Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KIMIA ANALITIK

TITRASI IODOMETRI

OLEH:
Dilla Rosita Devi (1913081006)

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
I. Judul
Titrasi Iodometri
II. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar tembaga secara iodometri.
III. Dasar Teori
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-reduksi dipergunakan
secara luasdalam analisa titrimetric.ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir
dalam kondisi yang berbeda- beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak
reaksi redoks. Dalam banyak prosedur analisis,analitnya memiliki lebih dari
satu kondisi oksidasi sehinggaharus dikonversi menjadi satukondisi oksidasi
tunggal sebelum titrasi (Underwood.1998:287).Titrasi dengan iodium
dibedakan menjadi1. Iodimetri (cara langsung)2. Iodometri (cara tidak
langsung)Reaksi dasar pada titrasi ini adalah:I3- + 2e -- Eo = +0,54VPada
iodometri zat yang akan ditentukan direaksikan dengan ion iodida berlebih
biasanyadigunakan KI berlebih. Zat pertama akan direduksi dengan
membebaskan iodium yang ekivalen jumlahnya. Iodium yang dibebaskan ini
kemudian dititrasi dengan larutan standartiosulfat(Anonim)

Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan


menggunakan iodium.Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu Iodimetri metode
langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasidengan larutan baku Iodium.
Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.Iodimetri metoderesidual (
titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam
jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium
tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit. Iodometri adalah
bahan pengoksidasi yang mengoksidasiKalium iodide (KI) dalam suasana
asam, sehingga Iod yang dibebaskan ( Rahma, GM. 2011)Metode titrasi
iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri)mengacu padatitrasi
titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
kadang-kadang diamakan iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod
yang dibebaskan dalamreaksi kimia. Potensial reduksi normal dar sistem
reversibal :I2+ 2e 2IAdalah 0,5345 volt. Persamaan di atas mengacu kepada
suatu larutan air yang jenuh denganadanya iod padat. Reaksi sel setengah ini
akan terjadi misalny menjelang akhir titrasi dariiodidda menjadi relative lebih
rendah. Dekat permulaan atau dalam kebanyakana titrasiiodometri, bila ion
iodide berlbih, maka terbentulah ion triioidida(Vogel,1994 : )
IV. Alat dan bahan
Tabel 1. Alat
No Nama Ukuran
1 Gelas kimia 100 mL
2 Gelas arloji -
3 Neraca analitik -
4 Buret -
5 Statif -
6 Corong -
7 Labu ukur 250 mL
8 Erlenmeyer 100
9 Pipet volumetrik 10 mL

Tabel 2. Bahan
No Nama Konsentrasi Jumlah
1 Aquades Secukupnya
2 HCl 0,1 M Secukupnya
3 KI 0,1M 30 mL
6 CuSO4 0,1 M 10 mL
7 Na2S2O3 0,1 M 6,214 gram
8 K2Cr2O7 0,1 M 7,3570 gram
V. Prosedur Kerja
5.1 pembuatan larutan standar sekuder Na2S2O3 0,1 N dan indikator amilum

Sebanyak 6,25 gram Na2S2O3.H2O ditimbang dan


dilarutkan dengan aquades mendidih dalam labu
ukur ukuran 250 mL. Selanjutnya dikocok hingga
homogen.

Sedikit natrium karbonat atau kloroform


ditambahkan sebagai pengawet

Sebanyak 1,5 gram amilum dan 1 gram asam borat


dimasukkan ke dalam 100 mL aquades, didihkan
sampai membentuk jelatin yang jernih dan
selanjutnya didinginkan.

5.2 pembuatan larutan standar primer K2Cr2O7 0,1 N dan KI 0,1 N

1,2258 gram K2Cr2O7 ditimbang dan dilarutkan dengan


aquades dalam labu ukur ukuran 250 mL. Selanjutnya
dikocok hingga homogen.

4,150 gram KI ditimbang dan dilarutkan


dengan aquades dalam labu ukur ukuran 250
mL. Selanjutnya dikocok hingga homogen.
5.3 standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7 0,1 N

25 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N dipipet dan


dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

Berturut-turut ditambahkan 100 mL aquades, 6 mL


HCl pekat dan 30 mL larutan KI 0,1 N. selanjutnya
dikocok dengan kuat dan ditambahkan 1 mL
indikator amilum.

Titrat tersebut di atas dititrasi dengan larutan


Na2S2O3 sampai warna biru tua berubah menjadi
hijau

Volume titran yang digunakan dicatat. Ulangi


titrasi diatas untuk dua kali pengulangan.

5.4 penentuan kadar tembaga dalam sampel

6,25 gram CuSO4.5H2O ditimbang dan


dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur
ukuran 250 mL. selanjutnya dikocok dengan
kuat

25 mL larutan CuSO4.5H2O dipipet dan


dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Netralkan
larutan dengan amonia (kontrol dengan
indikator universal) dan tambahkan 30 mL KI
01 N lalu dikocok dengan kuat.

Titrasi larutan tersebut diatas dengan larutan


standar Na2S2O3 sampai larutan berwarna
kekuningan, kemudian ditambahkan 1 mL
indikator amilum dan titrasi dilanjtukan.

Titrasi dihentikan bila warna biru dari titrat


telah hilang. Mencatat volume titran yang
digunakan. Mengulangi titrasi diatas untuk dua
kali pengulangan

Menentukan kadar tembaga (%) dalam sampel


(sebagai laporan akhir)
VI. Perhitungan
1. pembuatan larutan standar sekuder Na2S2O3 0,1 N
𝑔𝑟 1000
𝑀 = 𝑀𝑟 × 𝑉(𝑚𝐿)

𝑚(𝑔𝑟) 1000
0,05𝑀 = 248𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 × 250𝑚𝐿

𝑚 = 3,1 𝑔𝑟

2. pembuatan larutan standar primer K2Cr2O7 0,1 N dan KI 0,1 N

𝑚(𝑔𝑟) 1000
𝑀= × 𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑟

𝑚(𝑔𝑟) 1000
0,05𝑀 = × 250 𝑚𝐿
294,19𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

𝑚 = 3,677375 𝑔𝑟

𝑚(𝑔𝑟) 1000
𝑀= × 𝑉(𝑚𝐿)
𝑀𝑟

𝑚(𝑔𝑟) 1000
0,1𝑀 = × 250 𝑚𝐿
166𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

𝑚 = 4,15 𝑔𝑟
3. Menentukan kadar tembaga (%) dalam sampel (sebagai laporan akhir)
Perhitungan kadar Cu:
V1 = Volume Na2S2O3
N1 = Normal Na2S2O3
V2 = Volume CuSO4
N2 = Normal CuSO4
V1N1 = V2N2
Mencari nilai normalitas ke dua:
N2 = n x M
M CuSO4 = N/n
Setelah molaritas didapatkan selanjutnya menghitung massa CuSO4
gram 1000
M CuSO4 = x
Mr mL
(V .N ) Na2 S 2O3
W Cu2+= xBE
VCuSO4

WCu 2+
2+
Kadar Cu = x100%
WCuSO4
JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa akuades yang digunakan pada prosedur pembuatan larutan
Na2S2O3 perlu didihkan?!
Jawab: Aquades yang digunakan pada prosedur kerja 5.1 diatas perlu
dididihkna untuk mencegah aktivitas bakteri yang ada pada padatan
natrium tiosulfat. Jika tidak digunakan air mendidih untuk melarutkan
padatan natrium tiosulfatnya maka bakteri yang terkandung di dalam
senyawa tersebut akan mengubah S2O3-2 menjadi SO3-2, SO4-2 dan belerang
koloidal, sehingga aktivitas dari bakteri tersebut perlu dicegah dengan
melarutkan padatan Na2S2O3 dengan aquades yang sudah didihkan.
2. Apa fungsi HCl dalam prosedur 4.3 b di atas?
Jawab: Pada prosedur 5.3 b diatas HCl berfungsi memberikan suasana
asam pada larutan yang mengakibatkan reaksi berlangsung lebih cepat.
Hal ini juga disebabkan karena pada prosedur 5.3.b tersebut digunakan
K2C2O7 yang merupakan senyawa inert.
3. Apa fungsi KI dalam prosedur di atas dan mengapa pada prosedur 4.4
b digunakan 30 mL KI 0,1 N?
Jawab: Pada prosedur 4.4 b KI digunakan sebagai zat reduksi yang
membebaskan iod dari iodide. Larutan KI ditambahkan sebanyak 30 mL
untuk membentuk iod yang lebih banyak sehingga saat ditambahkan
amilum maka perubahan warna yang akan tampak lebih jelas.
4. Mengapa larutan amilum ditambahkan setelah titrasi dilakukan
(langkah 4.4 c) dan tidak sebelum titrasi dilakukan (langkah 4.4 b)?
Jawab: Larutan amilum ditambahkan setelah dilakukan titrasi agar amilum
tidak mengikat iod yang dapat menyebabkan amilum sukar dititrasi
sehingga iod akan terbungkus amilum dan amilum dapat membentuk
suspensi yang tidak stabil dan mengakibatkan terbentuknya senyawa
kompleks dengan iodium yang sukar larut.
5. Apakah prosedur seperti di atas dapat dipakai untuk menentukan
kadar tembaga pada limbah? Berikan argumentasi
Jawab:
Tidak, prosedur diatas yaitu dengan titrasi iodometri tidak bisa digunakan
untuk menentukan kadar tembaga pada limbah karena metode yag paling
cocok atau baik dalam menguji atau menentukan kadar tembaga (Cu) pada
limbah yaitu metode spektrofotometri serapan atom nyala karena metode
ini sudah memenuhi syarat yang mengacu pada aturan SNI mengenai
limbah sehingga saat melakukan pengujian dihasilkan hasil yang akurat

Anda mungkin juga menyukai