Anda di halaman 1dari 3

a.

Teori Amonium Graham


Teori ini dikemukakan oleh Thomas Graham (1805-1869). Berdasarkan teori ini, amina-amina ligam
dianggap sebagai senyawa-senyawa ammonium yang tersubstitusi. Contohnya dapat digambarkan
dalam senyawa kompleks pada diaminatembaga(II) klorida. Menurut Graham, dua atom hydrogen,
masing-masing satu dari setiap ion ammonium, disubstitusi oleh sebuah atom tembaga. Dua atom
hydrogen dapat disubstitusi oleh satu atom tembaga karena tembaga memiliki valensi dua sedangkan
hydrogen satu. Pada waktu Graham mengajukan teori amoniumnya, teori tentang ikatan kovalen
belum muncul, teori ikatan kovalen baru muncul pada era Kossel dan Lewis, sekitar tahun 1916.
Sayangnya teori ammonium dari Graham hanya dapat diterapkan bila jumlah NH 3 ynag terikat pada
atom logam jumlahnya sama dengan valensi ligam atau elektrovalensi dari logam. Diperolehnya fakta
banyak senyawa kompleks yang mengandung NH3 yang jumlahnya berbeda dengan valensi atom
logam, seperti CoCl3?6NH3, CoCl3?5NH3, dan CoCl3?5NH3?H2O, menyebabkan ditinggalkannya teori
tersebut.
b. Teori Senyawa Molekuler Kekule
Pada tahun 1958 Kekule menerbitkan sebuah makalah yang sangat masyhur. Dalam makalah itu,
Kekule mengemukakan bahwa:(1) atom karbon memiliki valensi empat (quadrivalent); (2) rumus
metana adalah CH4; (3) atom-atom karbon dapat membentuk rantai. Kekule juga berhasil
mengemukakan struktur dari benzene dengan tepat. Keberhasilan Kekule tersebut mungkin
menyebabkan banyak orang menganggap dia sebagai seorang ahli kimia organik. Faktanya adalah
tidak demikian. Pada era sebelum era 1930 dapat dianggap semua ahli kimia mempelajari kimia
secara umum, tidak mengkhusus seperti sekarang, sehingga ahli-ahli kimia pada waktu itu tidak ada
yang bisa dikatakan sebagai ahli kimia organik, anorganik, fisik, analitik atau biokimia. Para ahli kimia
pada waktu itu dapat dianggap memiliki minat di banyak cabang dari ilmu kimia. Kekule misalnya,
selain memiliki minat dalam kimia organik, juga berminat dalam bidang kimia anorganik sehingga dia
juga mengajukan teori yang berkaitan dengan senyawa kompleks, yaitu teori senyawa molekuler.
Pada tahun 1854 konsep tentang valensi sedang dirumuskan dan dikembangkan oleh sejumlah pakar
ilmu kimia, diantaranya adalah Kekule, Frankland, Wiliamson, Odling, Kolbe dan Couper. Kebanyakan
perintis konsep valensi pada waktu itu mengakui adanya kemungkinan suatu unsure memiliki lebih
dari satu harga valensi atau memiliki valensi variable (variable valence). Kekule (1829-1896) dengan
kaku dan fanatiknya mengikuti prinsip valensi konstan (constant valence), yaitu unsure hanya memiliki
satu harga valensi. Kekule berpegang pada pendapatnya bahwa valensi unsur (atau atomisitas
unsure menurut istilah Kekule) merupakan sifat fundamental yang harganya tetap dan tidak berubah-
ubah, sebagaimana harga berat atom yang selalu tetap. Pada waktu itu konsep tentang isotop belum
dikenal.
Berdasarkan pendapatnya tentang valensi konstan, Kekule membagi senyawa menjadi dua golongan,
yaitu senyawa atomic (atomic compound) dan senyawa molekuler (molecular compound). Menurut
Kekule senyawa atomic merupakan senyawa yang perbandingan jumlah atom-atomnya bersesuaian
dengan valensi tetapnya, misalnya H2O, NH3,HCl, PCl3, NaCl, dan CoCl3. senyawa molekuler oleh
Kekule dianggap tersusun dari beberapa senyawa atomic. Misalnya NH4Cl dianggap sebagai
senyawa molekuler yang tersusun dari senyawa-senyawa atomic NH3 dan HCl, sehingga rumusnya
ditulis NH3?HCl.
Kekule tidak menjelaskan jenis gaya yang terlibat dalam pembentukan senyawa molekuler dari
senyawa-senyawa atomik. Dia hanya menyatakan bahwa gaya yang bekerja antara senyawa-
senyawa atomik didalam senyawa molekuler adalah lebih lemah dibandingkan gaya antara atom-atom
dalam senyawa atomik. Berdasarkan pendapat Kekule tersebut maka seharusnya senyawa-senyawa
molekuler bersifat tidak stabil dan mudah terurai menjadi senyawa-senyawa atomik penyusunnya.
Fakta eksperimen memang menunjukkan banyak senyawa-senyawa yang oleh Kekule dianggap
sebagai senyawa molekuler, bersifat tidak stabil dan mudah terurai menjadi senyawa-senyawa atomic
penyusunnya, seperti NH4Cl dan PCl5. akan tetapi tidak sedikit senyawa-senyawa molekuler yang
bersifat stabil seperti CoCl3?6NH3 dan Co(NO3)3?6NH3. Berdasarkan fakta tersebut maka banyak
pakar kimia pada waktu itu menganggap pembagian senyawa menjadi senyawa atomik dan senyawa
molekuler yang dikemukakan Kekule tidak ada artinya, sehingga pendapat Kekule tersebut
ditinggalkan. Meskipun demikian, ide penulisan senyawa molekuler yang termasuk senyawa
kompleks seperti CoCl3?6NH3 dan Co(NO3)3?6NH3 tetap dipakai sampai munculnya teori koordinasi
yang dikemukakan oleh Werner, bahkan sampai saat ini yaitu dalam menuliskan rumus garam
rangkap seperti FeSO4?(NH4)2SO4?6H2O.
c. Teori Rantai Blomstrand-Jorgensen
Pada waktu Kekule sibuk mempertahankan pendapatnya tentang senyawa atomik dan senyawa
molekuler, pakar kimia yang lain mengembangkan teori untuk menjelaskan konstitusi atau cara atom-
atom dalam suatu senyawa membentuk suatu susunan atau berikatan. Teori yang paling berhasil
pada waktu itu adalah teori rantai (chain theory) yang dirintis oleh Christian Wilhelm Blomstrand (1826-
1897) yang kemudian disempurnakan oleh muridnya Sophus Mads Jorgensen (1837-1924).
Jorgensen adalah professor kimia pada salah satu universitas di Kopenhagen.
Menurut Blomstrand dan Jorgensen didalam senyawa kompleks, jumlah NH3 yang terikat pada atom
logam tergantung pada valensi logam. Misalnya, atom logam yang memiliki valensi tiga, seperti kobalt,
dapat mengikat tiga buah NH3 apabila tidak ada atom lain yang didikat oleh atom kobalt tersebut.
Jorgensen membuat beberapa ketentuan berkaitan dengan kereaktifan atom-atom dan gugus-gugus
yang terdapat dalam senyawa kompleks sebagai berikut. Untuk senyawa kompleks yang
mengandung halogen, atom halogen dibagi dua macam, yaitu atom halogen lebih dekat (nearer
halogen) dan atom halogen lebih jauh (farther halogen). Atom hydrogen farther dapat diendapkan
sebagai perak halide apabila larutan senyawa kompleks yang mengandung halogen ditambah dengan
larutan perak nitrat., sedangkan atom hydrogen nearer tidak dapat diendapkan. Atom halogen farther
tidak terikat langsung pada atom logam, sedangkan atom halogen nearer terikat langsung pada atom
logam.
Struktur yang diajukan oleh Jorgensen adalah tidak cocok dengan fakta-fakta eksperimen yang ada.
Mungkin dia merupakan salah satu pengikut aliran valensi konstan sehingga tidak berani mengajukan
struktur dengan tiga atom halogen dan satu atom nitrogen terikat pada atom kobalt karena bila
demikian maka valensi dari atom kobalt adalah 4. ketidakcocokan struktur yang diajukan oleh
Jorgensen dengan fakta eksperimen mendorong untuk munculnya teori baru yang mampu
menjelaskan semua fakta eksperimen secara lebih baik. Teori tersebut adalah teori koordinasi dari
Werner.
d. Teori Koordinasi Werner
Alfred Werner merupakan salah satu pakar kimia yang merupakan pesaing dalam Jorgensen dalam
mengemukakan konstitusi atom-atom dalam suatu senyawa kompleks atau struktur senyawa
kompleks. Dia sangat terkesan dengan fakta eksperimen berkaitan dengan senyawa-senyawa
kompleks dari CoCl3 denga ligan NH3, khususnya senyawa kompleks CoCl3?3NH3. Cukup lama waktu
yang dia habiskan untuk memecahkan masalah itu sampai akhirnya pada akhir tahun 1892, sekitar
jam 02.00 pagi, dia terbangun dari tidurnya setelah ia mendapat ilham dalam mimpinya yang dating
padanya secepat kilat, sewaktu dia tidur, tentang konstitusi atom-atom dalam senyawa kompleks dari
CoCl3 dengan NH3. berdasarkan ilham yang dia peroleh, Werner langsung menganalisis konstitusi
semua senyawa kompleks dari CoCl3 dengan NH3 dan etilenadiamina, serta senyawa-senyawa
kompleks lainnya, lalu hasil analisisnya ditulis dalam bentuk artikel. Werner menulis artikelnya dengan
sekuat kemampuannya dan tanpa adanya interupsi, sehingga artikel itu dapat diselesaikan pada jam
17.00 hari berikutnya. Jadi, Werner berhasil menyelesaikan analisis dan menuangkannya dalam
bentuk tulisan dalam waktu hanya 39 jam. Artikel tersebut berjudul : “Beitrag zur Konstitution
Anorganischer Verbindungen”, yang berarti “Kontribusi terhadap Konstitusi senyawa-senyawa
Anorganik”. Artikel ini merupakan artikel paling masyhur dari semua artikel yang ditulis oleh Werner.
Artikel inilah yang akhirnya menjadi landasan untuk munculnya teori koordinasi Werner. Teori
koordinasi Werner muncul sebelum ditemukannya elektron oleh J. J Thompson pada tahun 1896.
Dalam teori koordinasi, Werner mempostulasikan adanya dua macam valensi, yaitu valensi primer
dan valensi sekunder. Dua macam valensi ini hanya dimiliki oleh atom logam dalam senyawa
kompleks. Valensi primer dari suatu atom logam hanya dapat dipenuhi oleh anion. Valensi sekunder
disebut juga dengan bilangan koordinasi. Valensi sekunder dapat dipenuhi oleh anion atau molekul
netral. Lebih lanjut Werner mengemukakan bahwa valensi sekunder dari suatu atom logam adalah
diarahkan pada posisi tertentu dalam ruang disekitar atom logam yang disebut sebagai atom pusat.
Atom pusat dengan anion atau molekul netral yang terikat pada atom pusat tersebut membentuk suatu
kompleks. Kompleks yang atom pusatnya memiliki bilangan koordinasi empat struktur khasnya adalah
tetrahedral atau bujur sangkar. Dalam larutan pada umumnya kompleks ini terdapat sebagai partikel-
partikel diskrit.

Anda mungkin juga menyukai