Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,

dan oksigen. Contoh glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa (C6H10O5)n.

Karena komposisi yang demikian, senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat

karbon, tetapi sejak 1880, senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari

karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula.

Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula.

Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai suatu

polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Contoh: glukosa yang merupakan

polihidroksi aldehid karena mempunyai satu gugus aldehida dan 5 gugus hidroksil

(OH).

Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan

dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering dalam bahan

makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji, buah dan akar

tumbuhan. karbohidrat dibentuk dari air (H2O) berasal dari tanah, karbondioksida

(CO2) berasal dari udara dan energi berasal dari matahari. Suatu reaksi kimiawi

sederhana yang memperlihatkan suatu karbohidrat (glukosa) disintesis oleh

fotosintesis dalam tumbuh-tumbuhan adalah 6CO2 + 6H2O + 673 cal  C6H12O6 + 6

O2. Karbohidrat bersama seyawa lemak dan protein memegang peranan dasar bagi
kehidupan di bumi. Selain itu karbohidrat juga menjadi komponen stuktur penting

pada mahluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektim, serta lignin.

Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh (Sumardjo dan

Damin, 2009).

Manusia tidak dapat terlepas dari peranan karbohidrat dalam melaksanakan

aktivitasnya. Berbagai sumber makanan seperti beras dan jagung merupakan sumber

karbohidrat utama. Karbohidrat yang berasal dari makanan di dalam tubuh

mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain

glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang

disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber

energi. Energi yang terkandung dalam karbohidrat itu pada dasarnya berasal dari

energi matahari. Karbohidrat dalam hal ini glukosa dibentuk dari karbon dioksida dan

air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Selanjutnya glukosa yang

terjadi diubah menjadi amilum dan disimpan pada bagian lain, misalnya pada buah

atau umbi. Zat tersebut terbentuk oleh proses fotosintesis, yang melibatkan kegiatan

sinar matahari terhadap hijauan daun.

Berbagai senyawa yang termasuk kelompk karbohidrat mempunyai molekul

yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang memiliki

berat molekul 90 hingga senyawa yang memiliki berat molekul 500.000 bahkan lebih.

Berbagai senyawa tersebut dibagi kedalam tiga golongan, yaitu golongan

monosakarida, golongan olisakarida, dan golongan polisakarida. Monosakarida terdiri


atas beberapa atom saja dan tidak dapat diuraikan secara hidrolisis dalam kondisi

lunak menjadi karbohidrat lain.(Supriyanti, dkk, 2005).

Karbohidrat dan senyawa turunannya banyak sekali terdapat dalam makanan

sehari-hari yang kita konsumsi. Namun, tidak pernah secara jelas terlihat oleh kasat

mata. Maka dari itu, pada praktikum ini akan dilakukan pengujian terhadap bahan

pangan yaitu tepung terigu, sagu, ubi jalar dan glukosa menggunakan uji molisch dan

uji barfoed dapat dilakukan untuk identifikasi karbohidrat secara umum.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat

dalam suatu bahan pangan atau larutan serta untuk mengetahui mengetahui adanya

gula monosakarida pereduksi dalam bahan pangan.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan yaitu:

1. Uji Molisch yaitu berdasarkan penambahan asam sulfat pekat sebagai pereaksi

yang akan menghidrolisis ikatan glikolisis turunan senyawa sulfat dengan

penambahan α-naftol yang menghasilkan senyawa kompleks berwarna yaitu cincin

berwarna ungu.

2. Uji barfoed Berdasarkan adanya gugus karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam

suasana asam membentuk Cu2O (endapan warna merah bata).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia selain protein dan

lemak. Karbohidrat yang mempunyai rumus empiris (CH2O)n ini juga mempunyai

peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,

warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk

mencegah tibulnya pemecahan pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan

mineral dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Di alam,

karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui

proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berkrolofil. Sebagian besar bahan-bahan

nabati yang merupakan sumber karbohidrat diperoleh dari serelia, umbi-umbian, dan

batang tanaman misalnya sagu. Sumber karbohidrat yang merupakan bahan makanan

pokok di berbagai daerah di Indonesia adalah biji-bijian, khususnya beras dan jagung

(Risnoyatiningsih, 2011).

Andarwulan, dkk, (2011) yang dikutip oleh Kusbandari (2015) karbohidrat

adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C),

hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan atom-atom tersebut dan ikatannya

membedakan karbohidrat satu dengan yang lainnya, sehingga ada karbohidrat yang

masuk kelompok struktur sederhana seperti monosakarida dan disakarida dan dengan
struktur kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa.

Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi- reaksi warna yang

dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam asam-asam kuat dengan

berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari

gugusan hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti asam

sulfat, hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat menghasilkan pembentukan produk

terurai yang berwarna. Beberapa analisis kualitatif karbohidrat yang sering dilakukan

adalah uji Molish, uji Seliwanof, uji Antrone, dan uji Fenol.

Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu

karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas

monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang

terbentuk dari dua monosa yang dapat saling terikat, dan oligosakarida yaitu gula

rantai pendek yang dibentuk olh galaktosa, glukosa dan fruktosa. Karbohidrat

kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan

monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati (Siregar, 2014).

2.2 Uji Barfoed

Menurut (Bintang, 2010) yang dikutip oleh Nurjannah (2017) Uji Barfoed

digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan monosakarida produksi

pada tetes tebu. Uji Barfoed mengandung kupri asetat yang dilarutkan dalam akuades

dan ditambahkan dengan asam laktat. Pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida daripada disakarida dan

menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.

2.3 Glukosa

Glukosa adalah monosakarida dengan rumus kima C6H12O6 terdapat sebagai

glikosida di dalam tubuh binatang, sebagai disakarida-disakarida dan polisakarida-

polisakarida di dalam tubuh tumbuh-tumbuhan. Glukosa dapat dihasilkan melalui

hidrolisis polisakarida atau disakarida, baik dengan asam maupun dengan enzim.

Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, dan proses pembuatannya dapat dihidrolisa

dengan asam maupun enzim. Dalam proses hidrolisa, karbohidrat diubah menjadi

gula larut dalam air dilakukan dengan penambahan air dan asam kemudian dilakukan

proses peruraian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan

yaest/ragi. Glukosa adalah suatu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai

sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan..Analisa kualitatif glukosa dengan uji

molisch, uji barfoed, uji benedict,uji seliwanoff dan uji Iodin. Sedangkan uji

kuantitatif dengan metode luff schoorl (Yusrin dan Ana, 2010).

2.4 Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu umbi penting di seluruh

dunia dengan produksi lebih dari 133 juta ton, dikonsumsi oleh berjuta manusia, serta

termasuk ke dalam tujuh tumbuhan penting sumber karbohidrat setelah gandum,

beras, jagung, kentang, barley dan singkong (Waramboi, dkk., 2011). Selain

karbohidrat sebagai kandungan utamanya, ubi jalar mengandung vitamin, mineral,


fitokimia (antioksidan: β-karoten, Antosianin) dan serat (pektin, selulosa,

hemiselulosa) (Mahmudatussa’adah, 2014).

2.5 Sagu

Sagu (Metroxylon sp.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan dengan

kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, selain itu keberadaannya juga cukup

melimpah di Indonesia. Dengan potensi produksi sagu yang cukup tinggi tersebut

maka sagu sebagai sumber karbohidrat sangat cocok untuk mengganti beras sebagai

makanan pokok (Rahim, 2009). Menurut (Lay et al., 1998) yang dikutip oleh

Rahman, dkk (2016) bahwa Pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan sudah sejak

lama dikenal oleh penduduk di daerah penghasil sagu, baik di Indonesia maupun di

luar negeri seperti Papua Nugini. Produk-produk makanan sagu tradisional dikenal

dengan nama papeda, sagu lempeng, sagu tutupala, sagu uha dan bagea. Selain itu

sagu dapat digunakan untuk bahan pangan yang lebih komersial seperti roti, biskuit,

mie, kerupuk, bihun, dan sebagainya.

2.6 Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan gandum

(T. sativum) yang tersusun oleh 67-70 % karbohidrat, 10-14 % protein, dan 1-3 %

lemak (Riganakos and Kontominas, 1995). Menurut Damodaran and Paraf (1997)

pada sebagaian besar produk makanan, pati terigu terdapat dalam bentuk granula

kecil (1-40 m) dan dalam suatu sistem, contohnya adonan, pati terigu terdispersi

dan berfungsi sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk suatu
jaringan yang saling berikatan (continous) pada adonan dan bertanggung jawab

sebagai komponen yang membentuk viscoelastik. Menurut Fennema (1996), yang

dikutip oleh Fitasari (2009) sekitar 30% asam amino gluten adalah hidrofobik dan

asam-asam amino tersebut dapat menyebabkan protein mengumpul melalui interaksi

hidrofobik serta mengikat lemak dan substansi non polar lainnya. Ketika tepung

terigu tercampur dengan air, bagian-bagian protein yang mengembang melakukan

interaksi hidrofobik dan reaksi pertukaran sulfydryl-disulfide yang menghasilkan

ikatan seperti polimer-polimer. Polimer-polimer ini berinteraksi dengan polimer

lainnya melalui ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfide cross-linking untuk

membentuk seperti lembaran film (sheet-like film) dan memiliki kemampuan

mengikat gas yang terperangkap.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan hari Sabtu, 7 April 2018 dan bertempat di

Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi

Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu rak tabung, pipet volume 25 mL, pipet tetes,

batang Pengaduk, botol timbang, timbangan, gelas kimia 800 mL, labu takar 50 mL

dan 500 mL, penangas air, filler, spatula, gegep dan botol semprot.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu akuades, larutan sagu, pereaksi mollich, asam

sulfat, larutan ubi jalar, larutan terigu, larutan glukosa, dan pereaksi barfoed.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Hidrolisis Sampel

Ditimbang masing-masing 0,5 gram sampel (tepung terigu, ubi jalar, sagu,

dan glukosa) kemudian dilarutkan dengan aquades dan diencerkan ke dalam labu

takar 50 mL hingga batas tera labu. Dipindahkan larutan sampel ke dalam gelas kimia
800 mL dan masing-masing ditambahkan 10 mL larutan HCl pekat untuk sampel

sagu, ubu jalar dan terigu. Selanjutnya sampel dipanskan diatas pemanas selama 15

menit. Setelah pemanasan, diambil masing-masing 1 mL untuk dilakukan uji mollish

dan uji barfoed.

3.3.2 Uji Mollich

Dimasukkan 5 mg cuplikan kedalam tabung reaksi yang berisi 0,5 mL air dan

ditambahkan 2 tetes larutan 10% 2-naftol dalam pelarut etanol. Dimasukkan 1 mL

asam sulfat pekat kedasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes sedemikian

rupa hingga asam sulfat membentuk lapisan dari lapisan awal. Jika dalam cuplikan

terdapat karbohidrat, maka akan terbentuk cincin berwarna merah pada permukaan

bagian lapisan bawah. Warna merah akan segera berubah dan larutan menjadi ungu

tua. Setelah didiamkan selama 2 menit, diencerkan campuran tersebut dalam 5 mL

air. Jika dalam cuplikan terdapat karbohidrat, maka akan terdapat endapan berwarna

ungu.

3.3.3 Uji Barfoed

Dipanaskan tabung reaksi yang berisi 1 mL pereaksi barfoed dan 1 mL larutan

encer cuplikan alam penangas air. Jika terdapat endapan merah dari Cu2O selama 2

menit berarti dalam cuplikan terdapat monosakarida. Disakarida pada pemanasan

selama 10 menit juga akan menunjukan uji positif. Hal ini terjadi karena disakarida

akan terhidrolisis menjadi monosakarida (dalam suasana asam).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Uji Mollich

Tabel 4.1 Hasil Pengamtan Pada Uji Mollich


No. Perlakuan Pengamatan
1. 0,5 mL aquades + larutan sagu + pereaksi Mengalami reaksi positif
mollich + asam sulfat yang ditandai dengan
terbentuknya cinicn
berwarna ungu.
2. 0,5 mL aquades + larutan ubi jalar + pereaksi Mengalami reaksi positif
mollich + asam sulfat yang ditandai dengan
terbentuknya cinicn
berwarna ungu.
3. 0,5 mL aquades + larutan terigu + pereaksi Mengalami reaksi positif
mollich + asam sulfat yang ditandai dengan
terbentuknya cinicn
berwarna ungu.
4. 0,5 mL aquades + larutan glukosa + pereaksi Mengalami reaksi positif
mollich + asam sulfat yang ditandai dengan
terbentuknya cinicn
berwarna ungu.

4.1.2 Uji Barfoed

Tabel 4.2 Hasil Pengamtan Pada Uji Barfoed


No. Perlakuan Pengamatan
1. 1 mL larutan sagu + 1 mL Sebelum dipanskan larutan berwarna biru
pereaksi barfoed, dipanaskan muda, setelah dipanaskan tidak terjadi
perubahan .
2. 1 mL larutan ubi jalar + 1 mL Sebelum dipanskan berwarna biru muda,
pereaksi barfoed, dipanaskan setelah dipanaskan tidak terjadi
perubahan.
3. 1 mL larutan terigu + 1 mL Sebelum dipanskan berwarna biru muda
pereaksi barfoed, dipanaskan. keruh, setelah dipanaskan tidak terjadi
perubahan.
4. 1 mL larutan glukosa + 1 mL Larutan berwarna biru tua, setelah
pereaksi barfoed, dipanaskan pemansan 2 menit terdapat sedikit
endapan merah dan 10 menit pemanasan
terdapat banyak endapan merah.

4.2 Pembahasan

Karbohidrat merupakan senyawa makromolekul polihidroksi aldehid atau

polihidroksi keton. Karbohidrat terdapat dalam jaringan tumbuhan, hewan dan

mikroorganisme dalam berbagai bentuk dan aras. Karbohidrat memiliki rumus

empiris (CH2O)n dan biasa disebut dengan “hidrat” dari sebuah karbon (Lehninger,

1970). Dalam bahan makanan, Karbohidrat terdapat dalam beberapa bentuk.

Monosakarida biasa disebut sebagai gula sederhana yang memiliki satu gugus aldehid

atau keton. Monosakarida paling berlimpah biasanya dalam bentuk D-glukosa yang

beratom karbon enam. Sedangkan oligosakarida memiliki dua sampai sepuluh

gabungan monosakarida yang berikatan dengan ikatan glikosidik. Polisakarida

memiliki monosakarida dalam jumlah banyak yang tergabung dalam suatu rantai

lurus maupun bercabang (Lehninger, 1970).

Karbohidrat dalam bahan pangan banyak sekali kandungannya. Untuk

mengetahui adanya karbohidrat secara umum maka uji Molisch dapat digunakan.

Larutan Molisch ini sendiri mengandung 10 gram α-naftol dalam 100 mL alcohol. Uji

ini berdasarkan kepada reaksi karbohidrat dengan asam pekat (Sudarmadji, 2010).

Selain uji mollish, adanya karbohidrat dalam suatu makanan dapat juga dilakukan
dengan uji barfoed. Sehingga pada praktikum ini akan dilakukan uji mollish dan

barfoed untuk menguji adanya karbohidrat dalam sampel ubi jalar, glukosa, sagu dan

tepung terigu.

Uji Molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi

monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi

dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksosa menjadi

hidroksi-multifurfural menggunakan asam organik pekat. Pereaksi mollish

mengandung alkohol. Fungsi dari alcohol dalam larutan ini ada dua yaitu untuk

melindungi partikel-partikel karbohidrat dari kontak langsung dengan asam sulfat

pekat sehingga tidak terjadi kerusakan langsung senyawa karbohidrat dalam sampel

dan sebagai pelarut α-naftol. α-naftol merupakan pewarna spesifik karbohidrat

sehingga akan memberikan warna ungu jika bereaksi dengan senyawa furfural. α-

naftol bersifat tak larut air, maka dari itu, selain untuk perlindungan senyawa

karbohidrat, alcohol berfungsi untuk melarutkan α-naftol.

Adanya karbohidrat dengan uji mollish ditandai dengan terbentuknya cinicn

berwarna ungu. Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah karbohidrat oleh asam

sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida, lalu monosakarida tersebut

mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural. Jika senyawanya berupa

heksosaheksosa maka senyawa yang terbentuk berupa hidroksimetil furfural. Furfural

tersebut dengan adanya α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks

berwarna ungu. Dehidrasi pentose akan menghasilkan furfural, dehidrasi heksosa


akan menghasilkan hidroksimetil furfural sedangkan dehidrasi ramnosa membentuk

metil furfural (Sudarmadji, 2010).

Gambar 4 Pembentukan Furfural (Sumber : David J Holme;1998)

Hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan sampel yang diuji yaitu larutan

ubu jalar, sagu, tepung terigu dan glukosa positif mengandung karbohidrat

karenaterbentuk cincin ungu. Cincin ungu terbentuk darireaksi dehidrasi karbohidrat

oleh asam sulfat. H2SO4 pekatberfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida

untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent molisch,

α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu kemerah-merahan.

Percobaan pada uji barfoed menggunakan sampel yang sama dengan sampel

pada uji mollish yaitu ubu jalar, sagu, tepung terigu dan glukosa. Larutan sampel

yang telah ditambahkan pereaksi barfoed dilakukan pemanasan selama 10 menit

dengan tujuan untuk mengetahui adanya gula monosakarida pada bahan pangan

sehingga pemanasan dilakukan untuk melihat perubahan warna yang terjadi antara

karbohidrat dalam bentuk gula monosakarida pereduksi yang mereduksi Cu2+ menjadi

Cu2O dan juga karena pemanasan dilakukan dalam suasana asam sehingga
memerlukan waktu yang lebih lama karena karbohidrat (monosakarida dan

disakarida) lebih stabil dalam suasana basa.

Pereaksi barfoed adalah larutan barfoed yang teridiri dari Cu-asetat dan asam

asetat glasial. Penambahan asam asetat glasial pada pembuatan pereaksi barfoed

adalah untuk membuat reaksi bersifat asam. Penambahan pereaksi barfoed pada

larutan sampel bertujuan untuk dapat mereduksi karbohidrat. Reaksi uji barfoed

terjadi karena adanya gugus karbonil bebas yaitu monosakarida pereduksi yang

bereaksi dengan larutan selliwanof yang mengandung Cu2+ yang direduksi oleh

monosakarida pereduksi yang dalam suasana asam akan membentuk Cu2O atau

endapan merah bata. Berdasarkan hasil uji menunjukkan dari keempat sampel yang di

uji hanya glukosa yang positif mengandung gula pereduksi yang ditandai dengan

adanya endapan merah bata. Sedangkan pada sampel larutan ubi jalar, sagu dan

tepung terigu tidak menunjukkan perubahan. Hal ini disebabkan karena adanya

kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur percobaan.

.
BAB V
SIMPULAN

Kesimpulan pada percobaan ini adalah:

1. Pada uji mollish semua sampel yaitu sagu, ubi jalar, tepung terigu dan glukosa

menunjukan hasil yang positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin ungu.

2. Pada uji barfoed, hasil positif hanya ditunjukkan pada sampel glukosa yang

ditandai dengan endapan merah bata pada dasar tabung reaksi. Untuk sampel

sagu, ubi jalar, dan tepung terigu tidak menunjukkan perubahan pada larutannya.
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., Kusnandar, F & Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian
Rakyat.

Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.

Damodaran, S. and A. Paraf. 1997. Food Proteins and Their Applications. New York:
Marcel Dekker.

Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry, third edition. Inc. New York: Marcel Dekker.

Fitasari, Eka. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu Terhadap Kadar
Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, dan Mutu Organoleptik
Keju Gouda Olahan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 2(4).

Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung


dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana. 1(5).

Lay, A., Allorerung, D., Amrizal, Djafar, M., dan Barri, N. 1998. Pengolahan Sagu
Berkelanjutan Prosiding Seminar Regional Kelapa dan Palma Lain. Manado:
Balitka.

Lehninger, Albert L. 1970. Biochemistry end Edition. New York: Worth Publisher
INC.

Mahmudatussa’adah, Ai. 2014. Komposisi Kimia Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)


Cilembu pada Berbagai Waktu Simpan sebagai Bahan Baku Gula Cair.
Pangan. 1(23).

Nurjannah, Laita., Suryani., Suminar setiati Achmadi., dan Azmi Azhari. 2016.
Produksi Asam Laktat Oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus
dengan Sumber Karbon Tetes Tebu. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia. 1(9).

Rahim, A. 2009. Sifat Fisikokimia dan Sensoris Sohun Instan dari Pati Sagu. Journal
Argoland. 2 (16).

Rahman, Abdul., Sri Wahyuni., dan Ansharullah. 2016. Analisis Substitusi Ubi Jalar
Orange Terhadap Organoleptik dan Nilai Gizi Mie Sagu. Jurnal Sains dan
Teknologi Pangan. 1(2).
Riganakos, K. A. and M. G. Kontominas. 1995. Effect of Heat Treatment on
Moisture Sorption Behavior of Wheat Flours Using A Hygrometric Tehnique.
G. Charalambous (Ed). Food Flavors: Generation Analysis and Process
Influence.

Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia. 2(5).

Siregar, Nurhamida Sari. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 2(13).


Sudarmadji, Slamet. 2010. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta; Yogyakarta Liberty.

Waramboi, J.G., Dennien, S., Gidley, J.M., Sopade, A.P. 2011. Characterisation of
sweetpotato from Papua New Guinea and Australia: Physicochemical, pasting
and gelatinisation properties. Food Chemistry.
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
UJI KARBOHIDRAT

OLEH :
NAMA : SARMAL
STAMBUK : A1L115 042
KELOMPOK : VB
ASISTEN : MUH. FAJRI RAMADHAN

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai