Anda di halaman 1dari 5

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas


Andi Fitri Ayu Lestari, Brigyta Savariell Kurniawan, Hanna Yediya, Sheryl Surya
Jurusan Para Pengarang, Fakultas Masing-masing, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: hamdan_dwi@its.ac.id

Abstrak (Hanna Yediya – 5004211118) minyak goreng terbentuk melalui reaksi yang terjadi pada
Asam lemak bebas merupakan penentu mutu dari minyak pemanasan, merupakan reaksi pirolisis, oksidasi dan hidrolisis
goreng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk [5]. Banyaknya asam lemak bebas dalam suatu minyak
membandingkan kadar asam lemak bebas pada minyak ditunjukkan dengan nilai keasaman. Nilai asam yang tinggi
nabati dengan minyak goreng yang sudah dipakai atau menunjukkan bahwa asam lemak bebas yang terdapat pada
jelantah. Penetuan kadar asam lemak bebas dilakukan minyak nabati juga tinggi, sehingga kualitas minyak justru
dengan metode titrasi asam basa. Kadar asam lemak bebas lebih rendah [6]. Untuk menentukan kandungan asam lemak
dapat dikatakan normal atau aman adalah jika tidak yang terkandung dalam minyak goreng bisa menggunakan
melebihi Standar Nasional Indonesia yaitu 0,30%. Hasil berbagai macam metode yaitu metode titrasi asam basa
kadar asam lemak bebas minyak nabati masih aman atau
dengan fungsi penetralan asam basa, metode titrasi
normal yaitu < 0,30 % karena hasil rata-rata kadar asam
alkalimetri, metode gravimetri, dan metode adsorpsi [7].
lemak bebasnya sebesar 0,190 %. Hasil kadar asam lemak
bebas minyak jelantah sudah tidak aman atau tidak normal
yaitu > 0,30 % karena hasil rata-rata kadar asam lemak 1.2 Tujuan Percobaan
bebasnya sebesar 1,27 %. Lama waktu pemanasan dan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
tinggi suhu pemanasan minyak berpengaruh terhadap
peningkatan kadar asam lemak bebas dari minyak goreng.
Kata Kunci Titrasi, Asam Lemak Bebas, Minyak Goreng
• Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas pada
minyak goreng nabati murni
I. PENDAHULUAN (Brigyta S. Kurniawan – • Untuk mengetahui besar peningkatan kadar asam
5004211103) lemak bebas pada minyak goreng yang telah
1.1 Latar Belakang digunakan beberapa kali untuk penggorengan
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia (minyak jelantah)
menggunakan minyak goreng sebagai bahan utama untuk
II. URAIAN PENELITIAN (Sheryl Surya - 5004211116)
mengelola bahan pangan. Lebih dari 95 % masyarakat
2.1 Alat dan Bahan
Indonesia menggunakan minyak nabati seperti minyak zaitun,
Pada percobaan kali ini diperlukan beberapa alat dan
minyak olahan dari kelapa, sawit, kacang kedelai, dan jagung bahan. Alat yang digunakan diantaranya, 1 buah buret
[1]. Minyak nabati yang beredar dipasaran bermacam-macam dan statif, erlenmeyer 50 mL dan 100 mL masing
jenis serta mutunya. Misalnya saja minyak goreng sawit yang masing 1 buah, labu ukur 100 mL dan 500 mL masing
dalam proses pemurniannya hanya sekali disebut minyak masing 1 buah, 1 buah pipet tetes, 1 buah spatula, 1
curah memilki mutu yang rendah sedangkan minyak goreng buah botol timbang, 1 buah botol aquades, 1 buah gelas
sawit yang mengalami dua kali atau lebih proses pemurnian beker, neraca analit dan hotolate. Adapun bahan bahan
memiliki mutu yang baik. [2]. Kandungan utama dalam yang diperlukan diantaranya, minyak sebagai sampel,
minyak goreng adalah asam lemak, yang tersusun atas asam indokator pp, etanol, akuades, NaOH 0.1 N dan asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asupan jenis asam oksalat 0.01 N.
lemak dalam kesehatan tubuh berkaitan dengan
ketidakjenuhan asam lemak tersebut [3]. WHO menyatakan 2.2 Metodologi
bahwa asam lemak jenuh meningkatkan kolesterol dan 2.2.1 Pembuatan Larutan Baku NaOH 0.1 N
NaOH ditimbang sebanyak 2 gram dan
kolesterol LDL (low-density lipoprotein) yang dapat
dimasukkan kedalan labu ukur 500 mL. NaOH
menyebabkan penyakit jantung. Oleh karena itu, penting
diencerkan dengan ditambahkan akuades
untuk mengetahui kualitas minyak nabati yang digunakan kedalam labu ukur 500 mL hingga garis batas,
dalam pengolahan makanan [4]. kocok hingga larutan homogen.
2.2.2 Standarisasi Larutan Baku NaOH
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu dalam
suatu minyak goreng dapat dilihat dari kandungan asam lemak
bebas di dalamnya. Asam lemak bebas adalah kadar asam
lemak bebas yang terkandung dalam lemak atau lemak yang
dilepaskan dari trigliseridanya. Asam lemak bebas pada
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1

Asam oksalat 0.01 N dipipet sebanyak 10 mL Gambar 3a). Ditimbang sampel minyak 3b).
dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 mL. Ditambahkan etanol 3c). Ditambahkan 3 tetes
Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes, indikator pp 3d). Hasil titrasi pertama 3e). Hasil
selanjutnya larutan di titrasi dengan larutan baku titrasi kedua
NaOH hingga larutan berubah menjadi merah
muda. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Andi Fitri Ayu Lestari – 5004211101 dan Hanna Yediya –
5004211118)
3.1 Fungsi Alat, Bahan dan Perlakuan
Pada percobaan dengan judul Penentuan Kadar

Gambar 2a). Diambil asam oksalat 2b).


Diteteskan indikator pp 2c). Proses titrasi 2d).
Hasil titrasi dengan larutan baku NaOH Lemak Bebas digunakan bahan utamanya yaitu
minyak sebagai sampel yang akan dilakukan analisis
2.2.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas kadar asam lemak bebasnya. Selain itu digunakan pula
Sampel minyak ditimbang sebanyak 30 gram, etanol yang berperan sebagai pelarut agar sampel dapat
dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 mL dan larut lebih cepat, NaOH sebagai larutan baku yang
ditambahkan etanol 50% sebanyak 50 mL. berperan sebagai titran pada proses titrasi, asam
Kemudian ditambahkan indikator pp sebanyak 3 oksalat untuk standarisasi larutan baku NaOH,
tetes. Larutan dititrasi dengan NaOH indikator PP untuk mempermudah penetuan titik akhir
standarisasi hingga larutan berwarna merah titrasi, dan aquades untuk mengencerkan lutan. Alat-
muda konstan. Titrasi dilakukan duplo. Volume alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain
akhir NaOH yang digunakan untuk titrasi dicatat erlenmeyer 50 mL sebagai tempat untuk melakukan
dan hitung persen kadar asam lemak setiap standarisasi NaOH, erlenmeyer 100 mL untuk tempat
sampel. sampel saat titrasi, labu ukur 500 m untuk pembuatan
larutan baku NaOH 0,1 N, gelas ukur 10 mL untuk
mengukur volume larutan asam oksalat, pipet tetes
untuk mengambil larutan dengan jumlah sedikit, 1 set
buret statif untuk mengukur volume larutan baku
NaOH 0,1 N secara akurat dan digunakan penyangga
selama titrasi berlangsung.
Percobaan ini terbagi menjadi tiga tahap. Pertama,
siapkan larutan standar NaOH 0,1N. Langkah ini
diawali dengan menimbang 2 gram NaOH
menggunakan kaca arloji dan timbangan analitik.
Setelah ditimbang, aduk dan larutkan NaOH dalam air
suling dalam gelas kimia untuk mempercepat proses
pelarutan. Tuangkan air suling ke dalam labu ukur 500
ml, tambahkan NaOH terlarut, dan bila tanda batas
labu ukur tercapai, tambahkan melalui dinding labu
untuk menghindari percikan larutan. Sentuh
permukaan larutan. Air suling ditambahkan terlebih
dahulu untuk mencegah suhu reaksi meningkat dengan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1

cepat akibat reaksi eksotermik. Membalikkan labu 3.2 Perhitungan


takar akan menghasilkan NaOH yang benar-benar 3.2.1 Perhitungan konsentrasi NaOH hasil standarisasi
homogen. Larutan standar NaOH 0,1 dibuat oleh Diketahui: Volume titik akhir titrasi NaOH = 1 mL
perwakilan ketiga kelompok dan dibagi rata. 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
Kedua standarisasi larutan baku NaOH 0,1 N. 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
Standardisasi terjadi karena NaOH merupakan salah 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
satu jenis standar sekunder, suatu larutan yang =
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
konsentrasinya harus ditentukan melalui titrasi 0,01 𝑁 × 10𝑚𝐿
terhadap standar primer. Larutan standar utama yang 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
1𝑚𝐿
digunakan dalam percobaan ini adalah asam oksalat. 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,1 𝑁
Asam oksalat bersifat murni, stabil secara kimia, tidak
higroskopis, dan memiliki berat ekivalen yang tinggi 3.2.2 Perhitungan kadar asam lemak bebas minyak
sehingga meminimalkan kesalahan penimbangan [8]. goreng
Siapkan buret, stand, dan labu Erlenmeyer untuk - Kadar asam lemak bebas simplo (%)
proses titrasi. Pengujian dilakukan dengan mencuci 25,6 × 2,4 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
buret beberapa kali dengan air suling untuk 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜 (%) =
30,204 𝑔𝑟𝑎𝑚
menghilangkan kotoran, kemudian meletakkannya di
atas dudukan dan mengalirkan air suling melalui buret. = 0,203%
Periksa apakah aliran dari buret stabil atau ada sesuatu
yang menghalanginya. Standardisasi NaOH diawali - Kadar asam lemak bebas duplo (%)
dengan memipet 10 mL asam oksalat 0,01 N ke dalam 25,6 × 2,1 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐷𝑢𝑝𝑙𝑜 (%) =
labu Erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes indikator 30,106 𝑔𝑟𝑎𝑚
fenolftalein (PP). Indikator PP digunakan karena = 0,178 %
dalam percobaan ini titik akhir titrasi sesuai dengan - Kadar asam lemak rata-rata (%)
kisaran pH indikator, yaitu 8–10, dan titik akhir titrasi 0,203 % + 0,178 %
dapat diamati dari perubahan warna larutan. %=
Selanjutnya melakukan titrasi dengan menggunakan
2
= 0,190 %
larutan standar NaOH sebagai titran hingga larutan
3.2.3 Perhitungan kadar asam lemak bebas minyak
berubah warna menjadi merah muda. Perubahan warna
jelantah
terjadi karena mencapai titik ekuivalen [9].
- Kadar asam lemak bebas simplo (%)
Ketiga, penentuan kadar asam lemak bebas. Tiga
25,6 × 15,2 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
puluh gram minyak jelantah dan satu sampel minyak 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜 (%) =
goreng dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, 30,45 𝑔𝑟𝑎𝑚
ditimbang dengan neraca analitik, dan ditambahkan 50 = 1,27 %
ml etanol (NaOH) yang sebelumnya dimasukkan ke - Kadar asam lemak bebas duplo (%)
dalam labu takar. Selanjutnya tambahkan 3 tetes 25,6 × 15 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
indikator PP dan kocok perlahan untuk 𝐷𝑢𝑝𝑙𝑜 (%) =
30,08 𝑔𝑟𝑎𝑚
menghomogenkan larutan. Selanjutnya, titrasi dengan = 1,27 %
NaOH terstandar hingga larutan berwarna merah muda
- Kadar asam lemak rata-rata (%)
konstan dan catat jumlah akhir NaOH yang diperlukan
1,27 % + 1,27 %
untuk proses tersebut. Kadar asam lemak bebas dapat %=
dihitung dari sampel berupa minyak jelantah. Proses 2
titrasi untuk menentukan kandungan asam lemak bebas = 1,27%
di atas dilakukan sebanyak dua kali agar hasil yang
diperoleh lebih akurat dan kesalahan dalam proses, 3.3 Pembahasan
antara lain kebersihan peralatan dan faktor human Jumlah persentase asam lemak pada minyak
error, dapat dihindari. menjadi sebuah tolak ukur kualitas minyak, Persentase
Faktor penentu keberhasilan meliputi keakuratan asam lemak dalam minyak merupakan ukuran kualitas
dalam mengukur volume larutan dan kualitas sampel. minyak. Semakin tinggi kandungan asam lemak bebas
Tidak terkontaminasi dengan zat lain, karena asam dalam minyak, maka kualitas minyak tersebut akan
lemak bebas yang ada dalam minyak tidak dapat semakin rendah. Dari hasil percobaan diperoleh nilai
diukur sepenuhnya. Oleh karena itu, pengambilan data rata-rata asam lemak bebas pada minyak goreng
dilakukan dua kali atau duplo untuk mendapatkan data sebesar 0,190%, lebih rendah dibandingkan rata-rata
yang akurat dan menghilangkan kesalahan-kesalahan keasaman minyak jelantah yang mempunyai rata-rata
berikut dalam proses titrasi. Selain itu peralatan yang keasaman sebesar 1,27%, dan tidak terdapat perbedaan
tidak bersih human error dapat menjadi salah satu yang signifikan dari nilai rata-rata asam lemak bebas
faktor keberhasilannya. Terakhir yaitu pemilihan dan pada minyak goreng. Minyak goreng bekas, diperoleh
penggunaan indikator PP karena sangat sensitif tersaring. Hanya sebelum digunakan. Hasil ini
terhadap perubahan pH sampel [10]. melebihi batas 0,30% yang ditetapkan SNI, karena
minyak goreng dipanaskan berulang kali atau lebih
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1

dari satu kali pada suhu tinggi. Asam lemak bebas kuliah Biokimia serta saudari Kadek Adella sebagai
terdiri dari asam lemak jenuh rantai panjang yang asisten laboratorium yang bertanggung jawab dan
dihidrolisis selama proses penggorengan [10]. Proses membimbing penulis pada percobaan ini.
ini menghidrolisis asam lemak menjadi asam lemak
bebas, yang kemudian dioksidasi membentuk asam DAFTAR PUSTAKA
lemak trans. Asam lemak bebas tidak layak
dikonsumsi karena dapat memberikan efek negatif [1] Tazi, I., Suyono. (2016). Otentikasi dan Klasifikasi
pada tubuh dan meningkatkan kadar low-density Berbagai Minyak Nabati dan Hewani Berbasis Penginderaan
lipoprotein (LDL) dalam darah yang merupakan Hidung Elektronik menggunakan Metode Linear
kolesterol jahat [11] . Asam lemak bebas adalah asam Discriminant Analysis (LDA).
lemak jenuh rantai panjang yang dihidrolisis selama
penggorengan. [2]H. Haris, “analisis asam lemak bebas,”
www.academia.edu, Available:
Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui https://www.academia.edu/9726248/analisis_asam_lemak_b
kandungan asam lemak bebas pada minyak nabati, ebas
secara duplo. Hasil data simplo sebesar 0,203% dan
hasil data duplo sebesar 0,178%. Setelah mendapatkan [3] Wulandari, Nur. (2017). Mutu Pangan. Indonesian Journal
kedua hasil tersebut, saya menghitung rata-rata of Food Quality 4 (2) : 83-91.
kandungan asam lemaknya dan ternyata 0,190%. Dari
kedua hasil tersebut dapat dikatakan bahwa faktor [4] World Health Organization/[FAO] Food and Agricultural
kesalahan yang ditemui pada saat pelaksanaan Organization. (2003). Diet, Nutrition and Prevention of
percobaan sangat kecil sehingga selisih kedua data Chronic Disease. Report of a Joint WHO/FAO Expert
tersebut tidak terlalu besar. Sumber kesalahan yang Consultation. Chapter 5: Population nutrient intake goals for
ditimbulkan berasal dari penimbangan bahan masakan preventing chronic-diseases. WHO Library Cataloguing-in-
yang digunakan sebelum menggunakan minyak atau Publication Data Geneva: Switzerland
pada saat titrasi. Pada kelompok lain, data kandungan
asam lemak bebas minyak jelantah simplo sebesar [5] Mittelbach, M., and H. Enzelsberger. 1999.
1,27%, sedangkan untuk duplo sebesar 1,27%. Dari Transesterification of Heated Rapeseed Oil for Extending
kedua data tersebut terlihat bahwa tidak terdapat faktor Diesel Fuel. Journal of the American Oil Chemists' Society 76
kesalahan yang ditemui selama percobaan karena tidak (5):545-551.
terdapat selisih yang signifikan.
[6] Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta,
IV. KESIMPULAN (Hanna Yediya – 5004211118)) Gramedia Pustaka Utama
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil kadar asam lemak bebas minyak nabati [7] Clowutimon, W., P. Kitchaiya, and P. Assawasaengrat.
pengujian simplo yaitu sebesar 0,203 % dan pengujian 2011. Adsorption of Free Fatty Acid from Crude Palm Oil on
duplo sebesar 0,178 % dengan rata-rata hasil sebesar Magnesium Silicate Derived From Rice Husk. Engineering
0,190 %. Kemudian hasil kadar asam lemak bebas Journal 15 (3)
minyak jelantah pengujian simplo sebesar 1,27 % dan
pengujian duplo sebesar 1,27 % dengan rata-rata hasil
sebesar 1,27 %. Berdasarkan data perhitungan yang telah [8] R. O. S. Putri, “Standarisasi Larutan 0,1 N NaOH dan
didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa persentase Penggunaannya dalam Penentuan Kadar Asam Cuka” Institut
kadar asam lemak minyak nabati sudah memenuhi kadar Pertanian STIPER Yogyakarta, IV, September 2014.
asam lemak berdasarkan SNI yaitu di bawah 0,30%.
Sedangkan persentase kadar asam lemak minyak [9] D. S. Sopianti, H. Herliana, dan H. T. Saputra, “Penetapan
jelantah tidak memenuhi SNI karena kadar Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak Goreng” Jurnal
persentasenya di atas 0,30%. Tingginya rata-rata kadar Katalisator, vol. 2, no. 2, 2017.
asam lemak bebas pada minyak jelantah disebabkan
karena minyak goreng dipanaskan lebih dari satu kali [10] A. S. Suroso, “Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai
atau berulang kali dengan suhu tinggi, sehingga waktu Ditinjau dari Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar
pemanasan dan suhu pemanasan sangat berpengaruh Air” Jurnal Kefarmasian, Vol. 3, No. 2, Agustus 2013.
terhadap peningkatan kadar asam lemak bebas dalam
minyak goreng. [11] N. Fanani dan E. Ningsih, “Analisis Kualitas Minyak
Goreng Habis Pakai yang Digunakan oleh Pedagang Penyetan
UCAPAN TERIMA KASIH di daerah Rungkut Surabaya Ditinjau dari Kadar Air dan
Kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)” Jurnal IPTEK, Vol. 22,
Maha Esa karena atas kehendak-Nya, penulis dapat No. 2, 2018.
menyelesaikan laporan praktikum ini. Selain itu penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Hamdan
Dwi Rizqi S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu mata
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1

LAMPIRAN

Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai