Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PADA PT. SOCIMAS (SINARMAS)
Jl. Pulau Irian No.2 Kawasan Industri Medan
Mabar, Sumatera Utara, Indonesia

Disusun Oleh :
N NAMA NIM JURUSAN
O
1. Rizky Prayudha 17 01 157 Teknik Kimia
2. Sabda Regan Felix Situmorang 17 01 159 Teknik Kimia
3. Satria Sinulingga 17 01 160 Teknik Kimia
4. Shara Ayunda 17 01 163 Teknik Kimia

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R .I.


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRIMEDAN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.Pada dasarnya, tujuan
dibuatnya laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III (D-III) Teknik Kimia. Laporan ini
disusun berdasarkan data-data Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada
tanggal 01 Juli 2019 sampai 31 Juli 2019 di PT. SOCI MAS.

Penyusunan laporan Praktek Keja Lapangan ini tidak terlepas dari


bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Mansyur, M.Si selaku Direktur Politeknik Teknnologi Kimia
Industri Medan.
2. Bapak Hasbullah Panggabean, ST, MT selaku Pembantu Direktur I Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan.
3. Ibu Maulidna, ST, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan.
4. Ibu Mahyana, SE selaku Kasubbag Administrasi Akademik Kemahasiswaan
dan Kerjasama.
5. Bapak Sabar Sitorus selaku Plant Manager di PT. SOCI MAS.
6. Bapak Sukadi Pranata selaku Assistent Manager Plant 2 di PT. SOCI MAS.
7. Bapak Jasran Hutagalung selaku Superintendent Production sekaligus
pembimbing lapangan kami.
8. Bapak Togar Manik selaku Assistant Manager HRBP di PT. SOCI MAS.
9. Bapak Maikel S. Saragih selaku Admin Process Improvement sekaligus
pembimbing lapangan kami.
10. Ibu Susi Farida Silalahi selaku karyawan Human Resource di PT. SOCI
MAS.
11. Team DCS Plant 2 di PT. SOCI MAS.

i
12. Keluarga besar PT. SOCI MAS.
13. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
Semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini bisa memberikan manfaat
kepada kami serta kepada para pembaca yang budiman.Kami sadar bahwa
laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan ini dan bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 07 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER LAPORAN
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 4
1.3.1. Manfaat Penelitian 4
1.3.2. Tujuan Penelitian 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 6
2.1. Unit Destilasi.........................................................................................6
2.1.1. Refined Bleached and Deodorized Palm Stearin (RBDPS).......6
2.1.2. Proses di Unit Destilasi #300 PT. SOCI MAS 9
2.1.3. Asam Lemak (Fatty Acid) 9
2.1.4. Sifat Kimia-Fisik Asam Lemak 12
2.1.5. Destilasi Asam Lemak 13
2.1.6. Variabel Yang Mempengaruhi Proses Destilasi 14
2.2. Unit Hidrogenasi...................................................................................16
2.2.1. Kelapa Sawit..............................................................................16
2.2.2. Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit 17

2.2.3. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) 18


2.2.4. Lemak dan Minyak 19
2.2.5. Sifat Lemak dan Minyak 19
2.2.6. Reaksi Asam Lemak 21
2.2.7. Asam Lemak 23
2.2.8. Bilangan Iodin 23
2.2.9. Penentuan Bilangan Iodin 25
2.2.10. Angka Iodin 27

iii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 28
3.1. Tempat dan Waktu 28
3.2. Pengumpulan Data 29
3.3. Metode 30
BAB IV.PEMBAHASAN 31
4.1. Data Pengamatan................................................................................ 31
BAB V. ANALISA DATA 32
5.1. Pada Unit Destilasi 32
5.1.1. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi I (2C302) 32
5.1.2. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi II (2C303) 35
5.1.3. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi III (2C302).. 38
5.2. Pada Unit Hidrogenasi 32

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 45


6.1 Kesimpulan 45
6.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


A. Unit Destilasi 2#300
Industri oleokimia adalah industri yang mengolah zat atau bahan yang
berasal dari fraksi minyak atau lemak nabati maupun hewani.Fatty Acid adalah
asam karboksilat yang memiliki rantai hidrokarbon yang cukup panjang (Abdi
dkk, 2014). Fatty acid diproduksi dari bahan baku antara lain: PKO (Palm Kernel
Oil), RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil), RBDPS (Refined
Bleached Deodorized Palm Stearin). RBDPO dan RBDPS adalah produk dari
proses refinery CPO (Crude Palm Oil). ( Wibowo, 2008).

Palm Kernel Oil (PKO) adalah minyak dari proses pemurnian (refined)
dan proses fraksinasi CPO (CrudePalm Oil). Proses fraksinasi bertujuan untuk
memisahkan fraksi padat stearin dan fraksi cair olein pada CPO yang didasarkan
perbedaan titik cair masing-masing fraksi.Stearin memiliki slip melting
point sekitar 44-56oC sedangkan olein pada kisaran 13-23oC. Hal ini
menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip melting point lebih tinggi akan
berada dalam bentuk padat pada suhu kamar.

Sebagai produk samping stearin cukup berperan dalam perdagangan


internasional. Stearin berada pada posisi yang menguntungkan sehubungan
dengan pola permintaan konsumen yang besar untuk lemak padat karena harga
stearin yang lebih murah dari fraksi cair olein. Stearin dapat digunakan sebagai
lemak padat (hardfat) maupun sebagai margarin (hardstock) rendah trans. Stearin
juga dapat digunakan untuk menggantikan permintaan terhadap lemak hewan
serta fungsinya sebagai shorteningmaupun minyak goreng (fryingfats). (Sibuea.P,
2014).

1
Stearin  sawit mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh serta
triagliserol. Nilai bilangan iod yang berkisar 21-48 direfleksikan pada penurunan
titik leleh 44-56°C.Kandungan asam palmitat pada stearin bervariasi dari 47-74%,
sedangkan asam oleat berkisar 15-37%.

Stearin yang lebih keras juga bisa dihasilkan dengan kandungan asam
palmitat 79%. Jenis stearin ini memililki kandungan tripalmito glycerol (PPP)
60% dan digunakan sebagai hard sotck untuk pembuatan soft margarin dan pada
formulasi produk lemak lainnya.

Komponen trigliserida RBDPS secara umum terdiri dari asam lemak jenuh
dan tak jenuh .Komposisi asam lemak jenuh terdiri dari asam laurat, asam
miristat, asam palmitat, asam stearat dan asam arakidat.
Perhitungan neraca diperlukan untuk mengetahui kesetimbangan antara
umpan yang masuk dengan produk yang keluar. Apabila laju umpan masuk sama
dengan laju produk yang keluar maka dapat dikatakan proses telah berjalan
dengan seimbang (balance) . Namun apabila laju umpan masuk tidak seimbang
dengan laju produk yang keluar maka perlu dilakukan evaluasi dalam proses
fraksinasi agar diperoleh hasil yang optimal dalam proses fraksinasi di Pabrik
PGS PT. SOCI MAS MEDAN.
Judul Laporan PKL ini adalah:

“PERHITUNGAN NERACA MASSA PADA KOLOM 2C302 , 2C303 DAN


2C304 UNIT DESTILASI 2#300 DENGAN BAHAN BAKU PALM STEARIN
OIL FATTY ACID (PSOFA)DI PABRIK PT. SOCI MAS MEDAN”

2
B. Unit Hidrogenasi 2#200

Hidrogenasi juga disebut pengerasan, menyebabkan penjenuhan ikatan


rangkap dalam rangkaian asam lemak dari trigliserida. Dua akibat yang
ditimbulkan yaitu titik cair lemak atau minyak akan naik menjadilebih stabil
terhadap ketengikan oksidatif. (Buckle, K., 1987, hal: 332).

Proses hidrogenasi biasanya melibatkan penggunaan katalis. Katalis yng


digunakan di PT.SOCI adalah katalis Nikel. Katalis adalah suatu zat yang
mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai kesetimbangan. Katalis tidak akan
merubah nilai tetapan kesetimbangan, dan tidak mengalami perubahan apa pun.
(Cottonet al, 1989).

Pada Laporan PKL ini akan dikaji Banyak hydrogen yang dibutuhkan
pada unit Hidrogenasi menghasilkan produkAsam stearat dari pemutusan ikatan
rangkap asam oleat,asam linoleat,dan asam linolenat. Judul Laporan PKL ini
adalah:

“PERHITUNGAN NERACA MASSA PADA UNIT HIDROGENASI 2#200


DI PABRIK PT. SOCI MAS MEDAN”

3
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan suatu pokok permasalahan yang terkait dengan permasalahan
yang ditemukan di lapangan. Adapun rumusan pokok permasalahan yang
didapat adalah sebagai berikut:
a. Unit Destilasi
1. Berapakah laju alir pada bottom produk yang di umpankan ke kolom C-303
?
2. Berapakah massa Residu/ Pitch yang keluar dari kolom C-304?

b. Unit Hidrogenasi
1. Banyak hydrogen yang dibutuhkan pada unit Hidrogenasi menghasilkan
produk Asam stearat dari pemutusan ikatan rangkap asam oleat, asam
linoleat, dan asam linolenat?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Unit Destilasi
1. Untuk mendapatkan kesetimbangan bahan pada umpan yang
masuk dengan produk yang dihasilkan dengan proses
destilasi di section 2#300 PT.SOCIMAS MEDAN.
2. Untuk mendapatkan massa residu/pitch yang keluar dari
kolom C-304 proses destilasi 2#300 di PT.SOCIMAS
MEDAN.
b. Unit Hidrogenasi
1. Untuk mendapatkan kesetimbangan bahan pada umpan yang
masuk dengan produk yang dihasilkan dengan proses
hidrogenasi di section 2#200 PT.SOCIMAS MEDAN.
2. Untuk mendapatkan massa Hidrogen yang dibutuhkan untuk
memutuskan ikatan rangkap di PT.SOCIMAS MEDAN.

4
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Unit Destilasi
1. Mengetahui cara-cara pemisahan asam lemak berdasarkan
rantai karbonnya di destilasi 2#300.
2. Mengetahui berbagai jenis peralatan yang diperlukan pada
proses destilasi asam lemak di unit destilasi 2#300.
3. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
proses pemurnian asam lemak di unit destilasi 2#300.
b. Unit Hidrogenasi
1. Mengetahui cara-cara pemutusan ikatan rangkap di
hidrogensaai 2#200.
2. Mengetahui berbagai jenis peralatan yang diperlukan pada
proses Hidrogenasi.
3. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
proses pemutusan ikatan rangkap di unit Hidrogenasi 2#200.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Unit Destilasi

2.1.1. PSOFA (Palm Stearin Oil Fatty Acid)

Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dihidrolisa


(displiting) menghasilkan Palm Stearine Oil-Fatty Acid (PSOFA) kemudian
dilakukan proses dihidrogenasi yang bertujuan untuk membuat minyak atau
lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap
minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan
titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak
atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi. Katalisator yang
digunakan nikel berdasarkan pertimbangan ekonomis, nikel mungkin juga
mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promotor
dalam proses hidrogenasi minyak. Pemanasan akan mempercepat jalanya
reaksi hidrogenasi. Pada temperatur sekitar 205⁰C dicapai kecepatan reaksi
yang maksimum, setra penambahan tekanan dan kemurnian gas hidrogen
yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan reaksi proses hidrogenasi.
Kemudian akan menghasilkan asam stearat dengan 3 kali proses penekanan
yang dihidrogenasi atau Triple Pressed Stearic Acid Hidrogeneted (FAH-H).
FAH-H ini kemudian didestilasi sehingga menjadi asam stearat dengan hasil
3 kali proses penekanan atau Triple Pressed Stearic Acid (FAH) (Ketaren,
1986).
Asam stearat yang diproduksi pada industri oleokimia sangat luas
pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, khususnya asam stearat berbasis
RBDPS banyak dimanfaatkan untuk pembuatan : sabun, lilin, krayon,
kosmetik, pelumas, penyetabil PVC, monogliserida, bahan pengkilat, obat –
obatan, metil stearat, pengemulsi makanan (Thomas, 1985)
Minyak sawit memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan
minyak nabati lainnya. Komposisinya terdiri dari asam lemak jenuh ± 50%,

6
MUFA ± 40%, serta asam lemak tak jenuh ganda yang relatif sangat sedikit
(± 10%),(Darnoko, 2003). Minyak sawit juga dapat difraksinasikan menjadi 2
bagian , yakni fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Karakteristik yang
berbeda pada fraksi-fraksi tersebut menyebabkan aplikasinya sangat luas
untuk produk-produk pangan maupun non pangan. Proses pemisahan asam
lemak yaitu stearin dan olein dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain: mechanical pressing, solvent crystalization dan hydrophilization.
(Riegel’s, 1963). Metode machanical pressing merupakan cara yang paling
sederhana dan masih dilakukan di banyak negara. Pada metode ini asam
lemak di didihkan pada sebuah bejana dan kemudian didinginkan. Setelah itu
bahan tersebut akan terbentuk menjadi dua fasa yaitu kristal padat dan cairan

7
8
2.1.2. Proses di Unit Destilasi 2#300 PT.SOCI MAS

Proses Destilasi adalahproses pemisahan asam lemak


menggunakan panas, dimana asam lemak akan terpisah dari
campurannya berdasarkan titik didihnya. Asam lemak yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap pada bagian atas kolom destilasi
sedangkan asam lemak yang memiliki titik didih lebih tinggi akan
menguap pada bagian bawah kolom destilasi.Asam lemak yang memiliki
titik didih lebih rendah akan teruapkan pada bagian produk atas berupa
top product dan light end sedangkan produk bawah berupa residu (MAO,
Mixed Acid Oil) yang memiliki titik didih paling tinggi dan mengandung
unknown material.

2.1.3. Asam Lemak (Fatty Acid)

Asam lemak (fatty Acid) merupakan senyawa asam alifatik dengan


gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserin, asam lemak merupakan
penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani dan merupakan bahan
baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. (Sibuea P, 2014)

Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserin yang diperoleh
dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya.
Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam
lemak jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA) yaitu asam lemak yangtidak
memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (Unsaturated Fatty
Acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA)
memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap.

9
a. Asam Lemak Jenuh

Asam Lemak Jenuh Asam (SaturatedFattyAcid/SFA) adalah


asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap pada atom karbon.
Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi dan
pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak jenuh.
(RaufRusdin ,2015:14).

Rumus struktur dan titik cair asam lemak jenuhdapat dilihat pada
gambar 2.1.1 dan tabel 2.1.2.

Gambar 2.1.3.1. Rumus Struktur Saturated Fatty Acid


Sumber (Ayu ratu, 2008 )

Tabel 2.1.3.1. Titik Cair Asam Lemak Jenuh

Nama Asam Berat Molekul (BM) Titik Cair (°C)


Asam Kaprilat C8H6COOH 16,7
Asam Kaprat C10H20COOH 31,6
Asam laurat C12H24COOH 44,2
Asam Myristat C14H28COOH 54,4
Asam Palmitat C16H32COOH 63,1
Asam Stearat C18H36COOH 69,9
Sumber: Ketaren S, Lemak dan Minyak pangan, Universitas
Indonesia(1986).

10
b. Asam Lemak Tak Jenuh

Asam lemak tak jenuh terdiri dari Asam Lemak tak jenuh tunggal
(Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) dan Asam lemak tak jenuh
jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid/ PUFA). Mono Unsaturated Fatty
Acid (MUFA) merupakan jenis asam lemak yang mempunyai 1 (satu)
ikatan rangkap pada rantai atom karbon.

Rumus struktur Mono Unsaturated Fatty Acid dapat dilihat pada


gambar 2.1.3.

Gambar 2.1.3.2. Rumus struktur Mono Unsaturated Fatty Acid

Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) adalah asam lemak yang


mengandung dua atau lebih ikatan rangkap, bersifat cair pada suhu
kamar bahkan tetap cair pada suhu dingin, karena titik lelehnya
lebih rendah dibandingkan dengan MUFA dan SFA. Rumus
struktur dari Poly Unsaturated Fatty Acid dan tabel titik cair asam
lemak tak jenuh dapat dilihat dari gambar 2.3 dan tabel 2.3.

Gambar 2.1.3.3. Rumus strukturPolyUnsaturatedFattyAcid


(Pandey, A. 2009)

11
Tabel 2.1.3.2. Titik Cair Asam Lemak Tidak Jenuh

Nama Asam Rumus Kimia Titik Cair (°C)

Asam Oleat C17H33COOH 13


Asam Linoleat C17H31COOH 5
Asam Linolenat C17H29COOH 11
Sumber: KetarenS, Lemak dan Minyak pangan, Universitas
Indonesia (1986).

2.1.4. Sifat Kimia-Fisik Asam Lemak


Ada tiga sifat kimia-fisik asam lemak yang perlu dikemukakan
yaitu sebagai berikut:
1. Rantai hidrokarbon asam lemak jenuh bersifat elastis. Karena dapat
berputar pada sumbu atom karbonnya dan karena itu tidak stabil, asam
lemak jenuh memiliki titik cair tinggi. Dengan demikian untuk
mengubah struktur / bentuk molekulnya tidak diperlukan energi yang
terlalu tinggi karena itu titik cairannya relatif rendah.
2. Rantai hidrokarbon asam lemak tak jenuh bersifat kaku. Struktur
molekulnya sulit diubah karena itu ia lebih stabil. Untuk mengubah
struktur molekulnya diperlukan energi yang lebih tinggi karena itu
titik cairnya relatif tinggi.
3. Posisi konfigurasi isomer cis pada asam lemak tak jenuh dapat
berubah ke bentuk isomer trans dengan proses pemanasan tinggi dan
katalis. (Hawab, 2004).

Asam lemak jenuh adalah asam lemak dimana rantai atom karbonnya tidak
mempunyai ikatan rangkap dan hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom
karbon penyusunnya, bersifat tidak stabil (tidak mudah bereaksi), tidak mudah
teroksidasi dan tidak berubah menjadi asam lemak trans atau senyawa berbahaya
lainnya. (Silalahi, 2000).

12
2.1.5 Destilasi Asam Lemak

Destilasi adalahproses pemisahan asam lemak menggunakan panas,


dimana asam lemak akan terpisah dari campurannya berdasarkan titik
didihnya. Asam lemak yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap pada bagian atas kolom destilasi sedangkan asam lemak yang
memiliki titik didih lebih tinggi akan menguap pada bagian bawah kolom
destilasi.Asam lemak yang memiliki titik didih lebih rendah akan
teruapkan pada bagian produk atas berupa top product dan light end
sedangkan produk bawah berupa residu (MAO, Mixed Acid Oil) yang
memiliki titik didih paling tinggi dan mengandung unknown material.
Media pemanas yang digunakan pada proses Fraksinasi di PT. SOCI MAS
MEDAN yaitu Thermal Oil.

Distilasi dilaksanakan dalam prakteknya menurut salah satu dari dua


metode utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan
mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan
(kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang kembali ke dalam bejana didih,
jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas pengembalian
sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu
sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak dengan uap
yang mengalir ke atas menuju kondenser. Masing–masing metode ini
dapat dilaksanakan dalam proses kontinu (sinambung) maupun dalam
proses tumpak (batch).

Distilasi merupakan salah satu cara untuk melakukan pemisahan dari


komponen – komponen yang semula tercampur dalam fasa cair. Pada
prinsipnya suatu campuran dapat dipisahkan dengan cara distilasi apabila
campuran tersebut berbeda titik didihnya. Pada metode ini cairan yang akan
didistilasi dipanaskan pada titik didihnya, sehingga sebagian cairan akan
menguap. Uap yang dihasilkan dari pemanasan ini masih merupakan cairan,

13
akan tetapi komposisi dari satu komponennya berbeda dengan komposisi
dari cairan asal.

2.1.6 Variabel yang mempengaruhi proses Destilasi


Variabel-variabel suhu, tekanan, dan kecepatan aliran adalah tiga
kunci utama pada Destilasi. Perubahan dapat dilakukan terhadap satu
atau lebih variabel-variabel diatas untuk mendapatkan kondisi operasi
yang spesifik dan spesifikasi mutu produk yang dihasilkan (Edgar, 1985;
Herman, 1990; Ritonga, 1994), variabel sebagai berikut :
1. Suhu
Pada proses destilasi atau fraksinasi komposisi produk yang
dihasilkan sangat ditentukan oleh titik didihnya atau komposisi
umpan yang akan dipisahkan. Komposisi umpan yang berbeda
akan menghasilkan komposisi produk yang berbeda. Berdasarkan
hal ini selama proses dilakukan komposisi umpan sangat penting
dianalisa, karena setiap perubahan komposisi umpan akan
menyebabkan perubahan pada komposisi umpan akan
menyebabkan perubahan pada komposisi operasi destilasi atau
fraksinasi(Ritonga, 1997; P,Zacchi et 1; Prieto et al,2007).
Secara umum jika suhu pemisahan lebih tinggi dari titik
dari umpan yang dipisahkan, produk yang dihasilkan
mengandung komponen yang bertitik didih lebih tinggi (heavy
component). Demikian sebaliknya (Ritonga, 1994 & 2011).
2. Tekanan
Selama proses berlangsung tekanan operasi kolom harus
dijaga dengan seksama. Mengubah tekanan operasi kolom berarti
mengubah kwalitas seluruh produk yang dihasilkan, karena
perubahan tekanan kolom menyebabkan perubahan pada titik
didih material yang dihasilkan. Jika tekanan operasi kolom
ditambah, titik didih material yang diolah juga bertambah.
Demikian sebaliknya, kenaikan tekanan kolom akan meyebabkan
destilat mengandung lebih kecil heavy component dan produk

14
bawah yang mengandung light component yang lebih besar
(Ritonga, 1994 & 2011).
3. Laju Alir
Laju alir yang dimaksud adalah laju alir umpan masuk pada
kolom distilasi atau fraksinasi, laju alir distilat, laju alir produk
bawah dan laju alir refluks yang kembali ke kolom destilasi atau
fraksinasi. Keempat laju alir ini harus dijaga dengan baik. Jika
laju alir umpan berkurang dan/ atau laju alir distilat bertambah,
produk distilat ini akan mengandung lebih banyak heavy
component, dan demikian sebaliknya (Ritonga, 1994).

15
2.2. Unit Hidrogenasi
2.2.1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia,tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan
ke Indonesia sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. (Teguh W, 2006, hal:
1).Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) berasal dari Guinea dipesisir
Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara
danAmerika Latin. Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis. (Rondang
T,2006, hal:21).
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai
Dura, Tenera dan Pisifera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara
memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan
bijinya sedikit dikelilingi sabut. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal
serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera. Tenera
merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis
dengan cincin serat di sekeliling biji. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan
inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial.
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30
bulansetelah ditanam di lapangan. Buah yang duhasilkan disebut tandan buah
segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit
meningkat mulai umur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25
tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun. TBS diolah
di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyakdan inti yang
dihasilkan dari pabrik kelapa sawit merupakan produk setengah jadi.Minyak
mentah atau crude palm oil (CPO), dan inti harus diolah lebih lanjut
untukdijadikan produk jadi lainnya. (Iyung, P., 2006, hal: 221-223).
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
bagianvegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang dandaun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangbiakan terdiri daribunga dan buah. (Yan Fauzi, 2006, hal: 25).

16
Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan
dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical.
Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak
nabati dunia. (Iyung, P., 2006, hal: 69).
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa
sawit yang ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian.
Sebagai tanaman tahunan (perennial crop), pada kelapa sawit dikenal periode
tanaman belummenghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi antara 2-4 tahun.
(Iyung, P., 2006, hal:84).

2.2.2. Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit


Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang
dilapisikulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30%-40%.
Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya,
yaitu:
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.
2. Minyak inti sawit (PKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit.
(Rondang T, 2006, hal: 21).
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit dinamakan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil
inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).Bungkil inti kelapa sawit adalah
inti kelapa sawit yang telah mengalami prosesekstraksi dan pengeringan.
Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecilkecil berbentuk bulat
panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. selain itu bungkilkelapa sawit dapat
digunakan sebagai makanan ternak. (Ketaren S, 1986, hal: 251).
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam
palmitat,oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak
sawitmerupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik
lebur darigliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin
jenuh asamlemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut.
(Rondang T, 2006,hal: 21-22).

17
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak
berubah.(Ketaren S, 1986, hal: 260).
Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non
trigliserida.Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh
dan asam lemaktak jenuh. Komponen non trigliserida merupakan komponen yang
menyebabkan rasa,aroma dan warna yang kurang baik. Kandungan minyak sawit
yang terdapat dalamjumlah yang sedikit ini, sering memegang peranan penting
dalam menentukan mutuminyak. (Rondang T, 2006, hal: 22).

2.2.3. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)


RBDPS adalah fraksi lemak yang diperoleh dari CPO yang telah
mengalami refinasilengkap. Kadar FFA-nya hanya 0,2% dan titik lunaknya sama
dengan Crude Palm Stearin (480C), namun warnanya lebih kuning. (PT.
International Contact BusinessSystem, inc., 1997, hal: 6). Tabel 2.1. Syarat Mutu
Ekspor RBD Palm Stearin (RBDPS) Berdasarkan SP.159.1984. Karakteristik
Syarat Cara pengujian Asam lemak bebas sebagai palmitat, %(b/b) maksimum
0,03 SP-SMP-30-1975 Revisi Maret 1984 Kadar air dan kotoran, %(b/b)-
maksimum Revisi Maret 1984 0,15 SP-SMP-28-1975 & SP-SMP-29-1975
Karakteristik Syarat Cara pengujian Bilangan Iod, (Wijs)minimum Titik
lunak, 0C maksimum 40 48 SP-SMP-333-1984 SP-SMP-333-1984 Warna
-merah/R-maksimum -kuning/Y-maksimum (51/4, cell) 3 30 SP-SMP-72-1975
Revisi Maret 1984 Rasa Normal organoleptik
Ket: yang dimaksud dengan normal adalah rasa khas untuk minyak kelapa sawit
(bland)(PT. International Contact Business System, inc., 1997, hal: 178).

18
2.2.4. Lemak dan Minyak
Istilah lemak (fat) biasa digunakan untuk campuran trigliserida yang
berbentuk padat pada suhu ruangan, sedangkan minyak (oil) berarti campuran
trigliserida cair padasuhu ruangan. (Buckle KA, 1987, hal: 328).
Pengertian umum kata lemak (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak larut
dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan perkataan
minyak (oil) dapat mempunyai dua pengertian. Bila digunakan bersama-sama
dengan kata lemak dapat ekspresi fat and oil atau lemak dan minyak maka dapat
diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak, kecuali bila ia merupakan bentuk
cairanyang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut minyak. Minyak sendiri
dapatdibedakan secara fundamental dari berbagai macam cairan lain seperti
minyak tambang (mineral oil) dan minyak atsiri (essential oil). Minyak sering
disebut juga asam lemak (fatty acid). Sekarang penggunaan perkataan fatdiartikan
untuk meliputilemak dan minyak lemak yang kemudian menjadi lazim.
Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang sebagai hasil
kondensasidari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak; dan
daripadanyamenghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigliserida.
(Hardjono S, 2005, hal: 98-99)

2.2.5. Sifat Lemak dan Minyak


Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung
pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak hampir
sama, tetapiwujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika
berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada
suhu kamar. (Yazid et al, 2006, hal: 43).
Lemak dan minyak mempunyai sifat antara lain:
1. Kelarutan
Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Lemak dan minyak larut dalam
pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan karbon tetraklorida.
2. Pengaruh Panas
Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan nyata pada tiga titik suhu.

19
(a). Titik cair
Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran
trigliserida mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan
mencair pada suatu rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai
mencair disebut titik cair. Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara
300C dan 400C. Titik cair untuk lemak adalah di bawah suhu udara biasa.
(b). Titik asap
Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan
mulai mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau
menghasilkan asapdengan bau karakteristik menusuk. Kebanyakan lemak
dan minyak mulai berasap pada suhu di atas 2000C. Umumnya, minyak
nabati mempunyai titik asap lebih tinggi daripada lemak hewani. Titik
asap bermanfaat dalam menentukan lemak atau minyak yang sesuai untuk
keperluan menggoreng.
(c). Titik nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan
menyala. Suhu ini dikenal sebagai titik nyala.
3. Plastisasi
Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisasi
lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang masing
masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti bahwa pada suatu suhu,
sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal
padat. Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses pendinginan
cepat selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih
plastis.Rentangan suhu di mana lemak menunjukkan watak plastis dikenal
sebagairentangan suhu plastis (plastic range) lemak tersebut.
4. Ketengikan
Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak
dan minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi yang berperan pada proses
ketengikan, yaitu oksidasi dan hidrolisis.

20
(a) Oksidasi
Ini terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen
dari udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul
trigliserida dan dapatterbentuk berbagai senyawa yang menimbulkan rasa
tengik yang tidak sedap. Reaksiini dipercepat oleh panas, cahaya dan logam-
logam dalam konsentrasi amat kecil,khususnya tembaga.
5. Saponifikasi
Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses
ini dikenal sebagai saponifikasi. (Gamanet al,1981, hal: 77-80).
2.2.6. Reaksi Lemak dan Minyak
Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa,
oksidasi,hidrogenasi dan esterifikasi.
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi
asam-asamlemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat
mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya
sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan
mengakibatkan kerusakan ketengikan hidrolisa yangmenghasilkan
flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
2. oksidasi
Proses oksidasi dapat berlansung bila terjadi kontak antara
sejumlah oksigendengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi
ini akan mengakibatkan bautengik pada minyak dan lemak. Oksidasi
biasanya dimulai dengan pembentukkan peroksida dan hidroperoksida.
Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan
konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk
menjenuhkanikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada
minyak atau lemak.Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan

21
menggunakan hidrogen murni danditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnyaadalah minyak
yang bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya.
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju/kecepatan suatu
reaksi dan diperoleh kembali di akhir reaksi. (Mulyono HAM, 2006).

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis


yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas
hidrogen. Hidrogenakan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu
pada ikatan rangkap, membentuk radikal komplek antara hidrogen,
nikel dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadipenguraian nikel dan
radikal asam bebas, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhanyang lebih
tinggi. Radikal asam bebas dapat terus bereaksi dengan
hidrogen,membentuk asam lemak yang jenuh. Nikel merupakan katalis
yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi, sedangkan palladium,
platina dan copper chromite jarang dipergunakan.Hal ini disebabkan
nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya.Untuk
keperluan minyak makan, sebelum dilakukan hidrogenasi, minyak
harus bebasdari sabun, kering dan mempunyai kandungan asam lemak
bebas dan kandunganfospatida yang rendah. (Ketaren S, 1986, hal: 26-
29). Nikel adalah logam yang keras, warna putih keabu-abuan, mudah
ditempa dan digulung serta tahan korosi diudara terbuka. (Cooket
al,1986, hal: 7).
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak
dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan
melalui reaksi kimia yand disebut interesterifikasi atau pertukaran ester
yang didasarkan atas prinsip transesterifikasi friedel-craft. Dengan
menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon rantai pendek dalam asam
lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan bau

22
tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat
tidakmenguap. (Ketaren S, 1986, hal: 29)
2.2.7. Asam Lemak
Asam lemak adalah bagian integral dari biomolekul lipid, jarang
ditemukan bebas dialam karena selalu terikat sebagai ester. Suatu molekul
asam lemak dengan beratmolekul tinggi memperlihatkan sifat lipid, karena
itu kadang-kadang suatu asamlemak disamakan dengan lipid. Asam lemak
adalah asam karboksilat, suatu asam organik. Berdasarkan kerangka
hidrokarbon, asam lemak dibedakan atas dua golonganutama, yaitu:
1. asam lemak jenuh (saturated acid): asam lemak yang tidak mempunyai
ikatan rangkap. Contoh: asam palmitat, asam stearat dan asam kaprat.
Sumber: sebagian besar pada lemak hewan.
2. asam lemak tak jenuh (unsaturated acid): yaitu asam lemak yang
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Contoh: asam palmitat,
asam linoleat dan asam linolenat.
Sumber: minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan. (Yazid,
E., 2006, hal: 43). selain dua golongan diatas, dikenal juga dua
golongan lain dari asam lemak yaitu:
1. asam lemak bercabang (branched chain acid)
2. asam lemak siklis (cyclic acid) (Hawab HM, 2004, hal: 133-135).

2.2.8. Bilangan Iodin


Bilangan Iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100
gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak
jenuh akan bereaksi dengan iodatau senyawa-senyawa iod. Gliserida
dengan tingkat ketidak jenuhan yang tinggi, akan mengikat iod dalam
jumlah yang lebih besar. Karena iodium diserap oleh ikatan rangkap, maka
bilangan iodium ini menjadi ukuran banyaknya ikatan rangkap padalemak
atau minyak. (Girindra, A., 1986, hal: 64). Bilangan iod ditetapkan dengan
melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak (0,1 sampai 0,5 gram)
dalam kloroform atau karbon tetraklorida. Kemudian ditambahkan halogen

23
secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat gelap denganperiode
waktu yang dikontrol, kelebihan iod yang tidak bereaksi diukur dengan
jalan mentitrasi larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat
(Na2S2O3). Pada caraHanus, larutan standar iod dibuat dalam asam asetat
glasial yang tidak hanyamengandung iod saja, tetapi juga mengandung
iodin bromida yang akan mempercepatjalannya reaksi pengikatan iod oleh
ikatan rangkap. Reaksi dari iod yang berlebihan tersebut adalah sebagai
berikut: 2 Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan
indikator amilum.Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan
dari minyak atau lemakdan dapat juga dipergunakan untuk
menggolongkan jenis minyak pengering danminyak bukan pengering.
Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang lebihdari 130. Minyak
yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifatsetengah
mengering. (Ketaren S, 1986, hal: 31-32).
2.2.9. Penentuan Bilangan Iodin
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak
mampu menyerap sejumlahiod dan membentuk senyawa yang jenuh.
Besarnya jumlah iod yang diserapmenunjukkan banyaknya ikatan rangkap
atau ikatan tidak jenuh. Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod
yang diserap oleh 100 gminyak atau lemak.Kecepatan reaksi antara asam
lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung pada macam halogen dan
struktur dari asam lemak. Dalam urutan iod > brom > flour>klor,
menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin
bertambah.Penentuan bilangan iod biasanya menggunakan cara Hanus,
Kaufmann dan Wijs danperhitungan bilangan iod dari masing-masing cara
tersebut adalah sama. Semua cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi, di
mana pereaksi halogen berlebih ditambahkanpada contoh yang akan diuji.
Setelah reaksi sempurna, kelebihan pereaksi ditetapkan jumlahnya dengan
cara titrasi.
1. Cara Hanus

24
Pembuatan pereaksi Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam
larutan asam asetat glasial (larutan Hanus). Untuk membuat larutan ini, 20
g Iodium bromide dilarutkan dalam 1000 ml alkohol murni yang bebas
dari asam asetat. Jumlah contoh
yang ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu
sekitar 0,5 guntuk lemak; 0,25 g untuk minyak; dan 0,1 sampai 0,2 g untuk
minyak dengan derajatketidakjenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 ml
pereaksi harus ada kelebihanpereaksi sekitar 60 persen.
Prosedur
Contoh minyak atau lemak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 200
atau300 ml yang bertutup. Kemudian dilarutkan dengan 10 ml kloroform
atau karbontetraklorida dan ditambahkan 25ml pereaksi. Reaksi dibiarkan
selama satu jam di tempat yang gelap. Sebagian Iodium (I2) akan
dibebaskan dari larutan (larutan KI yang digunakan adalah KI 10 persen
atau 10 ml larutan KI 15 persen). Iod yang dibebaskan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Titrasi untuk
blanko dilakukan dengan cara yang sama.
2. Cara Kaufmann dan Von Hubl
Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yang terdiri dari
campuran 5,2 mllarutan brom murni di dalam 1000 ml methanol dan
dijenuhkan dengan natrium bromida. Contoh yang telah ditimbang
dilarutkan dalam 10 ml kloroform kemudian ditambahkan dalam 25 ml
pereaksi. Di dalam pereaksi ini natrium bromida akanmengendap. Reaksi
dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi denganlarutan natrium
natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Blankodikerjakan
dengan cara yang sama.Pada cara Von Hubl digunakan pereaksi yang
terdiri dari larutan 25 g iod didalam 500 ml etanol dan larutan 30 g
merkuri klorida di dalam 500 ml etanol. Kedualarutan ini baru
dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh berumur lebihdari
48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan

25
dengancara-cara lainnya, sehingga membutuhkan waktu reaksi selama 12
sampai 14 jam.
3. Cara Wijs
Pembuatan larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 g iod monoklorida dalam
1000 ml asam asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat
larutan ini yaitu denganmelarutkan 13 g iod dalam 1000 ml asam asetat
glasial, kemudian dialirkan gas klor sampai terlihat perubahan warna yang
menunjukkan bahwa jumlah gas klor yangdimasukkan sudah cukup.
Pembuatan larutan ini agak sukar dan bersifat tidak tahanlama. Larutan ini
sangat peka terhadap cahaya dan panas serta udara, sehingga
harusdisimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
Prosedur
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1 0,5 g di dalam
erlenmeyer 500 ml yang bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml karbon
tetraklorida sebagai pelarut. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs dengan
pipet, dengan kelebihan volume pereaksi sekitar 50 60 persen. Dengan
cara yang sama dibuat juga larutan blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat
gelap pada suhu 250 ± 50 C selama 30 menit.Akhirnya ditambahkan 20 ml
larutan kalium iodida 15 persen dan 100 ml air, dan botol ditutup serta
dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium
tiosulfat 0,1N dengan menggunakan indikator larutan pati.Dari berbagai
percobaan ternyata bahwa cara Wijs dan Kaufmann hasilnyalebih baik dan
praktis.
Bilangan iod= G x N x SB 12,69 )
B = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi blanko
S = jumlah ml Na2S2O3 untuk titrasi contoh
N = normalitas larutan Na2S2O3
G = bobot contoh (gram)
10 12,69 iodium atom bobot
(Ketaren S, 1986,hal: 53-55).

26
2.2.10. Angka Iodin (iodine number)
Adalah angka yang menunjukkan berapa gram yodium yang
diserap pada ikatan rangkap dari 100 gr lemak tak jenuh. Jadi angka ini
menunjukkan derajat kejenuhan suatu asam lemak. Asam lemak yang
benar-benar jenuh seperti tristearin mempunyai angka yodium hampir 0,
sedang linseed oil (tak jenuh) mempunyai angka yodiumtinggi yaitu 175-
202. (Soeharto P, 1994).

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


3.1.1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Unit Destilasi di Pabrik PT. SOCI MAS
MEDAN adalah salah satu perusahaan yang selama ini fokus bergerak di
bidang industri oleochemical atau industri pengolahan minyak kelapa sawit
menjadi bahan-bahan kimia seperti asam lemak (fatty acid) dan gliserin.
PT. SOCI MAS MEDAN ini beralamatkan di Jl. Pulau Irian,
Kawasan Industri Medan, No. 2, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara.

Gambar 3.1.Peta Lokasi PT. SOCI MAS MEDAN


Sumber: (Google Map)

28
3.1.2. Waktu
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan yang terhitung
sejak tanggal 01 Juli 2019 sampai dengan tanggal 31 Juli 2019.

3.2. Pengumpulan Data


3.2.1. Alat dan Bahan
A. Peralatan Fatty Acid
Peralatan yang digunakan dalam proses destilasifatty acid adalah
kolom 2C302, 2C303 dan 2C304 dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh pihak pabrik.

B. Bahan
Bahan baku yang digunakan pada unit Destilasi 2#300 adalah
Refined Bleached and Deodorized Palm Stearin (RBDPS). Dengan
feed 12500 ton/h dan komposisi material sebagai berikut :
C12 = 0,2 %
C14 = 1,2 %
C16 = 58,6 %
C18 = 39,2 %
C20 = 0,5 %
Unk = 0,3%

29
3.3. Metode
Metode kerja adalah cara kerja yang digunakan untuk memperoleh
data-data yang diperlukan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh data di
unit destilasi2#300 PT. SOCI MAS MEDAN adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari dan mengamati secara umum proses Destilasi, melakukan
pengenalan terhadap keseluruhan alat yang dimulai dari bahan baku
hingga diperoleh produk dari kolomdestilasi.
2. Melakukan pengamatan langsung kelapangan dan orientasi pabrik guna
memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan mulai dari awal
hingga akhir proses destilasi.
3. Mencari pokok permasalahan yang terdapat di kolomdestilasi pada
pemisahan fatty acid berdasarkan titik didihnya.
4. Mempelajari teori ilmiah yang berkaitan dengan destilasi dan melakukan
diskusi dengan berbagai pihak di pabrik.
5. Mengumpulkan data-data berupa temperatur dan komposisi dari DCS
room (Distributed Control System) selama beberapa kali proses
pengolahan yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang
menyangkut proses destilasi.
6. Melakukan pembahasan permasalahan serta menyusun karya akhir
berdasarkan hasil kerja praktek.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan (Unit Destilasi 2#300)

Tabel 4.1.Komposisi Bahan Baku dan Produk

Gambar 4.1.Temperatur Pada Kolom Destilasi

31
BAB V
ANALISA DATA

5.1. Pada Kolom Destilasi 2#300


5.1.1. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi I (2C302)

 Perhitungan Neraca Massa Kolom Destilasi I (2C302)


Keterangan :
F1 = Laju Alir Pada Feed (kg/Jam)
F2 = Laju Alir Untuk Top Fraksi(kg/jam)
F3 = Laju Alir Untuk Sida Fraksi (kg/jam)
F4 = Laju Alir Untuk Bottom Produk (kg/jam)

32
Perhitungan Laju alir pada Kolom Destilasi I
Neraca Massa Total Kolom I:
F1 = F2 + F3 + F4

Diketahui:
F1 = 12500 kg/jam
F2 = 152,2 kg/jam
F3 = 1200 kg/jam
F4 = ?

Penyelesaian:
12500 kg/jam = 152,2 kg/jam + 1200 kg/jam + F4
F4 = 12500 kg/jam – 152,2 kg/jam – 1200 kg/jam
F4 = 11147,8 kg/jam

Perhitungan % Berat Pada Masing-Masing Komponen


a).F1 . C16= F3 . C16 + F4 . C16

12500. 0,586 = 1200 . 0,986 + 11147,8 . C16

7325 – 1183,2 = 11147,8 . C16

C16= 55,0942

b). F1 . C18 = F4 . C18

12500. 0,392 = 11147,8 . C18

C18 = 43,9548

c).F1 . C20= F4 . C20

12500. 0,005 = 11147,8 . C20

C20 = 0,5606

d). F1 . Unk = F4 . Unk

12500. 0,003 = 11147,8 . Unk

33
Unk = 0,3363

Tabel Neraca Mass Balance Kolom 2C302

34
5.1.2. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi II (2C303)

 Perhitungan Neraca Massa Kolom Destilasi II (2C302)


Keterangan :
F1 = Laju Alir Pada Feed (kg/Jam)
F2 = Laju Alir Untuk Light End(kg/jam)
F3 = Laju Alir Untuk Destilasi Product (kg/jam)
F4 = Laju Alir Untuk Bottom Produk (kg/jam)

Perhitungan Laju alir pada Kolom Destilasi II


Neraca Massa Total Kolom II:
F1 = F2 + F3 + F4

Diketahui:
F1 = 11147,8 kg/jam
F2 = 80 kg/jam

35
F3 = 10750 kg/jam
F4 = ?

Penyelesaian:

11147,8 kg/jam = 80 kg/jam + 10750 kg/jam + F4

F4 = 11147,8 kg/jam – 80 kg/jam – 10750 kg/jam

F4 = 317,8 kg/jam

Perhitungan % Berat Pada Masing-Masing Komponen.

a). F1 . C16= F2 . C16 + F3 . C16 + F4 . C16

11147,8 . 0,551 = 80 . 0,65 + 10750 . 0,564 + 317,8 . C16

6142,4378 = 52 + 6063 + 317,8 . C16

C16= 27,4378 / 317,8

C16= 8,6336

b). F1 . C18= F2 . C18 + F3 . C18 + F4 . C18

11147,8 . 0,44 = 80 . 0,35 + 10750 . 0,436 + 317,8 . C18

4905,032 = 28 + 4687 + 317,8 . C18

C18= 190,032 / 317,8

C18= 59,80

c). F1 . C16= F4 . C16

11147,8 . 0,0056 = 317,8 . C20

C20= 62,42768 / 317,8

C20= 19,6437

d). F1 . Unk= F4 . Unk

36
11147,8 . 0,0034 = 817,8 . Unk

Unk = 37,90252 / 317,8

Unk = 11,9265

Tabel Neraca Mass Balance Kolom 2C303

37
5.1.3. Pengolahan Data Pada Kolom Destilasi III (2C304)

 Perhitungan Neraca Massa Kolom Destilasi III (2C304)


Keterangan :
F1 = Laju Alir Pada Feed (kg/Jam)
F2 = Laju Alir Untuk Heavy End(kg/jam)
F3 = Laju Alir Untuk Residu / Pitch (kg/jam)

Perhitungan Laju alir pada Kolom Destilasi III


Neraca Massa Total Kolom III:
F1 = F2 + F3

38
Diketahui:
F1 = 317,8 kg/jam
F2 = 158 kg/jam
F3 = ?
Penyelesaian:

F3 = 317,8 kg/jam – 158 kg/jam

F3 = 159,8 kg/jam

Perhitungan % Berat Pada Masing-Masing Komponen.

a).F1 . C18= F2 . C18 + F3 . C18

317,8 . 0,598 = 158 . 0,7312 + 159,8 . C18

C16 = 74,5148/ 159,8

C16= 46,63 %

b).F1 . C20= F2 . C20 + F3 . C20

317,8 . 0,1964 = 158 . 0,0952 + 159,8. C20

C18 = 47,37432/ 159,8

C18 = 29,646 %

C).  F1 . Unk = F3 . Unk

317,8 . 0,1193= 159,8 . C20

C20 = 37,91354/ 159,8

C20 = 23,725 %

39
Tabel Neraca Mass Balance Kolom 2C304

40
5.2 Analisa Data(Unit Hidrogenasi 2#200)

Tabel 5.2.1. Komposisi Bahan Baku 12500 Kg

Komponen Masuk Kg
C12 38,4
C14 153,6
C16 7552
C₁₈F₁ 3558,4
C₁₈F₂ 678,4
C₁₈F₃ 12,8
C₁₈F0 691,2
C20 51,2
Unknown 64
Berat feed & Fahh 12800

Iv Feed = 34,59

H₂ yg diperlukan = (Iv feed-Iv produk) x Feed


1000
= (34,59 – 0,6) x 12800
1000
= 435,072 Nm3/jam
= 39,10 Kg/jam

41
Mol Hidrogen =19,55 mol

Menghitung banyak Hidrogen yang Tereaksikan dengan


STOKIOMETRI
Massa
Feed 12800 kg
C₁₈F0 = 5,4% x 12800 = 691,2 kg
BM = 284 kmol/kg MOL = 2,43
C₁₈F₁ = 27,8% x 12800 = 3558,4 kg
BM = 282 kmol/kg MOL = 12,62
C₁₈F₂ = 5,3% x 12800 = 678,4 kg
BM = 280 kmol/kg MOL = 2,43
C₁₈F₃ = 0,1% x 12400 = 12,8 kg
BM = 278 kmol/kg MOL = 0,04

C₁₈H₃₄O₂ + H₂ C₁₈H₃₆O₂

M 12,62 19,55 -
B 12,62 12,62 -

S - 6,93 12,62

C₁₈H₃₂O₂ + 2H₂ C₁₈H₃₆0₂

M 2,43 6,93 -
B 2,43 4,86 -

S - 2,07 2,43

42
C₁₈H₃₀O₂ + 3H₂ C₁₈H₃₆O₂

M 0,04 2,07 -
B 0,04 0,12 0,045

S - 1,9 0,04

Tabel 5.2.2. Komposisi MASS Balance C18 12500 Kg

KOMPON BM KELUAR
MASUK
EN

MOL MASSA Kmol/ MOL MASS Nm3/


Nm3/jam
(Kg) Kg A jam

C₁₈F₁ 12,62 3558,4 - 282 - - -

C₁₈F₂ 2,43 678,4 - 280 - - -

C₁₈F₃ 0,04 12,8 - 278 - - -

C₁₈F0 2,43 691,2 284 17,52 4975,6 -


-
8

H₂ 20,59 39,10 435,072 2 2,205 3,8 42,2

TOTAL 4979,9 4979,4


9

43
Tabel 5.2.3.Komposisi Mass balance keseluruhan

44
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan di


pabrik PT. SOCI MAS MEDAN, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
A. Unit Destilasi
1. Untuk mendapatkan product FAH, FAS, FA1865 dengan material
PSOFA yang murni kita dapat menentukan tarikan side fraksi yang
berbeda-beda dengan temperatur berbeda juga.
2. Proses destilasi berjalan dengan baik, jika faktor – factor yang
mempengaruhi destilasi seperti kondisi umpan tekanan dan
temperatur sesuai ketetapan.
B. Unit Hidrogenasi
1. Pada proses hidrogenasi maka banyak hydrogen yang dibutuhkan
pada pemutusan ikatan rangkap dengan Feed 12,58 ton dengan
kandungan Iv sebesaar 34,59 menjadi 0,6 sebanyak
392,872Nm3/jam sejalan dengan secara praktek (350 – 450)
Nm3/jam
2. Nilai IV dan feed sebanding dengan banyak konsumsi Hidrogen

6.2 Saran
1. Untuk mencapai kualitas produk asam lemakyang baik maka
komposisi, laju alir, temperature dan proses pengolahan harus
benar-benar dijaga dan diperhatikan dengan baik.

45
2. Perlu dilakukan perawatan, pembersihan peralatan, pengawasan
rutin, dan cermat dari pihak pabrik, hal itu perlu dilakukan
mengingat proses pengolahan yang terjadi secara terus menerus
atau continue.

46
DAFTAR PUSTAKA

Ketaren S, Lemak dan Minyak pangan,Universitas Indonesia(1986).

Manual Training CAN GAS Generator PSA Nitrogen, PT. Petrotec Air Power.

Nagi, J.; Ahmed S. K.; Nagi F.2008. Palm Biodiesel an Alternative Green.

Original Intruction Manual, 2012, GEA Westfalia Separator.

Pandey, A. 2009.Handbook of plant-based biofuels. Boca Raton: Taylor and


Francis Group.

Production Technology.National Renewable Energy Laboratory.Vol.SR- 510-3.

Renewable Energy for Energy Demands of Future.ICCBT. Vol. F(07): 79-94.

http://enda-wahyu.blogspot.co.id/p/prinsip-kerja-screw-air-compressor.html

http://serviceairdryer.blogspot.co.id/2012/07/ringkasan-tentang-air-dryer.html

https://www.google.com/search?q=GAMBAR+STRUKTUR+PT+SOCI+
MAS+MEDAN.

47

Anda mungkin juga menyukai