Anda di halaman 1dari 27

Alkena &

Alkuna
Lilis Febriyanti
ALKENA
Senyawa alkena merupakan senyawa tidak jenuh. Nama lain
alkena adalah olefin, dari
kata olefiant gas (gas yang membentuk minyak), yaitu nama lain
untuk etilena (CH2=CH2).
Beberapa alkena rantai pendek biasanya diberi nama dengan
nama lazimnya.
Adanya ikatan rangkap pada alkena menyebabkan alkena
bersifat tidak jenuh karena jumlah hidrogen pada alkena
lebih sedikit dibandingkan alkana dengan jumlah
karbon yang sama. Alkena mempunyai rumus umum
CnH2n, berbeda dari alkana yang memiliki rumus umum
CnH2n+2 satu ikatan rangkap pada alkena terbentuk
karena berkurangnya dua atom hidrogen. Jumlah ikatan
rangkap pada alkena menunjukkan derajat
ketidakjenuhan senyawa alkena tersebut. Jika ada lebih
dari satu ikatan rangkap maka jumlah hidrogennya akan
makin berkurang
Contohnya bila ada suatu senyawa dengan rumus molekul C 8H14 dan
diketahui senyawa ini merupakan suatu alkena maka kita bisa
menghitung derajat ketidakjenuhan dari alkena tersebut dengan
menghitung berkurangnya hidrogen dibandingkan dengan alkananya.
Alkana dengan anggota delapan karbon mempunyai rumus molekul
C8H18 sehingga alkena yang mempunyai rumus molekul C8H14
menunjukkan berkurangnya empat atom hidrogen dibandingkan
alkananya. Setiap ikatan merangkap menunjukkan berkurangnya dua
atom hidrogen sehingga senyawa alkena dengan rumus molekul
C8H14 menunjukkan derajat ketidakjenuhannya adalah dua jadi
senyawa tersebut memiliki dua ikatan rangkap.
ALKUNA
• Alkuna adalah hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap
tiga karbon-karbon.
• Alkuna paling sederhana adalah asetilena suatu nama trivial
dari etuna.Dalam alkuna atom karbon yang mempunyai ikatan
rangkap tiga akan mengalami hibridisasi sp.
• Dalam asetilena ikatan rangkap tiga antar karbonnya
membentuk ikatan linier dengan sudut 1800. Rumus umum
untuk alkuna adalah CnH2n-2.
ISOMER CIS-TRANS
PADA ALKENA
• Isomer cis-trans adalah suatu senyawa yang mempunyai
rumus molekul dan letak ikatan atom-atom penyusunnya sama
tetapi berbeda dalam penataanatomnya dalam ruang.
• Isomer cis-trans akan terjadi apabila satu atom karbon ikatan
rangkap mengikat substituen yang berbeda dan ada substituen
yang sama pada dua karbon iktan rangkap tersebut.
misalnya pada 2-butena, masing-masing karbon ikatan
rangkapnya akan mengikat hidrogen
dan gugus metil. Isomer cis-2-butena terjadi apabila kedua
substituen metil berada pada sisi
yang sama. Sedangkan trans-2-butena terjadi apabila kedua
substituen metil berada pada
sisi yang berlawanan.
Senyawa cis 2-butena dan trans 2-butena merupakan dua
senyawa dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda. senyawa
trans lebih stabil dibandingkan cis karena pada isomer trans
kedua gugus sama letaknya berjauhan sehingga tolakan antar
kedua gugus menjadi lebih kecil. Isomer cis-trans dapat terjadi
tidak hanya pada butena tetapi juga senyawa alkena lain,
syaratnya adalah pada ikatan rangkap mempunyai dua gugus
yang identik.
PENAMAAN
(NOMENKLATUR)
Penamaan untuk alkena digunakan nama alkana tetapi akhiran –
ana pada alkana diganti –ena. Sama seperti pada alkana
penamaan untuk alkena langkah pertama yang perlu dilakukan
adalah menentukan rantai induknya yang berupa rantai
terpanjang. Kemudian tentukan substituent yang terikat pada
rantai induknya.
• Bila jumlah ikatan rangkap lebih dari satu, maka diberi
akhiran diena untuk dua ikatan rangkap, triena untuk tiga
ikatan rangkap.

• Letak ikatan rangkap dinyatakan dengan memberi nomor


awalan untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap. Jika pada
rantai alkena terdapat gugus fungsional yang memiliki
prioritas tatanama yang lebih tinggi, maka penomoran dimulai
dari karbon yang paling dekat dengan gugus fungsi tersebut.
Nomor awalan menunjukkan atom karbon darimana ikatan
rangkap itu mulai.
Penamaan untuk sikloalkena hampir sama seperti pada alkena,
tetapi sikloalkena tidak
memiliki ujung sehingga ikatan rangkap pada sikloalkena akan
menempati posisi pada C1
dan C2.
Bila alkana yang menjadi substituen dikenal dengan nama alkil
karena kehilangan satu atom hidrogen, alkena yang menjadi
substituen dikenal sebagai alkenil. Beberapa gugus
alkenil mempunyai nama trivial yang sering digunakan yaitu,
Tatanama pada alkuna pada dasarnya sama seperti alkena.
Akhiran –ana pada alkana diganti menjadi –una. Ikatan rangkap
tiga mendapatkan nomor posisi pada rantai induknya.
Bila ada gugus fungsional yang lebih tinggi prioritasnya maka
penomoran dimulai dari ujung yang paling dekat dengan gugus
fungsi tersebut.
Dalam tatanama trivial alkuna yang paling sederhana adalah
asetilena sehingga gugus
yang terikat pada ikatan rangkap asetilena dianggap sebagai
substituen.
SIFAT FISIK ALKENA
DAN ALKUNA
Sifat fisik alkena dan alkuna praktis identik dengan alkana
padanannya. Alkena suku rendah akan berbentuk gas, suku
tengah berbentuk cair, sedangkan suku tinggi yang
mengandung lebih dari 18 atom karbon berbentuk padatan.
Seperti halnya alkana, setiap penambahan gugus gugus metilena
titik didihnya akan naik sekitar 300. Adanya percabangan dalam
alkena atau alkuna akan menurunkan titik didih sama seperti
halnya pada alkana.
Alkana, alkena, dan alkuna merupakan senyawa nonpolar, tetapi
alkena dan alkuna sedikit lebih larut dalam air dibandingkan
alkana padanannya.
REAKSI-REAKSI
ALKENA DAN ALKUNA
Walaupun sifat fisik alkena dan alkuna identik dengan alkana,
tetapi sifat kimianya
berbeda. karena adanya ikatan rangkap menyebabkan alkena dan
alkuna lebih reaktif
dibandingkan alkana
1. Reaksi Adisi
Alkena dan alkuna dapat mengalami reaksi adisi. Pada reaksi
adisi akan terjadi
Penambahan atom pada ikatan rangkap.
a. Adisi hidrogen
Reaksi alkena dengan H2 dikenal juga dengan nama reaksi
hidrogenasi. Pada reaksi ini melibatkan katalis Pt, Ni, atau Pd.
b. Adisi halogen
Reaksi adisi dengan halogen dapat terjadi pada alkena maupun alkuna. Reaksi adisi
dengan halogen dikenal juga dengan nama reaksi halogenasi. Reaksi ini umumnya
terjadi pada brom dan klor. Karena fluor akan bereaksi meledak
dengan senyawa organik sedangkan iod akan membentuk reaksi yang tidak stabil.
Reaksi adisi halogen dapat digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa
alkena. Suatu larutan bromin (Br2) dalam CCl4 atau CH2Cl2 yang berwarna coklat
kemerahan apabila ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung senyawa
alkena maka warna coklat kemerahan tersebut akan hilang.
c. Adisi oleh hidrogen
halida (HX)
HX akan mengadisi ikatan rangkap pada alkena dan
menghasilkan alkil halida.
Begitu juga dengan alkuna akan mengalami reaksi adisi dengan
HX seperti pada
alkena. Reaksi dengan HX dapat terjadi pada HBr, HCl, maupun
HI.
2. Oksidasi
Alkena dapat mengalami reaksi oksidasi yang akan membentuk
senyawa glikol (diol),
epoksida, pemaksapisahan (cleavage), dan oksidasi sempurna
membentuk CO2 dan
H2O
a. Oksidasi oleh
KMnO4(hidroksilasi)
Pembentukan 1,2-diol pada alkena dapat terjadi karena reaksi
antara alkena
dengan KmnO4
b. Pembentukan epoksida
Suatu alkena yang direaksikan dengan asam peroksi akan
menghasilkan senyawa epoksida atau oksirana. asam peroksi
yang lazim digunakan adalah asam peroksibenzoat (C6H5CO3H)
dan asam m-kloroperoksibenzoat.
c. Pemaksapisahan
(cleavage)
berbeda, tergantung pada kondisi oksidasi dan struktur alkena.
Produk oksidasi pemaksapisahan ditentukan oleh ada tidaknya
atom hidrogen yang terikat pada ikatan rangkap (karbon sp2).
Bila tiap karbon alkena tidak mengikat hidrogen makan akan
dihasilkan dua molekul keton.
SUKU TERPENTING
ALKENA DAN ALKUNA
1. CH2=CH2 : etena
Gas yang tidak berwarna dan hampir tidak berbau, terbakar
dengan nyala yang terang sehingga digunakan dalam gas
lampu, etena juga digunakan untuk memeram buah-buahan,
serta sebagai obat anestetik tetapi untuk penggunaan ini
sangat berbahaya karena mudah meledak dengan udara.
2. CH≡CH : asetilen : etuna : gas karbid
Kegunaan asetilen adalah untuk las, akan menghasilkan panas
dengan suhu tinggi (25000-30000C), penerangan, untuk
membuat asam cuka, alkohol, benzene dan bahan
plastik.
hanupis

Anda mungkin juga menyukai