Anda di halaman 1dari 26

HIDRKARBON

Elektrolit
Reaksi Redoks
Kelompok:
Fajar khatami
Rizky Rahayu
Retno Wulandari
pengertian
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang terbuat tidak lebih
dari karbon dan hidrogen. Hal ini dimungkinkan untuk
berikatan dua atau tiga yang dibentuk antara atom karbon,
dan bahkan untuk struktur yang terbentuk seperti cincin.
Hidrokarbon jenuh memiliki banyak atom hidrogen yang
mungkin melekat pada setiap karbon. Untuk karbon di ujung
rantai molekul, tiga dapat dipasang. Untuk karbon di tengah
rantai atau cincin, dua dapat menempel. Untuk sebuah atom
karbon dengan sendirinya, empat atom hidrogen dapat
melekat. Hidrokarbon jenuh hanya memiliki ikatan tunggal
antara atom karbon yang berdekatan. Hidrokarbon tak jenuh
memiliki ikatan ganda dan / atau tiga antara beberapa atom
karbon.
Hidrokarbon alifatik
Hidrokarbon alifatik adalah senyawa
hidrogen dan karbon yang tidak
mengandung cincin benzena. (Kita akan
membahas senyawa dengan cincin
benzena kemudian dalam artikel lain.)
Hidrokarbon alifatik cenderung mudah
terbakar. Ada beberapa jenis hidrokarbon
alifatik: alkana, alkena, alkuna dan
alkenynes.
Alkana dan Sikloalkana
Alkana bersifat linear atau senyawa
bercabang yang terbuat dari berbagai
jumlah atom karbon yang semuanya jenuh
dengan atom hidrogen. Rumus untuk
alkana adalah CnH (2n +2). Ini berarti bahwa
jumlah atom hidrogen sama dengan dua
kali jumlah atom karbon, ditambah 2.
Metana adalah hidrokarbon yang mungkin paling sederhana. Hal
ini dilepaskan sebagai gas dari tubuh yang membusuk dan dari
saluran usus dari banyak hewan. Rumus kimianya adalah CH4.
Sebuah gugus metil, dengan rumus CH3, memiliki satu ikatan bebas
untuk bergabung dengan sesuatu yang lain.
Beberapa alkana lainnya merupakan etana (C2H6), propana
(C3H8), butana (C4H10) dan pentana (C5H12). Masing-masing
menambahkan satu karbon pada rantai. Perhatikan dalam
diagram di bawah masing-masing karbon jenuh.
Sikloalkana adalah jenis alkana yang mengandung cincin karbon
(tetapi bukan sebuah cincin benzen). Molekul-molekul ini masih
hanya memiliki ikatan tunggal, dan dengan demikian jenuh.
Sikloalkana umumnya mirip dengan mereka para alkana, seperti
siklopropana atau siklobutana, tetapi mungkin memiliki titik didih
dan lebur yang lebih tinggi.
Alkena
Alkena seperti alkana, tetapi mereka memiliki
setidaknya satu ikatan rangkap antara atom
karbon. Rumus untuk alkena sedikit rumit, karena
jumlah ikatan ganda dapat bervariasi. Alkena
dengan hanya satu ikatan rangkap memiliki
rumus CnH (2n). Setiap ikatan ganda berarti dua
hidrogen berkurang dari alkana yang sesuai.
Untuk setiap ikatan rangkap tambahan,
kekurangan lebih banyak dua hidrogen. Alkena
sederhana adalah etena, dengan rumus C2H4.
Ketika penamaan alkena, kita harus berhati-hati
yang perlu diperhatikan dimana atom karbon
memiliki ikatan ganda. Jika hanya ada satu ikatan
rangkap, kemudian menempatkan jumlah karbon
di depan nama. Sebagai contoh, jika karbon
kedua pada pentene memiliki ikatan ganda,
kemudian nama itu 2 pentena. Jika karbon ketiga
memiliki ikatan ganda, beri nama 3 pentena.
Namun, jika ada dua ikatan ganda, itu akan
memiliki nama seperti 2,4 pentadiena. Jika ada tiga
ikatan ganda dalam oktena (8 atom karbon), itu
akan memiliki nama seperti 1,3,5 oktatriena. Empat
ikatan ganda akan berakhiran -tetraena, seperti
dalam 1,3,5,7 oktatetraena.
Alkuna
Alkuna memiliki setidaknya satu ikatan rangkap
tiga antara atom karbon. Alkuna memiliki ikatan
baik dua dan tiga.
Rumus untuk alkuna adalah variabel juga.
Sebuah alkuna dengan hanya satu ikatan
rangkap tiga memiliki rumus CnH (2n-2). Setiap
tiga ikatan berarti dua hidrogen berkurang dari
alkana yang sesuai. Untuk setiap ikatan rangkap
ekstra, berkurang empat hidrogen lebih banyak.
Alkuna mengikuti aturan penamaan mirip
dengan alkena.
Hidrokarbon aromatik (Arena)
Hidrokarbon aromatik, atau Arena, adalah mereka yang memiliki
setidaknya satu cincin benzena di dalamnya. Sebuah cincin benzena
adalah cincin enam atom karbon dengan tiga ikatan ganda.
Rumus untuk benzena, yang sederhana Arne dan struktur dasar untuk
yang lainnya, adalah C6H6. Setiap senyawa dengan cincin benzena
disebut senyawa aromatik. Ada banyak senyawa tersebut, yang
cenderung bersifat karsinogen. Mereka juga cenderung memiliki bau
manis bagi mereka, dengan demikian berlabel aromatik.
Agustus Kekul menyimpulkan struktur cincin benzena pada tahun
1865. Dia kemudian mengatakan bahwa ia terinspirasi oleh mimpi dia
dari ular yang menggigit ekornya sendiri. Molekul dengan struktur ini
memiliki molekul cermin, sementara memiliki jumlah dan jenis molekul
yang sama, sering menunjukkan sifat yang berbeda. Berbagai bentuk
senyawa yang sama (rumus molekul yang sama) disebut isomer.
Larutan Elektrolit
1) Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik.
Larutan elektrolit dapat berupa asam, basa maupun garam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH, NaCl
Dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Larutan elektrolit kuat = ditandai dengan lampu yang
menyala terang.

b) Larutan elektrolit lemah = ditandai dengan lampu yang


menyala redup atau lampu yang tidak menyala namun
dalam larutan timbul gelembung gas (contoh : larutan
amonia, asam cuka).
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik.
Contoh : larutan gula, larutan urea, larutan alkohol.
Air sebenarnya tidak dapat menghantarkan arus listrik,
tetapi daya hantar larutan tersebutdisebabkan oleh zat
terlarutnya.
2) Teori Ion Svante Arrhenius
Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak
bebas
Contoh :
NaCl (aq) Na+(aq) + Cl(aq)
CH3COOH(aq) CH3COO(aq) + H+(aq)
v Zat non elektrolit dalam larutan, tidak
terurai menjadi ion-ion tetapi tetap berupa molekul.
Contoh :
C2H5OH (l) C2H5OH (aq)
CO(NH2)2 (s) CO(NH2)2 (aq)
3) Proses terjadinya hantaran listrik
Contoh :
Hantaran listrik melalui larutan HCl. Dalam larutan,
molekul HCl terurai menjadi ion H+ dan Cl :
HCl (aq) H+(aq) + Cl(aq)
Ion-ion H+ akan bergerak menuju Katode (elektrode
negatif / kutub negatif), mengambil elektron dan
berubah menjadi gas hidrogen.
2H+(aq) + 2e H2(g)
Ion-ion Cl bergerak menuju Anode (elektrode positif /
kutub positif), melepas elektron dan berubah menjadi
gas klorin.
2Cl(aq) Cl2(g) + 2e
Jadi : arus listrik menguraikan HCl menjadi H2 dan
Cl2 (disebut reaksi elektrolisis).
2H+(aq) + 2Cl(aq) H2(g) + Cl2(g)
4) Elektrolit yang berasal dari Senyawa Ion dan
Senyawa Kovalen Polar
a) Senyawa Ion
Dalam bentuk padatan, senyawa ion tidak
dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ionnya
tidak dapat bergerak bebas.
Dalam bentuk lelehan maupun larutan, ion-ionnya
dapat bergerak bebas sehingga lelehan dan larutan
senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik.
b) Senyawa Kovalen Polar
Contoh : asam klorida cair, asam asetat murni dan
amonia cair.
Senyawa-senyawa ini dalam bentuk
murninya merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
Jika dilarutkan dalam air (pelarut polar) maka akan
dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
5) Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah
Pada konsentrasi yang sama, elektrolit kuat mempunyai
daya hantar lebih baik daripada elektrolit lemah. Hal ini terjadi
karena molekul zat elektrolit kuat akan lebih banyak yang
terion jika dibandingkan dengan molekul zat elektrolit lemah.
Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan
dengan derajat ionisasi atau derajat disosiasi(a), yaitu
perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan
jumlah zat yang dilarutkan.
Dirumuskan :
a1
Zat elektrolit yang mempunyai a besar (mendekati 1)
disebut elektrolit kuat sedangkan yang mempunyai a kecil
(mendekati 0) disebut elektrolit lemah.
Contoh elektrolit kuat = larutan NaCl, larutan H2SO4, larutan
HCl, larutan NaOH
Contoh elektrolit lemah = larutan CH3COOH dan larutan
NH3.

Konsep Redox
Perkembangan Konsep Redoks
a). Reaksi redoks sebagai reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen
1). Oksidasi adalah : reaksi pengikatan oksigen.
Contoh :
Perkaratan besi (Fe).
4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)
Pembakaran gas metana
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)
Oksidasi tembaga oleh udara
2Cu(s) + 3O2(g) 2CuO(s)
Oksidasi glukosa dalam tubuh
C6H12O6(aq) + 6O2(g) 6CO2(g) + 6H2O(l)
Oksidasi belerang oleh KClO3
3S(s) + 2KClO3(s) 2KCl(s) + 3SO2(g)
Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator. Dari contoh di
atas, 4 reaksi menggunakan oksidator berupa udara dan reaksi terakhir
menggunakan oksidator berupa KClO3
2). Reduksi adalah : reaksi pelepasan atau
pengurangan oksigen.
Contoh :
Reduksi bijih besi dengan CO
Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)
Reduksi CuO oleh H2
CuO(s) + H2(g) Cu(s) + H2O(g)
Reduksi gas NO2 oleh logam Na
2NO2(g) + Na(s) N2(g) + Na2O(s)
Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi
disebut reduktor. Dari contoh di atas, yang
bertindak sebagai reduktor adalah gas CO, H2 dan
logam Na.
b). Reaksi redoks sebagai reaksi pelepasan dan
pengikatan / penerimaan elektron
1). Oksidasi adalah : reaksi pelepasan elektron.
Zat yang melepas elektron
disebut reduktor (mengalami oksidasi).
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi
secara simultan artinya jika ada suatu spesi yang
melepas elektron berarti ada spesi lain yang
menerima elektron. Hal ini berarti : bahwa setiap
oksidasi disertai reduksi.
Reaksi yang melibatkan oksidasi reduksi,
disebut reaksi redoks, sedangkan reaksi reduksi
saja atauoksidasi saja disebut setengah reaksi.
Contoh : (setengah reaksi oksidasi)
K K+ + e
Mg Mg2+ + 2e

2). Reduksi adalah : reaksi pengikatan atau


penerimaan elektron.
Zat yang mengikat/menerima elektron
disebut oksidator (mengalami reduksi).
Contoh : (setengah reaksi reduksi)
Cl2 + 2e 2Cl
O2 + 4e 2O2
c). Reaksi redoks sebagai reaksi peningkatan dan
penurunan bilangan oksidasi
1). Oksidasi adalah : reaksi dengan peningkatan
bilangan oksidasi (b.o).
Zat yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi
disebut reduktor.
2). Reduksi adalah : reaksi
dengan penurunan bilangan oksidasi (b.o).
Zat yang mengalami penurunan bilangan oksidasi
disebut oksidator.
Konsep Bilangan Oksidasi

Bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu senyawa


adalah muatan yang diemban oleh atom unsur itu
jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada
unsur yang lebih elektronegatif.
Contoh :
Pada NaCl : atom Na melepaskan 1 elektron kepada
atom Cl, sehingga b.o Na = +1 dan Cl = -1.
Pada H2O :
Karena atom O lebih elektronegatif daripada atom H
maka elektron ikatan didistribusikan kepada atom O.
Jadi b.o O = -2 sedangkan H masing-masing = +1.
Aturan Menentukan Bilangan Oksidasi
1). Semua unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0 (nol).

Contoh : bilangan oksidasi H, N dan Fe dalam H2, N2 dan Fe = 0.

2). Fluorin, unsur yang paling elektronegatif dan membutuhkan


tambahan 1 elektron, mempunyai bilangan oksidasi -1 pada
semua senyawanya.

3). Bilangan oksidasi unsur logam selalu bertanda positif (+).


Contoh :
Unsur golongan IA, IIA dan IIIA dalam senyawanya memiliki
bilangan oksidasi berturut-turut +1, +2 dan +3.

4). Bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu ion tunggal =


muatannya.
Contoh : bilangan oksidasi Fe dalam ion Fe3+ = +3
Muatan ion ditulis sebagai B+ atau B-, sedangkan bilangan
oksidasi ditulis sebagai +B atau B
5). Bilangan oksidasi H umumnya = +1, kecuali
dalam senyawanya dengan logam (hidrida) maka
bilangan oksidasi H = -1.
Contoh :
Bilangan oksidasi H dalam HCl, H2O, NH3 = +1
Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1

6). Bilangan oksidasi O umumnya = -2.


Contoh :
Bilangan oksidasi O dalam senyawa H2O, MgO,
BaO = -2.
Sekian terima kasih

Anda mungkin juga menyukai