Disusun Oleh :
CINDY FEBRIANTI
16/18634/THP-STIPP A
= 34 mLeq/1000 g
(ts−tb) x 1000 x N natrium thiosulfat
Angka peroksida I I =
berat sampel ( gr )
(6,1−0) x 1000 x 0,1N
=
5 gram
= 122 mLeq/1000 g
(ts−tb) x 1000 x N natrium thiosulfat
Angka peroksida I II =
berat sampel ( gr )
(5−0) x 1000 x 0,1N
=
5 gram
= 100 mLeq/1000 g
B. Pembahasan
Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi
minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Angka
peroksida merupakan satu dari sekian banyak syarat mutu penentu kualitas
suatu minyak.
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada lemak dan minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat
oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida
dapat ditentuka dengan metode iodometri. Cara yang sering digunakan untuk
menentukan bilangan peroksida, berdasarkan pada reaksi antara alkali iodid
adalam larutan asam dengan ikatan peroksida. Iod yang dibebaskan pada
reaksi ini kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak
sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu
berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida
rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat
kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain .
Asetat kloroform yang berfungsi sebagai zat pelarut, KI berfungsi sebagai
membebaskan iodin, indikator amilum berfungsi sebagai larutan penanda
bahwa terdpat I2 di dalam larutan, aquades berfungsi sebagai pelarut, dan
larutan natrium sulfat berfungsi sebagai titran untuk mengubah warna pada
saat titrasi.
Menentukan bilangan peroksida menggunakan minyak yang berbeda-beda.
Pertama bahan ditimbang 5 gram kemudian menambahkan 15 ml asetat
klorofom dan KI 0,5 ml lalu mendiamkan selama 1 menit. Menambahkan 0,5
mL indikator amilum lalu menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga
terjadi perubahan warna. Asetat kloroform yang berfungsi sebagai zat pelarut,
KI berfungsi sebagai membebaskan iodin, indikator amilum berfungsi sebagai
larutan penanda bahwa terdpat I2 di dalam larutan, aquades berfungsi sebagai
pelarut, dan larutan natrium sulfat berfungsi sebagai titran untuk mengubah
warna pada saat titrasi.
Hasil yang di dapatkan saat menggunakan minyak goreng adalah pada
angka peroksida I bilangan peroksida yang dihasilkan adalah 106 mLeq/1000
g, angka peroksida II adalah 122 mLeq/1000 g, angka peroksida II adalah 100
mLeq/1000 g. Hasil dari pengujian menunjukan angka peroksida yang
dihasilkan lebih dari standat mutu SNI yang bekisar antara 10 menurut BSN.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum penentuan angka peroksida adalah :
1. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi
oksidasi lemak.
2. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya
sehingga membentuk peroksida. Peroksida dapat ditentuka dengan metode
iodometri.
3. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah
mengalami oksidasi.
4. Hasil yang di dapatkan saat menggunakan minyak goreng adalah pada
angka peroksida I bilangan peroksida yang dihasilkan adalah 106
mLeq/1000 g, angka peroksida II adalah 122 mLeq/1000 g, angka
peroksida II adalah 100 mLeq/1000 g.
5. Hasil dari pengujian menunjukan angka peroksida yang dihasilkan lebih
dari standat mutu SNI yang bekisar antara 10 menurut BSN.
B. Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan lebih kondusif dan praktikum
tidak dilakukan secara terburu-buru.
DAFTAR PUSTAKA