menyebabkan penurunan kapasitas oleh

pabrik,penggunaan uap yang banyak, oil loses yang besar pada serat saat

pengempaan dan penurunan efisiensi kerja pada nut cracker karena inti

masih melekat kuat dengan batok

3. Untuk mengatasi tekanan uap ini maka diamabil suatu tindakan

pemeliharaan preventif terhadap peralatan, yaitu dengan mengadakan

pembersihan unit sterilizer dan pemeriksaan peralatan.

Universitas Sumatera Utara


IV.2 SARAN

1. Proses korosi yang terjadi pada sterilizer tidak dapat dihilangkan namun

proses ini dapat diperlambat perkembangannya. Untuk ini diharapkan

agar pembersihan sterilizer dilakukan secar rutin dan dilakukan proteksi

terhadap sterilizer agar umur pakai sterilizer dapat berlangsung lama

2. Diharapkan kepada operator agar memperhatikan dalam pengaturan

perebusan dengan penuangan buah ke dalam tripple untk dipipil di

threser, karena apabila buah terlalu lama berada dalam sterilizer akan

mengakibatkan asam kondesat yang semakin banyaj sehingga bersifat

korosif terhadap logam dan apabila terus direbus maka akan

mengakibatkan kerugian minyak yang terikut kondesat dan terserap

dalam janjangan kosong serta pemakaina uap yang banyak.

3. Dalam perawatan sterilizer hendaklah dilakukan secar rutin, agar proses

kerja sterilizer dapat berjalan dengan baik, maka didapat pula perebusan

TBS yang baik, dan dimaksud dapat memperpanjang usia pemakaian

sterilizer.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Pahan Iyung , (2006);‟ Panduan Lengkap Kelapa Sawit ”,

Medan.

2. Penebar Swadaya, (1997); ‟ KELAPA SAWIT ” Jakarta

3. KR. Treathewey, Korosi untuk mahasiswa dan rekayasawan

4. Ir. M.J. djokosetyardjo, ketel uap, 2006 penerbit PT . Pradnya

Paramita.

5. Dr.Ir.Ponten M.Naibaho, (1996); “ Tekonologi Pengolahan

Kelapa Sawit ”, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan

6. Widharto, Sri (2001); “ Karat dan Pencegahannya”, Pradnya

Paramita

7. Kulshrestha,S.K. (1989); “ Buku Teks Termodinamika

terpakai, Teknik Uap dan Panas”, Universitas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 Piping & Instrument Diagram Proses
Perebusan Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai