Anda di halaman 1dari 17

I.

II.

JUDUL

: Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya

TUJUAN

1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan Na2S2O3 (iodometri).


2. Menentukan kadar Cl2 dalam pemutih merk So Klin
III.

DASAR TEORI
Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi reduksi antara zat pernitrasi dan zat
yang dititrasi. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar. Dalam reaksi
redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya

(melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang

bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron), jadi tidak mungkin
hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini, analat
dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2 A ( Teroksidasi ) + 2 IIod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zatzat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan
adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu
pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai
pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi
(iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk
dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah
sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna
dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan
ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat.
Reaksi-reaksi :
2 e - + I2
Oksidator

2 Ireduktor

1 mol I2 = 2 ekivalen (1 mol I2 mengikat 2 e-)


2 S2O32- S4O621 mol Na2S2O3 = 1 ekivalen

(1 mol Na2S2O3 mengikat 1 e)


Pada titik ekivalen :
jumlah ekivalen I2 = jumlah ekivalen S2O32Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya
pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi
dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi
iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi
berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan
oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga
direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka
dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.
Indikator
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak
mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk
kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak
boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat
larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tibatiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan
menjadi bening.

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 sebagai baku
Alat :
1. Botol timbang

8. Corong

2. labu ukur 100 ml

9. Statif

3. buret 50 ml

10. Klem

4. erlenmeyer 100 ml

11. Gelas Ukur 10 mL

5. erlenmeyer 250 ml

12. Gilas Kimia 500 mL

6. pipet tetes

13. Neraca analitik

7. pipet seukuran 10 ml
Bahan :
1

KIO3 0,3003 gram

5. Larutan KI 20 %

Indikator K2CrO4

6. HCL 4 N

Larutan KIO3

7. Air suling

Larutan Na2S2O3

2. Aplikasi Titrasi Iodo Iodimetri Menentukan Kadar Cl2 dalam Pemutih


Alat:
1. Botol timbang

8. Corong

2. labu ukur 100 ml

9. Statif

3. buret 50 ml

10. Klem

4. erlenmeyer 100 ml

11. Gelas Ukur 10 mL

5. erlenmeyer 250 ml

12. Gilas Kimia 500 mL

6. pipet tetes

13. Neraca analitik

7. pipet seukuran 10 ml

14. Piknometer

Bahan :
1. Pemutih merk SoKlin

5. Amonium Molibdat 3 %

2. Larutan KIO3

6. Larutan kanji (Amilum)

3. Larutan Na2S2O3

7. Air suling

4. H2SO4 1 : 6

V.

LANGKAH KERJA

Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan KIO3 baku


Pembuatan larutan baku kalium iodidat 0,1 N : Kalium iodidat ditimbang
dengan teliti sebanyak 0,35 gram dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Kemudian dilarutkan dengan air suling dan diencerkan sampai tanda batas. Larutan
dikocok dengan baik agar tercampur sempurna.
Standarisasi : Buret dibilas dan diisi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N.
Larutan baku KIO3 dalam labu ukur diambil dengan pipet seukuran (pipet gondok) 10
mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 10 mL larutan
KI 20% dan 2,5 mL HCl 4N. Iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat sampai warna menjadi kuning muda, kemudian ditambah larutan kanji 2 mL
dan dititrasi kembali sampai warna biru hilang. Angka pada buret dicatat saat awal
dan akhir titrasi. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali menggunakan volume larutan
natrium tiosulfat yang sama sehingga dapat ditentukan konsentrasi larutan natrium
tiosulfat rata-rata.
Penentuan kadar Cl2 dalam pemutih
Berat jenis pemutih diukur dengan meggunakan piknometer. Sampel (so klin
pemutih) diambil 2 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian
ditambah dengan aquades 75 ml, 3 gram KI, 8 ml asam sulfat 1:6, dan 3 tetes larutan
ammonium molibdat 3%. Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 0,1M
sampai warna coklat iodida hampir hilang. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan kanji
dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
sehingga dapat ditemukan kadar Cl2 dalam sampel.

