Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KELAS
KIMIA ANALITIK
TPS 1A

PERCOBAAN 3
ANALISIS REDUKSI DAN OKSIDASI
PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK
GORENG DAN BILANGAN YODIUM PADA CPO

Disusun oleh :

Nomor Tanda
Nama Praktikan Tanggal Kumpul
Mahasiswa Tangan
1. Adi Ridlha T.H 202111005
2. Samsul Bahri 202111003
3. Cici Finasti 202111002

Tanda
Nama Instruktur Tanggal Koreksi Nilai
Tangan

Hanifah Khairiah, S,ST.,MT

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT


POLITEKNIK KAMPAR
2022
I. TUJUAN
1. Menentukan Bilangan Peroksida pada Minyak Goreng
2. Menentukan Bilangan Yodium pada CPO

II. TEORI
Bilangan peroksida sebuah indeks dari sejumlah lemak atau minyak
yang sudah mengalami oksidasi. Bilangan peroksida bermanfaat untuk
menentukan kualitas lemak atau minyak setelah proses dan penyimpanan.
Peroksida akan meningkat untuk memudian pasti selama masa penyimpanan
sebelum digunakan. Dengan kuantitas tergantung pada waktu, temperatur,
ketajaman cahaya, dan udara (Lawson, 1985).
Ketika lemak dan minyak disimpan, lemak dan minyak mengalami
perubahan yang mana mempengaruhi nilai jual. Telah diketahui selama
banyak tahun lemak dan minyak secara lambat menangkap oksigen selama
periode waktu sebelum kemungkinan untuk dideteksi aroma dari produk
yangtengik (Meyer, 1973).
Proses oksidasi yang intensif akan mengakibatkan ketengikan dan
perubahan warna (menjadi semakin gelap). Keadaan ini jelas sangat
merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun. Konsumen atau
pabrikyang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku dapat menilai
mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari angka oksidasi
ini dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlanggsung
sehingga dapat pula dilihat pula dinilai kemampuan minyak sawit untuk
menghasilkan barang jadi yang memiliki daya tahan dan daya simpan yang
lama.
Bilangan Yodium adalah jumlah (gram) yodium yang dapat diikat
oleh 100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak
jenuh akan bereaksi dengan yodium atau senyawa yodium. Gliserida dengan
tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat yodium dalam jumlah
yang lebih besar. Bilangan yodium di tetapkan dengan melarutkan sejumlah
contoh minyak atau lemak dalam kloroform atau karbon tetra klorida.
Kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah didiamkan pada
tempat yang gelap dengan periode waktu yang dikontrol, kelebihan dari
yodium yang tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi larutan-larutan
campuran tadi dengan natrium tiosulfat.
Kemudian pada saat mentritrasi I2 tereduksi oleh natrium tiosulfat
membentuk I- kembali sedangkan S4032- teroksidasi membentuk S4062-
Reaksi dari ion yang berlebihan tersebut adalah sebagai berikut:
2 Na2S2O3 + I2 2Nal + Na2S4O6
Bilangan yodium berbanding langsung dengan derajat
ketidakjenuhan. Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan
yang tinggi pula. Ini juga berguna sebagai indikator dari bentuk lemak,
bilangan iodin lemak yang tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan
bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan .selama pemprosesan
minyak dan lemak, sebagai derajat pertambahan hidrogenasi, bilangan lodin
berkurang (Lawson, 1985).

III. ALAT DAN BAHAN ALAT


A. Alat
1. Buret 50 mL, Statif, klem 9. Spatula
2. Gelas piala 100 ml 10. Pipet mohr 25 ml
3. Erlenmeyer 250 mL bertutup (2 buah) 11. Pipet mohr 1 mL
4. Botol reagen 100 mL (2 buah) 12. Pipet volume 5 mL
5. Labu takar 100 mL 13. Gelas ukur 50 mL
6. Labu Takar 25 mL (2 buah) 14. Bulb
7. Batang pengaduk 15. Botol Semprot
8. Corong 16. Kaca Arloji
B. Bahan
1. CPO 6. Kloroform (CHCI3)
2. Minyak goreng 7. Sikloheksana (C6H12)
3. Kalium Iodida (KI) 8. Larutan wijs
4. Indikator Amilum/kanji/pati 9. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
5. Natrium tiosulfat 10. Asam Asetat (CH3COOH)
(Na2S2O3.5H2O) 11. Asam Klorida (HCl)

IV. CARA KERJA


A. Standardisasi larutan natrium tiosulfat (NazS203.5H2O) 0,1 N
1. Hitung massa K2Cr2O7 untuk membuat larutan K2Cr2O7 0,1 N
sebanyak 25 Ml
2. Larutan K2Cr2O7 dipindahkan kedalam erlenmeyer bertutup 250 ml
dan ditambahkan 1 mL HCl pekat dan 5 ml larutan KI 10%, tutup
Erlenmeyer, kocok dan simpan dalam tempat gelap selama 5 menit
3. Lakukan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna
kuning muda
4. Tambahkan 3 tetes indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai
warna biru
5. Hitung Normalitas natrium tiosulfat sebenarnya

B. Penentuan Kadar Bilangan Peroksida Pada Minyak Goreng (SNI


Minyak Goreng 3741-2013)
1. Minyak goreng di timbang sebanyak 5 gr kedalam Erlenmeyer
bertutup 250 ml, catat sebagai W
2. Tambahkan 50 ml larutan campuran asam asetat : Kloroform (3:2),
tutup erlenmeyer dan aduk hingga homogen
3. Tambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh, dan diaduk selama 1 menit
hingga homogen
4. Tambahkan 30 ml aquadest tambahkan 5 tetes indikator kanji,
kemudian tutup erlenmeyer segera. Kocok dan titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna kuning muda, dan lanjutkan
titrasi hingga warna kuning hilang. Catat volume natrium tiosulfat
sebagai V0
5. Ulangi poin 2-5 untuk larutan blanko (tanpa sampel minyak goreng)
dan catat volume natrium tiosulfat sebagai V1 standardisasi
6. Hitung konsentasi bilangan peroksida

C. Penentuan Kadar Bilangan Yodium pada CPO (SNI CPO 01-


29012006)
1. CPO ditimbang sebanyak 0,5 gr kedalam Erlenmeyer bertutup 250
ml
2. CPO dipanaskan diatas waterbatch dan aduk hingga rata
3. Tambahkan dengan 15 mL sikloheksana untuk melarutkan CPO
4. Kemudian ditambahkan 15 ml larutan Wijs dengan pipet volume,
tutup, dan dihomogenkan, lalu simpan selama 30 menit dalam ruang
gelap
5. Tambahkan dengan KI 10% sebanyak 10 ml dan aquades 50 ml
6. Lakukan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai terjadi
perubahan menjadi kuning muda
7. Tambahkan 5 tetes indikator larutan kanji/amilum, dan lanjutkan
titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna kuning hilang
8. Dicatat volume natrium tiosulfat yang terpakai, catat sebagai V1
9. Ulangi poin 3-8 untuk larutan blanko (tanpa sampel CPO), catat
sebagai V2
10. Hitung Konsentrasi Bilangan Yodium
V. DATA HASIL PENGAMATAN
A. Tabel hasil penimbangan
No Nama Bahan Hasil
1 Kalium dikromat 0,1220 gr
2 Natrium tiosulfat 2, 4835 gr
3 Kalium iodida 2,5284 gr
4 Indikator kanji 1,0096 gr
5 Minyak goreng 5,0222 gr
6 CPO 0,5065 gr

B. Tabel hasil titrasi


No Titrasi Hasil
1 Standardisasi natrium tiosulfat 19,65 ml
2 Kadar bilangan peroksida (sampel) 0,30 ml
3 Kadar bilangan peroksida (blanko) 0,40 ml
4 Kadar bilangan yodium (sampel) 12,60 ml
5 Kadar bilangan yodium (blanko) 13,70 ml

VI. DATA HASIL PERHITUNGAN


N × Mr ×V
A. Massa K2CR2O7 =
1000
0 ,1 ×294 , 18× 25
=
1000
=0,7354 gr
N × Mr ×V
B. Massa Na2S2O3 =
1000
0 ,1 ×248 × 100
=
1000
=2 , 48 gr
10: 4
C. N Kalium Iodida 10% =
100: 4
2 ,5 gr
=
25 ml
= 0,1 N
1000× N ×(V 0−V 1)
D. Bilangan peroksida =
W
1000× 0,1272 ×(0 ,30−0 , 40)
=
5,0222
= 2,5327 mek O2/kg

12, 69 × N ×(V 2−V 1)


E. Bilangan yodium =
W
12, 69 ×0,1272 ×(13 , 70−12 , 60)
=
0,5065
= 3,5054 g Yodium /100 g

VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini pratikan menentukan bilangan peroksida pada
minyak goreng, bilangan peroksida adalah sebuah indeks dari sejumlah
lemak atau minyak yang sudah mengalami oksidasi. Bilangan peroksida
bermanfaat untuk menentukan kualitas lemak atau minyak setelah proses
dan penyimpanan. Pada percobaan kali ini menggunakan beberapa tahap
yang pertama yaitu standardisasi larutan natrium tiosulfat, Larutan Natrium
tiosulfat dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder untuk standarisasi
iodium. Natrium tiosulfat dapat diperoleh dengan mudah dalam keadaan
kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada ketidakpastian dari konsentrasi
yang kita buat. Untuk itu sebelum digunakan larutan natrium tiosulfat harus
distandarisasi terlebih dahulu untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya agar
bisa digunakan sebagai larutan baku sekunder. Dengan cara hitung massa
K2Cr2O7 untuk membuat larutan K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 25 Ml, hasil
penimbangan yaitu 0,1220 gr. Beserta larutan natrium tiosulfat sebesar
2,4835 gr kemudian larutan K2Cr2O7 dipindahkan kedalam erlenmeyer
bertutup 250 ml dan ditambahkan 1 mL HCl pekat dan 5 ml larutan KI 10%,
tutup Erlenmeyer, kocok dan simpan dalam tempat gelap selama 5 menit.
Lakukan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna kuning
muda selanjutnya tambahkan 3 tetes indikator kanji, dan lanjutkan titrasi
sampai warna biru, volume yang digunakan dalam titrasi adalah 19,65 ml
dan hitung Normalitas natrium tiosulfat sebenarnya setelah dihitung
didapatkan hasil Normalitas natrium tiosulfat sebesar 0,1272 N
Setelah melakukan standardisasi natrium tiosulfat kemudian
pratikkan melakukan penentuan kadar bilangan peroksida pada minyak
goreng dengan cara minyak goreng di timbang sebanyak 5 gr kedalam
Erlenmeyer bertutup 250 ml, catat sebagai W hasil penimbangan sebesar
5,0222 gr kemudian tambahkan 50 ml larutan campuran asam asetat 60 ml
dan Kloroform 40 ml atau (3:2), tutup erlenmeyer dan aduk hingga
homogen selanjutnya timbang KI sebesar 2,5 gr setelah itu tambahkan 1 ml
aquadest kemudian larutan KI dibagi dua untuk sampel dan blanko masing –
masing ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh, dan diaduk selama 1 menit
hingga homogen lalu tambahkan 30 ml aquadest dan tambahkan 5 tetes
indikator kanji, kemudian tutup erlenmeyer segera. Kocok dan titrasi dengan
larutan natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna kuning muda, dan lanjutkan
titrasi hingga warna kuning hilang. Catat volume natrium tiosulfat sebagai
V0 volume titrasi yang digunakan adalah 0,30 ml lalu ulangi percobaan
untuk larutan blanko (tanpa sampel minyak goreng) dan catat volume
natrium tiosulfat sebagai V1 standardisasi volume titrasi yang digunakan
pada larutan blanko adalah 0,40 ml dan hitung konsentasi bilangan
peroksida setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil bilangan
peroksida sebesar 2,5327 mek O2/kg untuk standar SNI adalah 10 mek
O2/kg dengan begitu dapat disimpulkan bahwa percobaan ini telah
memenuhi standar SNI
Percobaan ini pratikkan juga melakukan penentuan kadar bilangan
yodium pada CPO. Bilangan Yodium adalah jumlah (gram) yodium yang
dapat diikat oleh 100 gram lemak cara menentukan bilangan yodium yaitu
CPO ditimbang sebanyak 0,5 gr kedalam Erlenmeyer bertutup 250 ml hasil
penimbangan yang didapatkan 0,5065 gr kemudian CPO dipanaskan diatas
waterbatch dan aduk hingga rata selanjutnya tambahkan dengan 15 mL
sikloheksana untuk melarutkan CPO Kemudian ditambahkan 15 ml larutan
Wijs untuk mendeteksi (determination) yodium number (angka yodium)
pada karbon aktif dan senyawa karbon lainnya. dengan pipet volume, tutup,
dan dihomogenkan, lalu simpan selama 30 menit dalam ruang gelap. Setelah
itu tambahkan dengan KI 10% sebanyak 10 ml dan aquades 50 ml
selanjutnya lakukan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai
terjadi perubahan menjadi kuning muda lalu tambahkan 5 tetes indikator
larutan kanji/amilum, dan lanjutkan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N
sampai warna kuning hilang dicatat volume natrium tiosulfat yang terpakai,
catat sebagai V1 volume titrasi yang digunakan sebesar 12,60 ml kemudian
ulangi percobaan untuk larutan blanko (tanpa sampel CPO), catat sebagai V 2
volume titrasi yang digunakan untuk larutan blanko adalah 12,70 ml dan
Hitung Konsentrasi Bilangan Yodium setelah dilakukan perhitungan
didapatkan hasil 3,5054 g Yodium/100 g. Sedangkan standar SNI untuk
bilangan yodium adalah 50-55. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
percobaan ini belum memenuhi standar SNI pada CPO hal ini dikarenakan
CPO yang digunakan kualitasnya kurang bagus sehingga kadar yodium
rendah hal ini dapat diminimalisir dengan pembuatan CPO yang lebih
berkualitas dengan menggunakan standar SNI yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai