Anda di halaman 1dari 9

Laboratorium Kimia Industri 2

Teknik Kimia Industri


Fakultas Vokasi ITS

KONDUKTOMETRI

Aurellia Valmai Tjujitno*, Dea Rastra Kemala*, Rafi Rajfan Hanif*, Unieka Miro’atul
Insana*
Ir. Agus Surono, M.T.*
Departemen Teknik Kimia Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(03-03-2020)

ABSTRAK. Konduktometri merupakan metode dengan dua elektroda inert yang konduktansi elektrolit antara
kedua elektrodanya diukur. Konduktometri adalah metode yang dapat digunakan untuk menentukan suatu Daya
Hantar Listrik suatu larutan. Pada percobaan yang akan dilakukan konduktometri digunakan untuk mengetahui
konduktivitas dari suatu sampel, yaitu cuka apel, air alkali, dan air Reverse Osmosis. Dari percobaan yang telah
dilakukan didapatkan hasil nilai konduktivitas suatu sampel dengan berbagai macam perlakuan dan pengaruh
penambahan resin serta reagen pada suatu sampel.

Kata Kunci : konduktometri, elektroda, konduktivitas.

PENDAHULUAN

Konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga
konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat
mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik
yang terlalu tinggi. Titrasi konduktometri ini sering digunakan orang dalam menentukan kadar dalam
suatu sampel. Bila diaplikasikan dalam dunia perindustrian misalnya penentuan kadar aspirin dalam
tablet/sampel dan juga memisahkan logam-logam berbahaya yang ada dalam air. Titrasi ini sangat
berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda.
Pada konduktometri menggunakan dua elektrode inert (platinum yang terplatinasi) untuk
mengukur konduktansi/ daya hantar larutan elektrolit antara kedua elektrode tersebut,biasanya
digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan Wheatstone. Konduktivitas suatu larutan
elektrolit pada setiap temperatur bergantung pada ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut.
Titrasi konduktometri dapatdigunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi.
Kemurnian air suling atau deionisasi umumnya diperiksa dengan pengukuran konduktivitas.
Konduktivitas air murni adalah sekitar 5 x 10 -8 -1 cm-1, dan jejak pengotor ionik terkecil menyebabkan
peningkatan besar konduktivitas. Pengamatan konduktometri digunakan di laboratorium untuk
memeriksa operasi unit penukar ion yang menghasilkan air terdeionisasi, dan menemukan aplikasi
industri serupa dimana proses yang membutuhkan penggunaan air yang sangat murni (misalnya
pembuatan semikonduktor) dilakukan. Untuk aplikasi konduktometri pada industri, seperti kontrol air
umpan boiler dan blow-down boiler di pembangkit uap besar, untuk memeriksa konsentrasi rendaman
pengasaman asam, rendaman alkali, dan untuk penyelesaian operasi pembilasan dan pencucian.
Pemantauan konduktometri di sungai dan danau digunakan untuk mengendalikan polusi, dan dalam
oseanografi, pengukuran konduktometri dilakukan untuk menentukan nilai salinitas. Dalam
pengukuran seperti itu, sering kali mungkin untuk menyesuaikan meteran untuk mengoreksi arus latar
belakang sehingga pembacaan meter konduktivitas segera menunjukkan tingkat polusi (atau salinitas).
Meter dikalibrasi terhadap larutan konsentrasi elektrolit yang sesuai, misalnya natrium klorida untuk
pembacaan salinitas.
Tujuan dari percobaan konduktometri yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui cara
menentukan konduktivitas pada sampel minuman. Selain tujuan tersebut terdapat tujuan lain yaitu
untuk mengetahui pengaruh penambahan reagen dan resin pada sampel minuman.

1
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS

TINJAUAN PUSTAKA
Konduktometri didasarkan pada metode analisa kuantitatif yang memanfaatkan daya hantar
listrik suatu larutan. Besarnya daya hantar yang diperoleh bergantung pada beberapa faktor,
diantaranya adalah jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan, jenis ion yang ada, mobilitas ion
media/ pelarutnya, suhu, gaya tarik menarik ion dan jarak elektroda. Daya hantar listrik berhubungan
dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik
yang besar. Pada konduktometri menggunakan dua elektrode inert (platinum yang terplatinasi) untuk
mengukur konduktansi/ daya hantar larutan elektrolit antara kedua elektrode tersebut,biasanya
digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan Wheatstone. Konduktivitas suatu larutan
elektrolit pada setiap temperatur bergantung pada ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut.
Titrasi konduktometri dapatdigunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi. (3)
Metodekonduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi
cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen dengan tetapan sel harus diketahui. Maka
selama pengukuran yang berturut-turut jarakelektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi. (2)
Konduktansi larutan elektrolit pada suhu berapa pun hanya bergantung pada ion yang ada, dan
konsentrasi larutan tersebut. Ketika larutan elektrolit diencerkan, konduktansi akan berkurang, karena
ion yang lebih sedikit hadir per mililiter larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan ditempatkan
antara dua elektroda dengan jarak satu sentimeter dan cukup besar untuk menampung seluruh larutan,
konduktansi akan meningkat ketika larutan diencerkan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh
penurunan efek antar ionik untuk elektrolit yang kuat dan peningkatan derajat disosiasi untuk elektrolit
yang lemah. Untuk elektrolit kuat, konduktivitas molar meningkat ketika pengenceran meningkat,
tetapi tampaknya mendekati nilai pembatas yang dikenal sebagai konduktivitas molar pada
pengenceran tak terbatas. Kuantitas konduktivitas molar dapat ditentukan dengan ekstrapolasi grafis
untuk larutan encer elektrolit kuat. Untuk elektrolit lemah metode ekstrapolasi tidak dapat digunakan
untuk penentuan konduktivitas molar, tetapi dapat dihitung dari konduktivitas molar pada pengenceran
tak terbatas dari masing-masing ion, gunakan dibuat dari “Hukum Migrasi Independen Ion”. (1)
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, ia ditempatkan dalam sel yang membawa
sepasang elektroda platinum yang posisinya terpasang erat. Biasanya sangat sulit untuk mengukur
secara tepat luas elektroda dan jaraknya, dan jika nilai konduktivitas yang akurat ditentukan, konstanta
sel harus dievaluasi dengan kalibrasi dengan larutan standar yang konduktivitas diketahui secara
akurat, misalnya larutan standar kalium klorida. Saat ini sudah menjadi praktik umum untuk tetapan
sel yang akan ditentukan oleh pabrikan, dan untuk memungkinkan pengukuran dengan solusi
konduktivitas yang sangat berbeda, sel yang berbeda dapat diperoleh dengan menawarkan berbagai
konstanta sel. Pengukuran konduktivitas secara langsung berpotensi merupakan prosedur yang sangat
sensitif untuk mengukur konsentrasi ionik, tetapi harus digunakan dengan hati-hati karena setiap
spesies bermuatan yang ada dalam larutan akan berkontribusi terhadap konduktansi total. Pengukuran
konduktometri juga dapat digunakan untuk memastikan titik akhir dalam banyak titrasi, tetapi
penggunaan tersebut terbatas pada sistem yang relatif sederhana di mana tidak ada jumlah reagen yang
berlebihan. Dengan demikian, banyak titrasi oksidasi yang memerlukan keberadaan asam dalam
jumlah relatif besar tidak cocok untuk titrasi kondukmetri. Titrasi konduktifitas sebagian besar telah
digantikan oleh prosedur potensiometri, tetapi ada kalanya metode konduksi dapat menguntungkan. (1)

METODOLOGI PERCOBAAN
2
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2020 di Laboratorium Kimia Terapan, Teknik
Kimia Industri ITS.
1. Variable Percobaan
Variabel Percobaan dalam praktikum ini adalah air cuka apel, air alkali (Eternalplus), air
PDAM Sidoarjo, kecepatan pengadukan (60, 120, 180 RPm), larutan NaOH (kelipatan 0,5
ml), larutan HCl (kelipatan 0,5 ml), resin 10 gram, dan waktu pengadukan (2 menit).
2. Alat dan Bahan Percobaan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk, buret, corong gelas,
erlenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, kaca arloji, konduktometer, labu ukur, pipet tetes,
spatula, statif dan klem. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, reagen
NaOH, reagen HCl, phenolptalein, dan resin 10%.
3. Prosedur Percobaan
3.1 Prosedur Kalibrasi Alat Konduktometri
1. Mengatur alat pada posisi on dan mengatur pada 1,00 atau
mendekati 1,00.
2. Memasukkan aquadest dalam beaker glass dan mencelupkan
elektroda hingga menunjukkan angka mendekati 1,00.
3. Mengeluarkan elektroda dari beaker glass sampai angka pada
elektro dan menunjukkan angka 0,01.
4. Elektroda pada konduktometri siap digunakan
3.2 Membuat Larutan NaOH x N
1. Menimbang NaOH x gram dalam 250 ml.
2. Menuang sedikit aquadest kedalam labu ukur.
3. Menuangkan NaOH x gram dengan hati-hati kedalam labu ukur.
4. Menambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai batas tera.
5. Mengocok larutan campuran hingga homogen.
3.3 Membuat Larutan HCl x N
1. Mengukur HCl x ml dalam 250 ml.
2. Menuang sedikit aquadest kedalam labu ukur.
3. Menuangkan HCl x ml dengan hati-hati kedalam labu ukur.
4. Menambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai batas tera.
5. Mengocok larutan campuran hingga homogen.
3.4 Prosedur Analisa Titrasi Konduktometri
1. Memasukkan sampel sebanyak 20 mL dalam Erlenmeyer.
2. Meneteskan larutan indikator Phenolptalein.
3. Menitrasi larutan pada Erlenmeyer dengan larutan reagen
(NaOH/HCl) setiap 0,5 mL sebanyak variabel yang diberikan
kemudian mengukur DHL-nya menggunakan alat konduktometer.
4. Mengulangi prosedur 1-3 dengan sampel yang berbeda.
5. Melakukan prosedur hingga didapatkan grafik kurva titrasi.
3.5 Prosedur Analisa dengan Penambahan Resin
1. Menyiapkan sampel sebanyak 20 ml ke dalam Erlenmeyer.
2. Menambahkan resin sebanyak 10 gram ke dalam sampel.
3. Menitrasi sampel dengan larutan NaOH sesuai dengan volume
pada titik akhir titrasi.
4. Mencelupkan konduktometer ke dalam sampel kemudian diukur
nilai konduktivitasnya.

3
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS

5. Melakukan pengadukan dengan shaker dengan variabel kecepatan


dan waktu yang telah ditentukan.
6. Mengukur nilai konduktivitas sampel dengan konduktometer.
3.6 Prosedur Menentukan Konduktivitas pada Sampel Air PDAM dengan
Reverse Osmosis
1. Mengukur sampel sebelum melalui Reverse Osmosis.
2. Memasukkan larutan sampel yang akan diproses dalam Reverse
Osmosis.
3. Menampung air yang keluar dari Reverse Osmosis.
4. Mengukur konduktivitas larutan sampel setelah melalui Reverse
Osmosis.
4. Diagram Alir Percobaan
4.1 Prosedur Kalibrasi Alat Konduktometri

Mulai


Mengatur alat pada posisi on dan mengatur pada 1,00


Memasukkan aquades dalam beaker glass dan mencelupkan elektroda


Elektroda menunjukkan angka mendekati 1,00


Mengeluarkan elektroda dari beaker glass sampai angka pada elektro dan
menunjukkan angka 0,01


Elektroda pada konduktometer siap digunakan


Selesai

4.2 Membuat Larutan NaOH x N

Mulai


Menimbang NaOH x gram dalam 250 ml

4
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS


A


Menuang sedikit aquadest kedalam labu ukur


Menuangkan NaOH x gram dengan hati-hati kedalam labu ukur


Menambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai batas tera


Mengocok larutan campuran hingga homogen


Selesai
4.3 Membuat Larutan HCl x N

Mulai


Menimbang HCl x ml dalam 250 ml


Menuang sedikit aquadest kedalam labu ukur


Menuangkan HCl x ml dengan hati-hati kedalam labu ukur


Menambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai batas tera


5
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS


Mengocok larutan campuran hingga homogen


Selesai

4.4 Prosedur Analisa Titrasi Konduktometri

Mulai


Memasukkan sampel minuman sebanyak 20 mL dalam Erlenmeyer


Meneteskan larutan indikator Phenolptalein.


Menitrasi larutan pada Erlenmeyer dengan larutan reagen (NaOH/HCl) setiap
0,5 mL sebanyak variabel yang diberikan kemudian mengukur DHL-nya
menggunakan alat konduktometer


Mengulangi prosedur 1-3 dengan sampel yang berbeda


Melakukan prosedur hingga didapatkan grafik kurva titrasi


Selesai

6
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS

4.5 Prosedur Analisa dengan Penambahan Resin

Mulai


Memasukkan sampel minuman sebanyak 20 mL dalam Erlenmeyer


Menambahkan resin sebanyak 10 gram kedalam sampel


Menitrasi sampel dengan larutan NaOH sesuai dengan volume pada titik akhir
titrasi


Mencelupkan konduktometer ke dalam sampel kemudian diukur nilai
konduktivitasnya


Melakukan pengadukan dengan shaker dengan variabel kecepatan dan waktu
yang telah ditentukan


Mengukur nilai konduktivitas sampel dengan konduktometer


Selesai

4.6 Prosedur Menentukan Konduktivitas pada Sampel Air dengan Reverse Osmosis

Mulai


Mengukur sampel sebelum melalui Reverse Osmosis


A

7
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS


Memasukkan larutan sampel yang akan diproses dalam Reverse
Osmosis

Menampung air yang keluar dari Reverse Osmosis


Mengukur konduktivitas larutan sampel setelah melalui Reverse
Osmosis


Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini kami melakukan titrasi konduktometri untuk mengetahui kurva
kondutometri yang dihasilkan dari sampel yang dimiliki dan untuk mengetahui pengaruh penambahan
reagen dan resin. Pertama sebelum penambahan reagen dan resin, masing-masing sampel dihitung
nilai konduktivitasnya. Didapatkan hasil bahwa nilai konduktivitas dari cuka apel adalah 5,25 mS.cm -1
dan nilai konduktivitas air alkali adalah 1,8515 mS.cm -1. Setelah itu perlakukan pertama adalah sampel
cuka apel dititrasi dengan reagen NaOH 0,5 N dan sampel air alkali dititrasi dengan reagen HCl 0,12
N. Pada setiap penambabahan 0,5 ml reagen dihitung nilai konduktivitasnya dengan konduktometer.
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan didapatkan hasil kurva sebagai berikut.
30 70
60
Konduktivitas (mS.cm-1)

25
Konduktivitas (mS.cm-1)

50
20
40
15 30
10 20

5 10
0
0 0 2 4 5 5 5 5 5 5 5
0 5 3 .5 .5 8 .5 11 .5 14 6 . 8. 10 . 12 . 1 4 . 16 . 18 .
1. 4 6 9 2
Volume NaOH (mL) 1 Volume HCl (mL)
Grafik 1. Hasil Konduktivitas Cuka Apel Grafik 2. Hasil Konduktivitas Air Alkali
Grafik 1 adalah hubungan antara penambahan volume NaOH pada sumbu X dan daya
hantar listrik (DHL) cuka apel pada sumbu Y. Pada saat penambahan pertama yaitu 0,5 ml larutan
NaOH 0,5 N didapatkan hasil DHL sebesar 5,25 mS.cm -1. Dari grafik tersebut kami belum sempat
untuk mencapai titik ekivalen dari larutan tersebut. Sehingga sampai penambahan reagen yang terakhir
grafik masih tetap mengalami kenaikan. Pada Grafik 2 adalah hubungan antara penambahan volume
HCl dan daya hantar listrik (DHL) air alkali pada sumbu Y. Pada saat penambahan pertama yaitu 0,5
ml larutan HCl 0,12 N didapatkan hasil DHL sebesar 1,8515 mS.cm -1. Dari grafik tersebut kami belum

8
Laboratorium Kimia Industri 2
Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi ITS

sempat untuk mencapai titik ekivalen dari larutan tersebut. Sehingga sampai penambahan reagen yang
terakhir grafik masih tetap mengalami kenaikan.
Percobaan yang kedua adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan resin dan kecepatan
shaker pada setiap sampel, yaitu cuka apel dan air alkali. Sampel diberi resin kation dan anion lalu
dilakukan pengocokan dengan berbagai variabel kecepatannya. Variabel kecepatan shaker adalah 50
rpm, 100 rpm, 150 rpm, dan 200 rpm. Dari percobaan yang telah dilakuka didapatkan hasil.
DHL Sebelum DHL Sesudah
Sampel RPm Pengocokan (mS.cm-1) Pengocokan (mS.cm-1)
DHL 1 DHL 2 DHL DHL 1 DHL 2 DHL
Cuka 50 5,31 5,19 5,25 21,2 21,1 21,15
Apel 100 5,31 5,19 5,25 12,8 13,2 13
150 1,842 1,861 1,8515 11,7 12,6 12,15
Air Alkali
200 1,842 1,861 1,8515 - - -
Tabel 1. Hasil Konduktivitas pada Sampel dengan Penambahan Resin dan Pengocokan
Pada data yang dipaparkan pada Tabel 1 terlihat bahwa pengocokan mempengaruhi hasil
konduktivitas suatu sampel. Terlihat saja pada sampel cuka apel yang ditambahkan resin dan diberi
pengocokan sebesar 50 rpm mengalami perubahan konduktivitas menjadi 21,15 mS.cm -1. Pada sampel
cuka apel yang ditambahkan resin dan diberi pengocokan sebesar 100 rpm mengalamai perubahan
konduktivitas menjadi 13 mS.cm-1. Pada sampel air alkali yang diberi resin dan dilakukan pengocokan
sebesar 150 rpm mengalami perubahan konduktivitas menjadi 12,15 mS.cm -1. Untuk kecepatan 200
rpm kelompok kami belum melaksanakna percobaan tersebut. Namun dari data yang didapatkan
terlihat bahwa semakin cepat pengocokan makan kekuatan absorbsi dari resin jga semakin tinggi.
Dilihat dari semakin kecilnya konduktivitas yang dihasilkan oleh sampel setelah dilakukan perlakuan.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kelompok kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. Nilai
konduktivitas dari sampel cuka apel sebesar 5,31 mS.cm -1, selain itu juga didapatkan nilai
konduktivitas air alkali sebesar 1,8515 mS.cm-1. Untuk nilai konduktivitas setelah tercapai titik
ekivalen setelah penambahan reagen belum diketahui karena pada percobaan yang kami lakukan
belum sampai ke titik ekivalen, namun dapat diketahui bahwa penambahan reagen menyebabkan
peningkatan nilai konduktivitas sampel. Pada percobaan berikutnya adalah pengaruh penambahan
resin terhadap konduktivitas sampel, yaitu menyebabkan konduktivitas sampel meningkat, namun
pada teorinya resin menyebabkan penurunan konduktivitas karena resin dapat mengikat ion-ion pada
sampel. Hal tersebut mungkin terjadi karena kesalahan yang dilakukan praktikan dalam pembuatan
larutan atau penggunaan instrumen. Selanjutnya adalah pengaruh kecepatan pengocokan dalam nilai
konduktivitas sampel. Semakin cepat pengocokan makan semakin kecil nilai konduktivitas, yang
berarti kekuatan resin menyerap ion juga semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Jeffery, G. H., et al. 1989. Vogel’s Textbook of Quantitative Chemical Analysis. New York:
John Wiley & Sons Inc.
(2) Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
(3) Shevla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi II.
Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai