TEORI-TEORI AWAL
TENTANG SENYAWA KOORDINASI
Nurlina, 15-02-2021
Referensi:
Effendy, 2019, Perspektif Baru Kimia Koordinasi, Jilid 1, Bayumedia Publishing,
Malang.
Kauffman, G.B., 1974, Early Theories of Metal-Ammines A brief historical review
from Graham to Claus (1837-1856), Journal of Chemical Education, 51, 8: 522-
524.
Teori-teori yang akan dipelajari pada materi ini:
1. Teori Ammonium Graham
2. Teori Konjugat Berzelius' (Berzelius' Conjugate Theory)
3. Modified Ammonium Theories: Teori Gerhardt, Wurtz, Reiset dan
von Hoffmann
4. Claus Ammonia Theory
5. Teori Senyawa Molekuler Kekule
6. Teori Blomstrand-Jorgensen (BJ)
7. Teori Koordinasi Werner
8. Kaidah EAN
Teori Ammonium Graham
Teori ini dikemukakan oleh Thomas Graham, yang menjelaskan tentang senyawa
kompleks dengan ligan amina, yaitu senyawa diaminatembaga(II) klorida.
Pada contoh reaksi di atas, tembaga oksida dan belerang trioksida (keduanya senyawa
netral namun cenderung bermuatan) dapat bereaksi mmebentuk senyawa sekunder:
Teori Konjugat Berzelius' (Berzelius'
Conjugate Theory)
Pernyataan teori Berzelius tentang senyawa kompleks
Senyawa kompleks terbentu dari reaksi antara logam terkonjugasi
dengan ligan (secara spesifik ligan yang dimaksud adalah ammonia).
Menurut Berzelius, logam-amoniak merupakan senyawa
terkonjugasi, yang terdiri dari amonia dan konjugat.
Logam yang terkonjugasi dengan amonia masih dapat
bereaksi dengan zat lain.
Misalnya, pada senyawa [Pt(NH3)4]Cl2 yang dapat ditulis
menjadi Pt(NH2.NH4.Cl)2 atau PtN2H4.N2H8Cl2 merupakan hasil
reaksi antara senyawa konjugat PtNH2 dan senyawa konjugat
N2H8Cl2 ((NH4Cl)2).
Modified Ammonium Theories:
Teori Gerhardt, Wurtz, Reiset dan von
Hoffmann
Gerhardt beranggapan bahwa senyawa kompleks
[Pt(NH3)4]Cl2 dihasilkan dari reaksi subtitusi antara PtCl dan
NH3 dimana 1 atom H dari ammonia tersebutitusi oleh Pt.
Jika beberapa ekuivalen amonia (dari dua sampai enam) bereaksi dengan senyawa logam
klorida (MCl, dimana M=logam) tertentu, senyawa netral akan terbentuk, sifat basa
ammonia menjadi hilang.
Jika klorin dalam senyawa tsb diganti dengan oksigen, maka akan diperoleh senyawa
yang bersifat basa kuat, yang kebasaannya ditentukan oleh ekivalen oksigen yang terikat
pada senyawa, bukan dari jumlah amonia yg ada.
Jumlah ekivalen amonia yang terikat pada senyawa ditentukan dari jumlah ekivalen air
(hidrat) yang terkandung dari metal oksida yang berikatan dengan ammonia. Postulat
ketiga dari teori Claus ini hampir mendekati konsep Koordrnatlonszahl (coordintion
number) dan Obergangsreihe (transition series) antara between logam-amina dan logam
garam hidrat.
Teori Senyawa Molekuler Kekule
Kekule membagi senyawa menjadi 2, yaitu:
Senyawa atomik, senyawa yang perbandingan jumlah atom-atomnya
bersesuaian dengan valensi masing-masing atom penyusun senyawanya.
Contohnya, atom P memiliki valensi 3 (P golongan 15, elektron valensinya 5,
butuh 3 elektron lagi untuk memenuhi kaidah oktet). Atom Cl memiliki valensi 1
(Cl golongan 17, ada 7 elektron valensi, sehingga butuh 1 elektron lagi agar
memenuhi kaidah oktet) dan. Maka apabila terbentuk senyawa antara Cl dan P
hanya ada satu kemungkinan yaitu PCl3.
Senyawa molekuler, yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan senyawa atomik.
Contohnya , NH4Cl terdiri dari senyawa atomik NH3 dan HCl. Senyawa PCl5
dianggap terdiri dari senyawa atomik PCl3 dan Cl2.
Teori Senyawa Molekuler Kekule
Pernyataan teori Kekule tentang senyawa kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa molekuler yang merupakan gabungan
dari beberapa senyawa atomik.
Misal pada senyawa kompleks [Co(NH3)6]Cl3 (pada masa Kekule mencetuskan ide,
penulisan senyawa kompleks belum ditulis seperti ini), senyawa ini terdiri dari beberapa
senyawa atomik: CoCl3 dan NH3. Pada masa itu senyawa ini ditulis sebagai: CoCl3.6NH3.
Kekule tidak menjelaskan gaya yang berkerja pada pembentukan seyawa molekuler.
Namun, Kekule berkesimpulan bahwa gaya yang berkerja antara senyawa-senyawa atomik
pada senyawa molekuler lebih lemah dibandingkan gaya yang berkerja pada atom-atom
dalam seyawa atomik. Gaya pada senyawa molekular < gaya pada senyawa atomik.
Misal, pada senyawa CoCl3.6NH3, gaya pada antara CoCl3 dengan NH3 lebih lemah
daripada gaya antara atom Co dan Cl pada CoCl3 atau antara N dan H pada NH3.
Karena gaya yang berkerja lebih lemah, menurut Kekule, senyawa molekuler lebih tidak
stabil daripada senyawa ionik.
Kelemahan Teori Senyawa Molekuler Kekule
Masih menganut paham bahwa jumlah ligan yang terikat pada logam sesuai
dengan bilangan oksidasi logam.
Belum mampu menjelaskan gaya yang berkerja pada senyawa molekuler.
Teori ini belum mampu menjelaskan bahwa ada juga senyawa molekuler yang
stabil, seperti: CoCl3.6NH3 dan Co(NO3)3.6NH3.
Teori Blomstrand-Jorgensen (BJ)
BJ masih menganut paham bahwa jumlah ligan NH3 yang terikat pada logam
sama dengan bilangan oksidasi logam (seperti halnya teori ammonium
Graham).
Teori BJ memberikan tambahan/menyempurnakan teori Graham.
Karena ikatan antara nearer halogen > further halogen, maka further halogen
dapat dihilangkan dengan cara diendapkan dengan perak nitrat (pers i).
BJ berhasil mensintesis 3 senyawa kompleks yang diberi nama luteo, purporeo
dan praseo.
purpureo
luteo
praseo
Teori Blomstrand-Jorgensen (BJ)
Kompleks luteo memiliki 3 atom Cl further halogen,
sehingga ketiganya memungkinkan untuk diendapkan oleh
AgNO3 ekivalen dengan 3 AgCl.
CoCl3.6NH3 + AgNO3 (berlebih) → 3 AgCl + hasil lain
Kompleks purporeo memiliki 1 atom Cl nearer halogen dan purpureo
2 atom further halogen, sehingga keduanya memungkinkan luteo
untuk diendapkan oleh AgNO3 ekivalen dengan 2 AgCl.
CoCl3.5NH3 + AgNO3 (berlebih) → 2 AgCl + hasil lain
Kompleks praseo memiliki 2atom Cl nearer halogen dan 1 praseo
atom further halogen, sehingga satu atom tersbeut
memungkinkan untuk diendapkan oleh AgNO3 ekivalen
dengan 1 AgCl.
CoCl3.4NH3 + AgNO3 (berlebih) → 1 AgCl + hasil lain
Teori Blomstrand-Jorgensen (BJ)
1 ligan alil
menyumbangkan
ada 2 molekul benzene, 1 benzene memiliki 3 3 elektron
ikatan rangkap. Sehingga: 2 x 3 x 2 = 12 elektron
Contoh-contoh senyawa
kompleks yang tidak
memenuhi kaidah EAN
Terima kasih