Anda di halaman 1dari 3

TEORI-TEORI KIMIA KOORDINASI SEBELUM TAHUN 1930

1. Teori Amonium Graham


Teori ini ditemukan oleh Thomas Graham (1805-1896). Teori ini
mengungkapkan bahwa amina-amina logam dianggap sebagai
swnyawa-senyawa amonium yang tersubstitusi. Menurut Graham,
dua atom hidrogen, disbstitusi oleh sebuah atom tembaga, karena
tembaga mempunyai valensi dua, sedangkan hidrogen satu.
Gambaran susunan atom-atom didasarkan pada:
1. NH3 terikat kuat pada atom tembaga sehingga penambahan
asam seperti HCl atau H2SO4 tidak terbentuk garam
2. Atom-atom klorin dapat diendapkan dengan menambah
AgCl, sehingga terbentuk endapan berwarna putih.
Sayangnya, teori Graham hanya dapat diterapkan bila jumlah
NH3 yang terikat pada atom logam jumlahnya sama dengan valensi
logam. Tapi pada faktanya, banyak ditemukan jumlah NH3 yang
terikat dengan logam yang bervalensi leih dari tiga. Contoh:
CoCl3.6NH3, CoCl3.5NH3, dan CoCl3.5NH3.H2O yang menyebabkan
ditinggalnya teori tersebut.
2. Teori Senyawa Molekuler Kekule
Kekule membagi senyawa menjadi dua golongan berdasarkan
valensi konstan, yaitu senywa atomik dan senyawa molekuler.
Senyawa atomik merupakan senyawa yang perbandingan jumalah
atom-atomnya bersesuaian dengan valensi tetapnya, misalnya
H2O, NH3, HCl, PCl3, NaCl, dan CoCl2. Senyawa molekuler tersusun
dari bebrapa senyawa atomik NH3.HCl.PCl3.
Gaya yang bekerja antara senyawa atomik dalam senyawa
molekuler lebih lemah diabndingkan gaya antara senywa atomik
dengan senyawa atomik. Gaya Cl dalam Cl2 lebih kuat dibanding
dengan gaya antara PCl3 dengan Cl2 dalam PCl3.Cl2.

3. Teori Rantai Bloomstart Jorgensen


Akhir abad ke-19 , mengalami perkembangan luar biasa pada
kimia organik yang mengemukakan mengenai rantai CH2.
Kenyataan ini mengilhami Bloomstard bahwa molekul-molekul NH3
dapat membentuk rantai NH3 analog dengan rantai CH2 pada
senyawa organik.
Menurut Bloomstard, atom logam yang mengikat tiga valensi,
seperti kobalt, dapat mengikat tiga buah NH3 yang terdapat
dalam rantai NH3. Untuk senyawa kompleks yang mengandung
halogen, atom halogen dibagi menjadi dua macam, yaitu atom
halogn lebih dekat (nearer halogen) dan halogen yang lebih jauh
(further halogen). Atom hidrogen further dapat diendapkan
sebagai perak halida. Ato hdrogen nearer tidak dapat diendapkan.
Atom halogen further tidak terikat langsung pada atom logam,
sedangkan atom halogen nearer terikat langsung pada atom
logam.
Pada waktu itu berhasil disintesis senyawa yang namanya
berdasarkan warnanya. Senyawa tersebut adalah CoCl2.6NH3
Kompleks luteo (kuning), CoCl2.5NH3 kompleks purpureo (ungu),
dan CoCl2.4NH3 kompleks purseo (hijau). Kompleks luteo
menghasilkan 3 ekivalen AgCl, kompleks purpuseo menghasilkan
2 ekivalen AgCl, kompleks praseo menghasilkan 1 ekivalen AgCl.
Fakta lain tentang konduktivitas larutan, menunjukkan bahwa
larutan kompleks luteo terionisasi menjadi empat buah ion, yaitu
satu ion CoCl2.6NH3+ dan tiga ion Cl, kompleks purpureo terionisasi
menjadi tiga buah, kompleks purseo terionisasi dua buah ion.
Fakta-fakta tersebut disimpulkan bahwa kompleks luteo memiliki
tiga atom klorin further, kompleks pupureo memiliki satu atom
klorin nearer dan dua atom klorin further memiliki dan kompleks
praseo, memiliki 2 atom klorin further dan dua atom klorin nearer.
Tahun 1889 dan 1890 Jorgensen berhasil mensintesis dua
senyawa kompleks yang memiliki rumus yang sama, yaitu CoCl2.
(en)2. Dua senyawa tersebut merupakan pasangan isomer dengan
warna yang berbeda, satu berwarna hijau dan satu berwarna
violet, dan diberinama violeo. Menurut Jorgensen, senyawa
praseo dan violeo merupakan pasangan isomer strukturan.
Seharusnya CoCl3.3NH3 terionisasi menjadi CoCl2.3NH3 dan satu
ion Cl- sehingga larutan kompleks tersebut merupakan larutan
elektrolit. Selain itu, jika senyawa tersebut dilarutkan dalam
larutan AgCl akan membentuk endapan berwarna putih. Struktur
yang diajukan oleh Jorgensen tidak cocok dengan fakta-fakta
eksperimen yang ada.

4. Teori Koordinasi Werner


Pada artikel yang ditulis oleh Werner dengan judul
Kontribusi terhadap Konstitusi senyawa-senywa Kimia Anorganik
mengungkapkan bahwa dalam teori koordinasi, Werner
mempostulasikan adanya dua macam valensi, yaitu valensi
primer dan valensi sekunder. Pada senyawa CoCl2.6NH3 valensi
priimer atom koblat adalah tiga, sedangkan valensi dapat
dipenuhi oleh anion atau molekul netral. Jadi, pada kompelks
luteo, purpureo, dan praseo dapat ditulis sebagai [Co(NH3)6]Cl3,
[Co(NH3)5Cl]Cl2, [Co(NH3)4Cl2]Cl. Seda ngkan kompleks praseo
dengan ligan etilenadiamina ditulis sebagai [Co(en)2Cl2]Cl.
Pada senyawa-senyawa kompleks dari kobalt, valensi
sekunder yang dimiliki oleh atom koblat adalah diarahkan pada
posisi tertentu dalam ruang di sekitar atom kobalt (atom pusat)
sehingga ada 4 kemungkinan struktur untuk atom kobalt dengan
bilangan koordinasi enam, yaitu heksagonal piramidal,
heksagonal planar, prisma trigonal, dan oktahedral.
Struktur oktahedral yang diajukan oleh Werner dapat
menjelaskan sifat elektrolit, karena tiga atom klorin yang terikat
pada atom kobalt tidak dapat terionisasi menjadi ion klorida.
Struktur rantai yang diajukan oleh Jorgensen tidak dapat
menjelaskan sifat nonelektrolit dari senyawa tersebut karena
masih ada atom klorin farther yang tidak dapat terionisasi.
Tahun 1893, Werner berhasil mensintesis senyawa komplks
trans [Co(NH3)4Cl2]Cl. Tahun 1970, Werner berhasil mensintesis cis
[Co(NH3)4Cl2]Cl. Pasangan isomer optik cis [Co(NH3)4Cl2]Cl berhasil
dipisahkan oleh Werner pada tahun 1911. Puncak kesuksesan
Werner adalah ketika dia memisahkan pasangan isomer optik
senyawa kompleks tris [tetraamina- -
dihidroksokobalt(III)]kobalt(III)bromida.

5. Kaidah Bilangan Atom Efektif


Sidwick mengajukan bilangan atom efektif (Effective atomic
number rule= EAN). Dia berpendapat bahwa ion-ion kompleks
cenderung menambah elektronnya(dengan mengikat ligan lebih
banyak) sampai jumlah elektronnya sama dengan jumlah atom
logam (atom pusat). Bila jumlah elektron tersebut pada Kripton
(36), xenon (54), atau Radon (86) dikatakan kaidah EAN terpenuhi
dan kompleks yang bersangkutan bersifat stabil. Kelemahan EAN
adalah diperolehnya fakta bahwa banyak kompleks yang stabil
meskipun tidak memenuhi kaidah tersebut, seperti: ligan alkena,
alkadiena, karbonil, nitrosil, dan siklopentadienil yang bersifat
stabil.
Hampir semua golongan transisi dapat membentuk ligan
dengan karbonmonoksida, faktanya karbonmonoksida bukan
merupakan basa lewis, dengan biloks 0, dan kaidah EAN dipenuhi
oleh sekitar 99% dari senyawa senyawa kompleks karbonil yang
ada. Pada [Co2(CO)6] merupakan senyawa kompleks dimer yang
terdiri daro CO terminal dan CO jembatan. Alternatif lain yaitu,
terpenuhinya kaidah EAN adalah dengan pembentukan senyawa
kompleks dengan jumlah atom logam lebih dari satu, seperti
[Os3(CO)12] dan [Ir4(CO)12].

Anda mungkin juga menyukai