Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

IODOMETRI
LAB.KIMIA TERAPAN
TANGGAL, 25 NOVEMBER 2022

Disusun oleh:

NATASYA EKA SAPUTRI


221335300024
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

D-4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN 2022
LAPORAN PRAKTIKUM ARGENTOMETRI
A. Judul praktikum :
IODOMETRI
B. Hari, Tanggal :
Jumat, 25 November 2022
C. Nama Dosen :
Jamilatur Rohmah S.Si M.Si
D. Nama Laboran :
Novi Dwi Kusuma S.Si
E. Tujuan Praktikum :
Mengetahui cara pembuatan dan pembuatan larutan standar Na2S2O3 0,01 N dengan
larutan baku primer KIO3 0,01 N
F. Prinsip Pratikum :
Reaksi reduksi – oksidasi iod
G. Dasar Teori :
Titrasi iodometri adalah proses tidak langsung yang menggunakan iod. Zat
pengoksidasi yang mampu membebaskan iod diperlakukan dengan ion iodida berlebih
dan dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na 2S2O3). Titrasi iodometri adalah reaksi reduksi-
oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi untuk mendapatkan elektron atau menurunkan
bilangan oksigen. Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pemindahan atau pelepasan
elektron.
Dalam titrasi iodometri, volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran sama
dengan iodium yang dihasilkan sebagai titran dan jumlah sampel.
Titrasi iodometri dimana sampel bereaksi (langsung) dengan iodium, kemudian pada
iodometri sampel yang merupakan oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI)
berlebih menghasilkan iodium (I2), yang kemudian dititrasi dengan larutan standar
natrium trisulfat.
Iodometri adalah zat pengoksidasi yang mengoksidasi kalium iodide atau KI dalam
larutan asam, sehingga iod yang dibebaskan kemudian ditentukan dengan larutan standar
natrium tiosulfat. Misalnya saat menentukan kandungan tembaga (II) sulfat. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri:
1. Secara umum, oksidasi langsung Secara umum, oksidasi langsung dilakukan dengan
menggunakan iodometri untuk bahan yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah
daripada ion dan sebaliknya.
2. Oksidasi oksigen atmosfer dalam reaksi oksidasi dalam media asam kuat dapat
menyebabkan nilai titrasi yang salah, yang menyebabkan kesalahan estimasi.
3. Iodometri tidak pernah dilakukan dalam lingkungan basa karena reaksi antara iod dan
hidroksida menghasilkan hipoiodit dan iondat menjadi 2I2..
Dasar titrasi iodometri adalah reaksi redoks di mana iodium dalam air atau campuran
reagen yang menghasilkan iodium bebas dapat digunakan sebagai zat pengoksidasi.
iodium bebas dapat dititrasi dengan zat pereduksi, misalnya, larutan natrium tiosulfat.
iodium kurang larut dalam air tetapi mudah larut dalam kalium iodida (KI) karena dapat
membentuk ion kompleks triodida.
I-+2S2O3 2I- + S2O62-
Berdasarkan hal di atas, I2 atau I3- merupakan indikator yang cukup kuat, namun
tidak sekuat kalium permanganat atau kalium bikromat. Titrasi langsung dengan larutan
I2 dan KI menghasilkan ion reaktif yaitu ion tridida. Semua reaksi yang melibatkan
yodium harus ditulis sebagai I3-. Contoh reaksi adalah sebagai berikut:
I2- + 2e 2I- reduksi
2S2O3 2-
S4O62- + 2e oksidasi
I2 + 2S2O3 2
2I + S4O6
- 2

Prinsip dasar metode titrasi iodometri adalah menambahkan ion iodida berlebih ke
dalam larutan kalium bikromat, yang merupakan zat pengoksidasi, dan ion kalium
bikromat ini mengoksidasi ion iodida menjadi iod. iod bebas dititrasi dengan natrium
tiosulfat. Larutan iodium dalam air yang mengandung KI berwarna kuning hingga coklat,
oleh karena itu ketika titrasi larutan berwarna, iodium tidak hanya bertindak sebagai
oksidator tetapi juga sebagai indikator. Dalam hal titrasi iodometri, amilum diperlukan
sebagai indikator yang bertugas untuk mengetahui kapan titik akhir titrasi tercapai, yang
ditandai dengan perubahan warna dari awalnya biru menjadi terang. Larutan indikator
pati ditambahkan mendekati titik akhir titrasi karena jika ditambahkan pada awal titrasi
akan membentuk susu iodin dengan kompleks berwarna biru sehingga sulit untuk dititrasi
dengan natrium tiosulfat.
Saat menggunakan indikator kuat, hal-hal berikut harus dipertimbangkan:
1. Indikator amilum tidak dapat digunakan bersama dengan larutan asam kuat atau pH
rendah karena mudah terhidrolisis.
2. Indikator amilum pada proses titrasi tidak dapat ditambahkan pada awal titrasi, karena
I2 dengan amilum dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru yang sulit
larut. Oleh karena itu, penambahan amilum terjadi saat mendekati titik akhir titrasi.
H. Metode Praktikum :
i. Alat Dan Bahan
 Alat :
1. Buret tak berwarna 50 mL
2. Statif dan klem buret
3. Pipet volumetrik 10 mL
4. Pipet maat 5 mL
5. Bulb
6. Corong
7. Batang pengaduk
8. Gelas beker
9. Botol semprot
10. Labu Erlenmeyer tutup asa/labu iod
11. Pipet pasteur
12. Spatula
13. Labu ukur 100 ml
 Bahan :
1. Larutan standar sekunder Na2S2O3 0,01 N
2. Larutan standar primer KIO3 0,01 N
3. Indikator KI 10%
4. Larutan H2SO4 2N
5. Indikator 0,2%
6. Aquades
ii. Prosedur kerja
a. Pembuatan larutan standar primer KIO3 0,01 N
KIO3

a. Ditimbang sebanyak 0,03567 gram


b. Diencerkan dengan aquades ±25 mL
c. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
d. Ditambahkan aquades sampai tanda batas
e. dihomogen
Larutan standar primer KIO3
0,01 N 100 mL
b. Standarisasi larutan standar sekunder Na2S2O3 dengan larutan KIO3
Na2S2O3 0,01 N

a. Pasang buret pasa ststif dengan klem dalam posisi tegak


b. Cuci buret dengan aquades dan dibilas dengan larutan standar
sekunder Na2S2O3 0,01 N
c. Tuangkan larutan Na2S2O3 0,01 N melebilhi garis 0 mL
d. Larutan Na2S2O3 yang menempel pada dinding buret bersihkan
dengan tisu
e. Minikuskan sampai tanda garis 0 mL

Larutan standar sekunder


Na2S2O3 0,01 N

Titrasi
Standarisasi Na2S2O3
dengan KIO3
a. Ambil larutan Na2S2O3 0,01 N dengan pipet volumetrik
b. Bersihkan dinding luar pipet volumetrik dengan tisu
c. Minikuskan sampai tanda batas
d. Pindahkan 5 mL KIO3 10% dan 5 ml H2SO4 2N ke dalam labu iod
e. Tutup labu iod, lalu letakkan di tempat gelap 5-10 menit
f. Titrasi denga larutan Na2S2O3 pada buret, yang awalmya berwarna
coklat menjadi kuning
g. Tambahkan indikator amilum 2-3 tetes ke dalam labu iod terbentuk
warna biru
h. Lanjutkan titrasi hingga warna biru berubah menjadi tidak
berwarna (putih keruh)

Titrasi triplo
I. Data dan hasil praktikum
i. Data
Titrasi Ke Volume
(mL)
1 21,2
2 21,4
3 21,1
4 21,3
Rata-rata 21,2 mL
Tabel 1. Hasil volume titrasi
ii. Perhitungan
1). V = V1 + V2 + V3 + V4
4
= 21,2 + 21,1 + 21,1 + 21,3
4
= 21,2 mL

2). Na2S2O3 = KIO3


N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 21,2 = 0,01 X 10
N1 = 0,1 = 0,0047 N
21,2
J. Pembahasan
Titrasi iodometri adalah proses tidak langsung yang menggunakan iod. Zat
pengoksidasi yang mampu membebaskan iod diperlakukan dengan ion iodida berlebih
dan dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na 2S2O3). Titrasi iodometri adalah reaksi reduksi-
oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi untuk mendapatkan elektron atau menurunkan
bilangan oksigen. Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pemindahan atau pelepasan
elektron.
Dalam titrasi iodometri, volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran sama
dengan iodium yang dihasilkan sebagai titran dan jumlah sampel.
Titrasi iodometri dimana sampel bereaksi (langsung) dengan iodium, kemudian pada
iodometri sampel yang merupakan oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI)
berlebih menghasilkan iodium (I2), yang kemudian dititrasi dengan larutan standar
natrium trisulfat.
Titrasi iodometri adalah analisis zat pereduksi dengan menambahkan larutan iodin
beku berlebih dan titrasi kelebihannya dengan larutan natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat
digunakan sebagai larutan standar. Untuk menentukan konsentrasi sampel larutan I2,
dilakukan titrasi iodometri, yang pertama-tama membutuhkan standarisasi larutan natrium
tiosulfat sebelum mencapai langkah ini.
Indikator yang digunakan dalam titrasi iodometri ini adalah larutan amilum. Tujuan
pemberian indikator amilumadalah untuk memperjelas titik akhir dari proses titrasi.
Penggunaan indikator amilum dapat memberikan warna biru tua pada kompleks iodin-
amilum, dalam hal ini indikator amilum berfungsi sebagai uji sensitif terhadap iodin.
Penambahan indikator amilum harus menunggu sampai titrasi benar-benar diamati, hal ini
dilakukan karena jika indikator diberikan terlalu dini, ikatan antara ion dan amilum sangat
kuat, amilum membungkus iod sehingga membuat iod menjadi berat. dihilangkan,
sehingga warna biru sulit dihilangkan dan titik akhir titrasi tidak terlihat jelas. Titik akhir
titrasi ditunjukkan dengan hilangnya warna biru dari larutan yang akan dititrasi. Hal ini
sesuai dengan percobaan penentuan konsentrasi sampel I2 yang dilakukan pada saat
warna larutan berubah dari awalnya biru menjadi bening.
Percobaan pertama adalah standarisasi larutan Na2S2O3. Tujuan dari standarisasi
larutan Na2S2O3 adalah untuk menentukan konsentrasi larutan Na2S2O3 agar dapat
digunakan sebagai larutan standar. Hal ini karena Na2S2O3 tidak stabil dalam waktu lama.
Pada percobaan pembakuan Na2S2O3 digunakan KIO3 sebanyak 10 ml. Setelah itu
ditambahkan KI yang memiliki fungsi untuk I2, lalu ditambah 5 ml H2SO4 untuk
memberikan suasana asam. Titrasi dilakukan dengan dengan Na2S2O3 yang berperan
sebagai titran. Saat terjadi berubahan warna kuning, totrasi dihentikan sejenak untuk
menambahkab indikator amilum sebanyak 2 tetes dan mebirikan perubahan warna menjai
biru. Proses titrasi dilanjutkan hingga terjadi perubahan warna menjadi putih keruh.
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan titrasi iodometri adalah salah satu reaksi kimia reduksi
oksidasi yang digunakan untuk menganalisis zat pereduksi dengan menambahkan larutan
iodin standar secara berlebih, yang kelebihannya dititrasi dengan natrium tiosulfat.
Prinsip dasar titrasi iodometri adalah titrasi reduksi oksidasi, yang didasarkan pada
transfer elektron antara titran dan titrat. Indikator yang digunakan dalam titrasi iodometri
adalah amilum. Normalitas rata-rata larutan standar sekunder Na2S2O3 pada percobaan
yang dilakukan adalah 0,0047 N.
L. Daftar pustaka
Mewiya, B. 2020. Iodometric and Iodimetric: Titrations Methods. Journal
Werenskap Health, 1(1): 5-8.
Silviana, E., Fauziyah., Adriani, A. 2019. The Comparison of Potasium Iodate
Concentration in Jangka Salt of Motang Gluoang Dua Production from the Cooking
and Natural Drying Process by Iodometric Method. Lantanida Journal, 2(2): 142.
Ulfa, M. A. 2015. Penetapan Kadar Klorin pada Beras Menggunakan Metode
Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(4): 197-200.
M. Lampiran
i. Foto praktikum
ii. Laporan sementara

N. Lembar pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analisis Kualitatif, telah diperiksa dan
disetujui.

Sidoarjo, _____________________________

Kepala Laboratorium Dosen Pengampu Mata Kuliah

Andika Alivimeita, S.ST.,M.Si  Jamilatur Rohmah S.Si., M.Si.

O. Bukti plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai