Disusun
Oleh :
Elantoni Sembiring
Mindya Eral, ST
BIDANG TEKNIK/PENGOLAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh
Elantoni Sembiring
Mindya Eral, ST
Disetujui Oleh,
Manajer PRBTN
Ir. H. Rinaldi, MT
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan
yang berjudul “Laporan Tugas Akhir On the Job Training di PKS Rambutan
(PRBTN) Bidang Teknik/ Pengolahan”. Laporan tugas akhir ini dikerjakan untuk
memenuhi persyaratan pelaksanaan On the Job Training Lapangan yang telah
dilaksanakan dari tanggal 10 Januari sampai dengan 9 Pebruari 2011. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Rinaldi, MT, selaku Manajer PKS Sei Rambutan.
2. Bapak Ir. A. M. Sihombing, selaku Masinis Kepala PKS Rambutan.
3. Bapak Agus Susanto, ST, selaku Asisten Teknik.
4. Bapak Jossy Fernando P. Hutabarat, SE, QIA selaku Asisten Tata Usaha
5. Ibu Mastarida L. F. Sitorus, ST, Selaku Asisten Laboraturium
6. Bapak Bangun Patriawan, ST, selaku Asisten Pengolahan
7. Bapak Saleh Abdillah, ST, selaku Asisten Pengolahan
8. Seluruh Karyawan Pelaksana PKS Rambutan
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir On
the Job Training ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan baik didalam penyajian data maupun dari segi teknis
pembuatan laporan ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan waktu. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat berguna khususnya untuk
penulis secara pribadi dan para pembaca pada umumnya.
Elantoni Sembiring
Mindya Eral
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan 1
1.3.Tempat OJT 2
1.4. Metode 2
Lampiran
DAFTAR TABEL
1.2 Tujuan
Program On The Job Training yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan
Nusantara III bertujuan antara lain agar Calon Karyawan Pimpinan dapat :
1. Memiliki sikap mental yang baik, khususnya aspek kedisiplinan dan
tanggung jawab dalam pekerjaan dan di luar pekerjaan yang terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Dapat memahami proses manajemen perusahaan sesuai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi terhadap pekerja
maupun sumber daya lainnya.
3. Mampu mengadakan proses koordinasi kerja, baik dengan pekerja, dengan
pimpinan dan pihak – pihak yang terkait yang terintegrasi dengan fungsi
tugasnya.
4. Sikap mental dan fisik dalam melaksanakan tugas – tugas dan tanggung
jawab sesuai kualifikasi jabatan.
5. Memahami Proses Transformasi Bisnis, Paradigma Baru dan Budaya
Perusahaan.
1.4 Metode
Metode yang dipakai pada masa OJT di PKS Rambutan adalah :
1. Melakukan pengamatan dan pembelajaran terhadap aktifitas pabrik.
2. Melakukan diskusi serta meminta pendapat dari pembimbing maupun
operator.
3. Mencari referensi buku – buku yang diperlukan untuk menunjang
pembahasan dilingkungan objek pembelajaran.
BAB II
KEADAAN UMUM KEBUN/ UNIT
Manager
Maskep
Ass Pengolahan Ass Laboraturium Ass Teknik/DS/Traksi Ass Tata Usaha/Personalia Papam
Mdr. Pengol Kr. 1 Pengol Mdr. Lab/ Kr. 1 Lab/ Mdr. Bengkel Kr. 1 Teknik/ Kr. 1 Tata Usaha Kr. 1 Personalia
Sortasi Sortasi Umum/Listrik/ D.Sipil
workshop/D.Sipil
Pemb. Satpam
Pelayan Kantor
Operator
2.5 Ketenagakerjaan
Untuk mendukung kelancaran pengoperasian pabrik PKS Rambutan
mempunyai tenaga kerja sebanyak 203 orang dengan perincian sebagai berikut :
No. Uraian Jumlah Tenaga Kerja
1. Karyawan Pimpinan 7 orang
2. Karyawan Pelaksanan Pengolahan 79 orang
3. Karyawan Pelaksanan Laboraturium 30 orang
4. Karyawan Pelaksanan Perawatan/ Teknik 33 orang
5. Karyawan Pelaksana CD/ Traksi 18 orang
6. Karyawan Pelaksana Kantor ATU 11 orang
7. Karyawan Pelaksana Kantor APK/ Umum 10 orang
8. Karyawan Pelaksana Admi Produksi 9 orang
9. Karyawan Pelaksana Keamanan 13 orang
Jumlah 203 orang
BAB III
PEMBAHASAN
C. Loading Ramp
TBS yang sudah selesai ditimbang kemudian dibawa ke loading ramp dan
dituang ke tiap bays dari loading ramp. Fungsi loading ramp yaitu :
- Untuk menampung TBS sebelum diproses
- Untuk mempermudah pemasukkan TBS ke lori
- Dapat mengurangi kadar kotoran karena loading ramp terdiri dari susunan
besi balak yang mempunyai celah – celah sehingga pasir – pasir akan jatuh ke
bawah.
Stasiun loading ramp memiliki jumlah pintu 12 bays untuk 1 loading ramp,
jumlah pintu untuk 2 loading ramp adalah 24 bays.
Pemasukan TBS ke dalam lori – lori dilakukan dengan cara membuka
pintu pada tiap-tiap bays satu per satu menggunakan sistem hidrolic pump yang
digerakkan oleh electromotor. Cara kerja hidrolik pump dengan menarik tuas
setelah electromotor dihidupkan, sehingga bays akan membuka dengan gerakkan
turun ke bawah. Dan setelah lori terisi segera dorong tuas sehingga bays akan
menutup kembali dengan gerakkan naik ke atas. PKS Rambutan mempunyai
kapasitas lori 2,5 ton. Jaringan rail (rail track) atau sistem transfer lori digunakan
untuk memfasilitasi gerakkan lori mulai dari daerah loading ramp sampai ke
stasiun rebusan. Lori ditarik dari loading ramp sampai ke stasiun rebusan
menggunakan capstand. Kondisi rail track harus dijaga kebersihannya dari
sampah dan brondolan yang dapat mengganggu jalannya lori. Lori merupakan
tempat untuk merebus TBS dan jumlah lori yang mencukupi merupakan
persyaratan awal yang harus dipenuhi agar kapasitas perebusan tercapai.
4
Keterangan :
1 1. Sistem Transfer
3 2. Lori
3. Pintu (bays)
4. Loading Ramp
8 6 6 5. Truk TBS
6 2 6. Sterilizer
3. Puncak I
Kran kondensat dan exhaust ditutup kemudian inlet steam dibuka sampai
mencapai tekanan 1,5 Kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam
ditutup sedangkan kran kondensat dibuka hingga tekanan mencapai 0 Kg/cm2.
4. Puncak II
Membuka kran inlet steam hingga tekanan 2 kg/cm2 , kemudian tutup kembali.
Selanjutnya kran kondesat dibuka selama ± 1 menit, kemudian membuka kran
exhaust sampai tekanan 0 kg/cm2. Setelah itu kran exhaust dan kran kondensat
ditutup kembali.
5. Puncak III
Membuka kran inlet steam selama ± 12 menit sampai tekanan mencapai 2,8 - 3
kg/cm2. Setelah tekanan tercapai semua kran ditutup dan ditahan selama 35 -
45 menit. Setelah masa tahan sudah tercapai maka dilakukan pembuangan air
kondesat dengan membuka kran kondesat ± 3 menit, baru membuka kran
exhaust sampai tekanan menjadi 0 kg/cm2. Pada puncak III ini perebusan
dilaksanakan selama 35 – 45 menit, tergantung pada kondisi buah (buah segar
45 menit, buah menginap 35 menit). Pintu sterilizer dibuka dan lori
dikeluarkan dengan menggunakan bantuan capstand.
10
13
11
12
8
9
5
1 2
6 7
Gambar 3.4. Stasiun Thresher
Keterangan :
1. Bunch Feeder
2. Auto Feeder
3. Stripper Drum
4. Horizontal Empty Bunch
5. Inclined Empty Bunch
6. Conveyor Under Thresher
7. Buttom Cross Fruit Conveyor
8. Fruit Elevator
9. Lori berisi TBS yang sudah masak
10. Hoisting Crane
Tandan Buah
Hoisting Crane
Bunch Feeder
Thresher
Gambar 3.5 Flow Process pada Stasiun Thresher
3
1
4
Gambar 3.6. Stasiun Kempa
Keterangan gambar :
1. Fruit Elevator
2. Top Fruit Cross Conveyor
3. Fruit Distributing Conveyor
4. Over Flow Fruit Distributing Conveyor
5. Digester
6. Screw Press
7. CBC
8. Oil Gutter
2. Vibro separator
Fungsi dari vibro separator adalah untuk menyaring crude oil dari serabut-
serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Getaran pada vibro
dikontrol melalui penyetelan pada bandul yang diikat pada elektromotor. Getaran
yang kurang dapat mengakibatkan pemisahan tidak efektif. Kontrol kebersihan
vibro separator harus dilakukan secara rutin, agar padatan (solid) buangan dari
hasil penyaringan tidak menumpuk. Vibro separator yang digunakan pada PKS
Rambutan menggunakan jenis double deck dengan ukuran mesh 30/40.
Crude oil
Sand Trap Tank
Vibro Separator
Vertical Clarifier
Tank (VCT)
Oil Sludge
Keterangan :
= Penambahan air delusi = Proses
= Blow down/over flow = Steam
= Buang pasir
B. Proses Pengambilan Minyak dari Sludge
1. Vibro Separator
Kotoran/sludge dari vertical clarifier tank disaring terlebih dahulu di
dalam vibro separator sebelum sludge masuk ke dalam sludge tank. Vibro
separator yang digunakan terdiri dari 2 lapisan saringan, yaitu :
- Lapisan I, berukuran 20 mesh.
- Lapisan II, berukuran 30 mesh.
Kotoran yang tersaring pada lapisan I dan II dibuang ke parit Stasiun klarifikasi.
2. Sludge Tank
Sludge Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge
sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak. Kebersihan dalam tangki harus
dijaga karena akan mempengaruhi persentase NOS dalam sludge, sehingga harus
dilakukan blowdon secara rutin, yaitu setiap 2 jam sekali. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan injeksi steam untuk mendapatkan temperatur 90 - 95 oC.
sludge tank yang digunakan 2 unit dengan kapasitas 10 m3.
3. Sand Cyclone
Sand vyclon/pre-cleaner berfungsi untuk menangkap pasir yang
terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya, yaitu pada
low speed separator dan high speed separator. Prinsip pemisahan pasir pada sand
cyclone adalah akibat gaya sentrifugal yang dihasilkan cyclone serta perbedaan
berat jenis. Untuk mengetahui apakah sand cyclone beroperasi dengan baik dapat
diketahui dengan melihat selisih antara tekanan masuk dan keluar yang terbaca
pada pressure gauge. Pasir dan kotoran yang terperangkap pada sand cyclone
selanjutnya dialirkan ke parit sludge pit. Sistem pembuangan pasir pada sand
cyclone dikendalikan secara otoatis setiap 6 menit dan pembuangan/blowdown
berlangsung selama 40 detik. Sand cyclone yang digunakan ada 1 unit dan I unit
yang otomatis stand by.
4. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum
didistribusikan ke low speed separator dengan memanfaatkan gaya gravitasi,
karena posisi buffer tank berada di atas low speed separator, sehingga tidak
memerlukan pompa. PKS Rambutan menggunakan 1 Unit buffer tank yang
dilengkapi dengan steam injection. Temperatur tangki dijaga pada suhu 90 - 95 ºC
dan dijaga dari adanya kebocoran – kebocoran.
5. Low Speed Separator
Low speed separator berfungsi untuk mengutip minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal, dimana sludge dialirkan melalui
nozzle yang berputar dengan kecepatan 1400 rpm sehingga air dan NOS dengan
berat jenis yang lebih besar akan terlempar keluar dan minyak dengan berat jenis
yang lebih kecil akan masuk ke bagian dalam. Selanjutnya kotoran sludge akan
terbuang ke parit untuk diolah di fat-pit, sedangkan minyak yang terdapat di
bagian dalam low speed separator akan keluar menuju reclaimed tank, untuk
dipompakan ke vertical clarifier tank. Dalam prosesnya, sludge ditambahkan air
panas suhu 90 - 95 oC dari hot water tank untuk memudahkan pemisahan minyak
dari NOS. PKS Rambutan memiliki 3 Unit low speed sepataror dengan merk
Charpngea dan 1 unit sludge separator (high speed) .
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam low speed separator, antara lain :
1. Kualitas feeding
2. Balance water
3. Kebersihan nozzle
4. Pelumasan dan pendinginan bearing
5. Periksa ada tidaknya getaran (akibat V-Belt kendor)
2. Genset
Genset diperlukan untuk menggantikan peran Turbin pada saat tidak
mengolah dan pada saat hanya mengolah nut.
Faktor – faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Periksa bahan bakar (solar) dan lakukan pencucian tangki solar secara periodik
b. Perhatikan tekanan minyak dan temperatur mesin
c. Periksa ketinggian oli/pelumas
d. Perhatikan getaran mesin saat beroperasi
e. Ganti filter sesuai umur pakainya
f. Perhatikan isian air radiator.
Start Pengoperasian Genset, sebagai berikut :
a. Periksa peralatan Genset, oli, bahan bakar, air pendingin
b. Buka kran bahan bakar
c. Hidupkan Genset
d. Setelah mesin berjalan normal, pindahkan switch di MCCB pada posisi “On”.
1. Eksternal Treatment
a. Clarifier Tank
Air dari waduk dipompakan ke clarifier tank untuk diproses lebih lanjut.
Bahan kimia yang dinjeksikan sebelum memasuki clarifier tank adalah alum sulfat
dan soda ash dengan dosis tertentu. Bahan kimia ditambahkan ke dalam air agar
zat padat yang melayang menjadi flock dan menggumpal sehingga menjadi berat
dan mudah dipisahkan. Clarifier tank ini bekerja memisahkan partikel berat
dengan aliran berputar. Partikel dengan berat jenis kurang dari 1 akan bergerak
menuju permukaan sedang partikel dengan berat jenis lebih dari 1 akan
mengendap. Gumpalan yang terjadi di bawah kerucut clarifier dan menurun akibat
turunnya kecepatan air dan mengendap membentuk sludge blanket. Sludge
balnket ini perlu di blowdown secara teratur untuk kefektifan proses di clarifier
tank.
2. Bak Pengendapan (Sedimentation)
Air yang telah diproses di clarifier tank kemudian mengalir masuk ke bak
pengendapan. Bak pengendapan ini bertujuan untuk menjebak zat padatan yang
masih ada terlarut dalam air.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam bak pengendapan ini ialah:
- Kedalaman bak yang ditentukan dengan pertimbangan bahwa aliran tidak
mengganggu partikel yang sudah memisah dan mengendap.
- Lintasan aliran yang semakin panjang akan memberi kesempatan partikel
kasar memisah dari partikel lainnya.
- Panjang lintasan aliran dapat diperpendek dengan memperluas permukaan
sehingga massa air dari titik masuk hingga keluar dapat dipertahankan.
3. Sand Filter
Sand filter digunakan untuk menyaring kotoran sebelum air masuk ke
water tank. Penyaringan pada sand filter bertujuan untuk menghilangkan berbagai
zat/ material yang terbawa dari bak pengendapan dengan cara menyaring melalui
lapisan pasir. Material – material yang tersaring ini berangsur – angsur akan
memadatkan lapisan pasir sehingga aliran air akan semakin berkurang. Jika
tekanan air di inlet sand filter 1,5 bar di atas tekanan outlet sand filter, maka perlu
dilakukan backwash. Backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air dari
bawah ke atas untuk memecah kepadatan pasir serta membuang padatan yang
menempel di pasir. Pada PKS Rambutan memiliki 4 unit sand filter berkapasitas.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
- Pada saat back wash, tekanan back wash jangan terlalu tinggi sehingga pasir
dapat terbuang.
- Jika pasir terikut dengan air hasil penyaringan, lakukan pemeriksaan pada
nozzle.
4. Menara Air ( Water Tower)
Berfungsi untuk menampung air yang sudah bersih dan digunakan untuk
kebutuhan pabrik. Pompa Air digunakan untuk memompakan air yang keluar dari
sand filter ke menara air.
5. Demineralitation
Demineralisasi merupakan cara untuk memurnikan air dari mineral –
mineralnya, terutama bila air banyak mengandung silica. Demineralisasi terdiri
dari anion exchanger dan kation exchanger. Kation exchanger berfungsi untuk
menukar mineral – mineral terhadap asam, sedangkan anion berfungsi untuk
menukar garam terhadap hidrolisis dan menahan silica. Air yang akan diolah
masuk dari puncak dengan tekanan pompa masuk ke dalam distributor dan nozzles
secara spray turun dan kontak dengan resin dan keluar dari dasar. Outlet air dari
masing – masing exchanger harus dimonitor secara teratur, dan jika silica tinggi
maka perlu dilakukan regenerasi. Regenerasi kation dilakukan bila kadar hardness
mencapai > 5 ppm, sedangkan regenerasi anion dilakukan bila kadar silica
mencapai > 5 ppm. Tahapan – tahapan regenerasi terdiri dari :
1. Backwash
2. Injeksi bahan kimia
3. Slow rinse
4. Fast rinse
Backwash pada dasarnya adalah mengalirkan dari dasar ke atas, untuk
memecah bad resin yang telah padat dan menghilangkan kotoran sebelum
dilakukan regenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan menginjeksikan bahan
kimia yaitu untuk kation biasanya menggunakan sulfurid acid (H2SO4), sedangkan
untuk anion biasanya menggunakan caustic soda (NaOH). Hal – hal yang perlu
diperhatikan agar proses regenerasi efektif dan efisien adalah :
- Konsentrasi bahan kimia yang diinjeksikan
- Flow rate injeksi bahan kimia.
Setelah regenerasi chemical bad, maka resin perlu dibilas untuk
membersihkan sisa – sisa bahan kimia regenerasi dengan aliran seperti operasi
normal, yaitu fast rinse dan slow rinse. Masalah yang sering terjadi di stasiun
demineralisasi adalah :
- Resin loss : akibat nozzle longgar, patah dan sebagainya, sehingga saat back
wash resin keluar dari kation/anion unit.
- Umur resin : biasanya umur resin 3 tahun atau tergantung pada kondisi
penggunaan dan biasanya diambil sampel untuk dianalisa di laboratorium.
6. Deaerator
Deaerator berfungsi untuk mengurangi gas yang terlarut dalam air (O2 dan
CO2) dan memanaskan temperatur feed water. Hal ini dicapai melalui proses
mekanis dan pemanasan menggunakan uap yang berada di dalam pressure
deaerator atau dengan vacuum deaerator.
Jenis deaerator ada dua, yaitu :
a. Pressure Deaerator
Adalah suatu pressure vessel dimana air dipompakan ke dalam vessel
melalui suatu sistem penyemprotan, membuat air menjadi partikel – partikel kecil,
sehingga bercampur dengan uap dan air menjadi panas. Proses ini membuat gas
dan cairan membesar dan lepas dari vacuum, keluar dengan sistem ejector.
Temperatur sebaiknya tinggi, diatas 100 oC, dan letak deaerator berada diposisi
atas untuk mencegah kavitasi pada feed pump. Permukaan air pada deaerator
sebaiknya dikendalikan secara otomatis termasuk aliran steamnya untuk menjaga
kontinuitas aliran air dan steam.
b. Vacuum Deaerator
Alat ini hanya berfungsi untuk memurnikan sebagian dari feed water. Air
dimasukkan ke vessel melalui nozzle penyemprot secara gravitasi. Prinsip
kerjanya adalah jika tekanan eksternal di sekitar air dikurangi, maka gas – gas
terlarut akan terbang dihisap oleh ejector.
4.1 Kesimpulan
Dari hasil on the job training (OJT) lapangan di PKS Rambutan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pengolahan kelapa sawit merupakan suatu proses yang
berkelanjutan (countinus process) antara satu stasiun dengan stasiun
lainnya, apabila salah satu stasiun rusak (prosesnya kurang baik) maka
akan menghambat proses di stasiun lainnya.
2. PKS Rambutan memiliki beberapa peralatan tunggal yang dapat
mengakibatkan pabrik stop total mengolah TBS antara lain :
- Cake breaker conveyor
- Distribusi conveyor digester
- Depericarper
3. Kapasitas desain PKS Rambutan adalah 30 ton/jam, dalam realisasinya
kapasitas olah dapt mencapai 31-32 ton/jam.
4. Mesin dan peralatan pengolahan kelapa sawit PKS Rambutan telah
mengalami beberapa renovasi untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas
yang lebih baik.
5. Kerusakan pada suatu peralatan, akan dapat mengakibatkan jam stagnasi
tinggi sehingga kapasitas olah dan pencapaian hasil olah rendah serta
terjadi penumpukan TBS di loading ramp.
6. Rendemen minyak yang diperoleh tergantung pada TBS yang dipasok oleh
kebun sei induk dan plasma. Oleh karena itu, dilakukan analisa
tandan/material balance untuk menentukan rendemen potensi TBS dari
setiap kebun dan hasilnya dikirim ke kebun pemasok. Dengan demikian
diharapkan dapat dicapai suatu transparansi dan kerja sama (team work)
antara pihak kebun dan pabrikuntuk bersama-sama memperbaiki
kinerjanya dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.
4.2 Saran
1. Untuk menghasilkan kualitas minyak CPO dan inti yang diharapkan
sebaiknya dilakukan penyotiran TBS yang mutu buahnya fraksi 2 dan 3.
2. Kebocoran pada packing di pintu rebusan dan kurangnya suplai steam dari
inlet dan kebocoran exhaust valve akan menyebabkan hasil perebusan
yang kurang sempurna. Karenanya perawatan pada valve-valve, packing
serta pintu rebusan dapat meningkatkan effisiensi dan menurunkan losses
di rebusan.
3. Kebersihan pabrik hendaknya selalu dijaga agar menambah nilai estetika
dan kenyamanan dalam bekerja.