Oleh :
NIM : D1C012042
Sebagai bahan yang banyak mengandung asam lemak, minyak sawi tsangat
rentan mengalami perubahan sifat fisik maupun kimia. Penyebabnya bisa dari dari
oksidasi asam lemak tak jenuh, hidrolisis lemak menjadi asam lemak, serta mikroba
sehingga menyebabkan ketengikan, perubahan warna minyak dan sebagainya.
Perubahan sifat tersebut akan menentukan kualitas dari minyak tersebut serta
mempengaruhi efek nutrisi bagi tubuh. Beberapa parameter yang bisa menunjukkan
kerusakan minyak adalah bilangan asam, bilangan iod, bilangan peroksida, smoke
point dll.
Bila suatu lemak dipanaskan, pada suhu tertentu timbul asap tipis kebiruan.
Titik ini disebut titik asap ( smoke point ). Bila pemanasan diteruskan maka akan
tercapai flash point , yaitu minyak mulai terbakar (terlihat nyala).Jika minyak sudah
terbakar secara tetap disebut fire point. Suhu terjadinya smoke point ini bervariasi dan
dipengaruhi oleh jumah asam lemak bebasnya.Jika asam lemak bebas banyak, ketiga
suhu tersebut akan turun. Demikian juga bila berat molekul rendah, ketiga suhu
tersebut akan lebih rendah. Sifat tersebut sangat penting dalam penentuan mutu lemak
yang digunakan sebagai minyak goreng (Winarno, 1982).
menimbang 30 ml
larutan asetat kloroform
(3 : 2)
menambahkan 0,5 ml kl
jenuh
menambahkan 30 ml
aquadest
menambahkan 2 ml pati
Perhitungan peroksida
4.2 Pembahasan
Jika dalam minyak terdapat bilangan peroksida yang cukup tinggi maka
akanterjadi ketengikan. Hal ini akibat dari oksidasi lemak yang
menghasilkansenyawa-senyawa turunan lemak seperti aldehid, keton dll. Giesen
(1992) menyebutkan bahwa bahan pangan dinyatakan tengik apabila mengandung
angka peroksida lebih dari 10 meq/kg (Astuti, 2008). Dalam Ketaren menyebutkan
bahwa bilangan peroksida yang masih baik pada minyak sawit adalah 2. Minyak
mulai terasa tengik bila bilangan peroksidanya 20-40 m Eq/kg (Wildan, 2002).
Bilangan peroksida pada semua sampel minyak ada yang lebih dari 2 maka minyak
tersebut dapat dikatakan tidak baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum bilangan peroksida pada minyak goreng didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi.
2. Dari hasil pengujian bilangan peroksida pada sampel berturut-turut dari terkecil
ke terbesar yaitu; 2,2 (minyak jelantah); 3,2 (minyak curah ); 6 (minyak
kemasan); 6,4 (minyak penjual gorengan)
3. Bilangan peroksida terkecil terdapat pada sampel minyak jelantah yaitu 3,2
miliekivalen / 1000 gr dan bilangan peroksida terbesar terdapat pada sampel
minyak dari penjual gorengan yaitu 6,4 miliekivalen / 1000 gr.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Endang Puji. 2008. Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat Vitamin C
Sebagai Antioksidan Dan Lama Simpan Terhadap Ketengikan Bungkil Kacang
Tanah
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.UI Press,Jakarta.
Wildan, Farihah. 2002. Penentuan Bilangan Peroksida dalam Minyak Nabati dengan
Cara Titrasi. Balai Penelitian Ternak-Ciawi.
Winarno, F.G. 1982. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.