Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGARUH pH TANAH TERHADAP GERAK CACING TANAH dan PENGARUH


SUHU AIR TERHADAP PERPECAHAN BIJI PACAR AIR

DISUSUN OLEH :

NAMA : Windasari Dewi Pramita

NIM : 16312241023

KELAS : Pendidikan IPA A 2016

KELOMPOK :5

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
A. Judul
Pengaruh Ph tanah terhadap terhadap gerak cacing tanah dan pengaruh suhu air
terhadap perpecahab biji pacar air
B. Tujuan
1. Mengukur waktu hewan ( cacing ) melakukan gerakan dipengaruhi oleh pH
2. Menyelidiki pengaruh suhu air terhadap gerak pecahnya biji tumbuhan pacar air
C. Dasar Teori
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum
Annelida (Anonim a, 2010). Cacing tanah. 20-9-10. Ciri-cirinya bentuk tubuh panjang
silindris, bersegmen-segmen, simetri bilateral, bernafas dengan kulit, dan bersifat
hemaphrodit. Permukaan tubuh cacing tanah berwarna merah sampai biru kehijauan.
Bentuk tubuh panjang silindris, dengan 2/3 bagian posteriornya sedikit memipih
kearah dorsoventral. Permukaan bagian bawah berwarna lebih pucat, umumnya
berwarna merah jambu dan kadang-kadang putih mulut terdapat di ujung anterior
yang bukan merupakan segmen yang sebenarnya, anus terletak pada segmen terakhir
(Kastawi, 2003).
Terdapat 3 tipe organ sensorik pada caing tanah yaitu reseptor epidermal,
reseptor pada rongga mulut (buccal), dan reseptor cahaya (Susilowati dan Rahayu,
2007). Reseptor epidermal dan reseptor buccal merupakan organ yang merespon
stimulus kimiawi. Reseptor epidermal terdistribusi pada bagian epidermis, terutama
pada sisi lateral dan pemukaan ventral tubuh. Sedangkan reseptor buccal terletak
dirongga mulut, organ ini berfungsi untuk merespon stimulus kimia yang berasal dari
makanan (Koptal, dkk., dalam Susilowati dan Rahayu, 2007).
Cacing tanah menghasilkan cairan mukus yang dihasilkan oleh kelenjar mucus
epidermal. Cairan mucus memiliki banyak fungsi, fungsi yang utama yaitu untuk
menjaga kelembaban tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 pada cacing tanah terjadi
melalui difusi pada permukaan tubuhnya, kondisi permukaan tubuh yang lembab
membantu cacing tanah untuk lebih mudah mengikat oksigen dari lingkungan dan
berdifusi masuk ke dalam tubuh, sedangkan karbondioksida diikat untuk dikeluarkan
dari tubuh. Selain itu, cairan mucus juga berfungsi untuk membantu pergerakan
cacing tanah. Karena kondisi tanah yang lembab dan licin menyebabkan cacing tanah
lebih mudah untuk bergerak dan mendeteksi keadaan sekitar, misalnya kondisi pH
lingkungan. Cairan mucus pada cacing tanah juga berfungsi sebagai sarana
komunikasi cacing tanah, misalnya digunakan untuk menunjukkan suatu tempat dan
berperan ketika cacing tanah mencari pasangan untuk melakukan proses reproduksi
(Riyanto, 2005). Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh
tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada
daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk
memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam
lubang (Agustinus, 2009).
Selom adalah rongga yang berisi cairan yang terbentuk di dalam mesoderm.
Selom terbentuk pada fase triploblas tetapi akan hilang setelah beberapa fase
berikutnya. Hilangnya selom berkaitan erat dengan penurunan besaran badan. Selom
hanya terdapat pada fase triploblas binatang, walaupun kadangkala istilah selom juga
digunakan untuk merujuk kepada pembentukan saluran pencernaan (Anonim b.
2010).
Alat komunikasi lain dari cacing tanah adalah cairan selom yang dihasilkan
oleh korpuskula selom. Cairan selom bersifat alkaline, tidak berwarna, mengandung
air, garam, dan beberapa protein (Koptal, dkk., 1980 dalam Susilowati dan Rahayu,
2007: 1). Diduga cairan selom ini dihasilkan oleh sel kloragogen yang berfungsi
mengekskresikan produk dari cairan selom. Senyawa kimia ini berfungsi sebagai alat
komunikasi dan dapat bertahan aktif pada suatu tempat dalam waktu yang lama.
Selain itu, sifat dari senyawa tersebut sangat spesifik dan karena setiap cacing
memiliki kemoreseptor yang sangat sensitif, maka senyawa tersebut dapat dideteksi
oleh cacing tanah jenis lain dengan mudah (Price, 1975 dalam Susilowati dan Rahayu,
2007).
Berdasarkan sumber rangsangan gerak, gerak pada tumbuhan dibedakan atas
tiga macam, yaitu gerak endonom, gerak higroskopik, dan gerak esinom. Gerak
endonom merupakan gerak spontan dari tumbuhan yang tidak disebabkan adanya
rangsangan dari luar, misalnya gerak aliran sitoplasma pada tanaman air (hydrilla
verticillata). Gerak higroskopik merupakan gerak pada tumbuhan yang terjadi akibat
adanya perubahan kadar air pada tumbuhan, misalnya gerak pecahnya kulit buah
polong-polongan hingga bijinya terlempar keluar. Gerak esinom merupakan gerak
pada tumbuhan yang disebabkan karena adanya rangsangan dari luar (Furqonita,
2006).
Gerak pada tumbuhan terjadi karena proses tumbuh atau karena rangsangan
dari luar. Walaupun tidak memiliki alat indra, tumbuhan peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Tumbuhan memberi tanggapan terhadap rangsangan yang berasal dari
cahaya, gaya tarik bumi, dan air. Ada pula tumbuhan yang peka terhadap sentuhan
dan zat kimia. Tanggapan tumbuhan terhadap rangsangan-rangsangan tersebut di atas
disebut daya iritabilitas atau daya peka terhadap rangsangan. Ada tiga macam gerak
pada tumbuhan, yaitu gerak tropisme, gerak nasti, dan gerak taksis (Uya, 2010).
Gerak merupakan salah satu ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup. Gerak
dapat berupa perpindahan tempat atau perubahan bentuk tubuh. Walaupun tumbuhan
tidak memiliki sistem syaraf, namun mempunyai bentuk tubuh yang tersususn atas
sel-sel yang saling berdekatan dan berhubungan. Dinding sel tumbuhan umumnya
mengalami penebalan, tetapi ada bagian tertentu dari sel itu tidak menebal, sehingga
seolah-olah ada celah yang disebut noktah. Melalui celah inilah plasma sel yang satu
dengan sel tetangganya yang dihubungkan oleh benang-benang plasma disebut
plasmodesmata (Kimball, 1992).
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang mempunyai ciri yaitu
pertumbuhan dan bergerak. Banyak spesies yang telah dapat diketahui bahwa
tanaman dapat mengatur pemunculan daunnya secara aktif menuju arah datangnya
cahaya. Fenomena inilah yang disebut dengan fototropisme (Kahlen, 2009).
Gerak merupakan salah satu ciri yang dimiliki makhluk hidup .Gerak dapat
berupa perpindahan tempat atau perubahan bentuk tubuh. Gerak pada tumbuhan
disebabkan karena rangsangan yang diterima oleh plasmodemata (Kurnadi, 1988).
Gerak pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Gerak Endonom
Gerak Endonom merupakan gerak yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar. Contoh:
a. Gerakan protoplasma pada sel daun hidrilla.
b. Gerak kromosom saat membelah.
c. Gerak merekahnya kulit polong polongan yang kering.
d. Gerak membukanya gigi peristom.
2. Gerak Etionom
Gerak ini terjadi karena adanya rangsangan dari luar seperti suhu, cahaya, gravitasi,
sentuhan maupun tiupan angin. Gerak Etionom dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Gerak Tropisme
Tropisme merupakan gerak tumbuhan yang berupa pelengkungan
organ tumbuhan menjauhi atau mendekati rangsangan. Gerak ini dibagi
menjadi 3 yaitu, Fototropisme (rangsangan cahaya) contoh: membengkoknya
tumbuhan ke arah sinar matahari. Geotropisme (rangsangan gravitasi bumi)
contoh: Gerak akar tumbuhan. Tigmotropisme (rangsangan sentuhan) contoh:
gerak membelit ujung batang.
b. Gerak Nasti
Merupakan gerak yang dipengaruhi rangsangan dari luar tetapi arah
gerak tidak dipengaruhi oleh arah rangsangan. Gerak ini dibagi menjadi 4
yaitu:
· Tigmonasti (rangsangan sentuhan) contoh: gerak daun putri malu.
· Niktinasti (gerak tidur tumbuhan) contoh: merunduknya daun famili
Leguminosae.
· Fotonasti (rangsangan cahaya) contoh: mekarnya bunga pukul empat.
· Nasti kompleks (rangsang cahaya dan unsur kimia) contoh: membuka
menutupnya stomata.
c. Gerak Taksis
Gerak yang terjadi karena rangsangan dari luar dan arah gerak
ditentukan oleh arah rangsangan. Gerak ini dibedakan menjadi 2 yaitu:
· Kemotaksis (rangsanga zat kimia) contoh: gerak lumut saat terjadi
fertilisasi.
· Fototaksis (rangsangan cahaya) contoh: euglena bergerak menuju
cahaya

KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Family : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Species : Impatiens balsamina L

Pacar air merupakan tanaman herbal berupa terna yang berakar serabut,
berbatang basah, lunak, bulat dan bercabang. Warna hijau kekuningan. Pacar air
biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya
tegak dan percabangan monopodial. Pacara air mempunyai daun tunggal, tersebar,
berhadapan atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, pinggirnya
bergerigi, ujungnya meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda tanpa
daun penumpu, jika daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk
roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal
daun bergerigi tajam, ujung daun runcing. Buah pada tumbuhan pacar air terdiri dari
bakal buah menumpang beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau
lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti. Bentuk
buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal.benih endospermic embrio akan
mengalami diferensiasi. Tumbuhan ini juga memiliki aneka macam warna bunga, ada
yang putih merah,ungu, kuning, dan jingga. Jika pacar air yang berbeda warna
disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka ragam, berkelamin 2,
diketiak. Daun kelopak 3 atau 5, epas atau sebagian melekat bertaji. Daun kelopak
samping berbentuk corong miring berwarna dan terdapat noda kuning didalamnya,
sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2
cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik
dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku
dan lebih pendek. Ada 5 benang sari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak
bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih. Bunga terkumpul 1-3.
Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas, memiliki 5 kepala putik
(Anonim,2009).

D. Metodologi Percobaan
1. Waktu = Senin, 05 Februari 2018 . Pukul 09.20-11.00 WIB
Tempat = Laboratorium IPA 2 , FMIPA,UNY
2. Alat dan bahan =
1) Gerak tumbuhan
a. Mistar / penggaris
b. Cacing
c. Stopwatch
d. Handphone
e. Biji pacar air
f. Air panas
g. Air dingin
h. Air biasa
i. Gelas beaker
2) Gerak hewan
a. HCL 1 M (pH asam )
b. Sunlight ( pH basa )
c. Air (pH netral )
d. Tanah
e. Cawan petri
f. Stopwatch
g. Timbangan analog
h. Gelas beaker

1 Prosedur Kerja
a. Pergerakan hewan
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Mengisi 3 cawan petri dengan 60 gram tanah

Memasukkan masing-masing cacing kedalam cawan petri lalu kubur dengan


tanah hingga tidak nampak tubuhnya

Mengisi 3 beaker glass masing-masing 20 ml untuk diisi air (netral) , air


sunlight ( basa ), dan HCL 1 M ( asam )

Menuangkan secara bersamaan beaker glass berisi cairan kedalam cawan


petri berisi tanah dan cacing

Mengamati pergerakan cacing dan mencatat waktu yang diperlukan cacing


keluar dari wadah

Mengulangi percobaan sebanyak 2 kali

b. Pergerakan tumbuhan
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Mengisi 3 beaker glass dengan 200 ml air panas, air dingin dan air biasa
Memasukkan masing-masing satu biji pacar air yang sudah agak tua kedalam
beaker glass

Mengamati pergerakan biji pacar air

Mencatat waktu yang diperlukan biji pacar air pecah

Mengulangi sebanyak 1 kali

E. Hasil Kegiatan

a. Pergerakan hewan
Massa tanah : 60 gram
Volume larutan 20 ml

No Variasi pH Waktu Waktu Waktu


pergerakan pergerakan pergerakan
cacing ( sekon cacing ( sekon cacing ( sekon
) ) )
1 2 3
1 Air ( netral ) 22 27 25
2 Sunlight ( basa ) 5 4 7
3 HCL 1 M ( asam ) 1 1 2

b. Pergerakan Tumbuhan

Variabel kontrol = volume air 200ml, biji pacar air, beaker glass.
Variabel bebas = suhu air
Variabel terikat = meletusnya biji pacar air

No Variasi Suhu Percobaan pertama Percobaan kedua


waktu biji pacar air waktu biji pacar air
meletus ( sekon) meletus ( sekon)
1 Air panas 00:02:43 00:06:93
2 Air biasa 02:50:26 02:35:32
3 Air dingin 04:56:23 06:50:40

F. Pembahasan

Percobaan dengan judul Pengaruh Ph tanah terhadap terhadap gerak cacing tanah
dan pengaruh suhu air terhadap perpecahab biji pacar air ini dilakukan pada hari senin
,05 Februari 2018 pukul 09.20-11.00 WIB bertempat di laboratorium IPA 2 FMIPA
UNY. Tujuan dari percobaan ini yaitu mengukur waktu hewan ( cacing ) melakukan
gerakan dipengaruhi oleh pH serta menyelidiki pengaruh suhu air terhadap gerak
pecahnya biji tumbuhan pacar air.

Dari hasil yang diperoleh pada pengukuran waktu cacing keluar dari wadah akibat
pengaruh siraman cairan dengan pH yang berbeda yaitu, pada percobaan pertama yakni
pada siraman air 20 ml dengan pH netral menghasilkan waktu sebanyak 22 sekon, pada
percobaan kedua sebanyak 27 sekon dan percobaan ketiga sebanyak 25 sekon. Kemudian
pada percobaan selanjutnya yakni menggunakan cairan sunlight 20 ml (pH basa )
menujukan waktu 5 sekon pada percoban pertama , 4 sekon pada percoban kedua dan 7
sekon pada percobaan ketiga. Berikutnya pada penyiraman cairan HCL 1 M (pH asam )
menghasilkan waktu pada percobaan pertama sebanyak 2 sekon, kedua 1 sekon dan
ketiga sebanyak 2 sekon.

Berdasarkan data yang diperoleh, cacing melakukan pergerakan tercepat ketika


disiram dengan cairan HCL 1 M (pH asam ) , kemudian pada penyiraman dengan cairan
sunlight 20 ml (pH basa ) menunjukan waktu pergerakan yang lebih lambat dibandingkan
penyiraman dengan pH asam tadi. Kemudian pergerakan yang lambat ditunjukan pada
siraman air dengan pH netral. Menurut litelatur yang ada , disebutkan bahwa cacing tanah
memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan.
Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan
bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan cacing
tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang membantu
pencernaan senyawa karbohidrat dan protein.Namun bila makanan terlalu asam sehingga
aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan
tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Sama halnya dengan rekasi
asam yang terjadi akibat disiram menggunakan cairan HCL 1 M . akibatnya cacing lemas
dan mati seketika setelah disiram cairan asam tersebut. Keadaan makanan atau
lingkungan yang terlalu basah,mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian
mati. Untuk pertumbuhanyang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.

Ada pula hasil yang telah diperoleh pada percobaan tentang gerak pada tumbuhan
, diperoleh hasil yaitu pecahnya biji pacar air paling cepat ditunjukan pada suhu air panas
, dimana dihasilkan data pada percobaan satu sebanyak 00:02:43 dan 00:06:93 sekon.
Sedangkan pada air biasa , waktu yang diperlukan biji pacar air untuk pecah lebih lambat
dibandingkan saat menggunakan air panas, yakni sebanyak 02:50:26 dan 02:35:32 sekon.
Pada penggunaan air dingin , pecahnya biji pacar air sangat lambat , ditunjukan dengan
waktu yang dihabiskan sebanyak 04:56:23 dan 06:50:40 sekon. Gerak ini sendiri
merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan
hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan oleh
hewan dan manusia. Menurut litelatur yang ada , Gerak pada tumbuhan bersifat pasif.
Selain itu gerak pada tumbuhan merupakan respon terhadap rangsangan dari lingkungan
dan akibat adanya pertumbuhan (Kadaryanto, 2000). Ini dapat diartikan bahwa
tumbuhan dalam melakukan gerak tidak memerlukan adanya pindah tempat (tetap berada
di tempat tumbuhnya). Gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh rangsangan
(stimulus).
Rangsangan yang mempengaruhi terjadinya suatu gerak pada tumbuhan, antara
lain: cahaya, air, sentuhan, suhu, gravitasi dan zat kimia. Namun pada percobaan kali ini ,
hanya menggunakan rangsangan berupa suhu air yang berbeda-beda. Pada tumbuhan,
rangsangan disalurkan melalui benang plasma (plasmodesmata) yang masuk ke dalam sel
melalui celah antar sel (noktah) yang terdapat pada dinding sel.

Pengukuran waktu pecahnya biji pacar air ini dilakukan untuk menunjukan serta
membuktikan adanya pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi gerak pada
tumbuhan. Yang mana kemampuan dalam menanggapi rangsang dari luar berupa air
dengan suhu yang berbeda-beda ini akan menghasilkan gerak pada biji pacar air. Sesuai
dengan litelatur menurut Mikrajuddi (2006) yang menyatakan bahwa Kemampuan
menanggapi rangsangan atau memberi reaksi terhadap rangsangan disebut iritabilitas.
Jadi, gerak pada tumbuhan biasanya terjadi karena rangsangan dari luar.

Alaminya, gerak pecahnya biji pacar air ini digolongkan kepada gerak higroskopis
akibat berkurangnya kadar air dalam tumbuhan. Menurut Furqonita (2006) menyatakan
bahwa Gerak higroskopik merupakan gerak pada tumbuhan yang terjadi akibat adanya
perubahan kadar air pada tumbuhan, misalnya gerak pecahnya kulit buah polong-
polongan hingga bijinya terlempar keluar. Gerak ini termasuk kedalam gerak endonom
,dikarenakan gerak tersebut terjadi akibat tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar. Namun
pada percobaan ini, gerak pecahnya biji pacar air digolongkan kedalam gerak etionom
karena dipengaruhi oleh faktor luar berupa suhu pada air yang berbeda-beda , yaitu air
panas,air biasa dan air dingin.

Biji pacar air yang sudah tua yang belum pecah merupakan gerak higroskopis
yaitu gerak yang terjadi karena adanya rangsangan air. Gerak higroskopis ini merupakan
gerak bagian-bagain tanaman yang tidak hidup lagi. Pecahnya kulit buah dan terpentalnya
biji sebenarnya merupakan cara tumbuhan tersebut memencarkan alat
perkembangbiakannya. Pada percobaan ini terlihat bahwa biji pacar air yang belum
melakukan gerakan masih tertutup namun setelah dimasukkan kedalam air dengan suhu
yang berbeda-beda , biji pacar air akhirnya terbuka atau pecah dan menyebabkan adanya
gerakan pada biji pacar air tersebut. Gerakan ini tergolong kedlam gerak termonasti ,
yaitu gerak nasti yang disebabkan oleh rangsang suhu. Dimana pecahnya biji biji pacar
air tersebut dikarenakan menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, efek yang terjadi
adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji melunak.
Proses ini murni fisik. Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian
yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran
radikula semakin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada
akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak
bagi embrio untuk dipecah.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gerak hewan ( cacing ) lebih cepat terjadi pada cairan dengan pH asam ,
dibandingkan pH basa dan pH asam netral.
2. Tumbuhan melakukan gerak, gerak pada tumbuhan ditunjukkan oleh gerakan
organ yang merupakan respon tumbuhan terhadap rangsang dari luar. Gerak
termonasti dapat terjadi pada pecahnya biji pacar air.

H. Daftar pustaka
Agustinus, M. Dedi. 2009. Tingkah Laku Cacing Tanah
(http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/27/tingkah-laku-cacing- tanah/)
Online. Diakses pada tanggal 03 Februari 2018.

Anonim a. 2010. Cacing tanah (http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tanah). Online.

Diakses pada tanggal 03 Februari 2018.


Anonim b. 2010. Coelom. (http://en.wikipedia.org/wiki/Coelom.) Online. Diakses

pada tanggal 03 Februari 2018.


Ferdinand, Fiktor. 2003. Praktis Belajar Biologi. Grafindo, Yogyakarta.

Franklin, G. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press : Jakarta.


Furqonita, D. 2006. Seri Ipa Biologi Smp Kelas VII. Yudhistira Ghalia Indonesia:
Jakarta.
Kadaryanto. 2000. Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan. Yudhistira Ghalia
Indonesia.. Jakarta.
Kahlen. 2009. Modeling leaf phototropism in a cucumber canopy : Germany.
Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: FMIPA UM.
Kimball, J. W. 1992. Biologi, edisi ke-5, jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Kurnadi, K.A. 1988. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jurdik Biologi-
FPMIPA. Bandung.
Mikrajuddin, dkk. 2006. IPA Terpadu Jilid 2A. Gramedia, Jakarta.
Riyanto, Sugeng. 2005. Filum Annelida. (Online),
(http://www.ziddu.com/download/3144228/filum Annelida.doc.html, diakses
tanggal 03 Februari 2018.

Susilowati, Rahayu Sofia Ery. 2007. Petunjuk Kegiatan Praktikum Tingkah Laku
Hewan. Malang: FMIPA UM.

Uya. 2010. Gerak Pada Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.


I. Lampiran

Larutan HCL 1 M

20 ml cairan dituang kedalam beaker glass


Cawan petri berisi cacing dan tanah serta tiga beaker glass berisi cairan air , HCL 1M
dan sunlight

Cacing sebagai hewan uji coba


Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai