Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut definisi kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa.

Proses-proses semacam ini disebut reaksi netralisasi. Definisi ini adalah benar,

dalam artian bahwa jika sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen dicampur,

dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-

ciri khas suatu asam ataupun basa. Beberapa garam dapat mengkristal dari

larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh

antara lain CuSO4.5H2O, FeSO4.7H2O dan Al2(SO4)3.9H2O. Bentuk struktur

dalam kristal terdiri dari kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+,

dan SO4(H2O)2- dalam CuSO4.5H2O. Selain itu banyak pula dijumpai ion-ion

kompleks stabil yang dibentuk oleh ion logam transisi dengan molekul atau ion

yang terikat lebih kuat daripada molekul air. Sebagai contoh [Co(NH3)6]3+ dan

[Fe(CN)6]3-. Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa

koordinasi atau garam kompleks, misalnya neksamin cobalt (III) klorida,

CO(NH4)6 Cl3 dan kalium heksasianoferrat (III), K3Fe(CN)6.

Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau atom

donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen koordinasi

dengan suatu atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan

atom pusatnya sendiri bertindak sebagai akseptor donor pasangan elektron

tersebut. Ikatan yang terbentuk antara ligan dan atom pusat adalah ikatan

koordinasi.
2

Garam rangkap dan garam kompleks yang dibuat dalam pelarut air dan

terionisasi menjadi ion yang tidak sama persis jenisnya sehingga kedua jenis

garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda. Pembuatan garam kompleks

terbentuk dari ion atom pusat dan saling mengkompleks sehingga membentuk

senyawa kompleks sehingga membentuk warna yang menjadi ciri khas senyawa

kompleks. Pembuatan garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal

bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Berdasarkan uraian diatas,

maka perlu dilakukan percobaan pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga

(II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dan garam rangkap ammonium tembaga

(II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH)4.6H2O untuk mengetahui sifat-sifat dan

teknik pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari pembuatan dan sifat-

sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraammin

tembaga (II) sulfat monohidrat.

1.3 Prinsip Dasar

Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu pembuatan garam kompleks dengan

tetraammin tembaga (II) sulfat monohidarat yang terbentuk dari ion logam transisi

dan pembuatan garam rangkap dengan kupri ammonium sulfat yang mengkristal

secara bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam

Setiap garam memiliki ion lawannya, dan reaksi asam basa melibatkan ion-

ion ini. Dalam reaksi netralisasi khas seperti antara HCl dan NaOH, HCl +

NaOH → NaCl + H2O asam basa garam air. Selain air, terbentuk NaCl dariion

khlorida, ion lawan dari proton, dan ion natrium, ion lawan basa. Zat yang

terbentuk dalam netralisasi semacam ini disebut dengan garam. Asalkan reaksi

netralisasinya berlangsung dalam air, baik ion natrium dan ion khlorida berada

secara independen sebagai ion, bukan sebagai garam NaCl. Bila air diuapkan,

natrium khlorida akan tinggal (Takeuchi, 2006).

CuSO4.5H2O was one of the salts in which could not detected any

dispersion. Later Groendijk dan Gorter (unpublished measurements) found

dispersion phenomena in Cu(NH4)2.(SO4)2. 6H2O. The accuracy obtainable with

their apparatus however did not permit the dtermination of the characteristic

constants 𝛿 dan F. As the magnetic and caloric behaviour of copper salts at very

low temperatures presents soms interesting features we thought it justified to

repeat and extend these experiments. Owing to some improvements in the

experimental technique we succeeded in obtaining the relaxation constant of some

salts, albeit the accuracy was not very good. This is caused by the low

susceptibility of copper salts, the copper ion having only one spin.
4

“CuSO4.5H2O adalah salah satu garam yang tidak dapat mendeteksi adanya

dispersi. Kemudian Groendijk dan Gorter (pengukuran yang tidak dipublikasikan)

menemukan fenomena dispersi pada Cu(NH4)2.(SO4)2. 6H2O. Ketepatan yang

mereka peroleh bagaimanapun tidak memungkinkan penentuan konstanta

karakteristik 𝛿 dan F. Karena perilaku magnetik dan kalori garam tembaga pada

suhu sangnat rendah dari eksperimen. Karena beberapa perbaikan eksperimen

yang dilakukan akhirnya didapatkan konstanta dari beberapa garam, meskipun

ketepatannya tidak begitu baik. Hal ini disebabkan rendahnya penyerapan garam

tembaga, ion tembaga hanya memiliki satu putaran” (Broer & Kemperman, 1947).

Garam ammonium sulfat dapat terperangkap dalam pori zeolit dalam

bentuk (NH4)2.Ca(SO4)2. Impreknasi zeolit dalam larutan garam ammonium sulfat

seperti yang dilakukan dimaksudkan agar garam ammonium sulfat terdispersi ke

seluruh bagian struktur pori dan saluran zeolit secara merata, masuknya garam

ammonium sulfat ke seluruh bagian pori zeolit dapat terjadi dengan proses

adsorbsi,.difusi maupun migrasi. Penggunaan reaktan ammonium sulfat yang

berlebihan akan bergabung dengan garan yang terbentuk yaitu CaSO4 membentuk

garam rangkap (NH4)2Ca(SO4)2, sedangkan garam (NH4)2Ca(SO4)2 yang ada di

alam dikenal sebagai koktait (Taslimah,dkk, 2003).

2.2 Logam Tembaga

Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun

hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air,

hampr semua garam tembaga (III) biru oleh karena itu warna ion kompleks

koordinasi enam, Cu(H2O)6+2. Reaksi ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai
5

konsentrasi bergantung pada metodenya. Penambahab ion hidroksida kedalam

larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan 1 mL/

menit mengakibatkan terjadinya endapan glatin biru muda dari garam tembaga

(II) hidroksil sulfat, [CuSO4.nCu(OH)]2, bukan endapan Cu(OH)2. Reaksi

pengendapan terjadi sempurna pada pH=8, dan nilai n bervariasi bergantung pada

temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).

Copper like all metals forms coordination complexes with ligands too.

Copper (II) forms stable complexes with amino acids through chelating.

Sometimes Copper and amino acids form oxo complexes, which also feature

copper (III). With di- and tripeptides, purple-colored copper (III) complexes are

stabilized by the deprotonated amide ligands. Copper α amino acid complex

attracts attention of chemists because of its different kind of applications. In

Copper α amino acid complexes syntheses, the amino acid is first reacted with a

copper (II) ion and gives a stable square planar copper (II) complex.

Subsequently, the copper–amino acid complex is reacted with the amino acid

side-chain protecting reagent as the a-amino and a-carboxyl groups are bound to

copper (II); the protecting group selectively reacts with the side-chain functional

group of a given amino acid.

“Tembaga seperti semua logam membentuk kompleks koordinasi dengan

ligan juga. Tembaga (II) membentuk kompleks stabil dengan asam amino melalui

chelating. Kadang-kadang Tembaga dan asam amino membentuk kompleks okso,

yang juga memiliki tembaga (III). Dengan dua dan tiga peptida, tembaga

berwarna ungu (III) kompleks yang stabil terdeprotonasi oleh ligan amida.
6

Kompleks tembaga α asam amino menarik perhatian ahli kimia karena memiliki

jenis aplikasi yang berbeda. Pembuatan kompleks tembaga α asam amino,

pertama asam amino bereaksi dengan ion tembaga (II) dan membentuk tembaga

(II) kompleks stabil berbentuk persegi planar. Selanjutnya kompleks asam

tembaga-amino direaksikan dengan asam amino rantai samping untuk melindungi

reagen sebagai a-amino dan kelompok a-karboksil yang terikat dengan tembaga

(II); melindungi kelompok selektif bereaksi dengan kelompok fungsional rantai

samping dari asam amino tertentu” (Hakimi dan Aliabadi, 2012).

2.3 Senyawa Kompleks

Senyawa koordinasi selalu memiliki ion atau molekul kompleks, sehingga

senyawa koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata senyawa yang

dimaksudkan dalam senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah

berupa garam. Sehubungan dengan pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau

senyawa kompleks sering juga dinamakan garam kompleks. Perlu Anda ketahui,

ada dua kemungkinan garam yang akan terbentuk ketika dua garam sederhana

atau lebih dicampurkan secara stoikiometri, yaitu a). garam yang identitasnya

hilang ketika berada dalam larutan (pelarut air). Garam semacam ini dinamakan

garam rangkap (double salt), dan b). garam yang identitasnya tetap ketika berada

dalam larutan (pelarut air). Garam semacam ini dinamakan garam kompleks

(complex salt) (Rosbiono, 2012).

Senyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan

senyawa kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi

kation, seperti kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amonia, NH3,
7

atau karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang

stabil, semenatara ligan anionik, seperti Cl- atau C5H5-, distabilkan hanya jika

dikoordinasikan ke atom logam pusat (Saito, 2004).

2.4 Kristalisasi

Seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari

campuran bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida

yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa

(impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”.Bila

terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat yang

berlainan secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya komponen

garam yang relatif lebih murni. Dalam hal ini, proses kristalisasi tersebut disebut

dengan kristalisasi bertingkat (Purbani, 2008).

The crystallization of NaCl in droplets with repeated crystallization and

dissolution cycles has been studied previously by Desarnaud et al. They have

shown that with repeated cycles of crystallization and dissolution a small number

of nuclei form which grow to bigger sizes. Also, they have reported that with

more cycles higher supersaturation can be reached before nucleation and growth.

The salt ion concentration was calculated indirectly. For this purpose the

evaporation rate was calculated from the measured radius of the droplet using

microscopic images. Know- ing the time before nucleation and amount of salt, the

salt ion concentration was calculated. However, with the help of a specially

designed NMR set-up we can measure the salt ion concentration directly during

dynamic drying experiments.


8

“Kristalisasi NaCl dalam tetesan dengan kristalisasi dan pembubaran siklus

berulang telah dipelajari sebelumnya oleh Desarnaud et al. Mereka telah

menunjukkan bahwa dengan siklus berulang kristalisasi dan pembubaran sejumlah

kecil bentuk inti yang tumbuh hingga ukuran besar. Juga, mereka telah

melaporkan bahwa dengan siklus yang lebih jenuh yang lebih tinggi dapat dicapai

sebelum nukleasi dan pertumbuhan. Konsentrasi ion garam dihitung secara tidak

langsung. Untuk tujuan ini tingkat penguapan dihitung dari radius diukur dari

tetesan menggunakan gambar mikroskopis. Mengetahui waktu sebelum nukleasi

dan jumlah garam, konsentrasi ion garam dihitung. Bantuan yang dirancang

khusus NMR set-up kita dapat mengukur konsentrasi ion garam secara langsung

selama percobaan pengeringan dinamis” (Gupta, 2014).

Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak dibutuhkan

di industri. Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Kristal CuSO4.5H2O

berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan

asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk

kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa

dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh

dari larutan CuCl2 (Fitrony, dkk, 2013).


9

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan pembuatan garam kompleks dan garam rangkap dilaksanakan

pada hari Selasa, 21 November 2017 pukul 13:30 WITA - selesai. Bertempat di

Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi besar 3 buah, tabung reaksi kecil 3

buah, rak tabung1 buah, gelas ukur 50 mL, 10 mL 1 buah, gelas arloji 2 buah,

pipet skala 5 mL, 25 mL 1 buah, pemanas 1 set, pompa vakum 1 set, botol

semprot 1 buah, batang pengaduk 1 buah, cawan penguap 2 buah.

Bahan yang digunakan yaitu kristal kupri hidrat sulfat pentahidrat, kristal

ammonium sulfat, etil alkohol, larutan ammonia dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat

Dilarutan 2,495 gram CuSO4.5H2O dan 1,32 gram ammonium sulfat,

(NH4)SO4 dengan 10 mL aquades dalam grlas kimia 100 mL. Dipanaskan secara

perlahan-lahan sampai semua garam larut sempurna. Setelah itu, dibiarkan larutan

tersebut menjadi dingin pada temperature kamar sampai terbentuk kristal.

Dibiarkan semalam. Kemudian dilanjutkan pendinginan campuran ini dengan


10

water bath, kemudian didekantir untuk memisahkan kristal dari larutan. Lalu

dikeringkan kristal dalam kertas saring. Kristal yang diperoleh berbentuk

monoklin. Kemudian ditimbang kristal yang dihasilkan dan dicatat jumlah mol

reaktan dan mol kristal hasil. Kemudian dihitung persen hasilnya.

3.3.2 Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat


Cu(NH3)4SO4.H2O.

Ditempakan 4 mL larutan ammonia 15 M dan encerkan dengan 2,5 mL

aquades dalam penguapan. Lalu ditimbang 2,495 gram CuSO4.5H2O dan

tambahkan kristal tersebut kedalam ammonia dan diaduk sampai semua kristal

larut sempurna. Setelah itu, ditambahkan 8 mL etil alkohol secara perlahan-lahan

melalui gelas kimia sehingga larutan tertutupi alkohol. Jangan diaduk atau

digoyang dan dibiarkan selama semalam. Kemudian diaduk pelan-pelan untuk

mengendapkan secara sempurna. Dipisahkan kristal yang terbentuk dengan

didekantasi. Dipindahkan kertas kedalam kertas saring dan cuci dengan 3-5 mL

campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan

volumenya sama, dan dicuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 mL etil

alkohol. Disaring dengan pompa, selanjutnya ditimbang kristal kering yang

dihasilkan dan ditentukan berapa mol ammonianya.


11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Pengamatan

1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat

Tabel A.1 Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat

NO Perlakuan Pengamatan
1. 2.495 gram CuSO4.5H2O + 1.32 gram Larutan berwarna
(NH4)2SO4 + 10 mL aquades. biru
2. Dibiarkan larutam selama semalam Terbentuk Kristal
pada temperatur kamar warna biru
3. Kristal disaring menggunakan corong
Buchner
4. Kristal dikeringkan dalam pemanas
5. Kristal ditimbang 0.6553 gram

2. Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat


Cu(NH3)4 SO4.H2O.

Tabel A.2 Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4 SO4.H2O

No. Perlakuan Pengamatan


1. 4 mL NH3 15 M + 2.5 mL aquades larutan ammonia
berwarna bening
2. Larutan ammonia + 2.495 gram Larutan berwarna
CuSO4.5H2O biru tua
3. Ditambahkan 8 mL etil alcohol Terbentuk 2
lapisan
4. Didiamkan selama semalam Terbentuk kristal
biru tua
5. Kristal disaring
6. Kristal + 5 mL etil alkohol + 5 mL
ammonia 15 M
12

7. Krital dicuci lagi dengan 5 mL etil


alcohol
8. Kristal dikeringkan dalam pemanas

9. Kristal ditimbang 2.83 gram

4.1.2 Reaksi Kimia

Reaksi-reaksi yang terjadi adalah :

1. CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O → (NH4)2Cu(SO4) 2.6 H2O

2. CuSO4.5H2O + 4 NH4CH → Cu(NH4OH) SO4 + H2O

3. CuSO4.5H2O + 2 (NH4) 2SO4 → Cu(NH3)4 + (SO4) 3

4. CuSO4 + 4 H2O → (Cu(OH)4)2+ + SO42-

5. Cu(NH3)4(SO4) 3 → Cu2+ + 3 SO42- + 4 NH3

6. (NH4)2 Cu(SO4) 2→ 2 NH4+ + Cu2+ + 2 SO42-

7. Cu(NH3)4 SO4. H2O → [Cu(NH3)4] 2+ + SO42- + H2O

8. [Cu(H2O)5] SO4 + 4 NH3 → [Cu(NH3)4] SO4 + 5 H2O

4.2 Perhitungan

4.2.1 Garam Rangkap

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O

Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram

Berat (NH4)SO4 yang ditimbang = 1,32 gram

Berat kertas saring = 1,072 gram

Berat (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O + kertas saring = 1,7273 gram

Berat (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O = 1,7273 gram – 1,072 gram

= 0,6553 gram
13

Berat garam rangkap secara teoritis

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O

Mol CuSO4.5H2O  mol (NH4)2SO4  (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O

gram CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = Mr CuSO4.5H2O

2,495 gram
= 249,5 gram/mol

= 0,01 mol

gram(NH4)2SO4
Mol (NH4)2SO4 = Mr (NH4)2SO4

1,32
= = 0,01 mol
132

Reaksi :

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 → (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O

M 0,01 mol 0,01 mol

T 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol

S 0 0 0,01 mol

Massa teoritis = mol (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O x Mr (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O

= 0,01 mol x 399,5 gram/mol

= 3,995 gram

berat kristal hasil praktek


Rendemen = x 100%
berat kristal teoritas

0,6553 gram
= x 100%
3,995

= 0,164 x 100 %

= 16,4 %
14

4.2.2 Garam Kompleks

CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)4SO4.H2O

Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram

Berat NH4OH yang dipakai = 4 mL

Berat kertas saring = 1,072 gram

Berat kristal + kertas saring = 3,9102 gram

Berat Kristal garam rangkap = 3,9102 gram – 1,072 gram

= 2,838 gram

Berat garam kompleks secara teoritis

CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)4SO4.H2O

Mol CuSO4.5H2O  mol NH4OH  Cu(NH3)4SO4.H2O

gram CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = Mr CuSO4.5H2O

2,495 gram
= 249,5 gram/mol

= 0,01 mol

Mol NH4OH = M NH4OH x V NH4OH

= 15 M x 4 mL

= 60 mmol = 0,6 mol

Reaksi :

CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)4SO4.H2O

M 0,01 mol 0,6 mol

T 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol

S 0 0,59 mol 0,01 mol


15

Massa teoritis = mol Cu(NH3)4SO4.H2O Mr Cu(NH3)4SO4.H2O

= 0,01 mol x 245,5 gram/mol

= 2,455 gram

berat kristal hasil praktek


Rendemen = x 100 %
berat kristal teoritas

2,838
= x 100 %
2,455

= 1,156 x 100 %

= 115,6 %

4.3 Pembahasan

Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, prosesnya disebut

netralisasi di mana sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen dicampurkan

dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal suatu kristal yang tidak

memiliki ciri-ciri suatu asam atau basa. Garam dapat mengkristal dari larutannya

dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Garam juga memiliki

senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion),

sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Komponen kation dan

anion ini dapat berupa senyawa anorganik dan bisa juga berupa senyawa organik

serta ion monoatomik.

Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa

koordinasi atau garam kompleks. Garam kompleks berbeda dengan garam

rangkap, garam rangkap merupakan perpaduan dari suatu senyawa koordinasi

yang terikat oleh sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap terbentuk apabila

dua garam mengkristal secara bersama-sama dengan perbandingan molekul


16

tertentu. Garam-garam itu memiliki instruktur sendiri dan tidak harus sama

dengan instruktur garam komponennya. Pada percoaan ini garam rangkap yang

dibuat adalah Cu(NH4)2(SO4)2. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara

CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O

berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna

putih.

Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang

berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran

yang kurang sempurna (heterogen) namun setelah pemanasan, kekeruhan tersebut

berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen berwarna biru. Air

mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion

untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya

pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap

berupa satu spesies ion.

Garam kompleks dan garam rangkap dibuat dari tembaga yang berasal dari

CuSO4.5H2O. Ion tembaga(II) memiliki satu elektron yang tidak berpasangan

pada orbital d dan diharapkan dapat membentuk kompleks spin tinggi. Pada

percobaan ini garam kompleks dibuat dengan CuSO4.5H2O yang direaksikan

dengan amonia, sehingga senyawa CuSO4.5H2O mengikat pasangan elektron

bebas dari amonia dan membentuk garam koordinasi atau garam kompleks.

Adanya penambahan dari ammonia ini bertujuan untuk membentuk ligan amin

(NH3) pada kompleks yang akan terbentuk. Hasil reaksi ini, ditambahkan etanol

sebagai penghambat penguapan agar larutan tidak habis menguap. Selain itu,
17

larutan yang akan membentuk kristal tersebut agar tidak terlalu digoyang-

goyangkan, hal ini dikarenakan agar larutan cepat membentuk kristal. proses

pendinginan ditambah etanol, bertujuan untuk mencegah terjadinya penguapan

serta membantu proses pembentukan kristal.

Garam rangkap kupri ammonium sulfat yang didapatkan berupa kristal

monoklin berwarna biru seberat 0,6553 gram. Warna biru pada kristal-kristal

tersebut merupakan warna dari ion Cu2+ yang menjadi salah satu komponen

pembentuk garam rangkap tersebut. Rendemen yang diperoleh sebesar 16,40%.

Garam kompleks dihasilkan dengan cara mereaksikan garam CuSO4.5H2O

yang berwarna biru dengan larutan NH3 yang telah diencerkan dengan aquades.

Reaksi senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat.

Larutan ditutup dengan etanol melalui dinding gelas kimia. Penetesan alkohol

melalui dinding tabung dimaksudkan agar etanol berada pada permukaan dan

tidak menyebabkan terjadinya pengadukan pada campuran. Endapan berupa

kristal yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci dengan ammonia 15 M dan

etanol. Pencucian dilakukan untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang

tidak diinginkan. Garam kompleks yang diperoleh berwarna ungu. Kemudian

disaring, didapatkan berat kristalnya adalah sebesar 2,83 gram. Rendemen yang

diperoleh sebesar 115,6%. Hal yang menyebabkan randemen dari garam

kompleks melampaui batas karena kesalahan atau ketidak telitian praktikan saat

mengeringkan kristal yang dihasilakan sehingga saat penimbangan kristal

tersebut masi belum benar-benar kering dan hal tersebut berpengaruh terhadap

berat kristal yang diperoleh.


18

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa

garam rangkap kupri ammonium sulfat dibuat dengan cara mereaksikan

CuSO4.5H2O dengan ammonium sulfat. Kristal garam rangkap kupri ammonium

sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 0.6553 gram dan

rendemennya 16,40 %. Sedangkan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat

monihidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dibuat dengan cara mereaksikan CuSO4.5H2O

dengan ammonia dan etanol. Kristal yang dihasilkan sebesar 2,838 gram dengan

rendemen sebesar 115,6%.

5.2 Saran

Saran saya pada pecobaan ini yaitu sebaiknya pada saat pemanasan suhu

tidak terlalu tinggi agar ammonia tidak menguap dan dipastikan garam larut

sempurna. Selain itu saat pendiaman larutan jagan digoyang atau diaduk agar

terbentuk kristal seperti yang diinginkan.


19

DAFTAR PUSTAKA

Broer, L.J.F. and Kemperman J. 1947. Paramagnetic Dispersion In Some Copper

An Silver Salts. Physica, 13(8).

Fernanda, Rosa Alves and Watson Loh. 2011. Vesicles prepared with the complex

salts dioctadecyldimethylammonium polyacrylates. Journal of Colloid and

Interface Science.

Fitrony, Rizqy F., Lailatul Q., dan Mahfud. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga

Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal

Teknik Pomits 2(1).

Gupta Sonia, Leo, Pet., Kopingan, Klaas. 2014. Crystallization behavior of NaCl

droplet during repeated rystallization and dissolution cycles: An NMR

study. journal or crystal growth.

Hakimi, Mohammad dan Aliabadi Tahereh Saberi, 2012. Coordination Chemistry

of Copper α- Amino Acid Complexes. World Applied Programming

Journal, Vol (2), Issue (10).

Purbani Dini. 2008. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Departemen

Kelautan dan Perikanan.

Rosbiono, Momo. 2012. Terminologi – Karakteristik – Metode Pendeteksian –

Aplikasi, Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi.

Modul Kimia Anorganik.

Saito, Taro, 2004. Buku Teks Kimia Anorgamik Online. Kanagawa University.

Tokyo.
20

Sugiarto Kristian H, dan Suyanti Retno D. 2010. Kimia Anorganik Logam.

Yogyakarta.

Takeuchi Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia. Muki Kagaku. Tokyo

Taslimah, Muharam S., dan Sumardjo D. 2003. Pemerangkapan Garam

Ammonium Sulfat Dalam Zeolit. JSKA, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai