Anda di halaman 1dari 79

PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA III


(PERSERO)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN/STUDI


PENGAMATAN
PKS RAMBUTAN 2016

Disusun
Oleh :
Elantoni Sembiring
Mindya Eral, ST
BIDANG TEKNIK/PENGOLAHAN
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


ON THE JOB TRAINING CKP 2010
BIDANG TEKNIK/ PENGOLAHAN

Disusun Oleh
Elantoni Sembiring
Mindya Eral, ST

Diperiksa Oleh, Diketahui Oleh,


Asst. Teknik Masinis Kepala

Agus Susanto, ST Ir. A. M. Sihombing

Disetujui Oleh,
Manajer PRBTN

Ir. H. Rinaldi, MT
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan
yang berjudul “Laporan Tugas Akhir On the Job Training di PKS Rambutan
(PRBTN) Bidang Teknik/ Pengolahan”. Laporan tugas akhir ini dikerjakan untuk
memenuhi persyaratan pelaksanaan On the Job Training Lapangan yang telah
dilaksanakan dari tanggal 10 Januari sampai dengan 9 Pebruari 2011. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Rinaldi, MT, selaku Manajer PKS Sei Rambutan.
2. Bapak Ir. A. M. Sihombing, selaku Masinis Kepala PKS Rambutan.
3. Bapak Agus Susanto, ST, selaku Asisten Teknik.
4. Bapak Jossy Fernando P. Hutabarat, SE, QIA selaku Asisten Tata Usaha
5. Ibu Mastarida L. F. Sitorus, ST, Selaku Asisten Laboraturium
6. Bapak Bangun Patriawan, ST, selaku Asisten Pengolahan
7. Bapak Saleh Abdillah, ST, selaku Asisten Pengolahan
8. Seluruh Karyawan Pelaksana PKS Rambutan
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir On
the Job Training ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan baik didalam penyajian data maupun dari segi teknis
pembuatan laporan ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan waktu. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat berguna khususnya untuk
penulis secara pribadi dan para pembaca pada umumnya.

Tebing Tinggi, Februari 2011


Penulis,

Elantoni Sembiring
Mindya Eral
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan 1
1.3.Tempat OJT 2
1.4. Metode 2

BAB II KEADAAN UMUM KEBUN/UNIT


1. Sejarah Singkat dan Perkembangan PKS Rambutan 3
2. Lokasi dan Letak Geografis 3
3. Tujuan Perusahaan 4
4. Struktur Organisasi PKS Rambutan 4
5. Ketenagakerjaan 5

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
3.1.1.Stasiun Penerimaan Buah 6
3.1.2.Stasiun Rebusan (Sterelizer) 9
3.1.3.Stasiun Penebah (Thressing) 12
3.14.Stasiun Kempa (Pressing) 17
3.1.5.Stasiun Klarifikasi 19
3.1.6.Stasiun Kernel (Kernel Plant) 30
3.1.7.Stasiun Boiler 37
3.18.Stasiun Power Plant 42
3.1.9.Stasiun Pengolahan Air (Water Treatment) 45
3.1.10.Pengolahan Limbah (Effluent Threatment) 49
3.2. Analisa Laboratorium
3.2.1.Analisa Mutu Produksi 53
3.2.2.Analisa Losses Produksi 57
3.3. Bagian Teknik dan Maintenance
3.3.1.Bidang sipil/traksi 61
3.3.2.Bidang Instalasi Listrik 62
3.3.3.Bidang Teknik Instalasi 62
3.3.4.Bengkel Umum dan Workshop 63
3.4. Sistem administrasi PKS Rambutan
3.4.1.Administrasi Pengolahan 63
3.4.2.Administrasi Teknik 64
3.4.3.Administrasi Produksi 66
3.4.4.Administrasi Laboratorium dan sortasi TBS 66
3.4.5.Administrasi Tata Usaha 68

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan 70
4.2 Saran 71

Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Kematangan TBS, Persyaratan Mutu dan 8


Komposisi Panen yang Ideal
Tabel 2. Standar Mutu Minyak Sawit 53
Tabel 3. Standar Mutu Inti Sawit 55
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PKS Rambutan 4


Gambar 3.1. Loading Ramp 9
Gambar 3.2. Kurva Perebusan Tiga Puncak 11
Gambar 3.3. Sterilizer 12
Gambar 3.4. Stasiun Thresher 14
Gambar 3.5. Flow Process pada Stasiun Thresher 16
Gambar 3.6. Stasiun Kempa 19
Gambar 3.7. Sand trap tank 20
Gambar 3.8. Vibro separator 21
Gambar 3.9. Vertical clarifier tank 23
Gambar 3.10. Oil purifier 24
Gambar 3.11. Vacuum dryer 25
Gambar 3.12. Oil storage tank 26
Gambar 3.13 Flow Process Stasiun Klarifikasi 27
Gambar 3.14. Low speed separator 29
Gambar 3.15. Nut polishing drum 32
Gambar 3.16. Super cracker 33
Gambar 3.17. hydrocyclone 35
Gambar 3.18. Kernel storage 36
Gambar 3.19. Boiler Takuma N 600 SA 38 40
Gambar 3.20. Turbin 43
Gambar 3.21. Genset 44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan paradigma baru PT. Perkebunan Nusantara III, dituntut
adanya karyawan pimpinan yang mampu memahami dan melaksanakan tuntutan
perubahan sesuai dengan visi dan misi perusahaan kedepan menuju perusahaan
kelas dunia dengan kinerja prima dan tata kelola yang baik. Oleh sebab itu sumber
daya manusia sebagai asset perusahaan yang menentukan keberhasilan
perusahaan, perlu dibekali dengan wawasan, pengetahuan, mental dan fisik yang
berkualitas dan produktif agar mampu dan dinamis dalam menghadapi tantangan
dan persaingan.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, PT. Perkebunan Nusantara III merekrut Calon Karyawan Pimpinan
(CKP) yang berasal dari pelamar umum (eksternal) dan karyawan (internal).
Program rekruitmen yang dilakukan pada tahun 2010, telah menghasilkan 162
orang baik dari eksternal maupun dari internal karyawan. Bidang yang diambil
meliputi dari bidang tanaman, bidang Teknik/Pengolahan, bidang umum dan
bidang keuangan. Sebelum pengangkatan, para CKP mengikuti program OJT
dengan tujuan agar memiliki bekal yang maksimal yang bisa diaplikasikan di
lapangan. Program OJT ini meliputi pembekalan secara klasikal selama ± 1,5
bulan di Pusdiklat Sei Karang dan praktek di lapangan selama ± 3 bulan di
Kebun/Unit kerja yang telah ditentukan. Pada saat ini peserta CKP memasuki
bulan pertama praktek lapangan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan.

1.2 Tujuan
Program On The Job Training yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan
Nusantara III bertujuan antara lain agar Calon Karyawan Pimpinan dapat :
1. Memiliki sikap mental yang baik, khususnya aspek kedisiplinan dan
tanggung jawab dalam pekerjaan dan di luar pekerjaan yang terkait dengan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Dapat memahami proses manajemen perusahaan sesuai perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi terhadap pekerja
maupun sumber daya lainnya.
3. Mampu mengadakan proses koordinasi kerja, baik dengan pekerja, dengan
pimpinan dan pihak – pihak yang terkait yang terintegrasi dengan fungsi
tugasnya.
4. Sikap mental dan fisik dalam melaksanakan tugas – tugas dan tanggung
jawab sesuai kualifikasi jabatan.
5. Memahami Proses Transformasi Bisnis, Paradigma Baru dan Budaya
Perusahaan.

1.3 Tempat OJT


On the job training (OJT) dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan,
Kecamatan Rambutan, Kota Madya Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara.
Pabrik Kelapa Sawit Rambutan (PRBTN) merupakan pabrik yang berada dalam
wilayah Deli Serdang II (DSER 2). On the job training dilaksanakan mulai
tanggal 10 Januari sampai dengan 9 Pebruari 2011.

1.4 Metode
Metode yang dipakai pada masa OJT di PKS Rambutan adalah :
1. Melakukan pengamatan dan pembelajaran terhadap aktifitas pabrik.
2. Melakukan diskusi serta meminta pendapat dari pembimbing maupun
operator.
3. Mencari referensi buku – buku yang diperlukan untuk menunjang
pembahasan dilingkungan objek pembelajaran.

BAB II
KEADAAN UMUM KEBUN/ UNIT

2.1 Sejarah singkat dan perkembangan PKS Rambutan


Pabrik Kelapa Sawit (PKS) rambutan adalah milik PT. Perkebunan
Nusantara III yang telah dirintis sejak tahun 1983 oleh managemen PTP V yang
pada awalnya PKS Rambutan masih dibawah tanggung jawab Administratur
Kebun Rambutan dan dibawah pengawasan inspektur wilayah C. Mulai tahun
2003 PKS Rambutan dipimpin oleh manajer dan di bawah naungan distrik deli
serdang II.
Pabrik kelapa sawit (PKS) Rambutan merupakan salah satu pabrik dari 11
PKS yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III yang terletak di desa Paya
Bagas Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara
sekitar 85 km kea rah tenggara kota Medan.
PKS Rambutan dibangun pada tahun 1983 dengan kapasitas 30 ton/jam
dimana sumber bahan baku (TBS) berasal dari kebun sendiri di daerah Deli
Serdang (wilayah DSER II) dan daerah Simalungun (wilayah DSER I). Sumber
bahan baku yang masuk ke PKS Rambutan berasal dari kebun sendiri yang terdiri
dari :
- Kebun Rambutan
- Kebun Tanah Raja
- Kebun Sarang Giting
- Kebun Gunung Monaco
- Kebun Silau Dunia
- Kebun Sei Putih

2.2 Lokasi dan Letak Geografis


PKS Rambutan terletak di desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan
Kotamadya Tebing Tinggi Propinsi Sumatera Utara. PKS Rambutan berada pada
3º33` Lintang Utara dan 98º41` Bujur Timur atau berada pada ± 85 km ke arah
tenggara kota Medan.
2.3 Tujuan Perusahaan
Adapun tujuan perusahaan adalah meningkatkan keuntungan bagi
pemegang saham dan mensejahterakan karyawan melalui pelaksanaan program
secara sinergis dari semua pihak yang terkait terutama dukungan dan peran serta
segenap karyawan melalui kerja keras, disiplin, kesungguhan dan ketekunan,
kerjasama yang serasi dan terpadu, penuh dedikasi dan loyalitas, serta sikap
proaktif yang konsisten dan berkesinambungan.

2.4 Struktur Organisasi PKS Rambutan


Pimpinan tertinggi pabrik berada ditangan seorang Manajer dibantu oleh
seorang Masinis Kepala dan dua orang asisten pengolahan, seorang asisten teknik
seorang asisten laboraturium, seorang asisten TU/Personalia, beberapa mandor
serta Krani.
Struktur Organisasi secara lengkkap dapat dilihat pada Gambar 2.1

Manager

Maskep

Ass Pengolahan Ass Laboraturium Ass Teknik/DS/Traksi Ass Tata Usaha/Personalia Papam

Mdr. Pengol Kr. 1 Pengol Mdr. Lab/ Kr. 1 Lab/ Mdr. Bengkel Kr. 1 Teknik/ Kr. 1 Tata Usaha Kr. 1 Personalia
Sortasi Sortasi Umum/Listrik/ D.Sipil
workshop/D.Sipil

Operator Kr. Pengol/ Kr. 1 Danton


Kr. Tata Usaha Kr. Dcc Guru TK/Madrasah,
Produksi Personalia/
Ptgs Poliklinik, Bilal
Umum

Pemb. Satpam
Pelayan Kantor
Operator

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PKS Rambutan

2.5 Ketenagakerjaan
Untuk mendukung kelancaran pengoperasian pabrik PKS Rambutan
mempunyai tenaga kerja sebanyak 203 orang dengan perincian sebagai berikut :
No. Uraian Jumlah Tenaga Kerja
1. Karyawan Pimpinan 7 orang
2. Karyawan Pelaksanan Pengolahan 79 orang
3. Karyawan Pelaksanan Laboraturium 30 orang
4. Karyawan Pelaksanan Perawatan/ Teknik 33 orang
5. Karyawan Pelaksana CD/ Traksi 18 orang
6. Karyawan Pelaksana Kantor ATU 11 orang
7. Karyawan Pelaksana Kantor APK/ Umum 10 orang
8. Karyawan Pelaksana Admi Produksi 9 orang
9. Karyawan Pelaksana Keamanan 13 orang
Jumlah 203 orang

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Proses pengolahan kelapa sawit (tandan buah segar) adalah suatu proses
kerja untuk memperoleh minyak sawit dari daging buah (mesocarp) dan inti sawit
dari biji (nut). Untuk mendapat mutu/kualitas minyak yang baik bermula dari
lapangan, sedangkan proses pengolahan di pabrik hanya dapat menekan sekecil
mungkin penurunan kehilangan (lossis) selama proses. Mutu dan rendemen hasil
olah sangat dipengaruhi oleh fraksi panen, kegiatan pengutipan brondolan dan
perlakuan terhadap TBS. Perlakuan TBS mulai dari panen, transport, dan proses
pengolahan di pabrik akan menentukan kualitas dan kuantitas minyak yang
dihasilkan.
Pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi minyak dan inti sawit
dapat dibagi dalam beberapa stasiun yaitu :
 Stasiun Penerimaan Buah (Loading Ramp)
 Stasiun Rebusan (Sterilizer)
 Stasiun Penebah (Thressing)
 Stasiun Kempa (Pressing)
 Stasiun Klarifikasi
 Stasiun Kernel
 Stasiun Pembangkit Uap (Boiler)
 Stasiun Pembangkit Listrik (Power Plant)
 Stasiun Pengolahan Air (Water Treatment)
 Stasiun Pengolahan Air Limbah (Effluent Treatment)

3.1.1 Stasiun Penerimaan Buah


A. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Truk yang datang di PKS ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang,
Proses penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat Brutto (berat truck yang
berisi TBS), tarra (berat truck kosong), dan netto (berat TBS). Netto adalah selisih
antara Brutto dengan Tarra.
Data – data yang diambil di jembatan timbang bukan hanya data mengenai
penimbangan TBS yang masuk, pada jembatan timbang PKS Rambutan juga
dilakukan penimbangan terhadap janjangan kosong. Seluruh angka – angka
timbangan ini dicatat oleh petugas krani timbangan dalam daftar (Log Book).
Truck yang akan ditimbang harus menyerahkan Surat Pengantar TBS (PB-25.01)
untuk diterima oleh petugas timbangan yang berisi jumlah tross, plat no.
kendaraan, nama sopir, jam berangkat dari afdelling, tanggal dikirim, tanggal
panen, no. Blok, tahun tanam yang telah ditanda tangani oleh Krani produksi, dan
Asisten Afdelling.

B. Sortasi TBS dan Pemeriksaan Kualitas


Sortasi bertujuan untuk menjamin bahan baku (TBS) yang diterima di
pabrik sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Buah yang masuk ke PKS Rambutan
berasal dari kebun seinduk dan tidak ada dari pihak ketiga. Kualitas buah yang
diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah. Pelaksanaan sortasi
dilakukan di lantai peron loading ramp.
Buah yang disortasi hanyalah buah yang segar (TBS) yang diserahkan
pada hari yang sama ke pabrik. Truck yang mengangkut TBS yang akan disortasi
dipilih secara acak (random) dari setiap afdeling oleh petugas sortasi, buah yang
disortasi adalah 5% s/d 10% dari produksi atau minimal 1 truck dari setiap
afdeling. Dan hasil sortasi tersebut yang mewakili mutu rata – rata TBS setiap
Afdelling.
Hasil dari sortasi berlaku umum untuk semua produksi TBS afdeling
bersangkutan pada hari yang sama. Kegiatan Sortasi dilakukan untuk menentukan
mutu TBS oleh petugas sortasi di pelataran loading ramp, bersama – sama dengan
pemasok dengan cara buah yang akan disortasi dituang dilantai/pelataran loading
ramp. Dipilih dan dipilah atas Fraksi 00, Fraksi 0, Fraksi 1, Fraksi 2 & 3, Fraksi 4
& 5, Buah busuk/Tandan kosong, brondolan, Tangkai panjang ≥ 2,5 cm, Sampah,
Buah sakit disisikan secara terpisah untuk dihitung persentase pinaltinya oleh
Mandor Sortasi.
Tabel 1. Kriteria Kematangan TBS, Persyaratan Mutu dan Komposisi Panen
yang Ideal
Derajat Buah Luar Komposisi panen
Fraksi
kematangan Membrondol ideal
00 Sangat mentah Tidak ada Tidak boleh ada
0 Mentah 0 – 12,5% Tidak boleh ada
1 Kurang matang 12,5% – 25% Max. 20 %
2&3 Matang 25% – 75% Min. 68%
4&5 Lewat matang 75% - 100% dan buah Max. 12%
dalam ikut membrondol
Brondolan = 7% + (fraksi 4 + fraksi 5)/2

C. Loading Ramp
TBS yang sudah selesai ditimbang kemudian dibawa ke loading ramp dan
dituang ke tiap bays dari loading ramp. Fungsi loading ramp yaitu :
- Untuk menampung TBS sebelum diproses
- Untuk mempermudah pemasukkan TBS ke lori
- Dapat mengurangi kadar kotoran karena loading ramp terdiri dari susunan
besi balak yang mempunyai celah – celah sehingga pasir – pasir akan jatuh ke
bawah.
Stasiun loading ramp memiliki jumlah pintu 12 bays untuk 1 loading ramp,
jumlah pintu untuk 2 loading ramp adalah 24 bays.
Pemasukan TBS ke dalam lori – lori dilakukan dengan cara membuka
pintu pada tiap-tiap bays satu per satu menggunakan sistem hidrolic pump yang
digerakkan oleh electromotor. Cara kerja hidrolik pump dengan menarik tuas
setelah electromotor dihidupkan, sehingga bays akan membuka dengan gerakkan
turun ke bawah. Dan setelah lori terisi segera dorong tuas sehingga bays akan
menutup kembali dengan gerakkan naik ke atas. PKS Rambutan mempunyai
kapasitas lori 2,5 ton. Jaringan rail (rail track) atau sistem transfer lori digunakan
untuk memfasilitasi gerakkan lori mulai dari daerah loading ramp sampai ke
stasiun rebusan. Lori ditarik dari loading ramp sampai ke stasiun rebusan
menggunakan capstand. Kondisi rail track harus dijaga kebersihannya dari
sampah dan brondolan yang dapat mengganggu jalannya lori. Lori merupakan
tempat untuk merebus TBS dan jumlah lori yang mencukupi merupakan
persyaratan awal yang harus dipenuhi agar kapasitas perebusan tercapai.

4
Keterangan :
1 1. Sistem Transfer
3 2. Lori
3. Pintu (bays)
4. Loading Ramp
8 6 6 5. Truk TBS
6 2 6. Sterilizer

Gambar 3.1. Loading Ramp

3.1.2 Stasiun Rebusan (Sterelizer)


Sterilizer adalah suatu bejana bertekanan yang digunakan untuk merebus
TBS dengan menggunakan uap (saturated steam) dari Back Pressure Vessel
(BPV) dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan suhu 120 – 140 oC dan lama
perebusan selama 80 - 90 menit. PKS Rambutan memiliki 3 unit sterilizer dengan
kapasitas masing – masing 20 ton (8 buah lori @ kapasitas 2,5 ton). Perebusan
bertujuan antara lain :
1. Mengurangi peningkatan ALB karena perebusan dapat menonaktifkan enzim
– enzim penyebab hidrolisa minyak
2. Mempermudah brondolan terlepas dari janjangan.
3. Melunakkan daging buah.
4. Memaksimalkan kekoplakan pada nut.
5. Mensuplai ketersediaan buah yang terebus (CFB)
Rumus untuk perhitungan CFB (Cook Fruit Bunch) :
nxlxkx60

CFB
s
Keterangan :
CFB = Cook Fruit Bunch
n = jumlah rebusan yang digunakan
l = jumlah lori pada satu rebusan
k = kapasitas satu lori (ton)
s = siklus proses perebusan yang digunakan (menit)
Siklus rebusan adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS
ditambah dengan waktu memasukkan lori ke rebusan dan mengeluarkannya.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 puncak, dimana puncak pertama dan kedua
bertujuan untuk pembuangan udara dan penguapan air dari tandan buah dan
melunakkkan daging buah. Tahapan perebusan dengan sistem 3 puncak yang
digunakan di PKS Rambutan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Sterilisasi
Setelah Lori dimasukkan ke dalam Sterilizer, pintu ditutup, kemudian kran
inlet steam, exhaust, dan kondensat ditutup.
2. Deaerasi
Inlet steam dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara yang ada di
dalam Sterilizer selama ± 3 - 5 menit. Tahapan pembukaan kran dan kecepatan
pembuangan steam sangat menentukan keberhasilan pembuangan udara dalam
rebusan/ tandan.

3. Puncak I
Kran kondensat dan exhaust ditutup kemudian inlet steam dibuka sampai
mencapai tekanan 1,5 Kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam
ditutup sedangkan kran kondensat dibuka hingga tekanan mencapai 0 Kg/cm2.
4. Puncak II
Membuka kran inlet steam hingga tekanan 2 kg/cm2 , kemudian tutup kembali.
Selanjutnya kran kondesat dibuka selama ± 1 menit, kemudian membuka kran
exhaust sampai tekanan 0 kg/cm2. Setelah itu kran exhaust dan kran kondensat
ditutup kembali.
5. Puncak III
Membuka kran inlet steam selama ± 12 menit sampai tekanan mencapai 2,8 - 3
kg/cm2. Setelah tekanan tercapai semua kran ditutup dan ditahan selama 35 -
45 menit. Setelah masa tahan sudah tercapai maka dilakukan pembuangan air
kondesat dengan membuka kran kondesat ± 3 menit, baru membuka kran
exhaust sampai tekanan menjadi 0 kg/cm2. Pada puncak III ini perebusan
dilaksanakan selama 35 – 45 menit, tergantung pada kondisi buah (buah segar
45 menit, buah menginap 35 menit). Pintu sterilizer dibuka dan lori
dikeluarkan dengan menggunakan bantuan capstand.

Gambar 3.2. Kurva perebusan triple peak

Faktor – faktor yang mempengaruhi perebusan, antara lain :


a. Tekanan yang terlalu tinggi dan waktu perebusan yang terlalu lama akan
menimbulkan :
- Warna minyak yang diperoleh terlalu tua sehingga sukar dipucatkan.
- Losses minyak pada air rebusan bertambah.
b. Tekanan dan waktu perebusan yang kurang lama akan menimbulkan :
- Buah yang kurang masak sehingga berondolan tidak lepas dari tandan
(USB tinggi)
- Pelumatan dalam digester tidak sempurna sehingga sebagian daging buah
tidak lepas dari biji sehingga losses minyak pada ampas dan biji
beratambah
- Nut tidak bersih
- Asam Lemak Bebas (ALB) tinggi karena enzim tidak mati
- Inti kurang lekang dari cangkangnya
Stasiun Sterilizer merupakan salah satu sumber lossis, untuk itu norma yang
diijinkan adalah :
 Oil losses pada kondensat : max. 0,7%.
 USB (Unstrip Bunch) : max. 2,0%.

Gambar 3.3. Sterilizer

3.1.3 Stasiun Penebah (Thressing)


A. Hoisting Crane
Hoisting Crane adalah alat untuk mengangkat dan menurunkan lori serta
menuangkan isi lori ke Bunch Feeder. PKS Rambutan memiliki 2 Unit Hoisting
Crane yang berkapasitan 5 ton dimana satu unit Hoisting Crane berfungsi sebagai
cadangan. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian hoisting crane
adalah :
a. Sebelum beroperasi, dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap kondisi
wire rope dan link chain.
b. Saat beroperasi, untuk keamanan tidak diperbolehkan ada yang melintas
dibawah.
c. Kontinuitas pengumpanan ke bunch feeder
B. Bunch Feeder
Bunch Feeder berfungsi sebagai tempat pengumpan thresher yang
menghantarkan buah dari bunch hopper masuk ke stripper drum agar proses
pemipilan berjalan sempurna. Kapasitas bunch hopper ± 30 Ton TBS/jam,
sedangkan daya hantar feeder 700 kg dengan kecepatan putaran 5 rpm. Ketebalan
lapisan buah pada bunch feeder sebaiknya 20 - 30 cm (yaitu sekitar 2 - 3 Lori).
Penumpukan buah yang terlalu banyak pada bunch feeder mengakibatkan losses
pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan buah ke
thresher. Bunch feeder yang digunakan pada PKS Rambutan adalah semi
automatic feeder.
Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengumpanan, antara lain :
1. Kecepatan putaran bunch feeder.
2. Ketinggian tumpukan di Bunch Feeder
3. Pengoperasian Hoisting Crane
4. Ukuran buah
C. Threser
Threser berfungsi untuk memisahkan berondolan dari janjangan dengan
cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke horizontal
empty bunch. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja di Stasiun
Thresher, antara lain :
1. Feeding, yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (jumlah umpan ke Stasiun
Thresher).
2. Kebersihan kisi – kisi tempat keluarnya berondolan.
3. Sudut pengarah, berfungsi mengarahkan janjangan agar tidak ada beban di
dalam Stripper Drum.
4. Spike, yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF (Unstrip Fruit).
Efektivitas Stasiun thresher dapat dilihat dari :
 USF (Unstrip Fruit), yaitu berondolan yang sudah lepas dari spiklet tetapi tidak
mau keluar dari tandan (max. 0,7%).
 Oil losses pada janjangan kosong (1,5 - 1,8%).

10

13
11
12
8

9
5
1 2

6 7
Gambar 3.4. Stasiun Thresher
Keterangan :
1. Bunch Feeder
2. Auto Feeder
3. Stripper Drum
4. Horizontal Empty Bunch
5. Inclined Empty Bunch
6. Conveyor Under Thresher
7. Buttom Cross Fruit Conveyor
8. Fruit Elevator
9. Lori berisi TBS yang sudah masak
10. Hoisting Crane

D. Horizontal Empty Bunch, Inclined Empty Bunch dan Bunch Hopper


Janjangan kosong akan terdorong keluar dari Stripper Drum ke Horizontal
Empty Bunch, kemudian ke Inclined Empty Bunch untuk selanjutnya dibawa ke
Bunch Hopper sebagai penampungan sebelum dibawa ke lapangan. Janjangan
kosong dapat digunakan sebagai kompos (pupuk) di Kebun.
E. Conveyor Under Thresher, Bottom Cross Fruit Conveyor dan Fruit
Elevator
Berondolan yang telah lepas dari janjangannya keluar dari Stripper Drum
melalui kisi – kisi, kemudian masuk Conveyor Under Thresher ke Bottom Cross
Fruit Conveyor. Dari Bottom Cross Fruit Conveyor dituang ke Fruit Elevator,
selanjutnya dinaikkan ke Top Fruit Cross Conveyor kemudian didistribusikan
oleh Fruit Distributing Conveyor ke masing – masing Digester.
F. Top Fruit Cross Conveyor dan Fruit Distributing Conveyor
Fruit Distributing Conveyor berfungsi penghantar brondolan dari Top
Fruit Cross Conveyor sekaligus mendistribusikan brondolan ke dalam Digester
yang dioperasikan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja Fruit Distributing Conveyor :
1. Jumlah Digester dan Screw Press yang dipakai.
2. Banyaknya feeding.
3. Jarak antara diameter Screw dengan dinding.
4. Pelumasan Hanger Bearing.

Tandan Buah

Hoisting Crane

Bunch Feeder

Thresher
Gambar 3.5 Flow Process pada Stasiun Thresher

3.1.4 Stasiun Kempa (Pressing)


Pada Stasiun ini terjadi pemisahan daging buah (Mesocrap) dengan biji
(Nut) dan proses pengambilan minyak kasar dari daging buah.
A. Digester
Berondolan dari threser selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pengaduk
(digester) . Digester ialah silinder tegak yang mempunyai dinding rangkap dan as
pemutar yang dilengkapi dengan pisau – pisau pengaduk. Jumlah pisau pengaduk
di dalam digester terdiri dari 5 pasang pisau pengaduk yang bertingkat dan 1
pasang pisau pelempar. Letak pisau – pisau ini dibuat bersilangan antara pasangan
satu dengan yang lain dan dipasang miring agar daya adukan cukup besar dan
proses pengadukan dapat berlangsung sempurna. Jumlah digester yang digunakan
di PKS Rambutan ada 4 unit, 2 unit beroperasi dan 2 unit stand by. Untuk star
awal digester diisi ¾ volumnya kemudian diputar selama 15 menit dan line press
dibuka.
Fungsi dari digester adalah untuk melumatkan daging buah, memisahkan
daging buah dengan nut, meniriskan minyak, mempermudah proses di press serta
mempersiapkan feeding press.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian digester :
- Kondisi pisau digester.
- Level volume buah dalam digester.
- Temperatur digester antara 90 - 950C.
- Kebersihan bottom plate.
- Kondisi plat siku penahan pada dinding digester.
B. Pengempaan (Screw Press)
Pengempaan (Screw Press) berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari
daging buah dengan cara diperas. Feeding dari digester dialirkan ke screw press
melalui chute. Tekanan screw yang ditahan oleh cone menyebabkan daging buah
diperas sehingga melalui lubang – lubang press cake minyak dipisahkan dari
serabut dan biji.
Tekanan cone yang rendah mengakibatkan losses minyak pada fiber
tinggi, tetapi persantase biji pecah kecil dan ampas yang dihasilkan basah
sehingga sulit untuk mencapai tekanan boiler yang diinginkan. Sebaliknya,
tekanan cone yang terlalu tinggi mengakibatkan persentase biji pecah tinggi tetapi
losses minyak pada fiber rendah, sebaiknya tekanan cone 35-45 bar. Screw press
yang digunakan di PKS Rambutan berjumlah 4 unit, 2 unit merk MJS kapasitas 15
– 17 ton/jam, 1 unit merk kien seng kapasitas 15 -17 ton/jam dan universal 1 unit
kapasitas 15 – 17 ton/jam. Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja screw press :
- Kondisi worm screw press
- Tekanan cone
- Kematangan buah yang direbus
- Kebersihan pada press
- Penambahan air delusi pada suhu 95 oC
Air delusi berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan minyak dan
air. Jika air delusi terlalu sedikit, minyak yang dihasilkan lebih murni, tetapi
losses minyak tinggi. Temperatur air delusi harus dijaga 90 - 95 oC. Penambahan
air delusi 15 - 20% dari TBS yang diolah. Hal – hal yang harus diperhatikan kerja
Screw Press, antara lain :
1. Ampas kempa (fibre) harus keluar merata disekitar konus.
2. Tekanan hidrolik pada akumulator 35 - 45 bar (menyesuaikan kemasakan
buah).
3. Bila Screw Press harus berhenti pada waktu yang lama, Screw Press harus
dikosongkan.
Norma yang diijinkan di Stasiun Press adalah :
- Oil losis pada fiber : 4,0 – 6,0 %
- Oil losis pada biji : maks 1,0 %

3
1
4
Gambar 3.6. Stasiun Kempa
Keterangan gambar :
1. Fruit Elevator
2. Top Fruit Cross Conveyor
3. Fruit Distributing Conveyor
4. Over Flow Fruit Distributing Conveyor
5. Digester
6. Screw Press
7. CBC
8. Oil Gutter

3.1.5 Stasiun Klarifikasi


A. Proses Pemurnian Minyak
Minyak kasar (crude oil) yang keluar dari Screw Press masih mengandung
kotoran, oleh karena itu harus dilakukan pemurnian untuk mengurangi kandungan
kotoran yang tidak sesuai ketentuan norma. Stasiun pemurnian minyak berfungsi
untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur yang mengurangi kualitas
minyak dan mengupayakan agar kehilangan minyak seminimal mungkin. Proses
pemisahan ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak, air dan kotoran, seperti
pasir dan lumpur dengan sistem sentrifius dan pengendapan. Stasiun pemurnian
terdiri dari beberapa proses, antara lain :
1. Sand Trap Tank
Sand Trap Tank berfungsi untuk menangkap pasir. Adanya pasir
mempengaruhi proses kerja di Low Speed Separator, karena dapat merusak nozzle
dan piringan (disk). Faktor – faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja Sand Trap
Tank, antara lain :
1. Temperatur
Temperatur pada Sand Trap Tank harus mencapai 90 - 95 oC dengan
memakai steam coil, karena kalau terlalu dingin pada saat dilakukan blow down,
maka NOS yang dikeluarkan akan terlihat sangat kental dan masih banyak
mengandung minyak.
2. Blowdown
Dilakukan minimal setiap 4 jam sekali dan pada saat blow down harus
diperhatikan jangan sampai minyak terikut bersama NOS.
PKS Rambutan menggunakan Sand Trap Tank berjumlah 3 unit dengan
kapasitas 10 m3, yang ujungnya berbentuk konus . Di dalam Sand Trap Tank
terdapat sekat/baffle yang fungsinya untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke
dasar tangki sehingga memungkinkan pasir yang terdapat pada minyak kasar
mengendap.

Gambar 3.7. Sand trap tank

2. Vibro separator
Fungsi dari vibro separator adalah untuk menyaring crude oil dari serabut-
serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Getaran pada vibro
dikontrol melalui penyetelan pada bandul yang diikat pada elektromotor. Getaran
yang kurang dapat mengakibatkan pemisahan tidak efektif. Kontrol kebersihan
vibro separator harus dilakukan secara rutin, agar padatan (solid) buangan dari
hasil penyaringan tidak menumpuk. Vibro separator yang digunakan pada PKS
Rambutan menggunakan jenis double deck dengan ukuran mesh 30/40.

Gambar 3.8. Vibro separator

3. Crude Oil Tank (COT)


Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan
dari Vibro Separator untuk selanjutnya dikirim ke vertical clarifier tank (VCT).
Fungsi COT, antara lain untuk :
1. Menurunkan NOS (non oil solid).
2. Menambah panas/temperatur. Pemanasan dilakukan dengan steam injection
sehingga mencapai suhu 90 - 95 oC.
3. Sebagai transit tank.
Agar NOS dapat turun, COT dilengkapi dengan sekat/buffle, sehingga
tangki terbagi menjadi tiga bagian. PKS Rambutan menggunakan 1 Unit COT
kapasitas 5 m3 dengan dasar tangki berbentuk segi empat dan dilengkapi 3 Unit
pompa untuk mengirim ke VCT. Untuk menjaga kebersihan dalam tangki harus
dilakukan blow down setiap 4 jam sekali atau disesuaikan dengan kondisi.
4. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Vertical clarifier tank (VCT) berfungsi untuk memisahkan minyak, air,
dan NOS secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Panas yang
diberikan menyebabkan viskositas/kekentalan menurun dan perbedaan berat jenis
larutan semakin besar, sehingga terjadi pemisahan larutan dimana lapisan minyak
naik ke atas (Bj < 1 Kg/cm2), air di tengah (Bj = 1 Kg/cm2), serta sludge (lumpur)
dan kotoran lainnya (Bj > 1 Kg/cm2) di bagian bawah.
Minyak hasil pemisahan secara gravitasi pada VCT dialirkan ke dalam Oil
Tank, sedangkan sludge dialirkan ke dalam Sludge Tank melalui Vibro Separator.
Untuk mendapatkan kandungan NOS pada under flow seminimal mungkin maka
harus dilakukan blow down secara rutin, yaitu setiap 4 jam sekali atau disesuaikan
dengan kondisi.
Untuk mengetahui effisiensi kerja VCT masih baik maka indikator yang
digunakan adalah kandungan minyak pada sludge di under flow harus sekitar 5 -
6%. Ketebalan lapisan minyak pada VCT dapat mempengaruhi kandungan
minyak pada sludge di under flow. Sebaiknya ketebalan lapisan minyak dalam
VCT adalah minimal 50 – 60 cm baru dilakukan pengutipan minyak melalui
Skimmer yang ketinggiannya bisa dinaikkan dan diturunkan sesuai dengan
ketebalan minyak di dalam VCT.
Agitator pada VCT berfungsi untuk membantu mempercepat pemisahan
minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan
minyak dengan sludge. Kecepatan Agitator yang digunakan adalah 4 rpm.
Temperatur yang cukup 90 - 95 oC akan memudahkan proses pemisahan.
Temperatur dicapai dengan menggunakan steam injection dan steam coil. Steam
injection dilakukan pada saat awal pengolahan, setelah pengolahan berjalan
normal pemanasan dilakukan dengan steam coil. Faktor – faktor yang
mempengaruhi effisiensi kerja VCT, antara lain :
- Temperatur
- Air delusi
- Agitator
- Kualitas feeding
- Blow down.
Gambar 3.9. Vertical clarifier tank
5. Oil Tank
Oil Tank berfungsi untuk pengendapan kotoran dan sebagai bak
penampungan sebelum minyak masuk ke Oil Purifier. Di dalam Oil Tank minyak
dipanaskan dengan steam coil untuk mendapatkan suhu 90 - 95 oC. Kebersihan
tangki harus dijaga karena akan mempengaruhi mutu kadar kotoran dalam
minyak, yaitu dengan cara melakukan blowdown secara rutin setiap 1 jam sekali
atau disesuaikan dengan kondisi dan ditampung di Sludge Drain Tank untuk di
proses kembali. PKS Rambutan menggunakan oil tank sebanyak 2 unit dengan
kapasitas 10 ton. Minyak dalam oil tank masih mengandung air maks 0,6 % dan
kadar kotoran maks 0,3 % yang selanjutnya dialirkan ke oil purifier.
6. Oil Purifier
Alat ini berfungsi untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak
dengan menggunakan prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dan
gaya – gaya sentrifugal. Karena kecepatan sentrifugal bowl disc ± 7000 rpm maka
kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada pada
bagian luar. Minyak yang berada dibagian tengah dialirkan ke vacuum dryer
sedangkan kotoran dan air dikeluarkan dari oil purifier.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kapasitas oil purifier adalah :
1. Kontrol valve feeding
2. Kondisi gear pump
3. Strainer
4. Kebersihan disc dan RPM
PKS Rambutan memiliki 2 unit oil purifier merk alva laval dan 2 unit
westfalia separator.

Gambar 3.10. Oil purifier


7. Float Tank
Minyak yang telah dimurnikan secara otomatis di Oil Purifier, dipompakan
ke Float Tank yang berfungsi untuk menjaga pengumpanan Vacum Dryer agar
tetap vacum sehingga dapat bekerja optimal.
8. Vacuum Dryer
Vacuum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Ujung pipa yang masuk ke dalam vacuum dryer dibuat sempit
berbentuk nozzle – nozzle sehingga akibat kevakuman tangki, minyak tersedot dan
mengabut di dalam vacuum dryer. Temperatur minyak dibuat 90 - 95 oC supaya
kadar air cepat menguap dan uap air tersebut akan terhisap oleh vacuum pump
selanjutnya terdorong keluar ke hot well water tank. Vacuum dryer yang
digunakan di PKS Rambutan 1 Unit, dengan tekanan vacuum berkisar antara 750 -
760 mmHg. Minyak yang telah bersih selanjutnya dipompakan ke storage tank.
Faktor – faktor yang mempengaruhi operasi vacuum dryer, antara lain :
1. Kebocoran – kebocoran
2. Kuantitas dan kualitas feeding
3. Kondisi nozzle
4. Tekanan vacum yang kurang

Gambar 3.11. Vacuum dryer


9. Oil Storage Tank
Oil Storage Tank berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim ke pihak lain. PKS Rambutan
memiliki 2 unit oil storage tank dengan kapasitas tiap unit 2000 ton.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam tangki timbun yaitu :
- Kebersihan tangki harus dibersihkan secara rutin
- Suhu dijaga pada 50 - 60 ºC
- Kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin, karena kebocoran steam coil
mengakibatkan kadar air pada CPO meningkat
- Jaga kinerja pompa pengisian
Oil storage tank harus dibersihan secara terjadwal dan pemeriksaan
kondisi steam coil harus dilakukan secara rutin karena apabila terjadi kebocoran
pada pipa steam coil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.
Cara pengambilan sampel CPO distorage tank :
- lapisan atas : memasukkan alat pengambil sampel (jon devis) pada
permukaan minyak setelah terisi kemudian diangkat untuk dianalisa
- lapisan bawah : memasukkan alat pengambil sampel (jon devis) sampai dasar
tangki setelah terisi kemudian diangkat untuk dianalisa

Hasil pengukuran dirata-rata untuk laporan mutu :


kk .lap.ats  kk .lap.bwh
- kadar kotoran =
2
ka.lap.ats  ka.lap.bwh
- kadar air =
2
ALB.lap.ats  ALB.lap.bwh
- ALB =
2

Gambar 3.12. Oil storage tank

Crude oil
Sand Trap Tank

Vibro Separator

Crude Oil Tank

Vertical Clarifier
Tank (VCT)

Oil Sludge

Oil Tank Hot Well Water Tank


Vibro Separator

Oil Purifier Sludge Tank

Float Tank Hot Water Tank Sand Cyclone


(air delusi)

Vacum Dryer Buffer Tank

Storage Tank Low Speed Separator

CPO Sludge Drain Sludge Fit Tank


Tank

Gambar 3.13 Flow Process Stasiun Klarifikasi

Keterangan :
= Penambahan air delusi = Proses
= Blow down/over flow = Steam
= Buang pasir
B. Proses Pengambilan Minyak dari Sludge
1. Vibro Separator
Kotoran/sludge dari vertical clarifier tank disaring terlebih dahulu di
dalam vibro separator sebelum sludge masuk ke dalam sludge tank. Vibro
separator yang digunakan terdiri dari 2 lapisan saringan, yaitu :
- Lapisan I, berukuran 20 mesh.
- Lapisan II, berukuran 30 mesh.
Kotoran yang tersaring pada lapisan I dan II dibuang ke parit Stasiun klarifikasi.
2. Sludge Tank
Sludge Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge
sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak. Kebersihan dalam tangki harus
dijaga karena akan mempengaruhi persentase NOS dalam sludge, sehingga harus
dilakukan blowdon secara rutin, yaitu setiap 2 jam sekali. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan injeksi steam untuk mendapatkan temperatur 90 - 95 oC.
sludge tank yang digunakan 2 unit dengan kapasitas 10 m3.
3. Sand Cyclone
Sand vyclon/pre-cleaner berfungsi untuk menangkap pasir yang
terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya, yaitu pada
low speed separator dan high speed separator. Prinsip pemisahan pasir pada sand
cyclone adalah akibat gaya sentrifugal yang dihasilkan cyclone serta perbedaan
berat jenis. Untuk mengetahui apakah sand cyclone beroperasi dengan baik dapat
diketahui dengan melihat selisih antara tekanan masuk dan keluar yang terbaca
pada pressure gauge. Pasir dan kotoran yang terperangkap pada sand cyclone
selanjutnya dialirkan ke parit sludge pit. Sistem pembuangan pasir pada sand
cyclone dikendalikan secara otoatis setiap 6 menit dan pembuangan/blowdown
berlangsung selama 40 detik. Sand cyclone yang digunakan ada 1 unit dan I unit
yang otomatis stand by.
4. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum
didistribusikan ke low speed separator dengan memanfaatkan gaya gravitasi,
karena posisi buffer tank berada di atas low speed separator, sehingga tidak
memerlukan pompa. PKS Rambutan menggunakan 1 Unit buffer tank yang
dilengkapi dengan steam injection. Temperatur tangki dijaga pada suhu 90 - 95 ºC
dan dijaga dari adanya kebocoran – kebocoran.
5. Low Speed Separator
Low speed separator berfungsi untuk mengutip minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal, dimana sludge dialirkan melalui
nozzle yang berputar dengan kecepatan 1400 rpm sehingga air dan NOS dengan
berat jenis yang lebih besar akan terlempar keluar dan minyak dengan berat jenis
yang lebih kecil akan masuk ke bagian dalam. Selanjutnya kotoran sludge akan
terbuang ke parit untuk diolah di fat-pit, sedangkan minyak yang terdapat di
bagian dalam low speed separator akan keluar menuju reclaimed tank, untuk
dipompakan ke vertical clarifier tank. Dalam prosesnya, sludge ditambahkan air
panas suhu 90 - 95 oC dari hot water tank untuk memudahkan pemisahan minyak
dari NOS. PKS Rambutan memiliki 3 Unit low speed sepataror dengan merk
Charpngea dan 1 unit sludge separator (high speed) .
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam low speed separator, antara lain :
1. Kualitas feeding
2. Balance water
3. Kebersihan nozzle
4. Pelumasan dan pendinginan bearing
5. Periksa ada tidaknya getaran (akibat V-Belt kendor)

Gambar 3.14. Low speed separator


6. Sludge Drain Tank
Sludge drain tank berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak dari
blowdown sludge tank dan oil tank. Kadar minyak yang masih terkandung dari
blow down tangki – tangki tersebut dipisahkan dengan cara memanfaatkan
perbedaan berat jenis antara minyak, pasir dan NOS. Untuk mempercepat
pemisahannya, temperatur harus dijaga pada suhu 90 - 95 ºC dengan cara injeksi
steam dan penambahan air panas. Pengutipan minyak dilakukan menggunakan
talang, minyak yang berada di bagian atas dialirkan menuju reclaimed tank untuk
dipompakan ke vertical clarifier tank. Sedangkan endapan/sludge dibuang ke parit
menuju fat-pit.
7. Fat-pit
Hasil buangan dari low speed separator serta blowdown dari unit
klarifikasi dan dari air kondensat sterilizer masih mengandung minyak, sehingga
seluruhnya ditampung dan dialirkan ke stasiun fat-pit. Fat-pit difungsikan sebagai
tempat proses pengutipan minyak terakhir sebelum di buang ke limbah.

3.1.6 Stasiun Kernel (Kernel Plant)


Campuran ampas (fibre) dan biji (nut) berupa cake yang keluar dari screw
press diproses untuk menghasilkan :
- Cangkang (shell) dan fibre yang digunakan sebagai bahan bakar boiler
- Kernel (Inti Sawit) sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan
1. Cake Breaker Conveyor
Cake breaker conveyor ( CBC) berfungsi untuk menghantarkan ampas dan
biji dari press ke depericarper dan memecah gumpalan cake dari Stasiun press ke
depericarper. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja dari CBC, antara lain :
1. Kualitas dan kuantitas umpan.
2. Panjang CBC
3. Putaran CBC sebaiknya sekitar 75 rpm
4. Diameter CBC
5. Kebersihah CBC
2. Depericarper
Depericarper adalah suatu tromol tegak dan panjang yang di ujungnya
terdapat blower pengisap serta fibre cyclone. Dari CBC press cake jatuh di
depericarper, kemudian ampas (fibre) terhisap ke fibre cyclone kemudian
diangkut oleh horizontal/Inclined fuel distribution boiler sebagai bahan bakar
boiler, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum. Dengan
demikian, depericarper berfungsi memisahkan fibre dengan nut. Efektivitas kerja
dari depericarper adalah banyaknya fibre yang terikut pada nut yang masuk ke
nut polishing drum. Faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja
depericarper antara lain :
1. Kualitas umpan
2. Adjustment Damper pada Fan
3. Kecepatan putaran Fan
4. Air Lock pada Fibre Cyclone
5. Kondisi Fan
6. Kebersihan
7. Jarak antara CBC dengan Nut Polishing Drum
3. Nut Polishing Drum
Nut Polishing Drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai
plat – plat pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam dan pada
porosnya. Di ujung nut polishing drum terdapat lubang – lubang penyaring
sebagai tempat keluarnya nut yang kemudian jatuh ke conveyor dan dibawa oleh
nut elevator. Biji yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam nut
polishing drum dan karena putaran drum tersebut, biji – biji akan dipolis untuk
melepaskan serat – serat yang masih tinggal pada biji oleh plat – plat yang ada
pada dinding dan poros-nya. Kecepatan putaran nut polishing drum dalah 26 - 28
rpm. Faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas nut polishing drum, antara
lain:
1. Kondisi plat pengarah/pengangkat
2. Kecepatan putaran Nut Polishing Drum
3. Drum harus simetris
4. Diameter dan panjang Nut Polishing Drum
5. Diameter dan jumlah lubang penyaring
6. Kualitas dan kuantitas feeding
7. Kebersihan

Gambar 3.15. Nut polishing drum


4. Nut Elevator
Nut elevator berfungsi untuk menghantarkan nut dari nut polishing drum
ke nut silo. Nut elevator dilengkapi dengan timba – timba untuk mengangkat nut.
5. Nut silo
Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum
diolah pada super cracker. Kebersihan dari pada nut silo harus sangat diperhatikan
karena dapat mempengaruhi terhadap output nut silo, agar nut yang terolah sesuai
dengan aturan FIFO (first in first out). Nut silo yang digunakan pada PKS
Rambutan berjumlah 2 unit.
6. Super Cracker
Super Cracker berfungsi untuk memecah nut, memisahkan cangkang dan
inti dengan cara menjepit nut diantara ripple plate dan rotor bar. PKS Rambutan
menggunakan 2 unit super cracker yang terbagi menjadi 2 line. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi kerja Super Cracker antara lain :
1. Kualitas dan kuantitas umpan
2. Kondisi ripple plate dan rotor bar
3. Jarak antara ripple plate dan rotor bar
4. Kecepatan putaran Ripple Mill dan Super Cracker
Kualitas umpan dipengaruhi oleh :
1. Kekoplakan Nut, kalau Nut tidak koplak maka banyak Inti yang lengket pada
cangkang
2. Ukuran Nut
3. Kadar air yang terkandung dalam Nut

Gambar 3.16. Super cracker


7. Kernel Grading Drum
Fungsi dari kernel grading drum adalah :
- Untuk menyaring nut utuh dan pecah yang berukuran besar berdasarkan
diameter lubang perforasi (kecil, sedang dan besar)
- Mengurangi beban peralatan pada proses selanjutnya
Faktor – faktor yang mempengaruhi kernel grading drum adalah
1. Lobang (kisi – kisi) pada drum baik ukuran lubang maupun jumlahnya
2. Kualitas dan kuantitas umpan
3. Tuas pembersih
4. RPM, diameter dan panjang drum
Kernel grading drum dapat ditempatkan setelah super cracker atau setelah LTDS
tergantung jumlahnya. Jumlah kernel grading drum yang ada sebanyak 1 unit.
8. Light Tenera Dust Separation (LTDS)
Light Tenera Dust Separation (LTDS) berfungsi untuk memisahkan
serabut halus, cangkang dan inti sebagai bahan bakar boiler. Sistem pemisahan
yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust
separator dengan adjustmen damper untuk menentukan kualitas output yang
dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih
besar akan terhisap keatas dan dialirkan ke boiler sedangkan inti yang tertinggal
di hembuskan dengan blower ke Kernel Silo. Campuran Inti dan cangkang yang
tidak terpisah karena memiliki berat yang hampir sama dialirkan ke hydrocyclone
untuk dilakukan proses pemisahannya.
Faktor – faktor yang mepengaruhi effisiensi kerja LTDS, antara lain :
1. Hisapan (Damper, Air lock dan Blower)
2. Kualitas dan kuantitas umpan
3. Adjustment Damper column
PKS Rambutan menggunakan 2 LTDS yaitu LTDS I menghisap serabut
atau cangkang yang halus, sedangkan LTDS II menghisap cangkang yang lebih
kasar dengan luas penampang yang lebih besar. Keduanya disusun secara seri.
9. Hydrocyclone
Hydrocyclone berfungsi sebagai alat utuk mengutip kembali inti yang
terikut dengan cangkang, mengurangi lossis inti pada cangkang dan kotoran.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja hydrocyclone adalah :
b. Kondisi cone
c. Kualitas dan kuntitas umpan
d. Penyetelan vortex finder
e. Kondisi baffle
Sistem kerja hydrocyclone adalah untuk memisahkan cangkang dengan inti
secara basah berdasarkan berat jenis dan gaya sentrifugal, berat jenis yang lebih
ringan akan naik ke atas melalui vortex finder dengan masuk kedalam dewatering
drum, sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih berat akan turun ke bawah
melalui conus dan masuk ke dalam compartment II. Cangkang yang masih
bercampur inti dihisap oleh pompa dan ditekan ke dalam tabung pemisah II
mengakibatkan inti naik keatas melalui vortex finder dan dikembalikan ke dalam
kompartement I. perlu diperhatikan jika persentase inti dalam cangkang terlalu
tinggi maka vortex vinder diturunkan, sebaliknya jika persentase cangkang dalam
inti tinggi maka vortex finder dinaikkan. Hasil inti yang telah bersih keluar dan
masuk ke wet kernel transport pump menuju kernel silo sedangkan cangkang
masuk ke wet shell transport pump menuju ke shell hopper.

Gambar 3.17. hydrocyclone


10. Kernel Silo
Kernel Silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam
Inti produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembuskan udara panas
ke Steam Heater. Udara dipanaskan dengan steam, kemudian oleh blower
dihembuskan ke dalam silo. Temperature dalam Kernel Silo terbagi dalam 3
tingkatan yaitu bagian atas 60 oC, bagian tengah 70oC, dan bagian bawah 80 oC.
PKS Rambutan menggunakan 3 unit kernel silo.
Pengeringan dilakukan di dalam kernel silo selama 12 – 14 jam. Kadar air
inti yang terlalu rendah dapat menyebabkan kadar Inti berubah warna terlalu
besar. Sebaliknya, jika Inti kurang kering maka :
 Inti akan berjamur.
 Kadar ALB dalam minyak Inti tinggi.
 Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja dari Kernel Silo, antara lain :
1. Temperatur.
2. Waktu pemasakan.
3. Kualitas dan kuantitas.
4. Kondisi dan kebersihan Heater.
5. Suplai steam.
6. Kondisi Blower/Fan.
7. Kebersihan kisi – kisi dalam Kernel Silo.
8. FIFO (First In First Out).
11. Kernel Storage
Kernel Storage berfungsi sebagai tempat penyimpanan Inti produksi
sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage dilengkapi dengan Fan agar
uap air yang terkandung dalam Inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi
dalam Storage lembab, yang kemudian menyebabkan timbulnya jamur pada Inti.
Inti dari Kernel Silo diangkut ke Bulk Kernel Storage menggunakan Screw
Conveyor dan Pneumatic Conveyor.

Gambar 3.18. Kernel storage


3.1.7 Stasiun Boiler
Boiler adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan steam dari
pipa – pipa air yang berada dalam ruang bakar boiler. Air dipanaskan menjadi
steam dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari pembakaran fibre dan
cangkang. PKS Rambutan memiliki 2 unit Boiler Takuma type N-600 SA water
tube, dengan spesifikasi :
a. Kapasitas 20 ton uap/jam.
b. Tekanan kerja 21 Kg/cm2.
c. Tekanan max. 24 Kg/cm2.
Beberapa bagian – bagian yang terdapat pada Boiler :
1. Ruang bakar
Ruang bakar terdiri dari 2 ruangan yaitu
- Ruang pertama berfungsi sebagai ruang pembakaran, sebagian panas yang
dihasilkan diterima langsung oleh pipa air
- Ruang ke dua merupakan gas panas yang diterima dari hasil pembakaran
dalam ruang pertama. Dalam ruang ke dua gas panas dihisap oleh induced
draft fan sehingga terjadi aliran panas dari ruang pertama ke ruang ke dua
pembakaran. Jumlah udara yang diperlukan diatur melalui klep yang harus
dikendalikan dari saklar ketel. Sedangkan dalam ruangan kedua gas panas
dihisap oleh blower hisap sehingga terjadi aliran panas dari ruang pertama ke
ruang kedua pembakaran. Di dalam ruang pembakaran kedua dipasang sekat –
sekat sedemikian rupa yang dapat memperpanjang permukaan yang dilalui gas
panas agar gas panas tersebut dapat melumasi seluruh pipa – pipa air, sebagian
permukaan luar drum atas dan bawah.
2. Drum atas (upper drum)
Drum atas berfungsi sebagai tempat pemasukan air umpan yang dilengkapi
dengan sekat – sekat penahan butir-butir air untuk memperkecil air terbawa uap.
3. Drum bawah (lower drum)
Drum bawah berfungsi sebagai tempat pemanasan air ketel yang di
dalamnya dipasang plat – plat pengumpul endapan lumpur untuk memudahkan
pembuangan keluar (blowdown).
4. Pipa – pipa air
Pipa – pipa air berfungsi sebagai tempat pemanasan air ketel yang dibuat
sebanyak mungkin, sehingga penyerapan panas lebih merata dengan effisiensi
tinggi. Pipa – pipa air ini terdiri dari :
- Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan heater muka/belakang
- Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan drum bawah
- Pipa air yang menghubungkan drum dengan heater belakang
5. Pembuangan abu (ash hopper)
Abu yang terbawa dari ruang pembakaran pertama terbuang/jatuh ke
dalam pembuangan abu yang berbentuk kerucut sehingga tidak terikut dalam
udara.
6. Pembuangan gas bekas
Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh blower hisap
melalui saringan abu, kemudian dibuang ke udara bebas melalui corong asap.
Pengaturan tekanan di dalam dapur dilakukan dengan corong keluar blower
dengan klep yang diatur secara otomatis oleh plat hycrolus.
7. Alat – alat pengaman
Boiler merupakan salah satu alat yang memiliki resiko yang tinggi apabila
terjadi kecelakaan, oleh karena itu perlu adanya alat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang fatal maka pada boiler diberikan beberapa alat pengaman
diantaranya :
- Katup pengaman, bekerja untuk membuang uap apabila tekanan melebihi
tekanan yang ditentukan (tekanan uap basah 21 kg/cm2)
- Water level alarm berfungsi sebagai tanda jika level air pada upper drum
terlalu rendah atau terlalu tinggi
- Gelas penduga adalah alat untuk melihat tinggi air sehingga memudahkan
pengontrolan air selam operasi
- Manometer berfungsi sebagai pengukur tekanan di dalam ketel agar mencegah
temperature tinggi
- Kran sprei air, satu buah kran buka cepat dan satu buah kran buka ulir. Bahan
ke dua kran tahanm terhadap tekanan dan temperature tinggi
- Kran uap induk, sebagai pembuka dan penutup aliran uap ketel pada pipa
induk
- Perlengkapan lain, seperti alat penghembus debu pada pipa air ketel,
pemasukan air ketel otomatis panel listrik kran buang udara dan air.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengoperasian boiler antara lain :


- Tersediaanya air umpan dengan spesifikasi :
pH : 10,5 – 11,5
TDS : max 1700 ppm
H. alkalinity : max 800 ppm
P. alkalinity : 2,5 ppm silica
Total hardness : max 5 ppm
Phosphate : 30 – 70 ppm
Sulphite : 30 – 50 ppm
Silica : max 150 ppm
Iron : max 2 ppm
Suhu : 80 – 90 oC
- Jaga tekanan steam pada tekanan kerja (19 - 20 Kg/cm2).
- Lakukan blowdown sesuai rekomendasi dari hasil analisa laboratorium.
- Lakukan pembersihan pipa dengan shoot blower secara periodik (4 jam sekali
selama 30 detik)
- Pastikan pompa umpan balik (Boiler feed pump) elektrik dan turbo dalam
keadaan baik dan feeding bahan bakar harus stabil
- Pastikan safety valve berfungsi dengan baik dan dibuka manual minimal 1
minggu sekali
- Safety valve drum membuka pada tekanan 21 Kg/cm2
- Safety valve super Heater Header membuka pada tekanan 20,5 Kg/cm2
- Pastikan tekanan udara dalam ruang bakar minus (10 - 30 mm.Hg)
- Pembukaan kran induk secara perlahan-lahan pada waktu start
- Level glass penduga harus keadaan normal, test glass penduga saat hendak
star up, pastikan glass penduga tidak bocor
- Pastikan parameter peralatan berfungsi baik
- Pastikan man hole terkunci rapat
- Periksa elektro motor fan
- Buka kran ventilasi Super Heater dan Upper Drum
- Jaga ketinggian air di Upper Drum (60 - 70%)
- Periksa ruang bakar, jangan sampai bahan bakar menumpuk dengan cara
menyetel damper FDF dan mengorek kerak dari ruang bakar secara manual.

Gambar 3.19. Boiler Takuma N 600 SA

Start Pengoperasian Boiler, sebagai berikut :


Setelah semua peralatan diperiksa dan bekerja dengan baik, maka urutan start
boiler dimulai sebagai berikut :
- Buka pintu masukan bahan bakar (fibre dan shell) lalu hidupkan Rotary
Feeder
- Hidupkan feed pump sebagai umpan ke Upper Drum
- Buka main steam valve dan buka ventilasi Super Heater
- Siram bahan bakar dengan solar lalu nyalakan
- Setelah pembakaran merata tutup pintu ruang bakar
- Hidupkan Draft Control
- Hidupkan Induced Draft Fan
- Hidupkan 1 st dan 2 nd Damper Dust Collector
- Hidupkan dan atur damper Forced Draft Fan
- Hidupkan Secondary Forced Draft Fan
- Hidupkan Air Compressor
- Setelah tekanan mencapai 17 Kg/cm2 kran induk dibuka setengah secara pelan
– pelan
- Setelah tekanan mencapai 19 Kg/cm2 kran induk dibuka penuh
- Atur masukan bahan bakar serta air umpan dan selalu melihat gelas penduga.
Stop Pengoperasian Boiler, sebagai berikut :
- Tutup pintu masukan fibre dan shell, serta matikan rotary feeder.
- Pastikan bahan bakar di ruang bakar habis.
- Perkecil dan matikan damper Forced Draft Fan.
- Bersihkan kerak di ruang bakar, kerak yang keluar siram dengan air lalu buang
ke penampungan sementara, setelah ruang bakar bersih lakukan pembersihan
di sekitar Boiler.
- Matikan 1 st dan 2 nd Damper Dust Collector.
- Matikan semua Fan.
- Tambahkan air ke dalam Drum sampai 80% melalui bypass lalu tutup
kembali.
- Tutup kran output feed pump dan matikan semua pompa.
- Setelah tekanan 10 Kg/cm2, tutup kran steam valve, ventilasi Super Heater dan
kran induk (output) lainnya.
Penjagaan Boiler saat operasi :
Setelah boiler beroperasi maka secara keseluruhan dapat diopersikan
secara ideal, karena steam yang dihasilkan boiler selain untuk pembangkit energi
turbin juga sebagai pembagi temperatur proses pengolahan.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikaan pada saat boiler beroperasi :
- Jaga ketinggian air di upper drum (60 -70 %)
- Pastikan sistem otomatis dan peralatan pompa dalam keadaan baik, dapat
dikontrol dengan gelas penduga
- Jaga tekanan steam pada tekanan kerja (18 – 20 kg/cm2)
- Periksa ruang bakar jangan sampai bahan bakar menumpuk dengan cara
menyetel damper FDF dan mengorek kerak dari ruang bakar secara manual
- Lakukan blowdown sesuai rekomendasi dari laboraturium
- Lakukan pembersihan pipa dengan shoot blower secara periode (4 jam sekali).
3.1.8 Stasiun Power Plant
Stasiun power plan merupakan pusat pembangkit tenaga listrik dan
distribusi steam untuk proses pengolahan dan kebutuhan lainnya. Untuk
mensuplai arus listrik di PKS Rambutan menggunakan 2 macam pembangkit,
yaitu turbin uap dan diesel.
1. Turbin
Turbin merupakan alat untuk mengkonversi energi dari steam menjadi energi
mekanis (putaran) untuk membangkit energi listrik melalui alternator. Di PKS
Rambutan menggunakan 2 unit turbin merek turbodyne. Semua turbin dilengkapi
dengan katup keselamatan (safety valve) untuk melindungi turbin dari kondisi
pengoperasian yang tidak aman. Katup terbuka dengan mekanis pegas dan
menutup pada tekanan tertentu agar turbin berhenti. Peralatan ini juga
berhubungan dengan overspeed dimana jika putaran terlalu tinggi maka plunger
akan tersembul dan memicu katup tertutup. Uap yang digunakan merupakan uap
kering dari boiler dengan tekanan uap 16 – 21 kg/cm2.
Faktor yang perlu diperhatikan :
- Kontrol tekanan uap masuk (16 – 21 kg/cm2)
- Set frekuensi agar didapat daya listrik yang diharapkan
- Periksa oil gear box
- Pelumasan bearing shaft
- Periksa temperatur oli (40 – 50 oC) dan tekanan oli (2 – 5 bar)
- Periksa sil pendingin oli
- Periksa baut pengencang
- Periksa dan bersihkan generator secara periodik.
Start turbin
a. Periksa pelumas dan peralatan lain
b. Buka kran kondesat steam pada pipa masuk dan keluar
c. Buka kran uap exhaust dari turbin ke BPV
d. Buka kran inlet masuk uap (tekanan 16 – 21 kg/cm2)
e. Tutup kran overspeed
f. Hidupkan pompa oli
g. Stel putaran antara 5000 – 5300 rpm dan frekuensi 50 Hz dan voltase 380 volt
h. Setelah putaran normal naikkan handle MCCB dan setelah normal matikan
genset.
Stop turbin
a. Hidupkan genset
b. Switch MCCB di off dan switch genset di on-kan
c. Kurangi beban dan tekan tuas trip pada turbin
d. Tutup kran masuk uap ke turbin dan kran uap keluar dari turbin
e. Tutup kran masuk BPV dan buka kran buang uap BPV
f. Setelah berhenti matikan pompa oli dan kran air pendingin oli.

Gambar 3.20. Turbin

2. Genset
Genset diperlukan untuk menggantikan peran Turbin pada saat tidak
mengolah dan pada saat hanya mengolah nut.
Faktor – faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Periksa bahan bakar (solar) dan lakukan pencucian tangki solar secara periodik
b. Perhatikan tekanan minyak dan temperatur mesin
c. Periksa ketinggian oli/pelumas
d. Perhatikan getaran mesin saat beroperasi
e. Ganti filter sesuai umur pakainya
f. Perhatikan isian air radiator.
Start Pengoperasian Genset, sebagai berikut :
a. Periksa peralatan Genset, oli, bahan bakar, air pendingin
b. Buka kran bahan bakar
c. Hidupkan Genset
d. Setelah mesin berjalan normal, pindahkan switch di MCCB pada posisi “On”.

Stop Pengoperasian Genset, sebagai berikut :


a. Pindahkan switch di MCCB dalam posisi “Off”
b. Matikan Genset
c. Tutup kran bahan bakar.

Gambar 3.21. Genset

3. Back Pressure Vessel


Steam keluaran dari turbin dimanfaatkan untuk proses pengolahan, untuk
itu Back Pressure Vessel (BPV) digunakan untuk menampung dan
mendistribusikan uap ke Stasiun yang membutuhkan. Tekanan steam yang
digunakan dalam proses pengolahan adalah 2,8 - 3,0 Kg/cm2, oleh karena itu jika
steam di BPV kurang maka steam dikirim langsung dari pipa induk boiler melalui
kran bypass.

Faktor – faktor yang harus diperhatikan, antara lain :


a. Jaga tekanan BPV pada 2,8 - 3,0 Kg/cm2
b. Perhatikan kinerja safety valve berfungsi antara tekanan 3 – 3,4 Kg/cm2
c. Atur distribusi steam agar semua proses pengolahan lancar
d. Perhatikan kondisi air dalam BPV

3.1.9 Stasiun Pengolahan Air (Water Treatment)


Proses pengolahan air bertujuan untuk menjamin kualitas air sebelum
digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Proses pengolahan air
mencakup pengoperasian, penjernihan, dan penyaringan. Proses pengolahan air
menghasilkan air yang akan distribusikan untuk :
- Air domestik yaitu air yang digunakan untuk perumahan dan sanitasi
- Air proses yaitu air yang digunakan untuk kegiatan proses dan laboratorium
- Air boiler yaitu air yang digunakan untuk umpan boiler.
Proses pengolahan air terdiri dari :
1). External Water Treatment
2). Internal Water Treatment

1. Eksternal Treatment
a. Clarifier Tank
Air dari waduk dipompakan ke clarifier tank untuk diproses lebih lanjut.
Bahan kimia yang dinjeksikan sebelum memasuki clarifier tank adalah alum sulfat
dan soda ash dengan dosis tertentu. Bahan kimia ditambahkan ke dalam air agar
zat padat yang melayang menjadi flock dan menggumpal sehingga menjadi berat
dan mudah dipisahkan. Clarifier tank ini bekerja memisahkan partikel berat
dengan aliran berputar. Partikel dengan berat jenis kurang dari 1 akan bergerak
menuju permukaan sedang partikel dengan berat jenis lebih dari 1 akan
mengendap. Gumpalan yang terjadi di bawah kerucut clarifier dan menurun akibat
turunnya kecepatan air dan mengendap membentuk sludge blanket. Sludge
balnket ini perlu di blowdown secara teratur untuk kefektifan proses di clarifier
tank.
2. Bak Pengendapan (Sedimentation)
Air yang telah diproses di clarifier tank kemudian mengalir masuk ke bak
pengendapan. Bak pengendapan ini bertujuan untuk menjebak zat padatan yang
masih ada terlarut dalam air.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam bak pengendapan ini ialah:
- Kedalaman bak yang ditentukan dengan pertimbangan bahwa aliran tidak
mengganggu partikel yang sudah memisah dan mengendap.
- Lintasan aliran yang semakin panjang akan memberi kesempatan partikel
kasar memisah dari partikel lainnya.
- Panjang lintasan aliran dapat diperpendek dengan memperluas permukaan
sehingga massa air dari titik masuk hingga keluar dapat dipertahankan.
3. Sand Filter
Sand filter digunakan untuk menyaring kotoran sebelum air masuk ke
water tank. Penyaringan pada sand filter bertujuan untuk menghilangkan berbagai
zat/ material yang terbawa dari bak pengendapan dengan cara menyaring melalui
lapisan pasir. Material – material yang tersaring ini berangsur – angsur akan
memadatkan lapisan pasir sehingga aliran air akan semakin berkurang. Jika
tekanan air di inlet sand filter 1,5 bar di atas tekanan outlet sand filter, maka perlu
dilakukan backwash. Backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air dari
bawah ke atas untuk memecah kepadatan pasir serta membuang padatan yang
menempel di pasir. Pada PKS Rambutan memiliki 4 unit sand filter berkapasitas.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
- Pada saat back wash, tekanan back wash jangan terlalu tinggi sehingga pasir
dapat terbuang.
- Jika pasir terikut dengan air hasil penyaringan, lakukan pemeriksaan pada
nozzle.
4. Menara Air ( Water Tower)
Berfungsi untuk menampung air yang sudah bersih dan digunakan untuk
kebutuhan pabrik. Pompa Air digunakan untuk memompakan air yang keluar dari
sand filter ke menara air.
5. Demineralitation
Demineralisasi merupakan cara untuk memurnikan air dari mineral –
mineralnya, terutama bila air banyak mengandung silica. Demineralisasi terdiri
dari anion exchanger dan kation exchanger. Kation exchanger berfungsi untuk
menukar mineral – mineral terhadap asam, sedangkan anion berfungsi untuk
menukar garam terhadap hidrolisis dan menahan silica. Air yang akan diolah
masuk dari puncak dengan tekanan pompa masuk ke dalam distributor dan nozzles
secara spray turun dan kontak dengan resin dan keluar dari dasar. Outlet air dari
masing – masing exchanger harus dimonitor secara teratur, dan jika silica tinggi
maka perlu dilakukan regenerasi. Regenerasi kation dilakukan bila kadar hardness
mencapai > 5 ppm, sedangkan regenerasi anion dilakukan bila kadar silica
mencapai > 5 ppm. Tahapan – tahapan regenerasi terdiri dari :
1. Backwash
2. Injeksi bahan kimia
3. Slow rinse
4. Fast rinse
Backwash pada dasarnya adalah mengalirkan dari dasar ke atas, untuk
memecah bad resin yang telah padat dan menghilangkan kotoran sebelum
dilakukan regenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan menginjeksikan bahan
kimia yaitu untuk kation biasanya menggunakan sulfurid acid (H2SO4), sedangkan
untuk anion biasanya menggunakan caustic soda (NaOH). Hal – hal yang perlu
diperhatikan agar proses regenerasi efektif dan efisien adalah :
- Konsentrasi bahan kimia yang diinjeksikan
- Flow rate injeksi bahan kimia.
Setelah regenerasi chemical bad, maka resin perlu dibilas untuk
membersihkan sisa – sisa bahan kimia regenerasi dengan aliran seperti operasi
normal, yaitu fast rinse dan slow rinse. Masalah yang sering terjadi di stasiun
demineralisasi adalah :
- Resin loss : akibat nozzle longgar, patah dan sebagainya, sehingga saat back
wash resin keluar dari kation/anion unit.
- Umur resin : biasanya umur resin 3 tahun atau tergantung pada kondisi
penggunaan dan biasanya diambil sampel untuk dianalisa di laboratorium.
6. Deaerator
Deaerator berfungsi untuk mengurangi gas yang terlarut dalam air (O2 dan
CO2) dan memanaskan temperatur feed water. Hal ini dicapai melalui proses
mekanis dan pemanasan menggunakan uap yang berada di dalam pressure
deaerator atau dengan vacuum deaerator.
Jenis deaerator ada dua, yaitu :
a. Pressure Deaerator
Adalah suatu pressure vessel dimana air dipompakan ke dalam vessel
melalui suatu sistem penyemprotan, membuat air menjadi partikel – partikel kecil,
sehingga bercampur dengan uap dan air menjadi panas. Proses ini membuat gas
dan cairan membesar dan lepas dari vacuum, keluar dengan sistem ejector.
Temperatur sebaiknya tinggi, diatas 100 oC, dan letak deaerator berada diposisi
atas untuk mencegah kavitasi pada feed pump. Permukaan air pada deaerator
sebaiknya dikendalikan secara otomatis termasuk aliran steamnya untuk menjaga
kontinuitas aliran air dan steam.
b. Vacuum Deaerator
Alat ini hanya berfungsi untuk memurnikan sebagian dari feed water. Air
dimasukkan ke vessel melalui nozzle penyemprot secara gravitasi. Prinsip
kerjanya adalah jika tekanan eksternal di sekitar air dikurangi, maka gas – gas
terlarut akan terbang dihisap oleh ejector.

2. Internal Water Treatment


Air umpan boiler harus mempunyai kualitas sebagai berikut:
- pH : 10,5 – 11,5
- TDS : Max. 2500
- Caustic Alkalinity : 300 – 500 ppm
- T. Alkalinity : 500 - 800 ppm
- T. Hardness : 2 ppm
- Phosphate : 30 – 80 ppm
- Silica : 120 ppm
- Iron : < 2 ppm
- Sulphite : 30 – 50
- Chlorid : Max. 500 ppm
Air yang keluar dari deaerator sebelum diumpankan ke boiler terlebih
dahulu diinjeksikan bahan kimia yang berfungsi untuk menaikkan kualitas air
boiler agar tidak terjadi korosi dan kerak. Tujuan dari internal treatment adalah
agar operasional boiler bisa efektif dan efisien, dimana pada pipa atau drum tidak
terjadi:
 Korosi
 Scale (kerak)
 Carry Over
 Foaming

3.1.10 Pengolahan Limbah (Effluent Threatment)


Limbah cair dari pabrik kelapa sawit Rambutan dimanfaatkan untuk land
application. Mutu limbah cair yang dimanfaatkan ke pengolahan kompos adalah:
- BOD = 3500 – 5000 ppm
- Oil Grease = ≤ 600 ppm
- pH =6-9
Limbah cair dari PKS, yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
- BOD = 20.000 – 30.000 mg/liter
- COD = 40.000 – 60.000 mg/liter
- Suspended solid = 15.000 – 40.000 mg/liter
- Total solid = 30.000 – 70.000 mg/liter
- Minyak dan lemak = 3.000 – 7.000 mg/liter
- N-NH3 = 30 – 40 mg/liter
- Total N = 500 – 80.000 mg/liter
- pH = 4–5
- Temperatur = 90º - 160º C
IPAL di PKS Rambutan secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pendinginan
Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada fat fit mempunyai
karakteristik pH 4 - 4,5 ; suhu 70 - 800C, sebelum limbah dialirkan ke kolam
pengasaman suhunya diturunkan menjadi 40-450C.
2. Pengasaman
Setelah limbah cair dari kolam pendingin, limbah akan mengalir ke kolam
pengasaman yang berfungsi sebagai proses pra kondisi sebelum masuk ke kolam
an aerobik. Pada kolam ini limbah akan dirombak menjadi Volatile Fetty Acid
(VFA).
3. Resirkulasi
Resirkulasi dilakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam an aerobik ke
kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikkan pH dan membantu
pendinginan. Pembiakkan bakteri yang akan digunakan dalam proses an aerobik
pada awalnya dipelihara dalam suatu tempat yang bertujuan untuk memulai
pembiakkan bakteri. Dalam pembiakkan awal perlu ditambahkan nutrisi yang
merupakan sumber energi dalam metabolisme bakteri seperti urea, phosphat dan
limbah yang telah diencerkan. Setelah bakteri menunjukkan perkembangan
dengan indikasi timbulnya gelembung-gelembung gas (biasanya 2-4 hari), bakteri
tersebut dimasukkan ke kolam pembiakkan yang sebelumnya telah diisi dengan
limbah yang telah mengalami proses pengasaman dan netralisasi dengan pH > 7,
dan selanjutnya dialirkan ke kolam an aerobik.
4. Proses Anaerobik
Dari kolam pengasaman limbah akan mengalir ke kolam an aerobik primer
karena pH dari kolam pengasaman masih rendah, maka limbah harus dinetralkan
dengan cara mencampurkannya dengan limbah keluaran dari kolam an aerobik
dengan cara resirkulasi pada pada masukkan (inlet) ke kolam an aerobik.
Bersamaan dengan ini bakteri dari kolam pembiakkan dialirkan ke kolam an
aerobik, bakteri an aerobik yang aktif akan membentuk asam organik dan CO2.
Selanjutnya bakteri methane (Methanogenic Bacteria) akan merubah asam
organic menjadi methane dan CO2. BOD limbah pada kolam an aerobik primer
masih cukup tinggi, maka limbah diproses lebih lanjut pada kolam an aerobik
sekunder. Kolam an aerobik sekunder dikatakan beroperasi dengan baik jika
setiap saat nilai parameter utamanya berada pada tetapan di bawah ini :
- PH = 6–8
- VFA  300 mg/liter
- Alkalinitas  2000 mg/liter
- BOD  3500 mg/liter
5. Proses Fakultatif
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri an
aerobik dan pra kondisi proses aerobik. Aktivitas ini dapat diketahui dengan
indikasi pada permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-
hijauan.
6. Proses Aerobik
Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang
membentuk flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroba. Dalam kolam ini pengadaan oksigen dapat dilakukan secara alami
atau menggunakan aerator.
Gambar instalasi pengolahan air limbah di PKS Rambutan
3.2 Analisa Laboratorium
Untuk menganalisa mutu, rendemen dan kandungan bahan kimia yang
mempengaruhi proses produksi, PKS Rambutan mempunyai 1 unit laboratorium
dengan peralatan yang cukup menunjang kehandalan pabrik. Analisa dilakukan
pihak laboratorium secara sampling yang diambil saat sortasi oleh bagian sortasi
secara periodik saat proses pengolahan berlangsung atau saat diperlukan.
Beberapa analisa yang dilakukan antara lain:
 Analisa mutu produksi CPO dan Kernel
 Analisa lossis minyak dan inti
 Analisa mutu air umpan boiler
 Analisa kondisi mutu limbah cair.

3.2.1 Analisa Mutu Produksi


Setiap hari diadakan analisa mutu produksi untuk mengetahui kualitas
bahan kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sudah sesuai norma (standart
yang diharapkan), sehingga dapat diketahui seberapa kehandalan pabrik dalam
mendapatkan minyak dan inti sesuai ISO 9000 dan bisa diterima pasar.
1. Mutu Minyak Produksi
Spesifikasi mutu produksi minyak sawit (CPO) dapat dilihat pada tabel berikut :
No. I. Parameter Produksi Eksport (%)
(%)
1. Asam lemak bebas 3,50 5
2. Kadar air 0,15 0,15
3. Kadar kotoran 0,02 0,02
4. Nilai peroksida (peroxide value) - 5,00
5. Nilai anisidin (anisidine value) - 6,00
6. Kandungan besi (iron content) - 3,50
7. Kandungan tembaga (copper content) - 0,05
8. DOBI - 2,5
9. Bilangan Iod - 5,1
10. Titik cair - 39 – 41
Tabel 2. Standar Mutu Minyak Sawit

Analisa mutu minyak produksi dilakukan terhadap minyak yang akan


masuk ke storage tank (setiap 1 jam), minyak yang akan masuk ke crude oil tank
(sampel 1 kali dalam 3 jam), serta kadar air minyak yang masuk ke oil tank, oil
purifier dan vacuum dryer (setiap 1 kali dalam 1 shift). Prosedur analisa yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Analisa Kadar Air
1). Alat-alat yang digunakan :
Timbangan analitik, Petridish, Oven, dan Desikator
2). Prosedur Kerja
a). Timbang sampel sebanyak ± 10 gram, masukkan ke dalam petridish yang telah
diketahui berat kosongnya.
b). Sampel dipanaskan dalam oven dengan suhu 110 0C selama 3 jam.
c). Setelah di oven dinginkan sampel ke dalam desicator selama ± 30 menit,
kemudian ditimbang.
3). Perhitungan
berat sampel awal - berat sample akhir
Kadar air minyak produksi  100%
berat sampel awal
 Analisa Kadar Kotoran
1). Alat-alat yang digunakan :
Timbangan analitik, Kertas saring whatman, Beaker glass, Oven, Corong gelas,
Desikator, dan Washing botol.
2). Bahan yang digunakan
N-hexane
3). Prosedur Kerja
a). Beaker glass 250 ml ditimbang untuk mengetahui berat kosongnya. Sampel
minyak dimasukkan sebanyak 20 gram, lalu ditambahkan ke dalam sampel
larutan N-hexane sebanyak 200 ml.
b). Kertas saring whatman dilipat empat dan ditimbang untuk mengetahui
beratnya, kemudian dibilas dengan N-hexane. Selanjutnya kertas saring
dipanaskan dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan, ditimbang (missal
beratnya x gram) dan diletakkan di atas corong gelas.
c). Sampel minyak dalam beaker glass disaring sambil dibilas dengan N-hexane
agar mudah melarut.
d). Setelah penyaringan selesai, residu yang berada dalam kertas saring dipanaskan
dalam oven pada temperature 110 0C selama 1 jam. Kemudian dimasukkan ke
dalam desikator selama 30 menit.
e). Kertas saring ditimbang untuk mengetahui beratnya (misal y gram).
4). Perhitungan
berat y - x
Kadar kotoran   100%
berat contoh
 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
1). Alat-alat yang digunakan
Timbangan analitik, Erlenmeyer, Gelas ukur, dan Buret
2). Bahan yang digunakan :
N-hexane, Alkohol 96 %, Indicator thymol blue, dan KOH
3). Prosedur Kerja :
f). Timbang sampel sebanyak ± 3 gram, masukkan ke dalam Erlenmeyer yang
telah diketahui beratnya.
g). Ke dalam sampel ditambahkan N-hexane 10 ml dan alkohol 96% sebanyak 20
ml dan 3 tetes indicator thymol blue.
h). Sampel dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi kehijau-hijauan.
4). Perhitungan
ml KOH 0,1 N  N KOH  25,6
Kadar ALB   100%
berat sampel

2. Analisa Mutu Inti Produksi


Standar mutu inti sawit produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No. Parameter Produksi (%) Eksport (%)
1. Asam lemak bebas Max. 1,00 Max 1,00
2. Kadar air Max 7,00 Max. 7,00
3. Kadar kotoran Max. 6,00 Max. 6,00
4. Inti pecah Max. 15,0 Max.15,0
5. Kadar Minyak Max. 49,0 Max. 49,0
6. Berubah warna Max. 40 Max. 40
Tabel 3. Standar Mutu Inti Sawit
 Analisa Kadar Air
1). Alat-alat yang digunakan :
Timbangan analitik, Petridish, Oven, gilingan, dan Desikator
2). Prosedur Kerja
a. Timbang sampel sebanyak ± 100 gram, haluskan dengan gilingan lalu
masukkan ke dalam petridish yang telah diketahui berat kosongnya.
b. Sampel dipanaskan dalam oven dengan suhu 110 0C selama 3 jam.
c. Setelah di oven dinginkan sampel ke dalam desicator selama ± 30 menit,
kemudian ditimbang.
3). Perhitungan
berat sampel awal - berat sample akhir
Kadar air minyak produksi  100%
berat sampel awal
 Analisa Kadar Kotoran
1). Alat-alat yang digunakan
Timbangan analitik, Tempat contoh, dan Pemecah biji
2). Prosedur Kerja :
a). Sampel yang akan diperiksa, ditimbang sebanyak ± 1000 gram.
b). Sampel dipisahkan atas inti utuh, inti pecah, nut utuh, nut pecah dan cangkang.
Kemudian ditimbang satu per satu untuk mengetahui persentasenya.
3). Perhitungan
berat cangkang  berat nut utuh  berat nut pecah
Kadar kotoran   100%
berat sampel
 Analisa Kadar Minyak
1). Alat-alat yang digunakan
Timbangan analitik, Socklet Extraction, Oven, dan Desikator
2). Bahan yang digunakan :
N-hexane
3). Prosedur Kerja :
a. Sampel dari analisa kadar air dibungkus dengan kertas saring kemudian
diekstraksi selama 6 jam. Ekstraksi dihentikan apabila tidak ada lagi embun
yang melekat pada tabung.
b. Kemudian dipisahkan antara minyak dengan N-hexane.
c. Sampel bersama kock kolfnya dipanaskan dalam oven selama 30 menit, lalu
sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Sampel ditimbang
untuk mengetahui berat minyak pada sampel.
4). Perhitungan
berat minyak pada sampel
Kadar minyak inti   100%
berat sampel basah
 Analisa Kadar ALB
1). Alat-alat yang digunakan
Timbangan analitik, Buret, Erlenmeyer, dan Gelas ukur
2). Bahan yang digunakan :
N-hexane, Alkohol 96%, dan Indikator thymol blue
3). Prosedur Kerja :
a. Hasil ekstraksi dari analisa kadar minyak ditimbang sebanyak 2 – 3 gram.
b. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
menjadi kebiru-biruan.
4). Perhitungan
volume KOH  N KOH  200
Kadar ALB   100%
berat sampel

3.2.2 Analisa Losses Produksi


Proses pengolahan di pabrik bertujuan untuk mempertahankan rendemen
dan jumlah produk yang dihasilkan TBS dari kebun, untuk itu losses (kehilangan)
minyak dan inti harus dikendalikan.
a. Analisa Losses Minyak Produksi (CPO)
Norma losses CPO yang diijinkan di PKS Rambutan adalah:
- Katekopen (USB) = max 2 %
- Katekopen (USF) = max 0,70 %
- Kadar minyak ZB air rebusan = max 0,70 %
- Kadar minyak ZB jankos = 1,5 – 1,8 %
- Kadar minyak ZB ampas press =4–6%
- Kadar minyak ZB biji press = 0,5 - 1 %
- Kadar minyak ZB air buangan separator = max 1,20 %
- Kadar minyak ZB dalam solid = max 2,50 %
- Kadar minyak ZB buangan fat-pit = max 0,70 %
Total losses minyak terhadap TBS = max 1,65 %
1. Pengambilan Contoh
1). Pengambilan contoh dilakukan petugas pengambil contoh dari laboratorium
yang disaksikan oleh operator stasiun yang bersangkutan.
2). Tempat pengambilan contoh diatur sebagai berikut :
 USB dan tandan kosong diambil pada inclined empty bunch conveyor
 Air kondensat rebusan diambil pada pipa pembuangan kondensat.
 Ampas press dan biji press diambil dari corong setiap press
 Sludge separator, diambil dari lumpur keluarannya yang menuju ke parit
 Drab akhir diambil dari saluran pembuangan fat fit.
3). Jumlah contoh tiap pengambilan adalah :
 Tandan kosong 2 tandan
 Bahan padat 400 gram
 Bahan cair 100 ml
2. Pelaksanaan Analisa
- Analisa terhadap contoh-contoh dilakukan tiap shift
- Setiap terjadi penyimpangan dari standar/norma segera dilaporkan kepada
asisten pengolahan untuk tindakan perbaikan.
3. Metode Analisa
1). Contoh yang diambil
Jenis contoh yang sesuai perlakuannya untuk dianalisis angka kerugian minyak
sawit adalah sebagai berikut :
 Contoh air rebusan, ditimbang ± 20 gram
 Janjangan kosong, ditimbang ± 10 gram
 Ampas pressan, ditimbang ± 10 gram
 Biji masuk silo, ditimbang ± 40 gram
 Sludge separator, ditimbang ± 10 gram
 Drab akhir, ditimbang ± 20 gram
2). Kadar air
Alat yang digunakan Petridish, Timbangan analitik, Oven, dan Desikator
Prosedur kerja :
 Contoh ditimbang sebanyak ketentuan di atas cawan penguap yang dialasi
kertas dan telah diketahui berat kosongnya.
 Contoh dimasukkan ke dalam oven 105 – 110 0C selama 1 – 2 jam sampai
semua air dalam contoh menguap.
 Contoh didinginkan dalam desikator dan timbang beratnya
 Perlakuan diulangi hingga diperoleh berat konstan
3). Kadar minyak
Alat yang digunakan :
Timbangan analitis, Sochlet extraction, Electrotermal, Oven, dan Desikator
Reagen yang digunakan : N-hexane
Prosedur kerja :
 Dari hasil analisa kadar air di atas, contoh kering dalam cawan penguap
dimasukkan ke dalam extraction timble dan tutup dengan kapas, untuk
janjangan kosong dihaluskan terlebih dahulu.
 Berat kosong dari flask extraction ditimbang kemudian diisi dengan pelarut N-
hexane sebanyak 200 ml.
 Timble ditempatkan dalam extractor dan dihubungkan dengan flask, kemudian
diekstraksi selama 5 – 6 jam.
 N-hexane dalam flask disuling hingga hampir habis,kemudian flask
dimasukkan dalam oven hingga semua N-hexane dalam flask harus menguap.
 Flask didinginkan dalam desikator dan beratnya ditimbang
 Perlakuan diulangi hingga diperoleh berat yang konstan.
Misal :
Berat contoh basah = 10,0109 gram
Berat kandungan air = 3,6940 gram
Berat zat kering = 6,3169 gram
Flask extraction + minyak = 104,1248 gram
Flask extraction = 103,6022 gram
Berat minyak = 0,5226 gram
hasil minyak ekstraksi
Kadar minyak ter hadap contoh  100 %
berat contoh basah
hasil minyak ekstraksi
Kadar minyak ter hadap zat kering  100 %
berat contoh kering
4). Analisa USB
 Ambil sample sebanyak 100 tandan secara acak lalu hitung dengan counter
check.
 Pisahkan USB dan hitung.
 Perhitungan:
Losis USB = (Banyak Buah USB : 100 sampel) X 100%
5). Analisa USF
 Ambil sample secara acak lalu timbang dengan timbangan berkapasitas 25 kg.
 Pipil brondolan dari janjangan sample.
 Timbang brondolan hasil pemipilan tersebut.
 Perhitungan:
10. Losis USF = (Berat Brondolan USF : 100 sampel jankos) X 100%

b. Analisa Losses Inti Produksi


Losses inti sawit dapat terjadi pada :
 Ampas press
 Cangkang pada LTDS
 Cangkang pada hydrocyclone
Pengambilan contoh dilakukan setiap 3 jam dan 3 kali dalam 1 shift. Jumlah
contoh yang diambil masing-masing sebanyak 1000 gram. Apabila terjadi
penyimpangan, hasil analisa dilaporkan kepada asisten pengolahan untuk tindakan
perbaikan.
Metode analisa :
1). Alat yang digunakan : timbangan analitik
2). Cara kerja :
Contoh ditimbang sebanyak 1000 gram, lalu dipisahkan atas :
 Sample diaduk di meja sortir hingga merata.
 Sample dibagi 4 bagian, lalu 2 bagian menyilang diaduk kembali.
 Timbang sample dengan piringan ± 100 gram.
 Sortir biji utuh, biji pecah, inti utuh, inti pecah dan cangkang lalu ditimbang
masing-masing bagian.
 Biji utuh dan biji pecah dipukul dengan martil lalu ditimbang inti dan
cangkangnya.
 Perhitungan:
Berat Total Inti
lossis Inti  x100 %
Berat Sample

3.3 Bagian Teknik dan Maintenance


Perawatan dan pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari
semua tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau mengembalikan
suatu peralatan pada kondisi yang dapat diterima, agar pabrik dapat terus berjalan
sehingga produksi dapat terus berjalan dengan baik dan lancar.
Bagian teknik di PKS Rambutan terdiri atas bidang sipil/traksi, bidang listrik,
bidang instalasi mesin-mesin pengolahan, bengkel umum dan workshop.
Tujuan perawatan :
- Memperpanjang massa penggunaan mesin
- Menjaga agar mesin selalu dalam kondisi stabil
- Agar dapat mengetahui kerusakan sedini mungkin dan terhindar dari
kerusakan yang terjadi secara mendadak yang dapat mengakibatkan produksi
pabrik berhenti
- Menjamin keselamatan pekerja yang mengoperasikan peralatan tersebut
- Menurunkan biaya perawatan

3.3.1 Bidang sipil/traksi


Bidang sipil/traksi mengurusi permasalahan yang berhubungan dengan
transportasi, alat berat, bangunan, jembatan, jalan serta saluran air. Dalam
pelaksanaan pekerjaan sipil, bidang ini memiliki beberapa pedoman/ petunjuk
yang digunanya untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.
1. Pengawasan pekerjaan
Pengawasan pekerjaan ini dilaksanakan untuk menghindari kemacetan-
kemacetan atau kesalahan-kesalahan selama waktu pelaksanaan pekerjaan
2. Laporan pekerjaan
Pekerjaan yang telah selesaikan dikerjakan hendaknya dilaporkan
kebagian yang terkait dengan sebenarnya. Laporan yang diberikan berupa
persentase pekerjaan, kelancaran pekerjaan, jumlah tenaga kerja, realisasi
pembayaran dan keterlambatan yang mungkin terjadi.
3. Berita acara
Berita acara dibuat apabila pekerjaan yang telah dilaksanakan dan akan
dipergunakan oleh perusahaan dan tembusannya dikirim ke bagian terkait.
Bidang traksi mengurusi permasalahan yang berhubungan dengan segala
alat pengangkutan dan kendaraan yang ada di PKS Rambutan. Bagian traksi
dalam kegiatan sehari-harinya membuat laporan yang berisi tentang jarak
pemakaian kendaraan, pemakaian BBM, pemakaian pelumas/ oli, pemeliharaan
kendaraan, pemakaian suku cadang.

3.3.2 Bidang Instalasi Listrik


Bidang ini mengurusi permasalahan yang berhubungan dengan instalasi
listrik. Dalam pelaksanaan pekerjaannya berkoordinasi dengan bengkel umum.

3.3.3 Bidang Teknik Instalasi


Bidang ini mengurusi perbaikan peralatan pabrik dan membuat planning
kerja sesuai dengan kebutuhan peralatan mesin. Sitem perawatan yang dijalankan
adalah preventif maintenance dan predictif maintenance.
Jadwal planning pemeliharaan antara lain :
- Pemeliharaan harian
- Pemeliharaan mingguan
- Pemeliharaan bulanan
- Pemeliharaan 6 bulan sekali
- Pemeliharaan tahunan
3.3.4 Bengkel Umum dan Workshop
Pekerjaan bengkel umumnya melaksanakan pekerjaan mereparasi
peralatan atau membuat peralatan serta suku cadang dan membuat inovasi-inovasi
untuk menekan biaya perawatan.

3.4 Sistem administrasi PKS Rambutan


3.4.1 Administrasi Pengolahan
Administrasi pengolahan di PKS Rambutan meliputi :
1. Merekap buku jurnal, jam jalan dan stagnasi pabrik.
Semua laporan yang menyangkut jam kerja operasional mesin dan stagnasi
yang dibuat/direkap pada LBPS (Laporan Bulanan Pengolahan Sawit).
2. Mencatat premi pengolahan.
Penghitungan premi karyawan berdasarkan TBS olah dan target mutu yaitu :
kuantitas, kualitas dan efisiensi yang perhitungannya berdasarkan point yang
ditetapkan oleh direksi melalui Surat Edaran No. 3.08/SKPTS/R/85/2007 tentang
pemberian premi pengolahan kepada karyawan pelaksana pengolahan.
3. Membuat permintaan barang ke gudang (AU.58)
Bon permintaan dan pengeluaran barang-barang perlengkapan bagian
pengolahan yang diambil dari gudang.
4. Menghitung produksi yang diolah.
Perhitungan jumlah TBS yang diolah, Jumlah minyak yang dihasilkan,
Rendemen inti, minyak dan jumlah inti yang didapat dalam satu shift.
5. Iktisar laporan pekerjaan harian (PB.10)
Laporan yang berisikan mengenai perhitungan realisasi hari kerja karyawan
sesuai dengan uraian pekerjaannya yang dibuat tiap hari.
6. Buku Asisten (AU.29)
Merupakan daftar kehadiran karyawan yang diisi oleh asisten berdasarkan
buku mandor (PB 73).
7. Buku cuti Karyawan pengolahan.
Permohonan cuti karyawan yang dibuat 2 hari sebelum hari permintaan oleh
karyawan bersangkutan sebagai hak tiap karywan tetap.
8. Dokumentasi surat masuk dan keluar (SE, SI, SKPTS, Intern dan
Memorandum)
Dokumen surat masuk dan keluar yang berhubungan dengan pengolahan
diarsip dan disimpan sebagai file.

3.4.2 Administrasi Teknik.


1. Permintaan barang ke gudang (AU.58)
Bon permintaan dan pengeluaran barang-barang teknik/spare part yang
diambil dari gudang.
2. Permintaan PPT/PPS dan DPBB
PPT/PPS merupakan permintaan pemeliharaan teknik/sipil yang dibuat oleh
bagian teknik yang ditujukan ke distrik manager atau kantor Direksi, sedangkan
DPBB merupakan daftar permintaan barang yang ditujukan ke distrik manager
atau kantor Direksi.
3. Surat pengantar pengembalian barang bekas ke gudang
Surat pengantar pengembalian barang bekas sisa dari reparasi yang dilakukan
sendiri maupun pihak ke tiga.
4. Ikhtisar pekerjaan harian teknik dan dinas sipil (PB.10)
Laporan yang berisikan mengenai perhitungan realisasi hari kerja karyawan
sesuai dengan uraian pekerjaannya yang dibuat tiap hari
5. Kartu Reparasi (AU.71)
Merupakan penjelasan mengenai reperasi-reperasi pemeliharaan penggantian
srare part dan lain-lain pekerjaan.
6. Laporan pemakaian BBM dan Pelumas.
Pencatatan pemakaian BBM dan pelumas pada peralatan pabrik dan
kendaraan dinas.
7. Laporan pemakaian KWH Listrik.
Pencatatan KWH meter listrik pada genset dan turbin sebagai pembangkit
energi serta konsumsi/penggunaan listrik tersebut.
8. Laporan bulanan teknik (LTP)
Laporan yang memuat kerusakan peralatan pabrik, jumlah pemakaian KWH
listrik, pemakain minyak solar, pemakaian pelumas, stagnasi pabrik dan
pemakaian air dalam 1 bulan.
9. Buku Asisten (AU.29)
Merupakan daftar kehadiran karyawan yang diisi oleh asisten berdasarkan
buku mandor (PB 73)
10. Mencatat premi teknik/listrik.
Penghitungan premi karyawan berdasarkan TBS olah dan target mutu yaitu :
kuantitas, kualitas dan efisiensi yang perhitungannya berdasarkan point yang
ditetapkan oleh direksi melalui Surat Edaran No. 3.08/SKPTS/R/85/2007. Premi
dihitung berdasarkan rata-rata premi pada bagian pengolahan.
11. Mencatat jam jalan peralatan pabrik.
Memonitor lifetime peralatan dan penggantian sprare part serta pelumas
mesin pengolahan.
12. Buku cuti karyawan teknik.
Permohonan cuti karyawan yang dibuat 2 hari sebelum hari permintaan oleh
karyawan bersangkutan sebagai hak tiap karywan tetap.
13. Lembur dinas sipil/traksi (AU.20)
Memuat daftar lembur karyawan beserta jumlah jam lembur sebagai dasar
pembayaran lembur.
14. Surat jalan kendaraan.
Surat perintah pemakaian kendaraan untuk keperluan dinas.
15. Jurnal KM jalan kendaraan.
Pencatatan jarak tempuh kendaraan dinas yang dipakai untuk urusan dinas.
16. Anggaran teknik/dinas sipil/traksi.
Anggaran pembiayaan untuk kegiatan tehnik, dinas sipil dan traksi.
3.4.3 Administrasi Produksi.
1. Pembukuan TBS diterima.
Merupakan laporan harian/rekapitulasi penerimaan bahan baku TBS yang
dicatat jam/waktu masuknya TBS, kebun sei induk serta tonase dari TBS yang
diterima.
2. Menghitung produksi dan membukukan.
Perhitungan produksi yang dibukukan setiap harinya.
3. Laporan produksi ke kantor Direksi.
Merupakan laporan pencapaian produksi yang meliputi pengolahan, anggka-
angka kerja dan hasil pengolahan, pengiriman CPO dan inti, pengiriman milik
pihak ketiga, DO yang belum terpenuhi, jasa pengankutan pengiriman produk,
persediaan dan mutu, keterangan stgnasi serta sortasi TBS yang selanjutnya
dilaporkan ke kantor direksi setiap harinya.
4. Laporan pengiriman dan Stok produksi.
Meliputi jumlah minyak yang dikirim tiap bulan, stok persediaan minyak
setiap bulan, rendemen rata-rata tiap bulan dan mengetahui jumlah TBS olah tiap
bulan untuk masing-masing kebun.
5. Laporan produksi definitif.
Merupakan realisasi definitif tiap kebun induk yang dibuat setiap bulan.
6. Laporan Management produksi
Merupakan rekapitulasi, pengiriman dan persediaan kelapa sawit dari kebun
se induk, pembelian dari pihak ketiga maupun titip olah.

3.4.4 Administrasi Laboratorium dan sortasi TBS


1. Rekapitulasi hasil analisa Laboratorium dan Sortasi TBS.
Merekapitulasi hasil rata-rata Analisa CPO dan inti yang samplenya diambil
tiap 3 jam.
2. Laporan Hasil Analisa dan sortasi.
Hasil dari pada analisa sortasi per truk untuk mewakili beberapa afdeling
kebun yang dibuat setiap hari.
3. Laporan mingguan dan bulanan (IPAL, LTP dan angka-angka perbandingan)
Kumpulan dari TBS olah laporan harian tentang Rendemen, Mutu dari CPO
dan inti.
4. Permintaan Barang (DPBB)
Merupakan daftar permintaan barang keperluan laboratorium misalnya bahan
kimia pro analis dan alat-alat yang digunakan laboratorium.
5. Permintaan Barang ke gudang (AU.58)
Bon permintaan bahan-bahan laboratorium yang ditujukan ke gudang
6. Laporan pemakaian bahan kimia
Merupakan laporan pemakaian bahan kimia yang dibuat setiap hari oleh
petugas water threatment eksternal dan internal
7. Laporan jam jalan pompa waduk
laporan jam jalan pompa waduk yang dibuat setiap hari oleh petugas water
intake.
8. Mencatat premi Laboratorium dan Sortasi TBS
Merupakan perhitungan premi karyawan berdasarkan TBS olah dan target
mutu yaitu kuantitas, kualitas dan efisiensi yang perhitungannya berdasarkan
point yang ditetapkan oleh direksi melalui Surat Edaran No.
3.08/SKPTS/R/85/2007. Premi dihitung berdasarkan rata-rata premi pada bagian
pengolahan.
9. Ikhtisar laporan pekerjaan harian laboratorium
Laporan yang berisikan mengenai perhitungan realisasi hari kerja karyawan
sesuai dengan uraian pekerjaannya yang dibuat setiap hari
10. Laporan bulanan pemakaian air
Merupakan laporan pemakaian air yang digunakan untuk pengolahan dan
domestik berdasarkan laporan jam jalan pompa waduk
11. Laporan hasil analisa tandan per tahun tanam.
Merupakan laporan hasil analisa TBS berdasarkan fraksi, berat dan tahun
tanamnya
3.4.5 Administrasi Tata Usaha
1. Permntaan barang (AU.53)
Bukti penerimaan barang-barang masuk dari pihak ke III dan Kandir sesuai
DPBB dan OPL
2. Kartu persediaan (AU.55)
Bukti pembukuan barang-barang masuk dan menjadi stok gudang
3. Laporan bulanan (LM 30, Rekening 300, persediaan)
Laporan yang dibuat tiap bulan berdasarkan staok gudang dan disampaikan
ke bagian pengadaan dan pembiayaan
4. Daftar Upah karyawan.
Perhitungan upah berdasarkan golongan ditambah premi / lembur yang akan
dibayarkan setiap bulan kepada karyawan
5. Buku Jurnal Gudang.
Pencatatan bukti penerimaan barang dan pengeluarannya.
6. Finansial gudang.
Pencatatan AU 58 (permintaan barang) fisik dan biayanya.
7. RKAP/RKO PKS
Penyusunan anggaran berdasarkan jumlah tenaga kerja, kebutuhan barang
sesuai pedoman dari bagian Teknik dan Pengolahan
8. Rekapitulasi biaya umum dan pengolahan.
Pencatatan biaya umum yang timbul dari andil sub rekg. dan pembebanan
dari rekening netral.
9. Penilaian Karya.
Merupakan kesepakatan kerja yang dibuat oleh masing-masing karyawan.
10. Administrasi Jamsostek
Pencatatan Jamsostek berdasarkan gaji, upah yang telah ditentukan dari pihak
Jamsostek.
11. Catu beras karyawan
Beras yang diberikan kepada karyawan berdasarkan jumlah tanggungan
karyawan dengan uraian pekerja 15 Kg, ITB 9 Kg, dan anak 6 Kg.
12. Daftar sisa cuti karyawan
Daftar hak cuti Karyawan setelah satu bulan bekerja dan harus dijalani pada
bulan berjalan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil on the job training (OJT) lapangan di PKS Rambutan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pengolahan kelapa sawit merupakan suatu proses yang
berkelanjutan (countinus process) antara satu stasiun dengan stasiun
lainnya, apabila salah satu stasiun rusak (prosesnya kurang baik) maka
akan menghambat proses di stasiun lainnya.
2. PKS Rambutan memiliki beberapa peralatan tunggal yang dapat
mengakibatkan pabrik stop total mengolah TBS antara lain :
- Cake breaker conveyor
- Distribusi conveyor digester
- Depericarper
3. Kapasitas desain PKS Rambutan adalah 30 ton/jam, dalam realisasinya
kapasitas olah dapt mencapai 31-32 ton/jam.
4. Mesin dan peralatan pengolahan kelapa sawit PKS Rambutan telah
mengalami beberapa renovasi untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas
yang lebih baik.
5. Kerusakan pada suatu peralatan, akan dapat mengakibatkan jam stagnasi
tinggi sehingga kapasitas olah dan pencapaian hasil olah rendah serta
terjadi penumpukan TBS di loading ramp.
6. Rendemen minyak yang diperoleh tergantung pada TBS yang dipasok oleh
kebun sei induk dan plasma. Oleh karena itu, dilakukan analisa
tandan/material balance untuk menentukan rendemen potensi TBS dari
setiap kebun dan hasilnya dikirim ke kebun pemasok. Dengan demikian
diharapkan dapat dicapai suatu transparansi dan kerja sama (team work)
antara pihak kebun dan pabrikuntuk bersama-sama memperbaiki
kinerjanya dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.
4.2 Saran
1. Untuk menghasilkan kualitas minyak CPO dan inti yang diharapkan
sebaiknya dilakukan penyotiran TBS yang mutu buahnya fraksi 2 dan 3.
2. Kebocoran pada packing di pintu rebusan dan kurangnya suplai steam dari
inlet dan kebocoran exhaust valve akan menyebabkan hasil perebusan
yang kurang sempurna. Karenanya perawatan pada valve-valve, packing
serta pintu rebusan dapat meningkatkan effisiensi dan menurunkan losses
di rebusan.
3. Kebersihan pabrik hendaknya selalu dijaga agar menambah nilai estetika
dan kenyamanan dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai