Disusun Oleh :
N NAMA NIM JURUSAN
O
1. Rizky Prayudha 17 01 157 Teknik Kimia
2. Sabda Regan Felix Situmorang 17 01 159 Teknik Kimia
3. Satria Sinulingga 17 01 160 Teknik Kimia
4. Shara Ayunda 17 01 163 Teknik Kimia
i
12. Keluarga besar PT. SOCI MAS.
13. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
Semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini bisa memberikan manfaat
kepada kami serta kepada para pembaca yang budiman.Kami sadar bahwa
laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan ini dan bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LAPORAN
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 4
1.3.1. Manfaat Penelitian 4
1.3.2. Tujuan Penelitian 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 6
2.1. Unit Destilasi.........................................................................................6
2.1.1. Refined Bleached and Deodorized Palm Stearin (RBDPS).......6
2.1.2. Proses di Unit Destilasi #300 PT. SOCI MAS 9
2.1.3. Asam Lemak (Fatty Acid) 9
2.1.4. Sifat Kimia-Fisik Asam Lemak 12
2.1.5. Destilasi Asam Lemak 13
2.1.6. Variabel Yang Mempengaruhi Proses Destilasi 14
2.2. Unit Hidrogenasi...................................................................................16
2.2.1. Kelapa Sawit..............................................................................16
2.2.2. Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit 17
iii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 28
3.1. Tempat dan Waktu 28
3.2. Pengumpulan Data 29
3.3. Metode 30
BAB IV.PEMBAHASAN 31
4.1. Data Pengamatan................................................................................ 31
BAB V. ANALISA DATA 32
5.1. Pada Unit Destilasi 32
5.1.1. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi I (2C302) 32
5.1.2. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi II (2C303) 35
5.1.3. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi III (2C302).. 38
5.2. Pada Unit Hidrogenasi 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Palm Kernel Oil (PKO) adalah minyak dari proses pemurnian (refined)
dan proses fraksinasi CPO (CrudePalm Oil). Proses fraksinasi bertujuan untuk
memisahkan fraksi padat stearin dan fraksi cair olein pada CPO yang didasarkan
perbedaan titik cair masing-masing fraksi.Stearin memiliki slip melting
point sekitar 44-56oC sedangkan olein pada kisaran 13-23oC. Hal ini
menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip melting point lebih tinggi akan
berada dalam bentuk padat pada suhu kamar.
1
Stearin sawit mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh serta
triagliserol. Nilai bilangan iod yang berkisar 21-48 direfleksikan pada penurunan
titik leleh 44-56°C.Kandungan asam palmitat pada stearin bervariasi dari 47-74%,
sedangkan asam oleat berkisar 15-37%.
Stearin yang lebih keras juga bisa dihasilkan dengan kandungan asam
palmitat 79%. Jenis stearin ini memililki kandungan tripalmito glycerol (PPP)
60% dan digunakan sebagai hard sotck untuk pembuatan soft margarin dan pada
formulasi produk lemak lainnya.
Komponen trigliserida RBDPS secara umum terdiri dari asam lemak jenuh
dan tak jenuh .Komposisi asam lemak jenuh terdiri dari asam laurat, asam
miristat, asam palmitat, asam stearat dan asam arakidat.
Perhitungan neraca diperlukan untuk mengetahui kesetimbangan antara
umpan yang masuk dengan produk yang keluar. Apabila laju umpan masuk sama
dengan laju produk yang keluar maka dapat dikatakan proses telah berjalan
dengan seimbang (balance) . Namun apabila laju umpan masuk tidak seimbang
dengan laju produk yang keluar maka perlu dilakukan evaluasi dalam proses
fraksinasi agar diperoleh hasil yang optimal dalam proses fraksinasi di Pabrik
PGS PT. SOCI MAS MEDAN.
Judul Laporan PKL ini adalah:
2
B. Unit Hidrogenasi 2#200
Pada Laporan PKL ini akan dikaji Banyak hydrogen yang dibutuhkan
pada unit Hidrogenasi menghasilkan produkAsam stearat dari pemutusan ikatan
rangkap asam oleat,asam linoleat,dan asam linolenat. Judul Laporan PKL ini
adalah:
3
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan suatu pokok permasalahan yang terkait dengan permasalahan
yang ditemukan di lapangan. Adapun rumusan pokok permasalahan yang
didapat adalah sebagai berikut:
a. Unit Destilasi
1. Berapakah laju alir pada bottom produk yang di umpankan ke kolom C-303
?
2. Berapakah massa Residu/ Pitch yang keluar dari kolom C-304?
b. Unit Hidrogenasi
1. Banyak hydrogen yang dibutuhkan pada unit Hidrogenasi menghasilkan
produk Asam stearat dari pemutusan ikatan rangkap asam oleat, asam
linoleat, dan asam linolenat?
4
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Unit Destilasi
1. Mengetahui cara-cara pemisahan asam lemak berdasarkan
rantai karbonnya di destilasi 2#300.
2. Mengetahui berbagai jenis peralatan yang diperlukan pada
proses destilasi asam lemak di unit destilasi 2#300.
3. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
proses pemurnian asam lemak di unit destilasi 2#300.
b. Unit Hidrogenasi
1. Mengetahui cara-cara pemutusan ikatan rangkap di
hidrogensaai 2#200.
2. Mengetahui berbagai jenis peralatan yang diperlukan pada
proses Hidrogenasi.
3. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
proses pemutusan ikatan rangkap di unit Hidrogenasi 2#200.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
MUFA ± 40%, serta asam lemak tak jenuh ganda yang relatif sangat sedikit
(± 10%),(Darnoko, 2003). Minyak sawit juga dapat difraksinasikan menjadi 2
bagian , yakni fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Karakteristik yang
berbeda pada fraksi-fraksi tersebut menyebabkan aplikasinya sangat luas
untuk produk-produk pangan maupun non pangan. Proses pemisahan asam
lemak yaitu stearin dan olein dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain: mechanical pressing, solvent crystalization dan hydrophilization.
(Riegel’s, 1963). Metode machanical pressing merupakan cara yang paling
sederhana dan masih dilakukan di banyak negara. Pada metode ini asam
lemak di didihkan pada sebuah bejana dan kemudian didinginkan. Setelah itu
bahan tersebut akan terbentuk menjadi dua fasa yaitu kristal padat dan cairan
7
8
2.1.2. Proses di Unit Destilasi 2#300 PT.SOCI MAS
Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserin yang diperoleh
dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya.
Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam
lemak jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA) yaitu asam lemak yangtidak
memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (Unsaturated Fatty
Acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA)
memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap.
9
a. Asam Lemak Jenuh
Rumus struktur dan titik cair asam lemak jenuhdapat dilihat pada
gambar 2.1.1 dan tabel 2.1.2.
10
b. Asam Lemak Tak Jenuh
Asam lemak tak jenuh terdiri dari Asam Lemak tak jenuh tunggal
(Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) dan Asam lemak tak jenuh
jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid/ PUFA). Mono Unsaturated Fatty
Acid (MUFA) merupakan jenis asam lemak yang mempunyai 1 (satu)
ikatan rangkap pada rantai atom karbon.
11
Tabel 2.1.3.2. Titik Cair Asam Lemak Tidak Jenuh
Asam lemak jenuh adalah asam lemak dimana rantai atom karbonnya tidak
mempunyai ikatan rangkap dan hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom
karbon penyusunnya, bersifat tidak stabil (tidak mudah bereaksi), tidak mudah
teroksidasi dan tidak berubah menjadi asam lemak trans atau senyawa berbahaya
lainnya. (Silalahi, 2000).
12
2.1.5 Destilasi Asam Lemak
13
akan tetapi komposisi dari satu komponennya berbeda dengan komposisi
dari cairan asal.
14
bawah yang mengandung light component yang lebih besar
(Ritonga, 1994 & 2011).
3. Laju Alir
Laju alir yang dimaksud adalah laju alir umpan masuk pada
kolom distilasi atau fraksinasi, laju alir distilat, laju alir produk
bawah dan laju alir refluks yang kembali ke kolom destilasi atau
fraksinasi. Keempat laju alir ini harus dijaga dengan baik. Jika
laju alir umpan berkurang dan/ atau laju alir distilat bertambah,
produk distilat ini akan mengandung lebih banyak heavy
component, dan demikian sebaliknya (Ritonga, 1994).
15
2.2. Unit Hidrogenasi
2.2.1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia,tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan
ke Indonesia sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. (Teguh W, 2006, hal:
1).Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) berasal dari Guinea dipesisir
Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara
danAmerika Latin. Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis. (Rondang
T,2006, hal:21).
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai
Dura, Tenera dan Pisifera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara
memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan
bijinya sedikit dikelilingi sabut. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal
serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera. Tenera
merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis
dengan cincin serat di sekeliling biji. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan
inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial.
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30
bulansetelah ditanam di lapangan. Buah yang duhasilkan disebut tandan buah
segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit
meningkat mulai umur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25
tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun. TBS diolah
di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyakdan inti yang
dihasilkan dari pabrik kelapa sawit merupakan produk setengah jadi.Minyak
mentah atau crude palm oil (CPO), dan inti harus diolah lebih lanjut
untukdijadikan produk jadi lainnya. (Iyung, P., 2006, hal: 221-223).
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
bagianvegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang dandaun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangbiakan terdiri daribunga dan buah. (Yan Fauzi, 2006, hal: 25).
16
Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan
dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical.
Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak
nabati dunia. (Iyung, P., 2006, hal: 69).
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa
sawit yang ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian.
Sebagai tanaman tahunan (perennial crop), pada kelapa sawit dikenal periode
tanaman belummenghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi antara 2-4 tahun.
(Iyung, P., 2006, hal:84).
17
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak
berubah.(Ketaren S, 1986, hal: 260).
Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non
trigliserida.Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh
dan asam lemaktak jenuh. Komponen non trigliserida merupakan komponen yang
menyebabkan rasa,aroma dan warna yang kurang baik. Kandungan minyak sawit
yang terdapat dalamjumlah yang sedikit ini, sering memegang peranan penting
dalam menentukan mutuminyak. (Rondang T, 2006, hal: 22).
18
2.2.4. Lemak dan Minyak
Istilah lemak (fat) biasa digunakan untuk campuran trigliserida yang
berbentuk padat pada suhu ruangan, sedangkan minyak (oil) berarti campuran
trigliserida cair padasuhu ruangan. (Buckle KA, 1987, hal: 328).
Pengertian umum kata lemak (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak larut
dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan perkataan
minyak (oil) dapat mempunyai dua pengertian. Bila digunakan bersama-sama
dengan kata lemak dapat ekspresi fat and oil atau lemak dan minyak maka dapat
diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak, kecuali bila ia merupakan bentuk
cairanyang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut minyak. Minyak sendiri
dapatdibedakan secara fundamental dari berbagai macam cairan lain seperti
minyak tambang (mineral oil) dan minyak atsiri (essential oil). Minyak sering
disebut juga asam lemak (fatty acid). Sekarang penggunaan perkataan fatdiartikan
untuk meliputilemak dan minyak lemak yang kemudian menjadi lazim.
Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang sebagai hasil
kondensasidari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak; dan
daripadanyamenghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigliserida.
(Hardjono S, 2005, hal: 98-99)
19
(a). Titik cair
Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran
trigliserida mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan
mencair pada suatu rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai
mencair disebut titik cair. Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara
300C dan 400C. Titik cair untuk lemak adalah di bawah suhu udara biasa.
(b). Titik asap
Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan
mulai mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau
menghasilkan asapdengan bau karakteristik menusuk. Kebanyakan lemak
dan minyak mulai berasap pada suhu di atas 2000C. Umumnya, minyak
nabati mempunyai titik asap lebih tinggi daripada lemak hewani. Titik
asap bermanfaat dalam menentukan lemak atau minyak yang sesuai untuk
keperluan menggoreng.
(c). Titik nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan
menyala. Suhu ini dikenal sebagai titik nyala.
3. Plastisasi
Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisasi
lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing
masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti bahwa pada suatu suhu,
sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal
padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses pendinginan
cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih
plastis.Rentangan suhu di mana lemak menunjukkan watak plastis dikenal
sebagairentangan suhu plastis (plastic range) lemak tersebut.
4. Ketengikan
Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak
dan minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi yang berperan pada proses
ketengikan, yaitu oksidasi dan hidrolisis.
20
(a) Oksidasi
Ini terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen
dari udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul
trigliserida dan dapatterbentuk berbagai senyawa yang menimbulkan rasa
tengik yang tidak sedap. Reaksiini dipercepat oleh panas, cahaya dan logam-
logam dalam konsentrasi amat kecil,khususnya tembaga.
5. Saponifikasi
Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses
ini dikenal sebagai saponifikasi. (Gamanet al,1981, hal: 77-80).
2.2.6. Reaksi Lemak dan Minyak
Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa,
oksidasi,hidrogenasi dan esterifikasi.
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi
asam-asamlemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat
mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya
sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan
mengakibatkan kerusakan ketengikan hidrolisa yangmenghasilkan
flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
2. oksidasi
Proses oksidasi dapat berlansung bila terjadi kontak antara
sejumlah oksigendengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi
ini akan mengakibatkan bautengik pada minyak dan lemak. Oksidasi
biasanya dimulai dengan pembentukkan peroksida dan hidroperoksida.
Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan
konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk
menjenuhkanikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada
minyak atau lemak.Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan
21
menggunakan hidrogen murni danditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnyaadalah minyak
yang bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya.
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju/kecepatan suatu
reaksi dan diperoleh kembali di akhir reaksi. (Mulyono HAM, 2006).
22
tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat
tidakmenguap. (Ketaren S, 1986, hal: 29)
2.2.7. Asam Lemak
Asam lemak adalah bagian integral dari biomolekul lipid, jarang
ditemukan bebas dialam karena selalu terikat sebagai ester. Suatu molekul
asam lemak dengan beratmolekul tinggi memperlihatkan sifat lipid, karena
itu kadang-kadang suatu asamlemak disamakan dengan lipid. Asam lemak
adalah asam karboksilat, suatu asam organik. Berdasarkan kerangka
hidrokarbon, asam lemak dibedakan atas dua golonganutama, yaitu:
1. asam lemak jenuh (saturated acid): asam lemak yang tidak mempunyai
ikatan rangkap. Contoh: asam palmitat, asam stearat dan asam kaprat.
Sumber: sebagian besar pada lemak hewan.
2. asam lemak tak jenuh (unsaturated acid): yaitu asam lemak yang
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Contoh: asam palmitat,
asam linoleat dan asam linolenat.
Sumber: minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan. (Yazid,
E., 2006, hal: 43). selain dua golongan diatas, dikenal juga dua
golongan lain dari asam lemak yaitu:
1. asam lemak bercabang (branched chain acid)
2. asam lemak siklis (cyclic acid) (Hawab HM, 2004, hal: 133-135).
23
secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat gelap denganperiode
waktu yang dikontrol, kelebihan iod yang tidak bereaksi diukur dengan
jalan mentitrasi larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat
(Na2S2O3). Pada caraHanus, larutan standar iod dibuat dalam asam asetat
glasial yang tidak hanyamengandung iod saja, tetapi juga mengandung
iodin bromida yang akan mempercepatjalannya reaksi pengikatan iod oleh
ikatan rangkap. Reaksi dari iod yang berlebihan tersebut adalah sebagai
berikut: 2 Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan
indikator amilum.Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan
dari minyak atau lemakdan dapat juga dipergunakan untuk
menggolongkan jenis minyak pengering danminyak bukan pengering.
Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang lebihdari 130. Minyak
yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifatsetengah
mengering. (Ketaren S, 1986, hal: 31-32).
2.2.9. Penentuan Bilangan Iodin
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak
mampu menyerap sejumlahiod dan membentuk senyawa yang jenuh.
Besarnya jumlah iod yang diserapmenunjukkan banyaknya ikatan rangkap
atau ikatan tidak jenuh. Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod
yang diserap oleh 100 gminyak atau lemak.Kecepatan reaksi antara asam
lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada macam halogen dan
struktur dari asam lemak. Dalam urutan iod > brom > flour>klor,
menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin
bertambah.Penentuan bilangan iod biasanya menggunakan cara Hanus,
Kaufmann dan Wijs danperhitungan bilangan iod dari masing-masing cara
tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi, di
mana pereaksi halogen berlebih ditambahkanpada contoh yang akan diuji.
Setelah reaksi sempurna, kelebihan pereaksi ditetapkan jumlahnya dengan
cara titrasi.
1. Cara Hanus
24
Pembuatan pereaksi Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam
larutan asam asetat glasial (larutan Hanus). Untuk membuat larutan ini, 20
g Iodium bromide dilarutkan dalam 1000 ml alkohol murni yang bebas
dari asam asetat. Jumlah contoh
yang ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu
sekitar 0,5 guntuk lemak; 0,25 g untuk minyak; dan 0,1 sampai 0,2 g untuk
minyak dengan derajatketidakjenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 ml
pereaksi harus ada kelebihanpereaksi sekitar 60 persen.
Prosedur
Contoh minyak atau lemak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 200
atau300 ml yang bertutup. Kemudian dilarutkan dengan 10 ml kloroform
atau karbontetraklorida dan ditambahkan 25ml pereaksi. Reaksi dibiarkan
selama satu jam di tempat yang gelap. Sebagian Iodium (I2) akan
dibebaskan dari larutan (larutan KI yang digunakan adalah KI 10 persen
atau 10 ml larutan KI 15 persen). Iod yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Titrasi untuk
blanko dilakukan dengan cara yang sama.
2. Cara Kaufmann dan Von Hubl
Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yang terdiri dari
campuran 5,2 mllarutan brom murni di dalam 1000 ml methanol dan
dijenuhkan dengan natrium bromida. Contoh yang telah ditimbang
dilarutkan dalam 10 ml kloroform kemudian ditambahkan dalam 25 ml
pereaksi. Di dalam pereaksi ini natrium bromida akanmengendap. Reaksi
dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi denganlarutan natrium
natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Blankodikerjakan
dengan cara yang sama.Pada cara Von Hubl digunakan pereaksi yang
terdiri dari larutan 25 g iod didalam 500 ml etanol dan larutan 30 g
merkuri klorida di dalam 500 ml etanol. Kedualarutan ini baru
dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh berumur lebihdari
48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan
25
dengancara-cara lainnya, sehingga membutuhkan waktu reaksi selama 12
sampai 14 jam.
3. Cara Wijs
Pembuatan larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 g iod monoklorida dalam
1000 ml asam asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat
larutan ini yaitu denganmelarutkan 13 g iod dalam 1000 ml asam asetat
glasial, kemudian dialirkan gas klor sampai terlihat perubahan warna yang
menunjukkan bahwa jumlah gas klor yangdimasukkan sudah cukup.
Pembuatan larutan ini agak sukar dan bersifat tidak tahanlama. Larutan ini
sangat peka terhadap cahaya dan panas serta udara, sehingga
harusdisimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
Prosedur
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1 0,5 g di dalam
erlenmeyer 500 ml yang bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml karbon
tetraklorida sebagai pelarut. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs dengan
pipet, dengan kelebihan volume pereaksi sekitar 50 60 persen. Dengan
cara yang sama dibuat juga larutan blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat
gelap pada suhu 250 ± 50 C selama 30 menit.Akhirnya ditambahkan 20 ml
larutan kalium iodida 15 persen dan 100 ml air, dan botol ditutup serta
dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium
tiosulfat 0,1N dengan menggunakan indikator larutan pati.Dari berbagai
percobaan ternyata bahwa cara Wijs dan Kaufmann hasilnyalebih baik dan
praktis.
Bilangan iod= G x N x SB 12,69 )
B = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi blanko
S = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi contoh
N = normalitas larutan Na2S2O3
G = bobot contoh (gram)
10 12,69 iodium atom bobot
(Ketaren S, 1986,hal: 53-55).
26
2.2.10. Angka Iodin (iodine number)
Adalah angka yang menunjukkan berapa gram yodium yang
diserap pada ikatan rangkap dari 100 gr lemak tak jenuh. Jadi angka ini
menunjukkan derajat kejenuhan suatu asam lemak. Asam lemak yang
benar-benar jenuh seperti tristearin mempunyai angka yodium hampir 0,
sedang linseed oil (tak jenuh) mempunyai angka yodiumtinggi yaitu 175-
202. (Soeharto P, 1994).
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
3.1.2. Waktu
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan yang terhitung
sejak tanggal 01 Juli 2019 sampai dengan tanggal 31 Juli 2019.
B. Bahan
Bahan baku yang digunakan pada unit Destilasi 2#300 adalah
Refined Bleached and Deodorized Palm Stearin (RBDPS). Dengan
feed 12500 ton/h dan komposisi material sebagai berikut :
C12 = 0,2 %
C14 = 1,2 %
C16 = 58,6 %
C18 = 39,2 %
C20 = 0,5 %
Unk = 0,3%
29
3.3. Metode
Metode kerja adalah cara kerja yang digunakan untuk memperoleh
data-data yang diperlukan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh data di
unit destilasi2#300 PT. SOCI MAS MEDAN adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari dan mengamati secara umum proses Destilasi, melakukan
pengenalan terhadap keseluruhan alat yang dimulai dari bahan baku
hingga diperoleh produk dari kolomdestilasi.
2. Melakukan pengamatan langsung kelapangan dan orientasi pabrik guna
memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan mulai dari awal
hingga akhir proses destilasi.
3. Mencari pokok permasalahan yang terdapat di kolomdestilasi pada
pemisahan fatty acid berdasarkan titik didihnya.
4. Mempelajari teori ilmiah yang berkaitan dengan destilasi dan melakukan
diskusi dengan berbagai pihak di pabrik.
5. Mengumpulkan data-data berupa temperatur dan komposisi dari DCS
room (Distributed Control System) selama beberapa kali proses
pengolahan yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang
menyangkut proses destilasi.
6. Melakukan pembahasan permasalahan serta menyusun karya akhir
berdasarkan hasil kerja praktek.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
31
BAB V
ANALISA DATA
32
Perhitungan Laju alir pada Kolom Destilasi I
Neraca Massa Total Kolom I:
F1 = F2 + F3 + F4
Diketahui:
F1 = 12500 kg/jam
F2 = 152,2 kg/jam
F3 = 1200 kg/jam
F4 = ?
Penyelesaian:
12500 kg/jam = 152,2 kg/jam + 1200 kg/jam + F4
F4 = 12500 kg/jam – 152,2 kg/jam – 1200 kg/jam
F4 = 11147,8 kg/jam
C16= 55,0942
C18 = 43,9548
C20 = 0,5606
33
Unk = 0,3363
34
5.1.2. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi II (2C303)
Diketahui:
F1 = 11147,8 kg/jam
F2 = 80 kg/jam
35
F3 = 10750 kg/jam
F4 = ?
Penyelesaian:
F4 = 317,8 kg/jam
C16= 8,6336
C18= 59,80
C20= 19,6437
36
11147,8 . 0,0034 = 817,8 . Unk
Unk = 11,9265
37
5.1.3. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi III (2C304)
38
Diketahui:
F1 = 317,8 kg/jam
F2 = 158 kg/jam
F3 = ?
Penyelesaian:
F3 = 159,8 kg/jam
C16= 46,63 %
C18 = 29,646 %
C20 = 23,725 %
39
Tabel Neraca Mass Balance Kolom 2C304
40
5.2 Analisa Data(Unit Hidrogenasi 2#200)
Komponen Masuk Kg
C12 38,4
C14 153,6
C16 7552
C₁₈F₁ 3558,4
C₁₈F₂ 678,4
C₁₈F₃ 12,8
C₁₈F0 691,2
C20 51,2
Unknown 64
Berat feed & Fahh 12800
Iv Feed = 34,59
41
Mol Hidrogen =19,55 mol
C₁₈H₃₄O₂ + H₂ C₁₈H₃₆O₂
M 12,62 19,55 -
B 12,62 12,62 -
S - 6,93 12,62
M 2,43 6,93 -
B 2,43 4,86 -
S - 2,07 2,43
42
C₁₈H₃₀O₂ + 3H₂ C₁₈H₃₆O₂
M 0,04 2,07 -
B 0,04 0,12 0,045
S - 1,9 0,04
KOMPON BM KELUAR
MASUK
EN
43
Tabel 5.2.3.Komposisi Mass balance keseluruhan
44
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Untuk mencapai kualitas produk asam lemakyang baik maka
komposisi, laju alir, temperature dan proses pengolahan harus
benar-benar dijaga dan diperhatikan dengan baik.
45
2. Perlu dilakukan perawatan, pembersihan peralatan, pengawasan
rutin, dan cermat dari pihak pabrik, hal itu perlu dilakukan
mengingat proses pengolahan yang terjadi secara terus menerus
atau continue.
46
DAFTAR PUSTAKA
Manual Training CAN GAS Generator PSA Nitrogen, PT. Petrotec Air Power.
Nagi, J.; Ahmed S. K.; Nagi F.2008. Palm Biodiesel an Alternative Green.
http://enda-wahyu.blogspot.co.id/p/prinsip-kerja-screw-air-compressor.html
http://serviceairdryer.blogspot.co.id/2012/07/ringkasan-tentang-air-dryer.html
https://www.google.com/search?q=GAMBAR+STRUKTUR+PT+SOCI+
MAS+MEDAN.
47