BAB I
PENDAHULUAN
Menurut definisi kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa.
Proses-proses semacam ini disebut reaksi netralisasi. Definisi ini adalah benar,
dalam artian bahwa jika sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen dicampur,
dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-
ciri khas suatu asam ataupun basa. Beberapa garam dapat mengkristal dari
larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh
dalam kristal terdiri dari kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+,
dan SO4(H2O)2- dalam CuSO4.5H2O. Selain itu banyak pula dijumpai ion-ion
kompleks stabil yang dibentuk oleh ion logam transisi dengan molekul atau ion
yang terikat lebih kuat daripada molekul air. Sebagai contoh [Co(NH3)6]3+ dan
Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau atom
dengan suatu atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan
tersebut. Ikatan yang terbentuk antara ligan dan atom pusat adalah ikatan
koordinasi.
2
Garam rangkap dan garam kompleks yang dibuat dalam pelarut air dan
terionisasi menjadi ion yang tidak sama persis jenisnya sehingga kedua jenis
terbentuk dari ion atom pusat dan saling mengkompleks sehingga membentuk
senyawa kompleks sehingga membentuk warna yang menjadi ciri khas senyawa
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari pembuatan dan sifat-
sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraammin
Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu pembuatan garam kompleks dengan
tetraammin tembaga (II) sulfat monohidarat yang terbentuk dari ion logam transisi
dan pembuatan garam rangkap dengan kupri ammonium sulfat yang mengkristal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Garam
Setiap garam memiliki ion lawannya, dan reaksi asam basa melibatkan ion-
ion ini. Dalam reaksi netralisasi khas seperti antara HCl dan NaOH, HCl +
NaOH → NaCl + H2O asam basa garam air. Selain air, terbentuk NaCl dariion
khlorida, ion lawan dari proton, dan ion natrium, ion lawan basa. Zat yang
terbentuk dalam netralisasi semacam ini disebut dengan garam. Asalkan reaksi
netralisasinya berlangsung dalam air, baik ion natrium dan ion khlorida berada
secara independen sebagai ion, bukan sebagai garam NaCl. Bila air diuapkan,
CuSO4.5H2O was one of the salts in which could not detected any
their apparatus however did not permit the dtermination of the characteristic
constants 𝛿 dan F. As the magnetic and caloric behaviour of copper salts at very
salts, albeit the accuracy was not very good. This is caused by the low
susceptibility of copper salts, the copper ion having only one spin.
4
“CuSO4.5H2O adalah salah satu garam yang tidak dapat mendeteksi adanya
karakteristik 𝛿 dan F. Karena perilaku magnetik dan kalori garam tembaga pada
ketepatannya tidak begitu baik. Hal ini disebabkan rendahnya penyerapan garam
tembaga, ion tembaga hanya memiliki satu putaran” (Broer & Kemperman, 1947).
seluruh bagian struktur pori dan saluran zeolit secara merata, masuknya garam
ammonium sulfat ke seluruh bagian pori zeolit dapat terjadi dengan proses
berlebihan akan bergabung dengan garan yang terbentuk yaitu CaSO4 membentuk
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air,
hampr semua garam tembaga (III) biru oleh karena itu warna ion kompleks
koordinasi enam, Cu(H2O)6+2. Reaksi ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai
5
larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan 1 mL/
menit mengakibatkan terjadinya endapan glatin biru muda dari garam tembaga
pengendapan terjadi sempurna pada pH=8, dan nilai n bervariasi bergantung pada
temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan (Sugiyarto dan Suyanti, 2010).
Copper like all metals forms coordination complexes with ligands too.
Copper (II) forms stable complexes with amino acids through chelating.
Sometimes Copper and amino acids form oxo complexes, which also feature
copper (III). With di- and tripeptides, purple-colored copper (III) complexes are
Copper α amino acid complexes syntheses, the amino acid is first reacted with a
copper (II) ion and gives a stable square planar copper (II) complex.
Subsequently, the copper–amino acid complex is reacted with the amino acid
side-chain protecting reagent as the a-amino and a-carboxyl groups are bound to
copper (II); the protecting group selectively reacts with the side-chain functional
ligan juga. Tembaga (II) membentuk kompleks stabil dengan asam amino melalui
yang juga memiliki tembaga (III). Dengan dua dan tiga peptida, tembaga
berwarna ungu (III) kompleks yang stabil terdeprotonasi oleh ligan amida.
6
Kompleks tembaga α asam amino menarik perhatian ahli kimia karena memiliki
pertama asam amino bereaksi dengan ion tembaga (II) dan membentuk tembaga
reagen sebagai a-amino dan kelompok a-karboksil yang terikat dengan tembaga
senyawa koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata senyawa yang
dimaksudkan dalam senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah
berupa garam. Sehubungan dengan pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau
senyawa kompleks sering juga dinamakan garam kompleks. Perlu Anda ketahui,
ada dua kemungkinan garam yang akan terbentuk ketika dua garam sederhana
atau lebih dicampurkan secara stoikiometri, yaitu a). garam yang identitasnya
hilang ketika berada dalam larutan (pelarut air). Garam semacam ini dinamakan
garam rangkap (double salt), dan b). garam yang identitasnya tetap ketika berada
dalam larutan (pelarut air). Garam semacam ini dinamakan garam kompleks
senyawa kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi
kation, seperti kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amonia, NH3,
7
atau karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang
stabil, semenatara ligan anionik, seperti Cl- atau C5H5-, distabilkan hanya jika
2.4 Kristalisasi
yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa
garam yang relatif lebih murni. Dalam hal ini, proses kristalisasi tersebut disebut
dissolution cycles has been studied previously by Desarnaud et al. They have
shown that with repeated cycles of crystallization and dissolution a small number
of nuclei form which grow to bigger sizes. Also, they have reported that with
more cycles higher supersaturation can be reached before nucleation and growth.
The salt ion concentration was calculated indirectly. For this purpose the
evaporation rate was calculated from the measured radius of the droplet using
microscopic images. Know- ing the time before nucleation and amount of salt, the
salt ion concentration was calculated. However, with the help of a specially
designed NMR set-up we can measure the salt ion concentration directly during
kecil bentuk inti yang tumbuh hingga ukuran besar. Juga, mereka telah
melaporkan bahwa dengan siklus yang lebih jenuh yang lebih tinggi dapat dicapai
sebelum nukleasi dan pertumbuhan. Konsentrasi ion garam dihitung secara tidak
langsung. Untuk tujuan ini tingkat penguapan dihitung dari radius diukur dari
dan jumlah garam, konsentrasi ion garam dihitung. Bantuan yang dirancang
khusus NMR set-up kita dapat mengukur konsentrasi ion garam secara langsung
berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan
asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk
kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa
dibuat dari tembaga bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh
BAB III
METODE PRAKTIKUM
pada hari Selasa, 21 November 2017 pukul 13:30 WITA - selesai. Bertempat di
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi besar 3 buah, tabung reaksi kecil 3
buah, rak tabung1 buah, gelas ukur 50 mL, 10 mL 1 buah, gelas arloji 2 buah,
pipet skala 5 mL, 25 mL 1 buah, pemanas 1 set, pompa vakum 1 set, botol
Bahan yang digunakan yaitu kristal kupri hidrat sulfat pentahidrat, kristal
(NH4)SO4 dengan 10 mL aquades dalam grlas kimia 100 mL. Dipanaskan secara
perlahan-lahan sampai semua garam larut sempurna. Setelah itu, dibiarkan larutan
water bath, kemudian didekantir untuk memisahkan kristal dari larutan. Lalu
monoklin. Kemudian ditimbang kristal yang dihasilkan dan dicatat jumlah mol
tambahkan kristal tersebut kedalam ammonia dan diaduk sampai semua kristal
melalui gelas kimia sehingga larutan tertutupi alkohol. Jangan diaduk atau
didekantasi. Dipindahkan kertas kedalam kertas saring dan cuci dengan 3-5 mL
volumenya sama, dan dicuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 mL etil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
NO Perlakuan Pengamatan
1. 2.495 gram CuSO4.5H2O + 1.32 gram Larutan berwarna
(NH4)2SO4 + 10 mL aquades. biru
2. Dibiarkan larutam selama semalam Terbentuk Kristal
pada temperatur kamar warna biru
3. Kristal disaring menggunakan corong
Buchner
4. Kristal dikeringkan dalam pemanas
5. Kristal ditimbang 0.6553 gram
Tabel A.2 Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4 SO4.H2O
4.2 Perhitungan
= 0,6553 gram
13
gram CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = Mr CuSO4.5H2O
2,495 gram
= 249,5 gram/mol
= 0,01 mol
gram(NH4)2SO4
Mol (NH4)2SO4 = Mr (NH4)2SO4
1,32
= = 0,01 mol
132
Reaksi :
S 0 0 0,01 mol
= 3,995 gram
0,6553 gram
= x 100%
3,995
= 0,164 x 100 %
= 16,4 %
14
= 2,838 gram
gram CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = Mr CuSO4.5H2O
2,495 gram
= 249,5 gram/mol
= 0,01 mol
= 15 M x 4 mL
Reaksi :
= 2,455 gram
2,838
= x 100 %
2,455
= 1,156 x 100 %
= 115,6 %
4.3 Pembahasan
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, prosesnya disebut
netralisasi di mana sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen dicampurkan
dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal suatu kristal yang tidak
memiliki ciri-ciri suatu asam atau basa. Garam dapat mengkristal dari larutannya
dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Garam juga memiliki
senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion),
anion ini dapat berupa senyawa anorganik dan bisa juga berupa senyawa organik
yang terikat oleh sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap terbentuk apabila
tertentu. Garam-garam itu memiliki instruktur sendiri dan tidak harus sama
dengan instruktur garam komponennya. Pada percoaan ini garam rangkap yang
dibuat adalah Cu(NH4)2(SO4)2. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara
putih.
berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran
mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion
pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap
Garam kompleks dan garam rangkap dibuat dari tembaga yang berasal dari
pada orbital d dan diharapkan dapat membentuk kompleks spin tinggi. Pada
bebas dari amonia dan membentuk garam koordinasi atau garam kompleks.
Adanya penambahan dari ammonia ini bertujuan untuk membentuk ligan amin
(NH3) pada kompleks yang akan terbentuk. Hasil reaksi ini, ditambahkan etanol
sebagai penghambat penguapan agar larutan tidak habis menguap. Selain itu,
17
larutan yang akan membentuk kristal tersebut agar tidak terlalu digoyang-
goyangkan, hal ini dikarenakan agar larutan cepat membentuk kristal. proses
monoklin berwarna biru seberat 0,6553 gram. Warna biru pada kristal-kristal
tersebut merupakan warna dari ion Cu2+ yang menjadi salah satu komponen
yang berwarna biru dengan larutan NH3 yang telah diencerkan dengan aquades.
Larutan ditutup dengan etanol melalui dinding gelas kimia. Penetesan alkohol
melalui dinding tabung dimaksudkan agar etanol berada pada permukaan dan
kristal yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci dengan ammonia 15 M dan
disaring, didapatkan berat kristalnya adalah sebesar 2,83 gram. Rendemen yang
kompleks melampaui batas karena kesalahan atau ketidak telitian praktikan saat
tersebut masi belum benar-benar kering dan hal tersebut berpengaruh terhadap
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 0.6553 gram dan
dengan ammonia dan etanol. Kristal yang dihasilkan sebesar 2,838 gram dengan
5.2 Saran
Saran saya pada pecobaan ini yaitu sebaiknya pada saat pemanasan suhu
tidak terlalu tinggi agar ammonia tidak menguap dan dipastikan garam larut
sempurna. Selain itu saat pendiaman larutan jagan digoyang atau diaduk agar
DAFTAR PUSTAKA
Fernanda, Rosa Alves and Watson Loh. 2011. Vesicles prepared with the complex
Interface Science.
Fitrony, Rizqy F., Lailatul Q., dan Mahfud. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga
Gupta Sonia, Leo, Pet., Kopingan, Klaas. 2014. Crystallization behavior of NaCl
Saito, Taro, 2004. Buku Teks Kimia Anorgamik Online. Kanagawa University.
Tokyo.
20
Yogyakarta.
Takeuchi Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia. Muki Kagaku. Tokyo