Anda di halaman 1dari 8

Senyawa Turunan Alkana

Senyawa Turunan Alkana – Pengantar


Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh. Senyawa turunan alkana
merupakan senyawa yang dianggap berasal dari alkana, di mana salah satu atau
beberapa atom hidrogennya digantikan oleh atom atau gugus atom tertentu. Gugus
pengganti ini disebut sebagai gugus fungsi. Masing-masing gugus fungsi akan
memberikan ciri khas pada sifat fisik maupun kimia pada senyawa-senyawa yang
memiliki gugus tersebut.
Punya PR yang gak ngerti? Yuk tanya di Forum StudioBelajar.com
Berikut akan dibahas tata nama beberapa senyawa turunan alkana.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Sel Elektrolisis
Tabel Periodik
Struktur Atom
1. Alkohol (alkanol)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus hidroksil (−OH). Senyawa alkohol
dengan satu gugus −OH mempunyai rumus umum CnH2n+2O.
Berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada atom C yang mengikat gugus −OH,
alkohol dibedakan menjadi:

 alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C primer (atom
C yang hanya terikat langsung dengan 1 atom C lainnya)
 alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C sekunder
(atom C yang terikat langsung dengan 2 atom C lainnya)
 alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C tersier (atom C
yang terikat langsung dengan 3 atom C lainnya)

Tata nama IUPAC:


1. Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −OH
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-ol”. Misalnya, etana menjadi
etanol.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OH
diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus alkohol dapat ditulis sebagai R−OH atau CnH2n+1OH di mana R adalah gugus
alkil CnH2n+1. Nama trivial alkohol yaitu alkil alkohol, diambil dari nama gugus alkil yang
mengikat gugus −OH.

2. Eter (alkoksialkana),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus alkoksi (−OR′). Senyawa eter
dengan satu gugus −OR′ mempunyai rumus umum CnH2n+2O. Eter dapat dilihat sebagai
dua gugus alkil, yakni R dan R′ yang terikat pada satu atom O.
Tata nama IUPAC:
1. Gugus alkil yang lebih panjang ditetapkan sebagai rantai induk alkana. Sedangkan,
gugus alkil yang lebih pendek sebagai gugus alkoksi.

2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OR′


diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus eter dapat ditulis sebagai R−O−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil CnH2n+1.
Nama trivial eter diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat pada atom
O. Eter yang kedua gugus alkilnya sama diberi nama dialkil eter. Eter yang kedua gugus
alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil eter, di mana urutan penulisan nama gugus alkil
tidak harus secara alfabetik.
3. Aldehida (alkanal),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus −CHO, yaitu gugus karbonil (−CO−)
pada ujung rantai. Gugus −CO− pada aldehida terikat dengan satu atom H dan satu
gugus alkil R. Senyawa aldehida dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum
CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CHO
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-al”. Misalnya, propana menjadi propanal.
Gugus fungsi −CHO selalu ditetapkan sebagai atom C nomor satu pada rantai induk,
sehingga tidak perlu dinyatakan nomor posisinya.

Tata nama trivial:

4. Keton (alkanon),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karbonil (−CO−) pada tengah rantai.
Gugus −CO− pada keton terikat dengan dua gugus alkil R dan R′. Senyawa keton
dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CO−
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-on”. Misalnya, propana
menjadi propanon.

2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga posisi gugus −CO− diprioritaskan


mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus keton dapat ditulis sebagai R−CO−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil
CnH2n+1. Nama trivial keton diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat
pada atom O. Keton yang kedua gugus alkilnya sama diberi nama dialkil keton. Keton
yang kedua gugus alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil keton, di mana urutan
penulisan nama gugus alkil tidak harus secara alfabetik.

Mau latihan soal? Yuk jawab pertanyaan di Forum StudioBelajar.com


5. Asam karboksilat (asam alkanoat),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboksil (−COOH). Gugus −COOH
merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus hidroksil (−OH).
Senyawa asam karboksilat dengan satu gugus −COOH mempunyai rumus umum
CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −COOH
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan awalan kata “asam” dan akhiran “-a” pada alkana diganti menjadi “-oat”.
Misalnya, butana menjadi asam butanoat.

2. Penomoran selalu dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.

Tata nama trivial:


Nama trivial asam karboksilat secara umum diambil dari nama Latin sumber alami asam
karboksilat terkait. Misalnya, asam metanoat (HCOOH) disebut asam format karena
dapat ditemukan pada semut (Latin: formica). Asam butanoat disebut asam butirat
karena dapat ditemukan di dalam mentega (Latin: butyrum).

Posisi cabang-cabang pada rantai induk dinyatakan dengan huruf Yunani (α, β, γ, dan
seterusnya hingga ω). Penomoran dimulai dari atom C-α (alfa), yaitu atom C nomor 2
yang terikat langsung dengan gugus −COOH, kemudian β (beta), γ (gamma), dan
seterusnya. Atom C yang berada di ujung rantai biasanya ditandai dengan ω (omega).

6. Ester (alkil alkanoat),


yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboalkoksi (−COOR′). Gugus
−COOR′ merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus alkoksi
(−OR′). Senyawa ester dengan satu gugus −COOR′ mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
Rumus ester dapat ditulis sebagai RCOOR′ dan nama IUPAC ester adalah alkil
alkanoat. Nama gugus alkil berasal dari nama gugus R′ yang terikat pada atom O.
Sedangkan, nama alkanoat diambil dari nama gugus RCOO.

Tata nama trivial:


Nama trivial ester hampir sama dengan nama IUPAC-nya. Perbedaannya hanya nama
gugus alkanoat ester mengikuti nama trivial asam karboksilat.

7. Alkil halida (haloalkana),


yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki atom halogen −X (F, Cl, Br, atau I).
Senyawa haloalkana dengan satu atom halogen X mempunyai rumus umum CnH2n+1X.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung atom
halogen ditetapkan sebagai rantai induk.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat atom halogen
diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
3. Atom halogen diberi nama bromo (Br), kloro (Cl), fluoro (F), dan iodo (I). Nama
atom halogen ditulis terlebih dahulu sebelum nama cabang alkil.
4. Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis, maka nama dinyatakan dengan
awalan “di-”, “tri-”, “tetra-”, dan seterusnya. Misalnya, difluoro, trikloro, dan
sebagainya.

5. Jika terdapat lebih dari satu jenis atom halogen, maka prioritas penomoran
didasarkan pada kereaktifan atom halogen mulai dari F, Cl, Br, kemudian I. Akan
tetapi, penulisan nama tetap secara alfabetik, yaitu dari bromo (Br), kloro (Cl), fluoro
(F), lalu iodo (I).

Tata nama trivial:


Pada monohaloalkana (haloalkana dengan hanya satu atom halogen), nama trivialnya
adalah alkil halida. Hal ini didasarkan pada rumus monohaloalkana yang dapat ditulis
sebagai R−X di mana R adalah gugus alkil.
Contoh Soal Senyawa Turunan Alkana dan Pembahasan
Tulislah nama IUPAC dan nama trivial dari senyawa-senyawa turunan alkana berikut:

Pembahasan:

Referensi
Johari, J.M.C. & Rachmawati, M. 2008. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XII Jilid 3.
Jakarta: Esis
McMurry, John. 2012. Organic Chemistry (8th edition). California: Brooks/Cole, Cengage
Learning
Purba, Michael. 2007. Kimia 3B untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
Solomons, T.W.G., Fryhle C.B., & Snyder, S.A. 2012. Organic Chemistry (11th edition).
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia SMA 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Phibeta
Wade, L.G. & Simek, J.W. 2016. Organic Chemistry (9th edition). Harlow: Pearson
Education Limited
Kontributor: Nirwan Susianto, S.Si.
Alumni Kimia FMIPA UI

Anda mungkin juga menyukai