Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah dengan aneka ragam fauna
maupun flora. Maraknya penggunaan obat herbal di Indonesia berhubungan dengan
banyaknya jenis tumbuhan di negeri ini. Obat-obatan herbal dibuat dari tumbuhan
atau campuran dari ekstrak tumbuhan untuk mengobati penyakit atau menjaga
kesehatan. Salah satu bidang yang berperan dalam kesehatan serta pembuatan obat
secara tradisional adalah farmasi.
Farmasi adalah ilmu yang  mempelajari cara membuat, menyampur, meracik,
memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan
obat dan pengobatan, juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya
secara aman ( Syamsuni, 2006). Didalam dunia farmasi juga mempelajari tentang
biokimia.
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen
seluler, seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat
ini biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi diperantarai enzim dan
sifat-sifat protein. Pada umumnya  bahan makanan itu mengandung tiga kelompok
utama senyawa kimia, salah satunya yaitu karbohidrat,
Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang kita dapatkan sehari-hari.
.Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup.
Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Selain sebagai
sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di
dalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan
pembentuk struktur sel dengan mengikat protein dan lemak.
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton)
dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk
golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n ,yaitu senyawa-senyawa
yang  n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian,

1
terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Karbohidrat menyediakan kebutuhan
dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa,
merupakan nutrient utama sel. Misalnya, pada vertebrata, glukosa mengalir dalam
aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap
glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada proses
respirasi selular untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon
monoksakarida juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul
organic kecil lainnya,termasuk asam amino dan asam lemak. Sebagai nutrisi untuk
manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai energi 4 Kalori. Dalam menu makanan
orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup
tinggi, yaitu antara 70%-80%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-
padian atau serealia (gandum dan  beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi
jalar), dan gula.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukannya percobaan ini agar dapat
Mengetahui konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh dan Membedakan polisakarida
terhadap monosakarida dan disakarida serta Menentukan adanya gula pereduksi
dalam larutan uji
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh
2. Membedakan polisakarida terhadap monosakarida dan disakarida
3. Menentukan adanya gula pereduksi dalam larutan uji
1.3 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh
2. Agar mahasiswa dapat membedakan polisakarida terhadap monosakarida dan
disakarida
3. Agar mahasiswa dapat menentukan adanya gula pereduksi dalam larutan uji

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Karbohidrat
Karbohidrat biasanya didefinisikan sebagai polihidroksi aldehida dan keton atau
zat yang dihidrolisis menghasilkan polihidroksi aldehidaa dan keton. Karbohidrat
biasa disebut juga karbon hidrat, hidrat arang, sacharon (sakarida) atau gula.
Karbohidrat berarti karbon yang terhidrat. Rumus umumnya adalah C x(H2O)y.
Karbohidrat dibuat oleh tanaman melalui proses fotosintesis (Sentot, 2008).
Karbohidrat adalah senyawa karbonil alami dengan beberapa gugus hidroksil.
Yang tergolong karbohidrat adalah gula (monosakarida) dan polimernya yaitu
oligosakarida dan polisakarida. Berdasarkan letak gugus karbonilnya, dapat
dibedakan 2 jenis monosakarida yaitu: aldosa yang gugus karbonilnya berada di
ujung rantai dan berfungsi sebagai aldehida dan keosa yang gugus karbonilnya
berlokalisasi di dalam rantai (Klooman dan Klaus-Heinrich Rohm, 1995).
2.1.2 Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat mempunyai beberapa fungsi yakni: (Purnomo et al, 2006)
1. Sumber bahan bakar
2. Sumber energi utama dan dapat diganti dengan sumber energy yang lain pada
beberapa organ tubuh manusia, yaitu otak, lensa mata dan sel saraf
3. Bahan sintesis senyawa organic lainnya
4. Pati dan glikogen berperan sebagai cadangan makanan
5. Menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
6. Membantu proses penyerapan kalsium
7. Sebagai materi pembangun
8. Berperan penting dalam penurunan sifat, misalnya karbohidrat dengan atom C
lima buah merupakan komponen asam nukleat (DNA dan RNA)\
9. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan sebagai unsur struktural dan
penyangga dalam dinding sel bakteri dan tanaman

3
10. Sebagai pelumas sendi kerangka.
2.1.3 Klasifikasi Karbohidrat
1. Karbohidrat Sederhana
a. Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri dari 1 gugus
cincin. Contoh dari monosakarida yang banyak terdapat di dalam sel tubuh manusia
adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa di dalam industri pangan lebih
dikenal sebagai dekstrosa atau juga gula anggur. Di alam, glukosa banyak terkandung
di dalam buah-buahan, sayuran dan juga sirup jagung. Fruktosa dikenal juga sebagai
gula buah dan merupakan gula dengan rasa yang paling manis. Di alam fruktosa
banyak terkandung di dalam madu (bersama dengan glukosa), dan juga terkandung
diberbagai macam buah-buahan. Sedangkan galaktosa merupakan karbohidrat hasil
proses pencernaan laktosa sehingga tidak terdapat di alam secara bebas. Selain
sebagai molekul tunggal, monosakarida juga akan berfungsi sebagai molekul dasar
bagi pembentukan senyawa karbohidrat kompleks pati (starch) atau selulosa
(Budiman,2009).
1) Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar
bidang polarisasi ke kanan. Glukosa merupakan komponen utama gula darah,
menyusun 0,065- 0,11% darah kita. 5 Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati,
glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita
menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi
oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai
gula pereduksi (Budiman,2009).

4
Gambar 1. a.Struktur glukosa rantai lurus, b.struktur glukosa berbentuk cincin
2) Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat
bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula
yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika
dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa,
galaktosa juga merupakan gula pereduksi (Budiman,2009).

Gambar 2. a.Struktur galaktosa rantai lurus, b.struktur galaktosa bentuk


cincin 6
3) Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang
polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa
merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.

5
Fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa dan
fruktosa adalah salah satu gula pereduksi (Budiman,2009).

Gambar 3. a. Struktur fruktosa rantai lurus, b.Struktur fruktosa bentuk cincin


b. Disakarida
Disakarida merupakan jenis karbohidrat yang banyak dikonsumsi oleh manusia
di dalam kehidupan sehari-hari. Setiap molekul disakarida akan terbentuk dari
gabungan 2 molekul monosakarida. Contoh disakarida yang umum digunakan dalam
konsumsi sehari-hari adalah sukrosa yang terbentuk dari gabungan 1 molekul glukosa
dan fruktosa dan juga laktosa yang terbentuk dari gabungan 1 molekul glukosa &
galaktosa (Irawan,2007).
Di dalam produk pangan, sukrosa merupakan pembentuk hampir 99% dari gula
pasir atau gula meja (table sugar) yang biasa digunakan dalam konsumsi sehari-hari
sedangkan laktosa merupakan karbohidrat yang banyak terdapat di dalam susu sapi
dengan konsentrasi 6.8 gr / 100 ml (irawan,2007).
1) Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial
tepung (amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa.

6
Gambar 4. struktur maltosa
Dari struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit
yaitu menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa.
Konfigurasi ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh
α-glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa
(Budiman, 2009).
2) Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan dalam kehidupan sehari-hari sukrosa
dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang
dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.

Gambar 5. Struktur sukrosa


Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-
fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada 8 sukrosa. Jika
diperhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida)

7
dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga
keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal. Akibatnya, sukrosa dalam air tidak
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa
tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi (Budiman, 2009).
2. Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh hampir lebih
dari 20.000 unit molekul monosakarisa terutama glukosa. Karbohidrat kompleks juga
disebut polisakarida dan dalam ilmu gizi, jenis karbohidrat kompleks yang menjadi
sumber utama bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh manusia adalah pati
(starch) (Budiman, 2009).
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan
monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari
polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan
polimer glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting (Budiman, 2009).
a. Selulosa
Menurut Budiman (2009) Selulosa merupakan polisakarida yang banyak
dijumpai dalam dinding sel pelindung seperti batang, dahan, daun dari
tumbuhtumbuhan. Selulosa merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak
bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-
β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam air menghasilkan D-glukosa.

Gambar 6. Struktur Selulosa

8
Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat memecahkan
ikatan α-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk memecahkan ikatan β-glikosida
yang terdapat dalam selulosa sehingga manusia tidak dapat mencerna selulosa. Dalam
sistem pencernaan hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim
β-glikosida sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa. Contoh hewan
yang memiliki bakteri tersebut adalah rayap, sehingga dapat menjadikan kayu sebagai
makanan utamanya. Selulosa sering digunakan dalam pembuatan plastik. Selulosa
nitrat digunakan sebagai bahan peledak, campurannya dengan kamper menghasilkan
lapisan film (seluloid) (Budiman, 2009).
b. Pati/Amilum
Pati yang juga merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan ini
berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan berdiameter berkisar antara 5-50
nm. Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari
glukosa. Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada
tumbuhan. Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi
utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan
jumlah monomernya. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin ini akan
bervariasi dalam produk pangan dimana produk pangan yang memiliki kandungan
amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk dicerna (Budiman, 2009).

Gambar 7. Struktur amilosa


Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan dengan
ikatan 1,4-α. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. 10

9
Amilosa membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini
merupakan uji untuk mengidentifikasi adanya pati (Budiman, 2009).
Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai
utama mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul
glukosa pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-α.

Gambar 8. Struktur Amilopektin


Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim
tertentu akan menghasilkan dextrin dan maltose (Budiman, 2009).
2.1.4 Uji Kualitatif Karbohidrat
Menurut Rahman dan Sumantri (2007), uji kualitatif karbohidrat yang
mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan dengan cara :
a. Uji molish
Uji ini berlaku umum, baik untuk aldosa maupun ketosa. Caranya, karbohidrat
ditambah H2SO4 melalui dinding-dinding tabung. Asam sulfat akan menyerap air
dan membentuk furfural yang selanjutnya dikopling dengan α-naphtol membentuk
senyawa gabungan berwarna ungu. Jika yang dideteksi pentose akan terbentuk
furfural, sementara itu jika aldosa yang dideteksi akan terbentuk
hidroksimetilfurfural.
b. Uji selliwanof
Uji ini positif terhadap ketosa, misal fruktosa. Akan tetapi negative terhadap
aldosa. Pereaksi dibuat dengan mencampurkan resorsinol dengan HCl pekat

10
kemudian diencerkan dengan akuades. Uji dilakukan dengan menambahkan larutan
sampel ke dalam pereaksi lalu dipanaskan dalam air mendidih. Adanya warna merah
menunjukkan adanya ketosa.
c. Uji benedict
Uji ini positif untuk gula pereduksi/ gula inversi seperti glukosa dan fruktosa.
Caranya gula reduksi ditambahkan dengan campuran CuSO4 (tembaga sulfat),
natrium sitrat (NaSO3) dan natrium karbonat (NaCO3) lalu dipanaskan maka akan
terbentuk endapan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah coklat. Uji ini terjadi
dalam suasana basa/alkalis karena gula akan mereduksi dalam suasana basa. Natrium
sitrat berfungsi sebagai pengkelat Cu dengan membentuk kompleks Cu- sitrat.
Natrium karbonat berfungsi untuk menciptakan suasana basa. Berikut ini bentuk
reaksi yang terjadi pada uji benedict. Gambar 2.2 berikut merupakan gambar reaksi
pada uji benedict.

d. Uji fehling
Uji ini hampir sama dengan uji benedict yang bertumpu pada adanya gula
pereduksi pada karbohidrat. Cara ujinya: gula reduksi ditambah campuran larutan
CuSO4 dalam suasana alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah 17 dengan
Chelating agent, lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida. e. Uji
iodium Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi
berwarna yang spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium menghasilkan warna
biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian
pati yang terhidrolisis akan membentuk warna merah.

11
2.1.5 Uji Kuantitatif Karbohidrat
Menurut Sudarmadji (1984), uji kuantitatif untuk penetapan kadar karbohidrat
dapat dilakukan dengan metode fisika, kimia, enzimatik, dan kromatografi.
1.      Metode fisika
Ada 2 macam, yaitu :
a.       Berdasarkan indeks bias, cara ini menggunakan alat refraktometer yaitu dengan
rumus :  X= [ ( A+B )C – BD) ]
b.      Berdasarkan rotasi optis, cara ini menggunakan alat polarimeter digital ( dapat
diketahui hasilnya langsung) dinamakan sakarimeter. Rumusnya :
[ a ] D20 = 100A
LxC
2.      Metode kimia
Ada 2 macam cara, yaitu :
a.       Titrasi
b.      Spektrofotometri
       Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4
oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan
kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam
fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang dapat
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
3.      Metode kromatografi
         Penentuan karbohidrat dengan cara kromatografi adalah dengan mengisolasi
dan mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu campuran. Isolasi karbohidrat ini
berdasarkan prinsip pemisahan suatu campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi
rationya pada fase tetap dengan fase bergerak. Fase bergerak dapat berupa zat cair
atau gas sedangkan fase tetap dapat berupa zat atau zat cair. Apabila zat padat sebagai
fase tetapnya maka disebut kromatografi serapan, sedang bila zat cair sebagai fase
tetapnya disebut kromatografi partisi.

12
4.      Metode enzimatik
         Untuk metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kadar
suatu gula secara individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh
enzim yang dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya
digunakan untuk mengukur kadar glukosa.
5.      Metode Nelson-Somogyi
         Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga arseno molibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi
bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya
dilarutkan dengan arseno molibdat menjadi molibdenum berwarna biru yang
menunjukkan ukuran konsentrasi gula dan membandingkannya dengan larutan
standar sehingga konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang
terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur
absorbansinya.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995 ; Andriani, 2001).
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas dan mudah terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
klorofom P dan dalam eter P

13
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, ditempat sejuk, dan jauh dari
nyala api
Khasiat : Antiseptik (untuk membunuh bakteri
mikroba berbahaya)
Kegunaan :  Untuk mensterilkan alat-alat
laboratorium
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
RM/BM : H2O / 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna,


dan tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Untuk melarutkan zat-zat yang terlarut
Kegunaan : Pelarut
2.2.3 Amilum (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AMYLUM
Nama lain : Amilum
Rumus Molekul : C6H20O10.H2O
Rumus struktur :

14
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil; tidak
berbau; tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat
sejuk dan kering
Kegunaan : Sebagai sampel
2.2.4 Asam Klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl / 36,46 g/mol
Rumus struktur :
H – Cl
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau yang hilang
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.5 Asam Sulfat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4 / 98,07
Rumus struktur :

15
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak
berwarna, bau sangat tajam dan korosif
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.6 Fehling A (AgNO3) (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ARGENTI NITRAS
Nama lain : Perak (II) Nitrat
RM/BM : AgNO3 / 169,73
Struktur kimia :

Pemerian : Hablur transparan / serbuk hablur berwarna putih,


tidak berbau, menjadi gelap jika terkena cahaya
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol 95%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2.2.7 Fehling B (Natrium Hidroksida) (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Latin : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH / 40,00
Rumus Struktur :
Na – OH

16
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur ; putih,
mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalan air dan dalam etanol (95%)
P
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.8 Glukosa (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : GLUCOSUM
Nama lain : Glukosa
RM/BM : C6H12O6 / 198,17 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau


butiran putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
2.2.9 Iodine (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : IODUM
Nama Lain : Iodium
RM/BM : I / 126, 91 g/mol
Rumus Struktur :

I
17
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilap seperti
logam, bau khas
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (95%) dalam
kurang lebih 80 bagian gliserol P
Kegunaan : Sebagai pereaksi

2.2.10 Sukrosa (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi : SAKAROSA
Nama lain : Sukrosa
RM/BM : C12H22O11 / 342,20 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau massa hablur


atau serbuk warna putih; tidak berbau;
rasa manis
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370
bagian etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Uji Iodin/ Uji Lugol

18
1. Kedalam masing-masing lubang plat tetes yang bersih,
dimasukkan satu jenis larutan karbohidrat sebanyak 3 tetes
2. Lalu ditambahkan 1 tetes HCl 1N
3. Kedua larutan dicampur sampai homogeny dengan cara
menggoyangkan plat tetes
4. Kedalam tiap lubang tersebut ditambahkan 1 tetes larutan
iodine 0,01N
5. Plat tetes digoyangkan kembali untuk mencampurkan larutan
6. Perhatikan perubahan warna yang terjadi pada masing-
masing lubang plat tetes
7. Suatu senyawa karbohidrat yang berubah menjadi warna biru
setelah diasamkan dengan HCl encer menunjukkan adanya
pati atau amilum. Sedangkan apabila berubah menjadi warna
merah bata menunjukkan adanya glikogen atau
aminodekstrin
2.3.2 Uji Benedict – Endapan Merah Bata, Cokelat
1. Kedalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 2 ml
pereaksi bennedict dan satu jenis larutan karbohidrat
sebanyak 1 ml
2. Kedua larutan dicampur dengan cara menggoyangkan tabung
reaksi
3. Dengan menggunakan penjepit tabung, panaskan tabung
reaksi diatas pembakar spritus secara hati-hati sampai
mendidih, atau dalam penangas air mendidih selama 5 menit
4. Amati perubahan yang terjadi
5. Hasil dari reaksi benedict dalam suasana basa, menghasilkan
endapan merah bata
2.3.3 Uji Molish

19
1. Masukkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 3 tetes reagen molisch
3. Secara perlahan-lahan dan hati-hati tambahkan larutan asam
sulfat
4. Hasil positif akan menunjukkan terbentuknya cincin cokelat
atau merah bata pada larutan
2.3.4 Uji Barfoed
1. Masukkan 2 ml larutan karbohidrat dalam tabung reaksi
2. Tambahkan beberapa tetes reagen Barfoed
3. Panaskan dalam air mendidih selama 3 menit
4. Dinginkan dibawah air mengalir
5. Hasil positif akan menunjukkan endapan merah bata
2.3.5 Uji Seliwanoff – Merah Oranye
1. Masukkan 1 ml laarutan karbohidrat dalam tabung reaksi
2. Tambahkan beberapa tetes reagen Seliwanoff
3. Panaskan dalam air mendidih selama 30 detik
4. Hasil menujukkan larutan berubah menjadi warna merah atau
oranye
2.3.5 Uji Fehling – Endapan Merah Bata
1. Masukkan 2 ml pereaksi fehling dalm tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml larutan glukosa 2% kedalam tabung reaksi
tersebut
3. Panaskan campuran tersebut pada pembakar spritus
4. Hasil positif menunjukkan endapan warna merah bata
5. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan 2 sampel lain
yang berbeda

20
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Biokimia Medik tentang ”Karbohidrat” dilaksanakan pada hari
Minggu, 13 Oktober 2019 pukul 15.00-18.00 WITA di Laboratorium Bahan Alam

21
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum antara lain : lampu spirtus, penjepit tabung,
pipet tetes, pipet ukur, plat tetes, rak tabung, dan tabung reaksi, .
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan saat praktikum antara lain : alkohol 70%, aquadest,
benedict, gula pasir, korek api, larutan amilum 1%, larutan glukosa 1%, larutan iodine
0,01 N, larutan sukrosa 1%, tepung, tomat, dan tisu.
3.3 Cara kerja
3.3.1 Uji Iodin / Uji Lugol
1. Dimasukkan satu jenis larutan karbohidrat sebanyak 3 tetes ke dalam masing-
masing lubang plat tetes
2. Ditambahkan 1 tetes HCL 1N
3. Dicampur kedua larutan sampai homogen dengan cara menggoyangkan plat
tetes
4. Ditambahkan 1 tetes larutan iodine 0,01N ke dalam tiap lubang plat tetes
5. Digoyangkan kembali plat tetes untuk mencampurkan larutan
6. Diperhatikan perubahan yang terjadi pada masing-masing lubang plat tetes
3.3.2 Uji Benedict – Endapan Merah Bata, cokelat
1. Dimasukkan 2 ml pereaksi benedict dan satu jenis larutan karbohidrat sebanyak
1 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi
2. Dicampur kedua larutan dengan cara menggoyangkan tabung reaksi
3. Dipanaskan tabung reaksi di atas pembakar spirtus secara hati-hati sampai
mendidih atau dalam penangas air mendidih selama 5 menit
4. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi
3.3.3 Uji Molish
1. Dimasukkan 2 ml larutan karbohidrat dalam tabung reaksi

22
2. Ditambahkan 3 tetes reagen Molish
3. Ditambahkan larutan asam sulfat dengan hati-hati
4. Diamati perubahan yang terjadi, hasil positif akan menunjukkan terbentuknya
cincin coklat atau merah bata pada larutan
3.3.4 Uji Barfoed – Endapan Merah Bata
1. Dimasukkan 2 ml larutan karbohidrat ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan beberapa tetes reagen barfoed
3. Dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit
4. Didinginkan dibawah air mengalir
5. Diamati perubahan yang terjadi, hasil positif akan menunjukkan endapan merah
bata
3.3.5 Uji Seliwanoff – Merah Orange
1. Dimasukkan 1 ml larutan karbohidrat ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan beberapa tetes reagen seliwanoff
3. Dipanaskan dalam air mendidih selama 30 detik
4. Diamati perubahan yang terjadi, hasil positif akan menunjukkan larutan
berubah menjadi warna merah atau orange
3.3.6 Uji Fehling – Endapan Merah Bata
1. Dimasukkan 2 ml pereaksi fehling ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 1 ml larutan glukosa 2% ke dalam tabung reaksi tersebut
3. Dipanaskan campuran tersebut pada pembakar spirtus
4. Diamati perubahan yang terjadi
5. Diulangi percobaan diatas dengan menggunakan 2 sampel lain yang berbeda

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Uji Sampel Perubahan yang terjadi Hasil
Awal Akhir

23
Karbohidrat
1 Uji Gula 2% Biru Endapan +
Benedict Merah Bata
Tomat 2% Biru Merah Bata +
Tepung 2% Biru Kecoklatan +
2 Uji Tomat 2% Orange Orange tua +
Seliwanoff bening
Tepung 2% Bening Bening -
Gula 2% Bening Merah +
3 Uji Fehling Tomat 2% Biru Endapan +
merah bata
Gula 2% Biru Merah bata +
Tepung 2% Biru Biru -
4 Uji molish Gula 2% + H2SO4 Bening Keruh -
Tomat 2% + H2SO4 Orange Keruh -
bening
Tepung 2% + H2SO4 Bening Ungu +
5 Uji barfoed Gula 2% Biru Biru -
Tomat 2% Biru Endapan +
merah bata
Tepung 2% Biru Biru -
6 Uji iodine Gula 2% + air Putih Kuning +
Tomat 2% + air Orange Coklat +
Tepung 2% +air Putih Biru pekat +
Gula 2% + HCl Putih Kuning +
Tomat 2% +HCl Orange Hijau +
Tepung 2% + HCl Putih Biru pekat +
4.2 Pembahasan
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen, oksigen yang terdapat di
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH 2O: misalnya, rumus
glukosa ialah C6H12O6 (Enam kali CH2O) (Fessenden, 2002).

24
Percobaan kali ini yaitu penentuan karbohidrat dengan beberapa metode.
Sebelum melakukan percobaan, disiapkan alat dan bahan serta sampel yang akan
didefinisikan seperti tomat sebagai glukosa, gula sebagai sukrosa dan tepung sebagai
sumber pati atau amilum.
Langkah selanjutnya yaitu dibersihkan alat dengan alkohol 70%. Menurut
Purba (2008), alkohol berfungsi sebagai antiseptic dan desinfektan serta
membersihkan alat-alat laboratorium dan mikroba.
Ada beberapa uji gula pereduksi diantaranya yaitu :
a. Uji Benedict
Pada uji ini semua larutan sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Konsetrasi dari semua larutan sampel sebesar 2%. Setelah sampel dimasukkan pada
masing-masing tabung reaksi, ditetsi dengan reagen Benedict. Menurut Sugiyono
(2015), pereaksi Benedict terdiri dari kupri sulfat, natrium sitrat dan natrium
karbonat. Pada uji ini, semua sampel (gula, tepung dam tomat) menghasilkan
perubahan warna menjadi merah bata yang mana dapat dikatakan reaksi tersebut
positif. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2017). Reaksi
yang terjadi menurut Sugiyono (2015) :

Pada reaksi yang menyebablan warna merah bata yaitu Cu2O (Purba, 2012)
b. Uji Seliwanoff
Pada uji seliwanoff, semua larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian dimasukkan reagen atau pereaksi seliwanoff sebanyak 5 tetes. Kusbandary
(2015) menjelaskan bahwa reagen seliwanoff berfungsi sebagai pembeda antara
gugus keton dan aldehid. Menurut Sugiyono (2015), reagen seliwanoff menggunakan
resolsinol (seliwanoff) 0,5%. Hasil yang diperoleh yaitu larutan gula positif, tepung
negatif, tomat positif, reaksi yang terjadi yaitu:

25
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada tepung sehingga reaksinya negatif,
kemungkinan pati/amilum terlalu kompleks untuk diidentifikasi dengan uji
seliwanoff, berbeda dengan sukrosa (gula) dan tomat (glukosa) yang hanya terdiri
dari 2 dan 1 molekul karbohidrat (Purba, 2012).
c. Uji Fehling
Pada semua larutan yang diuji pada uji fehling, hanya ada dua reaksi yang
positif, yaitu larutan gula (sukrosa) dan tomat (glukosa). Menurut Sukri (1999) reaksi
dari fehling terbagi menjadi dua yaitu fehling A (AgNO 3) dan Fehling B (NaOH) dan
NA-k terkerat)

Menurut Purba (2012), senyawa Cu2O lah yang menyebabkan warna atau
endapan merah bata yang menunjukkan reaksi positif.

d. Uji molish
Semua hasil pengujian karbohidrat dengan uji ni, negatif kecuali larutan tepung.
Menurut Sugiyono (2015), prinsip uji molish adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh
asam sulfat membentuk cincin berwarna ungu.
Reaksi yang terjadi menurut Sugiyono (2015) yaitu:

26
Dua molekul yang membentuk kompleks cincin yaitu:

CO2

H2O C OH

e. Uji Iodine
Pada uji iodine, semua sampel hasilnya positif dalam uji kualitatif atau
identifikasi karbohidrat. Uji ini menggunakan larutan iodine (KI) sebagai larutan uji.
Reaksi yang terjadi yaitu: (Sugiyono, 2015)

O = =C O==C
CH- C O==C
O + I2 O + 2HI
OH- C O==C
H–C H–C
C–H OH – C - - H
CH2OH CH2OH
Pada uji iodine ini, ditambahkan HCl yang berguna sebagai
f. Uji Barfoed
Pada pengujian barfoed didapatkan hasil sampel tomat positif mengandung
monosakarida pereduksi karena adanya perubahan warna endapan menjadi merah
bata dan pada sampel gula dan tepung beras didapatkan hasil negatif dikarenakan
tidak adanya gula monosakarida pereduksi. Mekanisme uji barfoed yaitu larutan
Barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan
endapan merah kuprioksida. Dalam suasana asam ini gula reduksi yang termasuk
dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan

27
Barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan
yang diperlama. Uji ini untuk penunjukkan gula pereduksi monosakarida
(Sudarmadji, 1989).
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada uji kualitatif karbohidrat ini terdapat
pada kurangnya ketelitian praktikan dalam mengukur maupun menambahkan larutan
uji ke dalam sampel sehingga mempengaruhi hasil akhir dan juga kurang bersihnya
alat-alat dari bekas sampel sebelumnya, khususnya tabung reaksi sehingga
mempengaruhi hasil yang diperoleh.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa karbohidrat
memiliki fungsi sebagai pusat metabolisme, structural dan penyangga karbohidrat
dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifatnya menurut pembagian jenisnya, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Untuk mengindentifikasi karbohidrat
dilakukan dengan uji kualitatif. Uji molisch untuk menentukan adanya karbohidrat,

28
secara umum semua sampel merupakan karbohidrat. Uji benedict untuk menentukan
adanya gula pereduksi. Uji barfoed untuk membedakan monosakarida (cepat
mereduksi) dan disakarida (lambat mereduksi). Uji seliwanoff untuk
mengindentifikasi gula ketosa. Uji iodine dilakukan untuk membedakan pati
(amilum) dengan karbohidrat lain. Uji fehling digunakan untuk menunjukkan adanya
karbohidrat reduksi. Dari uji kualitatif dapat diketahui bahwa glukosa dan fruktosa
merupakan monosakarida, sedangkan sukrosa, laktosa, dan maltosa merupakan
disakarida. Larutan pati/amilum merupakan golongan polisakarida.
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih
diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan
maksimal tanpa ada kekurangan.
5.2.2 Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih ditingkatkan
dengan banyak member wawasan tentang Praktikum Biokimia Medik tentang
karbohidrat ini.
5.2.3 Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
karbohidrat, praktikan dapat diharapkan tepat waktu dalam proses pelaksanaan
praktikum.

29

Anda mungkin juga menyukai