VI.

ALUR KERJA
Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan KIO3 baku
KIO3 0,35 gram
-

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dilarutkan dengan air suling

Diencerkan sampai tanda batas

Dikocok dengan baik agar tercampur sempurna

Larutan baku kalium iodidat 0,1 N


-

Diambil dengan pipet seukuran (pipet gondok) 10 mL

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL

Ditambah 10 mL larutan KI 20%

Ditambah 2,5 mL HCl 4N

Dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat

Larutan berwarna kuning muda


-

Ditambah larutan kanji 2 mL

Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1M sampai warna biru hilang

Dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat

Diulangi titrasi sebanyak 3 kali menggunakan volume larutan


natrium tiosulfat yang sama

Konsentrasi larutan natrium tiosulfat rata-rata

Penentuan kadar Cl2 dalam pemutih


Sampel pemutih (so klin pemutih)
-

Diambil 2 ml dengan pipet tetes

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

Ditambah dengan aquades 75 ml


Ditambah 3 gram KI
Ditambah 8 ml asam sulfat 1:6
Ditambah 3 tetes larutan ammonium molibdat 3%
Dititrasi dengan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1M

Warna coklat
iodida hampir
hilang
- Dititrasi
kembali
dengan Na2S2O3 0,1M sampai warna biru hilang
-

Dilakukan sebanyak 3 kali

Kadar Cl2 dalam sampel

VII.

HASIL PENGAMATAN
a. Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan KIO3 baku
Perlakuan

KIO3 ditimbang 0,35


gram
dipindahkan dalam
labu ukur 100 mL
dilarutkan dengan air
suling dan
diencerkan sampai
tanda batas.
Larutan baku KIO3
dipipet 10 mL
dimasukkan dalam
erlenmeyer 250 mL

- ditambah 2 mL
larutan KI 20%
-

ditambah 2,5 mL
larutan HCl 4 N

Hasil pengamatan
Sebelum

Reaksi

Sesudah

KIO3 = serbuk Larutan KIO3 putih


= tidak
berwarna
Larutan KIO3
= tak
Warna
berwarna
larutan KIO3
setelah
Larutan KI
ditambah
20% = tak
larutan KI
berwarna
20% = tidak
berwarna
Larutan HCl
4N = tak
Warna
berwarna
larutan KIO3
+ KI 20% +
Larutan
HCl 4N =
Na2SO3 = tak coklat oranye
berwarna
Setelah
Larutan kanji
dititrasi
= biru
dengan
kehitaman
Na2S2O3 =
kuning +
Setelah
ditambah
kanji = biru
pekat

dititrasi dengan
Na2SO3 (hingga
kuning muda)

Larutan
dititrasi lagi
dengan
Na2S2O3 =
tidak
berwarna

- ditambah 3 tetes kanji


- dititrasi lagi dengan
Na2SO3
-

V1 Na2S2O3 =
11,1 mL

V2 Na2S2O3 =
9,3 mL

Kesimpulan

Melarutkan

Konsentrasi rata

KIO3(s) + H2O(l) rata Na2S2O3


KIO3(aq)

adalah sebesar
0,0987 N.

Penambahan KI
20%
10e- + 12H+ +
2IO3- I2 + 6H2O
2I- I2 + 2e+
6H+ + IO3- + 5I 3I2 + 3H2O
Pada titik akhir
ekivalen
2S2O32- S4O62- + 2e2e- + I2 2I+

2S2O32- + I2 S4O62- +
2I-

V3 Na2S2O3 =
9,6 mL

b. Penentuan kadar Cl2 dalam pemutih


Hasil pengamatan

Perlakuan
-

Sebelum

Sesudah

Reaksi

Pemutih diukur berat - Massa


- Pemutih +
- Pembahan KI
jenisnya dengan
piknometer
aquades +
Cl2 + 2I- 2Cl- +
piknometer
50 mL =
KI + asam
21,029 gram
sulfat +
I2
diambil 2 mL
ammonium
- Massa
molibdat =
dimasukkan ke dalam
piknometer
coklat
- Pada titik akhir
erlenmeyer 250 mL
+ pemutih =
oranye
ekivalen
74,781 gram
- Larutan
2S2O32- S4O62- +
ditambahkan 75 mL
setelah
2eair suling
- Massa
dititrasi
2e- + I2 2Ipemutih =
dengan
+
53,752 gram
Na2S2O3 =
ditambahkan 3 gram
kuning
2S2O32- + I2
KI
muda
- So klin
S4O62- + 2Ipemutih =
ditambahkan 8 mL
kuning
- Setelah
asam sulfat 1:6
kehijauan
ditambah
amilum =
biru pekat
ditambahkan 3 tetes
Asam
sulfat
=
larutan ammonium
tidak
molibdat 3%
berwarna
- Setelah
dititrasi lagi
dititrasi dengan
dengan
- Larutan
Na2S2O3(hingga
Na2S2O3 =
Na2S2O3 =
coklat iodida
tidak
tidak
hilang)
berwarna
berwarna
ditambahkan 5 mL
larutan kanji
dititrasi lagi dengan
Na2S2O3

- KI = serbuk
putih

7,1 mL
-

V1 Na2S2O3 =
V2 Na2S2O3 =

7,5 mL
Larutan kanji
= biru
- V3 Na2S2O3 =
kehitaman
6,9 mL

Kesimpulan
Kadar Cl2 dalam
sampel so klin
pemutih adalah
sebesar 1,17 %.

VIII.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


a.

Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan KIO3 sebagai baku


Pada percobaan ini, terlebih dahulu membuat larutan baku KIO 3 dan untuk

larutan Na2S2O3 sudah disediakan dalam laboratorium. Dalam pembuatan larutan


KIO3, menggunakan KIO3 padat yang sudah diketahui massanya secara pasti,
kemudian dipindahkan dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan hingga terbentuk
larutan KIO3. Hal ini dapat ditunjukkan persamaan reaksi:
KIO3(s) + H2O(l) KIO3(aq)
Setelah membuat larutan baku KIO3 dimasukkan 10 mL dalam erlenmeyer
ditambah dengan 4 mL larutan KI 20% untuk membebaskan iodide dan ditambah
1mL HCl 4N untuk menjadikan suasana asam. Dari penambahan-penambahan yang
dilakukan dihasilkan larutan berwarna coklat kekuningan. Hal ini menunjukkan
adanya iod yang dibebaskan, iod yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat sampai warnanya menjadi kuning muda, setelah itu larutan yang sudah
dititrasi, ditambahkan larutan kanji dan warnanya berubah menjadi biru pekat. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi
sebagai indikator. Kemudian dititrasi lagi dengan larutan natrium tiosulfat sampai
tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan tidak terdapat lagi I2
melainkan telah menjadi I. Titrasi dilakukan 3 kali dan diperoleh volume larutan
natrium tiosulfat adalah 11,1 mL; 9,3 mL; dan 9,6 mL.
Pada saat ekivalen adalah sebagai berikut :
Mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O32Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
10e- + 12H+ + 2IO3- I2 + 6H2O
2I- I2 + 2e-

x1
x5
+

10e + 12H+ + 2IO3- I2 + 6H2O


10 I- 5I2 + 10e
+
12H+ + 2IO3- + 10I- 6I2 + 6H2O
6H+ + IO3- + 5 I- 3I2 + 3H2O

n IO3- = 6

Pada saat titik ekivalen reaksi yang terjadi :


2S2O32- S4O62- + 2e
2e + I2 2I+
2S2O32- + I2 S4O62- + 2IMol ekivalen IO3- = mol ekivalen I2
Mol ekivalen I2

= mol ekivalen S2O32-

Jadi, mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O32Sehingga berdasarkan perhitungan (pada lampiran) didapatkan konsentrasi
larutan natrium tiosulfat adalah 0,0884 N, 0,1055 N, 0,1022 N, dan konsentrasi
larutan natrium tiosulfat rata-rata adalah 0,0987 N.

b. Aplikasi Penentuan Kadar Cl2 dalam Pemutih


Dengan mengukur berat jenis pemutih (so klin) diperoleh massa pikno 21,029
gram dan massa pikno dengan pemutih 74,781 gram sehingga massa pemutih adalah
53,752 gram dengan volum 50 mL sehingga diperoleh berat jenis pemutih sebesar
1,075 gram/mL. kemudian dari 50 mL diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer lalu ditambah aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat kemudian ditambah
0,3 gram KI berupa serbuk putih sehingga dihasilkan larutan berwarna coklat oranye.
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2
Kemudian ditambah lagi dengan 8 mL H 2SO4 (tidak berwarna) dengan tujuan
untuk menjadikan suasana asam serta ditambahkan juga dengan 3 tetes Amonium
molibdat 3% (tidak berwarna) sebagai katalis untuk mempercepat reaksi.
Dari penambahan-penambahan yang dilakukan ini diperoleh larutan berwarna
coklat oranye yang menunjukkan bahwa terdapat iod yang dibebaskan. Kemudian
dititrasi dengan Na2S2O3 (tidak berwarna) sampai larutan berwarna kuning muda.
Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah dengan 5 mL larutan kanji
(tidak berwarna) maka larutan berubah warna menjadi ungu kehitaman, hal ini
menunjukkan bahwa di dalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi
sebagai indikator. Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga warna biru pekat tepat
hilang. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan
telah menjadi I-.

2S2O32- S4O62- + 2e2e- + I2 2I+


2S2O32- + I2 S4O62- + 2IPercobaan dilakukan 3 kali dan diperoleh volume Na2S2O3 7,1 mL; 7,5 mL;
dan 6,9 mL. Dari data tersebut, dapat diketahui kadar Cl2 dalam pemutih berturut turut yaitu 1,16 %; 1,22 %; dan 1,13 % dan kadar Cl2 rata-rata adalah sebesar 1,17 %.

IX.

KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pada titrasi iodoiodimetri penambahan larutan kanji bertujuan untuk dijadikan indikator, titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna dari warna biru pekat (saat ditambah larutan
kanji) menjadi tidak berwarna (setelah dititrasi). Sedangkan untuk aplikasinya, yaitu
penentuan kadar Cl2 pada pemutih, digunakan larutan ammonium molibdat 3%
sebagai katalis atau mempercepat reaksi.
Dari percobaan standarisasi diperoleh molaritas rata rata Na 2S2O3 adalah
0,0987 N dan dari percobaan aplikasi diperoleh kadar Cl2 rata rata dalam so klin
pemutih adalah sebesar 1,17 %.

X.

JAWABAN PERTANYAAN
B.
1. Apa perbedaan antara titrasi iodometri dan iodimetri ?
Titrasi iodometri adalah titrasi redoks dengan I- sebagai reduktor (sampel
direduksi) sedangkan titrasi iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai
oksidator (sampel dioksidasi).
2. Bagaimana reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida ? Setiap 1
mol kalium iodat sama dengan berapa ekivalen ?
10e- + 12H+ + 2IO3- I2 + 6H2O
2I- I2 + 2e-

x1
x5
+

10e + 122H+ + 2IO3- I2 + 6H2O


10 I- 5I2 + 10e
+
12H+ + 2IO3- + 10I- 6I2 + 6H2O
6H+ + IO3- + 5 I- 3I2 + 3H2O

XI.

n IO3- = 6

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia
Tim Penyusun. 2011. Panduan Praktikum Kimia Analitik I Dasar - Dasar Kimia
Analitik. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA
Wibi H., Hilarius. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga (Terjemahan
dari Underwood, A.L. 1998. Quantitative Analysis. (ed.6). London: Prentice
Hall)
Zackiyah. 2010. Macam Macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195912291991
012-ZACKIYAH/Macam-macam_Titrasi_Redoks_dan_Aplikasinya.pdf

diakses pada tanggal 26 November 2012

XII.

LAMPIRAN

Perhitungan Titrasi Oksidimetri

Diket

:
Na2S2O3
25 ml

0,35
g
KIO3

2 mL KI 20%
2 mL HCl 4N

100 ml
Air
Suling

m KIO3

= 0,35 gram

v KIO3

= 100 mL

Mr KIO3 = 214

N KIO3

10 ml

0,35 g
214

1000
100 ml

2 IO3- + 12 H+ + 10 e

x 6 = 0,0981 N

I2 + 6H2O | x 1

2 I-

I2 + 2e-

2 IO3- + 12 H+ + 10 IIO3- + 6 H+ + 5 I-

V1 Na2S2O3
V2 Na2S2O3
V3 Na2S2O3
V1 KIO3
V2 KIO3
V3 KIO3

|x5

6 I2 + 6 H2O

3 I2 + 3 H2O

Ditanya : N Na2S2O3 rata-rata... ?


Jawab
:
1) mek Na2S2O3
= mek KIO3
N1 . V1
= N . V
N1 . 11,1
= 0,0981 . 10
N1 . Na2S2O3 = 0,0884 N
2) mek Na2S2O3
= mek KIO3
N1 . V2
= N . V
N1 . 9,3
= 0,0981 . 10
N1 . Na2S2O3 = 0,1055 N

=
=
=
=
=
=

11,1 mL
9,3 mL
9,6 mL
10 mL
10 mL
10 mL

3) mek Na2S2O3
= mek KIO3
N1 . V2
= N . V
N1 . 9,6
= 0,0981 . 10
N1 . Na2S2O3 = 0,1022 N
0,0884+0,1055+0,1022
3

Jadi, N Na2S2O3 rata-rata =

= 0,0987 N

Perhitungan Aplikasi Menentukan Kadar Cl2 dalam Pemutih (So Klin)


Diket

:
Na2S2O4
2 ml

50 ml

2 ml pemutih

m pemutih
: 53,752 gram
v pemutih
: 50 mL
pemutih
: 1,07504 g/ml
m pemutih yang diambil = 1,07504 g/ml x 2 ml
= 2,15008 gram
v pemutih yang diambil = 2 ml
V1 Na2S2O3 = 7,1 ml = 0,0071 l
V2 Na2S2O3 = 7,5 ml = 0,0075 l
V3 Na2S2O3 = 6,9 ml = 0,0069 l
N Na2S2O3 = 0,0987 N

Ditanya : % Cl2 dalam sampel pemutih.. ?


Jawab

:
1) molek Na2S2O3

= molek Cl2
g
N . V1
= n.
Mr
g
0,0987 . 0,0071 = 2 .
71
m1 Cl2
= 0,02488 g
% Cl

m1 Cl2
msampel pemutih

0,02488
2,15008

x 100 %

x 100% = 1,157 %

2) molek Na2S2O3

= molek Cl2
g
N . V2
= n.
Mr
g
0,0987 . 0,0075 = 2 .
71
m2 Cl2
= 0,02628 g
% Cl

m2 Cl2
msampel pemutih

0,02628
2,15008

x 100 %

x 100% = 1,222 %

3) molek Na2S2O3

= molek Cl2
g
N . V3
= n.
Mr
g
0,0987 . 0,0069 = 2 .
71
m3 Cl2
= 0,02418 g
% Cl

Jadi, % Cl rata-rata

m3 Cl2
msampel pemutih

0,02418
2,15008

x 100% = 1,124 %

0,157 +1,222 +1,124


3
= 1,17 %
=

x 100 %

LAMPIRAN FOTO
TITRASI OKSIDOMETRI

KIO3 diencerkan sampai


100ml

Larutan KI
20%

Dipipet 10ml

Larutan KIO3 + KI 20%

Dititrasi dengan
Na2S2O3

Ditambah indikator amilum


(kanji)

Larutan KIO3 + KI 20% +


HCl 4N

Dilanjutkan titrasi sampai larutan


jernih
APLIKASI

Ditimbang KI 3,008
gram

pemutih + KI +
H2SO4 + amonium
molibdat

Ditambah
indikator kanji

Pemutih setelah
dititrasi dengan
Na2S2O3

Dititrasi kembali
hingga jernih

Anda mungkin juga menyukai