dalam indeks literatur kimia dan abstrak ada lebih dari 19 juta senyawa organik yang diketahui. Masing-masing senyawa tersebut mempunyai sifat fisika seperti titik lebur dan titik didih, maupun reaktivitas kimia sendiri-sendiri yang berbeda. Untuk itu senyawa-senyawa tersebut yang mempunyai reaktivitas acak, diklasifikasikan kedalam golongan sesuai dengan gambaran struktural yang sering mempunyai sifat-sifat yang mirip. Dalam golongan tersebut marilah kita tinjau senyawa yang paling sederhana yakni alkana. Alkana Sifat-sifat fisika alkana Alkana disebut pula dengan nama parafin dari bahasa Latin parum Affinis yang berarti affinitasnya rendah, istilah ini berkaitan dengan Afinitas yang kecil terhadap pereaksi-pereaksi di laboratorium. Alkana merupakan senyawa non polar, akibatnya gaya tarik antar molekul lemah. Alkana rantai lurus sampai dengan butana adalah berbentuk gas pada tempera- tur kamar, sementara alkana C5 sampai C17 berben- tuk cair. Alkana lurus dengan 18 atom C atau lebih lebih adalah zat padat. Titik didih suatu senyawa sebagian tergantung pada banyaknya energi yang diperlukan oleh molekul-molekulnya untuk lolos dari fase cair menuju fase gas. Tatanama senyawa hidrokarbon
Pada waktu permulaan ditemukan senyawa organik
yang murni, senyawa baru dinamakan dengan nama dimana ia diketemukan atau nama penemunya, misalnya urea di-isolasi dari urin;asam barbiturat berasal dari nama wanita barbara. Asam formiat berasal dari semut ( bahasa latin : formica). Nama- nama ini disebut nama trivial atau nama lazim. Sistem nama yang telah dikembangkan disebut nama Jenewa atau sistem IUPAC ( International Union of Pure and Applied Chemistry), suatu organisasi yang bertanggung jawab pada tata nama kimia. Dalam hal ini akan ditinjau tata nama senyawa organik. A. Alkana rantai-lurus
Tata nama dari alkana rantai lurus menurut sistem
IUPAC adalah sbb.: Semua alkana berakhir dengan -ana , yakni akhiran yang menyatakan suatu hidrokrbon jenuh. Nama metana sampai butana diturunkan dari nama trivial tradisionalnya, sedangkan alkana yang lebih tinggi diturunkan dari angka latin atau Yunani, mis.: pentana dari penta (=lima). B. Siklo-alkana Sikloalkana diberi nama menurut banyaknya atom karbon dalam cincin, dengan penambahan awalan siklo- C. Rantai samping
Bila gugus alkil atau gugus fungsional diletakkan pada
suatu rantai alkana, rantai lurus itu disebut akar atau induk. Gugus-gugus itu ditandai dalam nama senyawa oleh awalan dan akhiran pada nama induknya. Suatu rantai samping atau cabang adalah suatu gugus alkil sebagai cabang dari suatu rantai induk. Suatu gugus alkil rantaiurus dinamai menurut induk alkana sendiri, dengan mengubah akhiran –ana menjadi -il D. Rantai samping bercabang
Suatu gugus alkil mungkin bercabang dan bukan rantai
lurus. Contoh:
Gugus bercabang biasa mempunyai nama spesifik,
misalnya gugus propil itu disebut gugus propil dan isopropil. Untuk menekankan bahwa rantai samping tidak bercabang, sering digunakan awalan n (normal). Awalan iso- (dari kata isomerik) digunakan. Untuk menyatakan suatu cabang metil pada ujung rantai samping alkil. Suatu rantai samping empat-karbon mempunyai empat struktural. Gugus butil atau n-butil, suatu gugus rantai lurus. Gugus isibutil mempunyai suatu cabang metil pada ujung rantai. Kedua gugus butil ini diberi nama mirip gugus propil. Gugus butil sekunder ( sek-butil) mempunyai dua karbon yang terikat pada karbon kepala. Gugus butil tersier (tert. butil atau t-butil) memiliki tiga karbon yang terikat pada karbon lekatan. E. Cabang ganda
Jika dua cabang atau lebih terikat pada suatu rantai
induk, ditambahkan lebih banyak awalan pada nama induk. Awalan awalan tersebut diurutkan secara alfabet, menurut bahasa inggrisnya (misal metil ditaruh didepan fenil, karena bahasa inggrisnya methyl dan phenyl), masing-masing dengan nomor yang menyatakan posisi lekatannya. Jika dua substituen atau lebih pada suatu induk itu sama,misalkan dua gugus metil atau 3 gugus etil, maka gugus-gugus ini digabung dalam nama itu. Misalnya dimetil berarti dua gugus metil dan trietil berarti tiga gugus etil. F. Substituen awalan lain
Beberapa gugus fungsional diberi nama sebagai
awalan pada nama Induk. Gugus-gugus ini dan nama awalan tercantum dalam tabel dibawah.
Substituen - NO2 ; Nitro-
-F : Fluoro - Cl : Kloro- - Br : Bromo - Iodo : Iodo G. Alkena dan alkuna
Dalam tatanama IUPAC, ketidakjenuhan karbon-
karbon selalu ditandai oleh suatu perubahan dalam akhiran nama induk itu. Jika terdapat ikatan rangkap, akhiran -ana pada alkana diubah menjadi -ena. Sebuah ikatan ganda tiga dinyatakan oleh – una. Bila induk itu mengandung empat karbon atau lebih, harus digunakan sebuah nomor awalan untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap atau ganda tiga itu. Rantai itu dinomori sedemikian rupa sehingga ikatan rangkap atau ganda tiga itu memper- oleh nomor serendah mungkin. Hanya satu nomor diperlukan untuk tiap ikatan rangkap atau ganda tiga dan disepakati bahwa ikatan rangkap atau ganda tiga itu mulai pada posisi nomor karbon pertama kali terbentuknya ikatan rangkap atau ganda tiga. H. Alkohol
Dalam sistem IUPAC, nama sebuah alkohol ialah
nama hidrokarbon induk dengan huruf – a akhir diubah menjadi –ol. Nomor awalan digunakan bila diperlukan : gugus hidroksil itu (-OH) memperoleh nomor serendah mungkin. I. Amina Amina sederhana (RNH2 , , R2 NH , R3 N) biasanya dinamai dengan nama gugus alkil itu diikuti dengan akhiran – amina. Suatu substituen pada nitrogen kadang-kadang didahului oleh awalan N- J. Aldehida dan Keton Karena sebuah aldehid (RCHO) mengandung suatu gugus karbonil yang terikat pada sebuah atom hidrogen, maka gugus aldehida haruslah menjadi ujung suatu rantai karbon. Karbon aldehida itu dianggap karbon 1, jadi tidak diperlukan nomor untuk menyatakan posisinya. Akhiran nama aldehida ialah -al. Sebuah gugus keto tidak dapat berada pada awal sebuah rantai karbon . Karena itu diperlukan suatu nomor awalan, kecuali untuk propanon dan beberapa keton sederhana lainnya. Rantai hendaknya dinomori sedemikian rupa agar gugus karbonil itu memperoleh nomor serendah mungkin. Akhiran untuk nama keton ialah –on. K. Asam karboksilat
Suatu gugus karboksil harus berada pada awal sebuah
rantai karbon, sehingga tidak perlu nomor untuk gugus ini dalam senyawa. Imbuhan untuk nama asam karboksilat ialah asam -oat.
L. Ester Nama sebuah ester terdiri dua kata: (1) nama gugus alkil ester itu dan (2) Nama asam karboksilat dengan imbuhan asam telah dihapuskan. M. Senyawa benzena
Cincin benzena dianggap sebagai induk sama seperti
alkana rantai lurus. Gugus alkil, halogen dan gugus nitro dinamai dalam bentuk awalan pada benzena itu. Bila sebuah cincin benzena terikat pada suatu gugus fungsional atau pada suatu rantai alkana yang terdiri 7 atom karbon atau lebih, maka benzena itu dianggap sebagai substituen, bukan sebagai induk. Nama substituen benzena ialah fenil. N. Pertentangan dalam penomoran
Suatu struktur yang mempunyai lebih dari satu
macam substituen kadang-kadang dapat dinomori dalam lebih dari satu cara. Titik didih senyawa dalam deret homolog, seperti misalnya alkana bertambah 30oC untuk tiap gugus metilena (CH2) tambahan. Kenaikan titik didih pada hakekatnya karena membesarnya gaya tarik van der Waals antara molekul yang makin panjang. Molekul hidrokarbon yang bercabang titik didih lebih rendah dibanding kan dengan rantai lurus, karena terganggunya gaya tarik van der Waals antara molekul-molekul dalam fase padat. Karena sifatnya non Polar, alkana larut dalam pelarut non polar atau sedikit polar seperti Misalnya dietil eter, alkana lain atau benzena. Kelarutan ini disebabkan Oleh gaya tarik van der Waals antara pelarut dan zat terlarut. Semua alkana lebih ringan dari air dan tidak larut dalam air. B. Sifat kimia alkana Alkana dan sikloalkana tidak reaktif dibandingkan dengan senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional. Meskipun demikian ada Dua reaksi yang terjadi pada alkana yakni reaksi dengan halogen dan pembakaran. cahaya Halogenasi: CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl + produk lain
Pembakaran: bunga api
CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H 2O
Sintesis alkana dan sikloalkana
1. Hidrogenasi alkena dengan adanya katalis Ni/Pt 2. Reduksi alkil halida dengan Zn dalam larutan asam. 2 CH3CH2CHBrCH3 + Zn + H+ 2 CH3CH2CH2CH3 + ZnBr2 Sumber hidrokarbon
A. Gas alam dan minyak bumi
Gas alam mengandung metana (60-90%), yang terbentuk dari peluruhan anaerobik tumbuhan. Komponen gas alam lainnya adalah etana, propana, nitrogen dan karbon dioksida. Kadang-kadang mengandung gas helium. Gas alam berada bersama-sama dengan minyak bumi Minyak bumi (petroleum) terbentuk dari peluruhan tumbuhan dan hewan yang berasal dari laut. minyak bumi mentah, atau minyak mentah, adalah Campuran senyawa alifatik dan aromatik, termasuk pula senyawa sulfur dan nitrogen (1-6 %). Memisahkan komponen minyak mentah disebut kilang, yang tahap pertamanya dengan destilasi fraksional. Untuk mening- katkan kualitas dan kuantitas bensin (C5 -C10) dilakukan proses kertakan (cracking) dan reformasi bertahap fraksi-fraksi bertitik didih tinggi. B. Batubara
Batubara dibentuk dari peluruhan tumbuhan oleh bakteri
dibawah aneka ragam tekanan. Batubara dikelompokkan menurut kadar karbonnya: antrasit atau batubara keras mengandung kadar karbon tertinggi, Batubara bitumen (lunak), lignit dan akhirnya gambut. Karena batubara juga mengandung sulfur (2-6 %), pemba- karan batubara menyebabkan pencemaran udara dan hujan asam.