PRAKTIKUM
No Nama NIM
1 Andini Zulia Sarizki 3052021030
2 Mawar 3052021030
3 Indah Kurniawati 3052021027
4 Eti Wuandari 3052021029
5 Syf. Ranti Zaskia 3052021028
6 M. Ridho Fahrevi 3052021042
Landasan Teori
Kelapa sawit (Elaeis Gueneensis Jacq) bukan tanaman asli Indonesia. Namun ada dugaan
kuat tanaman ini berasal dari dua tempat yaitu Amerika Selatan dan Afrika. Sampai saat ini
tanaman kelapa sawit sudah menyebar keseluruh nnegara beriklim tropis, termasuk Indonesia.
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah berupa minyak kelapa sawit mentah (CPO
atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm karnel oil) yang
tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak
goreng dan margarine), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas),
industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternative(minyak diesel). (Irianto dan Apriyanto
M, S. TP,.MP)
Minyak Kelapa Sawit merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, mempunyai
karakteristik yang spesifik diban dibandingkan minyak nabati lainnya dengan kandungan asam
lemak tidak jenuh 50,2% (Rofiqi et al., 2016). ). Minyak yang diguunakan dalam proses perminyakan
kulit adalah golongan trigliserida yang diperoleh dari tanaman, hewan, ikan (Sarkar,1995).
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati yang diekstrak dari mesokarp buah kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq). CPO tersusun atas asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan
komposisi yang berimbang serta mengandung karoten yang tinggi berkisar 500-700 ppm (Siahaan,
2008).
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya oksidasi dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. (Ririn Nurhidayati, 2010)
Sumber :
Bahan
Nama Spesifikasi (Merek) Jumlah Fungsi
NaOH Emsure 0,1 N 20 tetes Larutan titrasi
Prosedur Kerja
- Timbang 5 gr CPO
Rumus :
KELOMPOK 1 2 3 4
ALB 10,956% 7,69% 9,4434% 8, 053%
Pembahasan
Pada Analisa kali ini kelompok 1 ALB melebihi standar SNI, Pada standar yang direvisi
oleh SNI 01-2901-2006, yaitu dipersyaratkan kadar ALB maksimal dalam CPO sebesar 5%.
Pada praktikum kali ini didapat ALB melebihi standar karena NaOH yang di titrasi terlalu
banyak. Salah satu penyebab peningkatan asam lemak bebas (ALB) di dalam Crude Palm Oil (CPO)
adalah, karena adanya aktivitas mikroorganisme penghasil lipase di dalam buah kelapa sawit. (Teuku
Maimun) Tetapi pada analisis ini kenaikan ALB disebabkan oleh tahap titrasi yang melebihi
standarnya.
Asam lemak bebas (Free Fatty Acid) adalah asam lemak yang sudah lepas dari
trigliseraldehida yang dikandung pada minyak. Asam lemak bebas ini dianalisa sebagai angka asam
dengan menggunakan metode titrasi alkalimetri. Semakin tinggi nilai angka asam maka semakin
banyak asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dan menyebabkan kualitas minyak
semakin rendah. (SAKA, 17 Feb, 2020)
Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati dapat menjadi salah satu
parameter penentu kualitas minyak tersebut. Besarnya asam lemak bebas dalam minyak ditunjukan
dengan nilai angka asam. Angka asam yang tinggi mengindikasikan bahwa asam lemak bebas yang
ada di dalam minyak nabati juga tinggi sehingga kualitas minyak justru semakin rendah (Winarno,
2004).
Pembentukan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas diakibatkan oleh proses
hidrolisis yang terjadi selama prosess penggorengan, ini biasanya disebabkan oleh pemanasan yang
tinggi yaitu pada suhu 160-200°C (Kalapathy dan Proctor, 2000). Menurut Kulkarni dan Dalai (2006)
uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap
trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang
diindikasikan dari angka asam.
Prinsip kadar asam lemak bebas dihitung sebagai presentase berat (b/b) dari asm lemak
bebas yang terkandung dalam minyak sawit mentah (CPO) dimana berat molekul asam lemak bebas
tersebut dianggap sebebsar 256. sebagai asam palmitat. (SNI 01-2901-2006)
Sumber :
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa semua kelompok ALB nya masih sangat tinggi
dari standar yang ditetapkan
Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan kualitas minyak turun. Untuk itulah perlu
dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak, sehingga tercapai
standar perusahaan maksimal kadar ALB 4,8 %.