Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA MAKANAN

Oleh :

Kelompok 9

1. Aedisti Ayuridityas 1304620015


2. Anggria Cahyaning Safitri 1304620019
3. Murdiyanti 1304620020

Pendidikan Biologi 2020

Prodi Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2021
TUJUAN
Tujuan umum dalam kegiatan uji coba zat makanan adalah mahasiswa dapat
mengidentifikasi zat makanan yang terdapat didalam berbagai bahan makanan yang
telah ditentukan. Selanjutnya, melakukan uji zat-zat makanan terhadap berbagai
bahan makanan, secara rinci. Kita dapat melakukan hal-hal berikut :
1. Dapat mengidentifikasi bahan-bahan makanan yang mengandung karbohidrat
2. Dapat mengidentifikasi bahan-bahan makanan yang mengandung non
karbohidrat
3. Dapat mengetahui perubahan warna yang muncul pada setiap bahan-bahan
makanan

DASAR TEORI

A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang
befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat sebagai zat gizi
merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul
yang berbeda beda, meski terdapat persamaan persamaan dari sudut kimia dan
fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O). 1Karbohidrat merupakan komponen bahan makanan yang penting dan merupakan
sumber energi yang utama.2Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak
dijumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuhan-tumbuhan.3

1
Penulis adalah Staf Edukatif Fakultas Ilmu Keolahragaan UNIMED
2
Abdul Rohman, Analisis Komponen Makanan, Yogyakarta: GRAHA ILMU, 2013), hlm. 131.
3
Estien Yazid dan Lisda Nursanti, Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk Mahasiswaa Analisis,
(Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2006). hlm. 1.
1. Jenis-jenis Karbohidrat
1.1 Karbohidrat Sederhana
Karbohidrat sederhana terdiri atas:
a. Monosakarida adalah gula sederhana yang terdiri atas 4-6 atom karbon,4
merupakan karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat lain. Bentuk ini dibedakan kembali menurut jumlah atom C yang
dimiliki dan sebagai aldosa atau ketosa. Monosakarida yang terpenting adalah
glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida. Ada tiga jenis monosakarida
yang mempunyai arti gizi yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa,
dinamakan juga sebagai gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah
sedikit yaitu dlama sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan bersamaan
dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat penting
dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme,
glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan
di dalam sel merupakan sumber energi. Fruktosa, dinamakan sebagai gula
buah yang merupakan gula paling manis. Gula ini terutama terdapat dalam
madu bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di dalam sayur.
Galaktosa, terdapat di dalam tubuhsebagai hasil pencernaan laktosa.5
b. Disakarida. Ada tiga jenis yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa, maltosa
dan laktosa. Sukrosa, dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir terdiri
atas 99 % sukrosa dibuat dai kedua macam bahan makanan tersebut melalui
proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah dibuat dari kelapa, tebu
atau enau melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga banyak

4
Mary E. Barasi, At a Glance ILMU GIZI, hlm. 28.
5
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13( 2) Juli–Desember2014:38 -44
terdapat di dalam buah, sayuran dan madu. Bila dihidrolisis atau
dicernakan, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan fruktosa. Maltosa
(gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua
unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri
atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Banyak orang, terutama yang
berkulit berwarna (termasuk orang Indonesia) tidak tahan tehadap susu sapi,
karena kekurangan enzim laktase yang dibentuk di dalam dinding usu dan
diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa.
Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam
saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang
tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut dan diare.
Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orangtua.

c. Oligosakarida. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang tersusun atas dua


sampai sepuluh satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah
disakarida, yang terdiri atas dua satuan monosakarida dan dapat dihidrolisis
menjadi monosakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa.6Oligosakarida
terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Sebetulnya
disakarida termasuk dalam oligosakarida, tetapi karena peranannya dalam
ilmu gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah.
1. Sukrosa. Sukrosa atau gula tebu ini tidak memiliki sifat pereduksi.7
Sukrosa dibentuk melalui penggabungan glukosa dan fruktosa, yang
diperoleh dari gula tebu, madu dan sirup (dalam bentuk larutan), buah, dan
sayuran.

6
Estien Yazid dan Lisda Nursanti, Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk Mahasiswaa Analisis, hlm. 2.
7
Yohanis Ngili, Biokimia Dasar, (Bandung: Rekayasa Sains, 2010), hlm. 26.
2. Laktosa Laktosa yang terdiri atas glukosa dan galaktosa bisa diperoleh dari
susu sapi dan produk olahannya (misalnya makanan yang mengandung susu
bubuk atau whey yang merupkan cairan yang tertinggal dalam proses
pengolahan susu menjadi keju) seperti cokelat
3. Maltosa Maltosa merupakan gula pereduksi yang terdiri atas dua unit
glukosa dan terutama dijumpai pada biji-bijian yang berkecambah seperti
gandum. Malt yang dihasilkan melalui perkecambahan ini digunakan dalam
produksi minuman fermentasi seperti bir. Dalam jumlah kecil, maltosa
terdapat dalam biskuit, sereal sarapan, dan minuman yang mengandung
malt.8
4. Polisakarida Polisakarida merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari
sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang.
Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya
spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan
dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh:
amilum, glikogen, dekstrin, dan sellulosa.9

1.2 Karbohidrat Kompleks

Karohidrat kompleks terdiri atas:

Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati,
dekstrin, glikogen dan polisakarida nonpati. Pati, merupakan karbohidrat utama yang
dimakan manusia yang berasal dari tumbuh- tumbuhan. Pati terutama terdapat
dalam padi-padian, biji-bijian dan umbi-umbian. Beras, jagung dan gandum
mengandung 70-80 % pati, kacang- kacang kering sepeti kacang kedelai, kacang
merah dan kacang hijau mengandung 30-60% pati, sedangkan ubi, talas, kentang dan
singkong mengandung 20-30% pati. Proses pemasakan pati disamping menyebabkan

8
0Mary E. Barasi, At a Glance ILMU GIZI, hlm. 28-29
9
Estien Yazid dan Lisda Nursanti, Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk Mahasiswaa Analisis, hlm. 2.
pembentukan gel juga akan melunakkan dan memcah sel, sehingga memudahkan
pencernaannya. Dalam proses pencernaan semua bentuk pati dihidrolisis menjadi
glukosa. Pada tahap petengahan akan dihasilkan dekstin dan maltosa. Dekstrin,
merupakan produk antara pada pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis
parsial pati. Glikogen, dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk
simpanan karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat
di dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan di dalam otot
dan selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk
keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh.

Polisakarida nonpati/ Serat. Serat mendapat perhatian kaena peranannya dalam


mencegah bebagai penyakit.

2. Metabolisme Karbohidrat
2.1. Pencernaan Karbohidrat

Pencernaan kabohidrat dimulai dari mulut. Bolus makanan yang berasal dari
makanan yang dikunyah akan bercampur dengan ludah yang mengandung enzim
amilase. Enzim amilase ini menghidrolisis pati atau amilum menjadi bentuk
karbohidrat lebih sederhana yaitu dekstrin.Enzim amilase ludah bekerja paling baik
pada pH ludah yang bersifat netral. Makanan yang dikunyah di mulut tinggal di
situ hanya sebentar, sehingga pemecahan amilum oleh amilase hanya sedikit saja.
Bolus kemudian ditelan ke dalam lambung. Amilase ludah yang ikut masuk ke
lambung dicernakan oleh asam klorida dan enzim pencerna protein yang terdapat
di lambung, sehingga pencernaan karbohidrat di dalam lambung terhenti. Makanan
yang hanya terdiri dari karbohidrat saja akan tinggal di lambung sebentar atau kurang
dari dua jam, dan segera diteruskan ke usus halus. Pada usus halus, enzim amilase
yang dikeluarkan oleh pankreas, mencernakan amilum menjadi dekstrin dan
maltosa. Penyelesaian pencernaan kabohidrat dilakukan oleh enzim-enzim
disakaridase yang dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase
dan laktase. Hidrolisis disakarida oleh enzim-enzim ini terjadi di mikrovili dan
monosakarida yang diahasilkan adalah maltase memecah maltosa menjadi dua mol
glukosa, sukrase memecah sakarosa menjadi satu mol glukosa dan satu mol
fruktosa, laktase memecah laktosa menjadi 1 mol glukosa dan satu mol galaktosa.
Glukosa, fruktosa dan galaktosa kemudian di serap oleh dinding usus, masuk ke
cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan dialirkan melalui vena portae
ke hati. Dalam waktu 1-4 jam setelah selesai makan, pati nonkarbohidrat
atau serat makanan ini seperti selulosa, galaktan dan pentosan dan sebagian pati yang
tidak dicerna masuk ke usus besar. Di usus besar jenis karbohidrat ini dipecah
sebagian oleh mikroba yang terdapat di usus, melalui proses fermentasi dan
menghasilkan energi untuk keperluan mi roba tersebut dan bahan sisa seperti air dan
karbondioksida. Fermentasi yang meningkat di usus besar menghasilkan banyak gas
karbondioksida yang kemudian dikeluarkan sebagai flatus (kentut). Sisa karbohidrat
yang masih ada, dibuang menjadi tinja.

2.2. Penyimpanan Glukosa


Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah untuk menyediakan glukosa
bagi sel-sel tubuh, yang kemudian akan diubah menjadi energi. Kelebihan glukosa akan
disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Salah satu fungsi hati adalah menyimpan dan
mengeluarkan glukosa sesuai kebutuhan tubuh. Bila persediaan glukosa darah
menurun, hati akan mengubah sebagian dari glikogen menjadi glukosa dan
mengeluarkannya ke aliran darah. Glukosa ini akan di bawa oleh darah ke seluruh
bagian tubuh yang memerlukan seperti otak, sistem saraf, jantung, dan organ tubuh
lain. Sel-sel otot dan sel-sel lain di samping menggunakan glukosa juga
menggunakan lemak sebagai sumber energi. Sel-sel otot juga menyimpan glukosa
dalam bentuk glikogen. Glikogen ini hanya digunakan sebagai energi untuk
keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran
darah.

Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh juga dapat diubah menjadi lemak.


Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang
dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas.

2.3. Penggunaan glukosa untuk energi


Bila glukosa memasuki sel, enzim-enzim akan memecahnya menjadi
Bagian-bagian kecil yang pada akhirnya akan menghasilkan energi,
karbondioksida dan air. Bagian-bagian kecil ini dapat pula disusun kembali
menjadi lemak. Tubuh manusia selalu membutuhkan glukosa untuk keperluan
energi, sehingga kita harus mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat setiap
harinya, karena persediaan glikogen hanya bertahan untuk keperluan beberapa jam.

3. Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia,
khususnya bagi penduduk di negara yang sedang berkembang. Dalam tubuh,
karbohidrat berfungsi untuk mencegah timbulnya ketosis, mencegah pemecahan
protein tubuh yang berlebihan, mencegah kehilangan mineral, dan untuk membantu
metabolisme lemak dan protein. Selain itu, karbohidrat dapat juga digunakan untuk
bahan pengisi tablet dan kapsul, bahan pemanis, bahan perasa, bahan pengawet, dan
sumber serat.10
a. Sumber energi. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkalori. Karbohidrat di
dalam tubuh sebagian berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk
keperluan energi segera, dan sebagian lagi disimpan sebagai glikogen

10
Abdul Rohman dan Sumantri, Analisis Makanan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),
hlm. 42
dalam hati dan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian
disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan lemak. Sistem saraf
sentral dan otak sama sekali tergantung pada glukosa untuk keperluan
energinya.
b. Pemberi rasa manis pada makanan. Karbohidrat memberi rasa manis pada
makanan, khususnya monosakarida dan disakarida. Gula tidak mempunyai rasa
manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
c. Penghemat protein.11 Protein akan digunakan sebagai sumber energi,
jika kebutuhan karbohidrat tidak terpenuhi, dan akhirnya fungsi protein sebagai
zat pembangun akan terkalahkan.
d. Pengatur metabolisme lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak
yang tidak sempurna. Membantu pengeluaran feses. Karbohidrat membantu
pengeluaran feses dengan cara mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk
pada feses. Selulosa dan serat makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan
hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar
sehingga memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan. Serat
makanan mencegahkegemukan, konstipasi, hemoroid, penyakit-penyakit
divertikulosis, kanker usus besar, penyakit diabetes mellitus dan jantung
koroner yang berkaitan dengan kadar kolesterol.

11
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli–Desember2014:38 -4
METODELOGI

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tanggal : Jum’at, 19 Maret 2021

Waktu : 10.00 – 11.50 WIB

Alat – alat :

1. Bahan Uji Betadine


2. Wadah (Piring, gelas plastik)
3. Tusuk gigi

Bahan-bahan :

1. Pisang ambon
2. Gula pasir
3. Nasi merah
4. Apel
5. Roti tawar
6. Pisang scanvendish
7. Semangka
8. Buncis rebus
9. Putih telur rebus
10. Mentega
11. Gula merah
12. Kentang
13. Roti gandum
14. Kacang panjang
15. Nasi putih
Cara Kerja

1. Menyiapkan semua bahan kedalam masing-masing wadah.


2. Menghaluskan bahan-bahan seperti pisang, kentang, gula merah, kacang
panjang, dan putih telur rebus. Agar dapat terlihat perubahan warna yang jelas.
3. Meneteskan betadine sebanyak 3-4 tetes kedalam masing-masing bahan yang
telah disiapkan wadah.
4. Mendiamkan selama 5 menit
5. Mengamati perubahan warna pada masing-masing bahan

HASIL

Gambar 1.
Hasil bahan yang telah ditetesi betadine
yaitu telur putih rebus, pisang scanvendish,
mentega, buncis, dan semangka.
Gambar 2.
Bahan yang telah ditetesi betadine yaitu
nasi putih, roti gandum, kacang panjang,
gula merah, dan kentang

Gambar 3.
Bahan yang telah ditetesi betadine yaitu
nasi merah, gula pasir, roti tawar, apel, dan pisang ambon.
No. Nama Bahan Perubahan Warna Hasil
1 Pisang ambon Biru Tidak mengandung
karbohidrat
2 Nasi merah Biru keunguan Mengandung
karbohidrat
3 Gula pasir Merah Tidak mengandung
karbohidrat
4 Apel Merah Tidak mengandung
karbohidrat
5 Roti tawar Biru kehitaman Mengandung
karbohidrat
6 Pisang scavendish Hitam Tidak mengandung
karbohidrat
7 Semangka Sedikit menghitam Tidak mengandung
karbohidrat
8 Buncis Merah Tidak mengandung
karbohidrat
9 Putih telur rebus Merah Tidak mengandung
karbohidrat
10 Mentega Merah Tidak mengandung
karbohidrat
11 Gula merah Merah Tidak mengandung
karbohidrat
12 Kentang Biru kehitaman Mengandung
karbohidrat
13 Roti gandum Biru kehitaman Mengandung
karbohidrat
14 Kacang Panjang Merah Tidak mengandung
karbohidrat
15 Nasi putih Biru kehitaman Mengandung
karbohidrat
PEMBAHASAN

Pada kegiatan praktikum kali ini menggunakan betadine yang digunakan untuk
mengetahui kandungan makanan. Betadine digunakan untuk menguji apakah suatu
makanan mengandung karbohidrat (amilum) atau tidak. Bila makanan yang kita tetesi
betadine menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat.

Semakin hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidratnya. Sesuai


pernyataan di atas di peroleh hasil pengujian sebagai berikut :

1. Uji pada pisang ambon


Pada uji karbohidrat (amilum), pisang yang dihaluskan di tetesi dengan betadine
dan setelah didiamkan selama 5menit menghasilkan warna ungu kebiruan. Hal itu
berarti pisang tidak mengandung karbohidrat (amilum).
2. Gula pasir
Pada uji karbohidrat (amilum), gula yang telah ditetesi betadine tidak mengalami
perubahan warna atau hanya berwarna merah dari betadine. Hal itu berarti gula
tidak mengandung karbohidrat.
3. Nasi merah
Nasi merah yang telah ditetesi betadine menghasilkan warna biru ke unguan yang
berarti nasi merah mengandung karbohidrat.
4. Apel
Apel yang telah ditetesi betadine tidak mengalami perubahan warna atau hanya
berwarna merah dari betadine. Hal itu berarti apel tidak mengandung
karbohidrat.
5. Roti tawar
Pada uji karbohidrat (amilum), roti tawar yang tidak dihaluskan dan ditetesi
betadine 3-4 tetes langsung menghasilkan warna biru ke unguan tanpa menunggu
/mendiami selama 5menit. Hal itu berati roti tawar mengandung karbohidrat.
6. Pisang scavendish
Pada uji karbohidrat (amilum), Pisang scavendish yang dihaluskan dan ditetesi
betadine menghasilkan warna sedikit biru. Hal itu berarti pisang scavendish tidak
mengandung karbohidrat.
7. Semangka
Semangka yang telah ditetesi betadine sedikit mengalami perubahan warna dan
tidak signifikan. Hal itu berarti Semangka tidak mengandung karbohidrat.
8. Buncis rebus
Pada uji karbohidrat (amilum), Buncis yang telah direbus lalu dihalusi dan ditetesi
betadine tidak menghasilkan warna. Hal itu berarti buncis tidak mengandung
karbohidrat.
9. Putih telur rebus
Putih telur yang telah direbus lalu dihaluskan dan ditetesi betadine tidak
menghasilkan warna kebiruan atau hanya berwarna dari betadine. Hal ini berarti
putih telur tidak mengandung karbohidrat.
10. Mentega
Mentega yang ditetesi dengan betadine tidak mengalami perubahan warna atau
hanya warna dari betadine. Hal ini berarti mentega tidak mengandung
karbohidrat.
11. Gula merah
Gula merah yang telah dihancurkan dan ditetesi betadine tidak menghasilkan warna
atau hanya bewarna merah dari betadine. Hal ini berarti gula merah tidak
mengandung karbohidrat.
12. Kentang
Kentang yang telah dihaluskan, ditetesi betadine dan didiamkan selama 5menit
menghasilkan warna biru ke hitaman. Hal ini berarti kentang mengandung
karbohidrat.
13. Kacang panjang
Kacang panjang telah dihaluskan dan ditetesi betadine tidak menghasilkan warna
atau hanya bewarna merah dari betadine. Hal ini berarti kacang panjang tidak
mengandung karbohidrat.
14. Roti gandum
Roti gandum telah dihaluskan dan ditetesi betadine tidak menghasilkan warna atau
hanya bewarna merah dari betadine. Hal ini berarti roti gandung mengandung
karbohidrat.
15. Nasi putih
Nasi putih setelah ditetesi betadine menghasilkan warna biru ke unguan yang
berarti nasi putih mengandung karbohidrat.

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah kami lakukan dan setelah melakukan analisis, maka dapat
kami simpulkan bahwa :

1. Tes amilum atau karbohidrat kompleks digunakan untuk mengecek ada tidaknya
kandungan karbohidrat di dalam berbagai zat makanan. Tes ini hanya digunakan
sebagai kualitatif dan tidak bisa digunakan untuk mengukur kandungan karbohidrat
di dalam makanan tersebut.
2. Hasil cek menunjukan perubaan warna betadine dari yang kemerahan menjadi
berwarna biru-ungu. Warna ini merupakan senyawa kompleks dari iodine dan
amilum.
3. Dari lima belas bahan yang digunakan hanya roti tawar, roti gandum, pisang
ambon, kentang, dan pisang scanvendish yang mengalami perubahan warna yang
berarti mengandung karbohidrat.
DAFTAR PUSTAKA

Mary E. Barasi, At a Glance ILMU GIZI, hlm. 28.Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol.
13(2) Juli – Desember 2014: 38 - 44
Estien Yazid dan Lisda Nursanti, Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk Mahasiswaa
Analisis, hlm. 2.

Abdul Rohman dan Sumantri, Analisis Makanan, (Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2007), hlm. 42

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli–Desember2014:38 -4

Estien Yazid dan Lisda Nursanti, Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk Mahasiswaa
Analisis, hlm. 2.

Yohanis Ngili, Biokimia Dasar, (Bandung: Rekayasa Sains, 2010), hlm. 26.

Anda mungkin juga menyukai