yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboksil (−COOH). Gugus −COOH
merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus hidroksil (−OH). Senyawa
asam karboksilat dengan satu gugus −COOH mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −COOH ditetapkan
sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan awalan kata
“asam” dan akhiran “-a” pada alkana diganti menjadi “-oat”. Misalnya, butana menjadi
asam butanoat.
2. Penomoran selalu dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.
Posisi cabang-cabang pada rantai induk dinyatakan dengan huruf Yunani (α, β, γ, dan seterusnya
hingga ω). Penomoran dimulai dari atom C-α (alfa), yaitu atom C nomor 2 yang terikat langsung
dengan gugus −COOH, kemudian β (beta), γ (gamma), dan seterusnya. Atom C yang berada di
ujung rantai biasanya ditandai dengan ω (omega).
Ester (alkil alkanoat),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboalkoksi (−COOR′). Gugus −COOR′
merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus alkoksi (−OR′). Senyawa
ester dengan satu gugus −COOR′ mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
Rumus ester dapat ditulis sebagai RCOOR′ dan nama IUPAC ester adalah alkil alkanoat. Nama
gugus alkil berasal dari nama gugus R′ yang terikat pada atom O. Sedangkan, nama alkanoat
diambil dari nama gugus RCOO.
5. Jika terdapat lebih dari satu jenis atom halogen, maka prioritas penomoran didasarkan pada
kereaktifan atom halogen mulai dari F, Cl, Br, kemudian I. Akan tetapi, penulisan nama
tetap secara alfabetik, yaitu dari bromo (Br), kloro (Cl), fluoro (F), lalu iodo (I).