Anda di halaman 1dari 20

PERISTIWA DISINTEGRASI BANGSA

“ Partai Komunis Indonesia (PKI)”

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan


Kewarganegaraan

Dosen pembimbing :

Dr. Nani Muharomah, M.M.Pd

Oleh :

MUHAMMAD FAJAR ALGHIFARI

NIM : P17335118045

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2019
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................2
1.1. Kata Pengantar…………………………………………………………………….2

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………4

1.3. Tujuan Makalah…………………………………………………………………...4

BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1. Pengertian Disintegrasi Bangsa…………………………………………………...5

2.2. Faktor-Faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa……………………………………..5

2.3. Ancaman Disintegrasi Bangsa…………………...………………………………..8

2.4. Pencegahan dan Penanggulangan Disintegrasi


Bangsa………………………………………...……………………...……………….10

2.5.Partai Komunis Indonesia (PKI)……... ………………………………………….12

2.5.1. Peristiwa G30S/PKI ...........................................................................................12

2.5.2. Pelaksanaan G30S/PKI…………………………………...................................13

2.5.3. Penumpasan G30S/PKI………………………………………………………...15

BAB III : PENUTUP.......................................................................................................17


3.1. Kesimpulan...........................................................................................................17
3.2. Saran.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat


mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa,
agama, ras dan etnis golongan. Hal tersebut merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Dengan semakin
marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda
menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik


yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin
memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidak puasan dan perbedaan
kepentingan, apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan baik akhirnya
akan berdampak pada disintegrasi bangsa.

Seperti halnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini


hampir sudah tidak terngiang lagi di telinga kita. Dulu kelompok ini benar-
benar membuat repot bangsa Indonesia, seandainya GAM berhasil
berdisintegrasi dari Indonesia maka tidak ada lagi lagu “Dari Sabang Sampai
Merauke”, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan bangsa ini tidak
rela jika Aceh lepas dari pangkuan bunda pertiwi, maka dengan segala upaya
dilakukan bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini, baik secara militer
maupun diplomatik.

Kemudian apakah peristiwa itu akan terulang lagi untuk yang


kesekian kalinya di Negara kita? Bukankah kita sudah cukup kehilangan
ditinggal oleh saudara-saudara kita di Timor Timur.

Dan apakah konflik di Irian juga tidak akan terselesaikan?


Gerakan Papua Merdeka yang diam-diam menyusun strategi untuk

2
berdisintegrasi dari Indonesia kita biarkan begitu saja? Dimanakah rasa
nasionalisme kita? Dimana rasa persatuan dan kesatuan kita? Lalu apakah
konflik-konflik kecil antar suku, agama, dan kelompok kita biarkan saja? Ada
apa dengan bangsa ini?

Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah yang sangat


mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa ini. Dimanakah nilai-nilai
Pancasila yang dulu dicita-citakan oleh bapak pendiri bangsa? Sudahkah
nilai-nilai Pancasila luntur dari bangsa ini? Untuk itu inilah PR bagi bangsa
ini, bukan hanya pemerintah, bukan hanya TNI dan POLRI tetapi juga kita
seluruh warga Indonesia. Perlunya ditegakkan kembali nilai-nilai Pancasila
tidak bisa ditunda-tunda lagi, bangsa ini sudah krisis dalam segala aspek
kehidupan khususnya krisis moral. Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan
kembali dalam setiap aspek kehidupan, bukan hanya terkristalisasi sebagi
ideologi Negara.

Permasalahan disintegrasi ini sangat kompleks sebagai akibat


akumulasi permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan
tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar
permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.

Pada makalah ini, penulis ingin mengangkat konflik yang diakibatkan


munculnya kelompok yang menyimpang dari ajaran agama yaitu GAFATAR.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan disintegrasi bangsa?
2. Faktor-faktor apa yang dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa?
3. Bagaimana awal mula terjadinya G30S/PKI dan apa penyebabnya?
4. Bagaimana cara mengatasi terjadinya G30S/PKI?
1.3. Tujuan Makalah
1. Memahami pengertian dari disintegrasi bangsa.
2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya disintegrasi bangsa.

3
3. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa.
4. Mengetahui awal mula terjadinya peristiwa G30S/PKI.
5. Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya G30S/PKI.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa


menjadi bagian-bagian yang saling terpisah. Pengertian ini mengacu pada
kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking
into parts” (Merriam, 1996). Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah suatu keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah
belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Sedangkan bangsa
adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa,
dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sehingga disintegrasi bangsa
adalah keadaan tidak bersatu atau pecahnya suatu kelompok masyarakat
dimana berasal dari keturunan, adat, bahasa, dan pemerintah yang sama.

Menurut Soerjono Soekanto, disintegrasi merupakan keadaan dalam


masyarakat yang mengalami ketidakteraturan. Hal tersebut didasarkan atas
pudarnya norma serta nilai yang sudah ada.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disintegrasi


bangsa merupakan perilaku masyarakat dalam suasana ketidakteraturan
karena memudarnya nilai dan norma yang ada serta berdampak pada
keretakan persatuan bangsa. Nilai dan norma yang ada di sini adalah toleransi
serta pemahaman mengenai prinsip masing-masing suku, agama, ras dan
golongan.

2.2. Faktor-Faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa

Menurut (Departemen Pertahanan RI, 2007), ada beberapa factor yang


dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa diantaranya :
1. Geografi

5
Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak
yang sangat strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia
selain itu juga memiliki berbagai permasalahan yang sangat rawan
terhadap timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau yang
dihubungkan oleh laut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan
kondisi alamnya yang juga sangat berbeda-beda pula menyebabkan
munculnya kerawanan sosial yang disebabkan oleh perbedaan daerah
misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan alamnya dengan daerah
yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana sumber kehidupan
sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain atau
tergantung dari daerah lain.

2. Demografi
Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata,
sempitnya lahan pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya
lapangan pekerjaan, telah mengakibatkan semakin tingginya tingkat
kemiskinan karena rendahnya tingkat pendapatan, ditambah lagi mutu
pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan
bersaing dan mudah dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk
mendukung kepentingan pribadi atau golongan.

3. Kekayaan Alam
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non
hayati akan tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri,
walaupun belum secara keseluruhan dapat digali dan dikembangkan secara
optimal namun  potensi ini perlu didayagunakan dan dipelihara sebaik-
baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dalam peran
sertanya secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian
nasional.

4. Ideologi
Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam
penghayatan dan pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan
nilai-nilai dasar Pancasila, bahkan saat ini sering diperdebatkan.  Ideologi

6
pancasila cenderung tergugah dengan adanya kelompok-kelompok tertentu
yang mengedepankan paham liberal atau kebebasan tanpa batas, demikian
pula paham keagamaan yang bersifat ekstrim baik kiri maupun kanan.

5. Politik
Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh
bangsa Indonesia saat ini seperti diberlakukannya otonomi daerah, sistem
multi partai, pemisahan TNI dengan Polri serta penghapusan dwifungsi
ABRI, sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat
diselesaikan secara tuntas karena berbagai masalah pokok inilah yang
paling rawan dengan konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat
menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.

6. Ekonomi
Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang
dapat memberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta
bentuk-bentuk kemitraan dan kesejajaran yang diiringi dengan
pemberantasan terhadap KKN.  Hal ini dihadapkan dengan krisis moneter
yang berkepanjangan, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan
meningkatnya tingkat pengangguran serta terbatasnya lahan mata
pencaharian yang layak.

7. Sosial Budaya
Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang
tinggi dan dapat menimbulkan konflik etnis kultural.  Arus globalisasi
yang mengandung berbagai nilai dan budaya dapat melahirkan sikap pro
dan kontra warga masyarakat yang terjadi adalah konflik tata nilai. Konflik
tata nilai akan membesar bila masing-masing mempertahankan tata
nilainya sendiri tanpa memperhatikan yang lain.

8. Pertahanan dan Keamanan


Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini
menjadi bersifat multi-dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun
dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu

7
pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan
prasarana pendukung didalam pengamanan   bentuk ancaman yang bersifat
multi-dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya.

2.3. Ancaman Disintegrasi di Indonesia

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya isu dan gerakan disintegrasi yang


diterangkan di atas, jelas sekali bahwa bangsa ini sangat rawan adanya gerakan
maupun konflik daerah yang menjurus ke arah disintegrasi. Setelah lepasnya
Timor Leste dari pangkuan ibu pertiwi, bangsa ini masih ada ancaman disintegrasi
kembali. Setelah GAM mereda, ada Gerakan Papua Merdeka, yang notabene juga
sama seperti GAM yaitu ingin memerdekakan daerahnya dan lepas dari Indonesia.
            Akhir-akhir ini juga sering terjadi konflik-konflik kecil di daerah, seperti
di Tarakan, Kalimantan Timur, dan juga yang masih sering terjadi kerusuhan di
Ambon. Konflik-konflik terjadi karena perbedaan suku maupun agama.
            Bangsa ini rasanya tidak akan pernah lepas dari masalah disintegrasi,
karena manusia-manusianya tidak segera sadar. Bangsa ini masih terlalu lemah
untuk mengikat tali persatuan dan kesatuan dari Sabang sampai Merauke.
            Apalagi sekarang ini memasuki era globalisasi, dimana jalinan informasi
dan komunikasi sudah saling terbuka di seluruh dunia. Kehadiran globalisasi
memang membawa dampak yang baik juga terhadap kehidupan kita, karena kita
sekarang lebih bisa berinteraksi dan mendapat lebih banyak ilmu pengetahuan dari
bangsa lain sehingga kita tidak terpuruk dalam keterbelakangan. Namun dampak
negatif yang ditimbulkan juga besar sekali untuk memicu terjadinya disintegrasi
suatu bangsa.
            Beberapa dampak negative dari globalisasi:
1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi

8
liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa
akan hilang
2.       Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk
dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald,
Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya
rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas
diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru
budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya
dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan
miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
            Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat.
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-
gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.
Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang
lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak
banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

9
            Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi
tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet
sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya
tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan
mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan tidak semestinya. Misalnya untuk membuka situs-situs porno.
Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa
sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk
dengan menggunakan handphone.
            Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal
sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan.
Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka
bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda
yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan
kenyamanan masyarakat.
            Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi
muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis
antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan
berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa
peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa
depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa
nasionalisme? Bukankah hal itu berakibat pada disintegrasi bangsa? Karena
tidak adanya kepuasan terhadap milik bangsa sendiri.

2.4. Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa


Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama
dan lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas
kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum

10
dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama,
sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni
dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,
terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam
menerapkan dan mempraktekkan kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini
sesungguhnya berawal dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi,
sosial budaya, hukum dan hankam. Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui
kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh
partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi
politiknya serta para eks tapol/Napol. Akumulasi dari kekecewaan tersebut
menimbulkan gerakan radikal dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan
kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus
ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa
Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus
diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis dalam
rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

11
2.5. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang
berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan
pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926,
mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh
membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965
yang di kenal dengan peristiwa G30S/PKI. Partai Komunis Indonesia (PKI)
adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam
sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan
pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI
Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal TNI AD di
Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan peristiwa
G30S/PKI.
2.5.1. Peristiwa G30S/PKI
PERISTIWA G30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa
pemberontakan yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham
komunis di Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban,
dan banyak korban berasal dari para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi
isu politik untuk menolak laporan pertanggungjawaban Presiden Soekarno
kepada MPRS. Dengan ditolaknya laporan Presiden Soekarno ini, maka
Indonesia kembali ke pemerintahan yang berazaskan kepada pancasila dan
UUD 1945.

Sebab-sebab G30S/PKI
a. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia
Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik
anggota cukup besar, tercatat pada tahun 1965, anggota PKI sudah
mencapai 3,5 juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.
PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :
-  Melakukan gerakan gerilia dipedesaan dan melakuan prapaganda-
prapaganda menyesatkan.
-      Melakukan gerakan revosioner oleh kaum buruh di perkotaan.
-      Membentukan pekerja intensif dikalangan ABRI.

12
-     Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan
organisasi PKI.
-     Mendekati Presiden Soekarno.
b. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO,
sehingga PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.
c. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia,
sehingga PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi
kudeta.

2.5.2. Pelaksanaan G30S/PKI

PELAKSANAAN G30S/PKI 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini hari,


enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya
kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang
dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol.
Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen
Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan
tersebut.Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa
hal tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di
masyarakat. Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria
(UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi
Hasil) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang
dibentuk pada tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA
terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang
mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu. Walaupun
undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalan
sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan
pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa
pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang
menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera

13
Utara dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan
kemudian digunakan sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya.
Keributan antara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis
dan Muhammadiya) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di
Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga
terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam
kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September
1965 (hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui
rencana kudeta 30 September tersebut).

Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya
Dewan Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan
Darat tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya.
Menanggapi isu ini, Soekarno memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk
menangkap dan membawa mereka untuk diadili. Namun secara tak
terduga, dalam operasi penangkapan tersebut para jenderal tersebut
terbunuh.

Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia,
Andrew Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan
Jenderal. Dokumen ini oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di
bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, dokumen ini
menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang mengesankan
bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat.
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI
kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".

Korban

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:

- Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala


Staf Komando Operasi Tertinggi)

- Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang


Administrasi)

- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima


AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)

14
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)

- Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD


bidang Logistik)

- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur


Jenderal Angkatan Darat)

- Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama,


selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma
Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean
tewas dalam usaha pembunuhan tersebut. Selain itu beberapa orang
lainnya juga turut menjadi korban:

- Bripka Karel Satsuin Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana


Menteri II dr.J.Leimena)

- Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas,


Yogyakarta)

- Letkol Sugiyanto Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas,


ogyakarta)

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok


Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka
ditemukan pada 3 Oktober.

2.5.3. Penumpasan G30S/PKI

Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau
mereka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas
buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain
dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi.
Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa
Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember). Berapa jumlah orang yang
dibantai tidak diketahui dengan persis - perkiraan yang konservatif menyebutkan
500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga orang.
Namun diduga setidak-tidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana
enam bulan yang mengikuti kudeta itu. Dihasut dan dibantu oleh tentara,
kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan
seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-
pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-
laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat

15
sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat". Pada akhir 1965,
antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI
telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-
kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu
militer yang didukung dana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI
yang terketahui dan melakukan pembantaian keji.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Disintegrasi bangsa merupakan perilaku masyarakat dalam suasana
ketidakteraturan karena memudarnya nilai dan norma yang ada serta
berdampak pada keretakan persatuan bangsa. Nilai dan norma yang ada di
sini adalah toleransi serta pemahaman mengenai prinsip masing-masing
suku, agama, ras dan golongan.
2. Disintegrasi bangsa dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, yaitu faktor
geografis, demografis, kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
3. Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks,
akibat akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang
saling tumpang tindih sehingga perlu penanganan khusus dengan
pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial
budaya.
4. Upaya untuk mencegah terjadinya disintegrasi bangsa dapat diwujudkan
dalam hukum yang harus menjamin integrasi bangsa dan membangun
demokrasi & nomokrasi, membangun keadilan sosial, serta membangun
toleransi beragama dan berkeadaban.
5. Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah
sangat menentukan meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada
skala kejadian diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.

3.2. Saran
Penulis berpesan kepada para pembaca agar lebih mengetahui dan
memahami tentang disintegrasi bangsa dan penyebab terjadinya disintegrasi
bangsa pada negara yang kita cintai ini dengan mencari informasi mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi berhubungan dengan disintegrasi bangsa agar
kita seabagi warga negara dapat mengetahui tentang macam-macam
disintegrasi bangsa di Indonesia dan penyelesaiannya.

17
Semoga para pembaca dapat menyikapi dengan baik dan bijak terhadap
pengetahuan tentang disintegrasi bangsa ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertahanan RI. 2007. Doktrin Pertahanan Negara. Jakarta.

Merriam. 1996. Webster’s New Encyclopedic Dictionary. Black Dog & Leventhel
Pub.

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa
    Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa
    Dokumen4 halaman
    Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa
    Muhammad Fajar AlGhifari
    Belum ada peringkat
  • Diapet
    Diapet
    Dokumen1 halaman
    Diapet
    Muhammad Fajar AlGhifari
    Belum ada peringkat
  • 5-7 Sterilisasi
    5-7 Sterilisasi
    Dokumen8 halaman
    5-7 Sterilisasi
    Muhammad Fajar AlGhifari
    Belum ada peringkat
  • LVP Rangkuman
    LVP Rangkuman
    Dokumen3 halaman
    LVP Rangkuman
    Muhammad Fajar AlGhifari
    Belum ada peringkat
  • Yel-Yel
    Yel-Yel
    Dokumen1 halaman
    Yel-Yel
    Muhammad Fajar AlGhifari
    Belum ada peringkat
  • Alkena Alkuna
    Alkena Alkuna
    Dokumen27 halaman
    Alkena Alkuna
    Muhammad Fajar AlGhifari
    Belum ada peringkat