Anda di halaman 1dari 14

Nama : Meylisa Dyah P.

NIM : 16312241022

Kelas : Pendidikan IPA A 2016

BAB VII BIOTEKNOLOGI PUPUK HAYATI

Tanaman memerlukan banyak nutrisi agar dapat tumbuh dengan baik dan memberikan
hasil panen yang optimum. Nitrogen dan phosphat adalah dua unsur yang paling diperlukan oleh
tanaman yang dipenuhi oleh pupuk buatan. Mengingat akan semakin mahalnya harga pupuk dan
implikasi yang besar terhadap kelestanan ekosistem,maka penggunaan pupuk buatan mulai
dikompensasi dengan penggunaan pupuk alternatif yang lebih murah dan dampaknya terhadap
penurunan kualitas lingkungan jauh lebih kecil. Salah satu altematif pupuk buatan adalah pupuk
hayati. Inokulan mikrobia yang dikemukakan oleh Rio (1982) atau pupuk hayati (biofertiliser)
adalah suatu bahan yang berasal dari jasad hidup (mikrobiologis) khususnya mikroba untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi suatu tanaman. Mikroba yang digunakan adalah
kelompok bakteri atau jamur. Pada pupuk hayati komponen utamanya adalah jasad hidup yang
pada umumnva diperoleh dari alam tanpa ada penambahan bahan kimia yang diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan jasad hidupnya selama dalam penyimpanan yang dapat diganti gambut,
kapur alam. Kelebihan yaitu tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Secara umum pupuk hayati yang sudah berkembang selama ini dapat dibedakan atas-
beberapa kelompok yaitu 1) penyedia unsur nitrogen (2) penyedia-unsur-phosphat, dan 3)
penyedia faktor per- tumbuhan tanaman (plant growth factor)

A. PENAMBATAN NITROGEN OLEH MIKROBIA

Nitrogen tersedia dalam jumlah yang melimpah di atmosfer dalam bentuk gas. Nitrogen
atmosfer tersebut dapat diubah, melalui serangkaian reaksi, oleh mikrobia prokaryot tertentu
menjadi senyawa organik yang dapat digunakan oleh tanaman untuk mendukung per
tumbuhannya. Fenomena penambatan nitrogen atmosfer tersebut dikenal sebagai diazotrofi
(diazotrophy) atau penambatan nitrogen secara biologis (biological nitrogen fixation) sehingga
mikrobia yang mampu melakukan penambatan nitrogen disebut sebagai diazotro (diazotroph) atau
penambat nitrogen.

Mikrobia yang fungsi utamanya sebagai penyedia unsur nitrogen melalui penambatan
nitrogen atmosfer dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) mikrobia yang hidup bebas
(free-living-microbes), artinya tidak mempunyai asosiasi spesifik dengan tanaman tertentu, dan
(2) mikrobia yang melakukan hubungan simbiot dengan tanaman. Proses penambatan nitrogen
secara biologis yaitu (1) penambatan nitrogen ecara non-simbiotik, dan (2) penambatan nitrogen
secara simbiotik dengan tanaman.

1. Mikrobia Penambat Nitrogen Secara Non-Simbiotik

Penambatan nitrogen secara non-simbiotik hanya dilakukan oleh bakteri dan alga bitu hijau
(Blue Green Algae) disingkat scbagai BGA atau sianobakteri (cyanobacteria). Bakteri
penambat nitrogen secara non-simbiotik di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu
(a) aerob,genus Azotobacter,Azomonas,Beijerinckia, Derxia, Mycobacterium,dan
Azospirillum. ; (b) anaerob ,Clostridium, Desulfovibrio, Chlorobium dan Chromatium dan (c)
fakultatif anaerob,Klebsiella, Rhodopseudoonas,Bacillus, Enterobacter,Rhodospirillum.

Kelompok bakteri penambat nitrogen non-simbiotik yang dikelompokkan sebagai jasad


fotosintetik, misalnya Rhodomi crobium, Rhodopseudomonas, Rhodospirillum. Sianobakteria
yang mampu menambat nitrogen, baik yang heterocyst maupun non-heterocyst, antara lain
adalah Anabaena, Anabaenopsis, Aulosira, Calothrix, Cylindrospermum, Gloeocapsa,
Lyngbya, Nostoc, Oscillatoria, Plectonema, Scytonema. Stegonema, Tolypothrix,
Trichodesmium.

Heterotrofik vaitu jasad yang momperoleh energinya dari hasil perombakan sisa-sisa
tanaman, misalnya Azotobacter.Bakteri ini mempunyai laju respirnsi yang paling
tinggi,bersifat mesofilik (tumbuh pada suhu 30oC), kerapatan bakteri dalam tanah yaitu 103-
106 kg N/ha/Tahun pada akar P.notatum.

Beijerinckia dan Derxia. A. Bakteri Beijerinckia berada di tanah masam daerah


tropis,berasosiasi spesifik dengan tanaman tebu,menyumbang sckitar 50 kg N/ha/tahun pada
perakaran tebu. Bakteri Derxia pada kisaran pH tanah sekitar 5,0 sampai 9.
Sementara itu. sianobakten umum djumpai di daerah penanaman padi. Beberapa
sianobakteri membentuk heterocyst, misalnya Anabaena, Aulosira. Cylindrospermum,Nostoc
Tolypothrix, sedangkan genus yang lain tidak membentuk heterocyst, misalnya Lyngbya,
Qscillatoria, dan Plectonema.

Sianobakteri mensekresikan vitamin B12, auksin dan asam askorbat yang dapat membantu
pertumbuhan tanaman- Proses penambatan nitrogen pada sianobakteri terjadi pada sel-khusus
yang disebut sebagai heterocyst. Heterocyst adalah sel yang berukuran besar, berdinding tebal
tetapi kosong dan terdapat di antara sel-sel berpigmen pada filament alga. Bakteri tanpa
heterocyt, misalnya Plectonema Trichodesmium, Lyngbya, dan Oscillatoria.

Bakteri Azospirillum (Spirillum) adalah kelompok lain jasad penambat nitrogen yang hidup
bebas.. Tanah yang mempunyai pH di bawah 5,7 umumnya tidak mengandung Azospirillum.
Terdapat di daerah perakaran padi, jagung, gandum, sorghum serta tanaman Digitaria
decumbens. Bersifat sangat aerobik dengan adanya amonia di dalam medium dan tidak mampu
menambat nitrogen dalam keadaan anaerob total.

2. Penambatan Nitrogen Secara Non-Simbiotik

Kompleks nitrogenase merupakan enzim yang berperan mengubah N2 atmosfer menjadi


NH3 yang tersusun atas dua metalloprotein yaitu protein molybdo-ferro (protein Mo-Fe)
berukuran 240 kD yang berperan sebagai nirogenase dan protein ferro (protein Fe) berukuran
60 kD yang berperan sebagai nitrogenase reduktase. Nitrogenase berperan sebagai katalis
dalam reaksi:

Reaksi penambatan nitrogen diperlukan 16 molekul ATP untuk memindahkan 8 elektron


dari nitrogenase reduktase ke nitrogenase sehingga terjadi reduksi satu molekul N, menjadi
dua molekul NH3 dan satu molekul H2. Penambatan nitrogen berlangsung dalam suasana
anaerob (menonaktifkan komponen kompleks nitrogenase). Pada sianobakteri, reaksi
penambatan nitrogen berlangsung di heterocyt. Dinding heterocyst mengandung suatu
senyawa dalam glikolipid yang dapat menangkap O, sehingga dapat membuat suasana di
dalamnya menjadi anaerob (kondisi sangat tereduksi).
Mikrobia penambat nitrogen non-simbiotik yang tidak membentuk struktur khusus seperti
bintil akar, proses penambatan nitrogen dilakukan dengan adanya laju respirasi yang tinggi
sehingga oksigen tidak mencapai kompleks nitrogenase

3. Mikrobia Penambat Nitrogen Secara Simbiotik

Mikrobia penambat nitrogen simbiotik mempunyai hubungan yang khusus dengan


tanaman inang tertentu. Seperti Rhizobium dengan tanaman legum (kacang-kacangan).
Rhizobium adalah bakteri Gram negatif, bersifat aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang dengan ukuran sekitar 0,5-0,9 um x 1,2-3 pm. Bakteri ini termasuk dalam famili
Rhizobiaceae. Rhizobium terbentuk struktur khusus pada tanaman yang disebut sebagai bintil
akar.

Bakteri pembentuk bintil akar dibedakan menjadi empat kelompok besar:

Genus I: Rhizobium, yaitu suatu kelompok bakteri yang tumbuh cepat (fast growing bacteria).
Contoh : R. leguminosarum, R. meliloti.

Genus II: Bradyrhizobium, yaitu suatu kelompok bakteri yang tumbuh lambat (slow growing
bacteria). Contoh : B. japonicum, Bradyrhizobium sp.

Genus III: Sinorhizobium, yaitu kelompok bakteri yang tumbuh cepat yang membentuk bintil
akar dengan kedelai. Bakteri ini dahulu diberi nama Rhizobium fredii

Genus IV: Azorhizobium, yaitu suatu kelompok yang hanya mempunyai satu spesies yang
disebut A caulinodans. Bakteri yang bersifat fotosintetik dan membentuk bintil batang pada
tumbuhan Aeschynomene dan dinamakan bakteri Photorhizobium thompsonianum.
B. PEMBENTUKAN SIMBIOSIS ANTARA RHIZOBIUM- LEGUME

Simbiosis antara Rhizobium dengan legume dicirikan oleh pembentukan struktur bintil
akar pada tanaman inang (legum). Pembentukan bintil akar diawali dengan sekresi produk
metabolisme tanaman ke daerah perakaran yang menstimulasi pertumbuhan bakteri. Jika di daerah
rhizosfer terdapat bakteri Rhizobium maka bakteri tersebut akan tumbuh mencapai kerapatan sel
yang tinggi.

Secara umum, tahapan pembentukan bintil akar pada tanaman legum terjadi melalui
beberapa tahapan, yaitu

1. Pengenalan pasangan yang sesuai antara tanaman dengan bakteri yang dikuti oleh pelekatan
bakteri Rhizobium pada permukfan rambut akar tanaman.
2. Invasi rambut akar oleh bakteri melalui pembentukan benang infeksi (infection thread)
3. Perjalanan bakteri ke akar utama melalui benang infeksi
4. Pembentukan sel-sel bakteri yang mengalami deformasi, yang disebut sebagai bakteroid, di
dalam sel akar tanaman.
5. Pembelahan sel tanaman dan bakteri sehingga terbentuk bintil akar.

Pelekatan Rhizobium pada rambut akar dapat terjadi karena pada permukaan sel
Rhizobium dan Bradyrhizohium terdapat suatu protein pelekat (adhesin) yang disebut sebagai
rhicadhesin. Rhica- dhesin adalah suatu protein pengikat kalsium yang berfungsi dalam
pengikatan kompleks kalsium pada permukaan rambut akar.

Nama = Windasari Dewi Pramita

NIM = 16312241023

Prodi = Pendidikan IPA

Bakteri Lectin ( phytoagglutinin ) merupakan protein yang mengandung karbohidrat.


Lectin terdapat pada permukaan sel bakteri Rhizobium/Bradyrhizobium maupun di ujung rambut
akar. Penetrasi awal sel bakteri kedalam ujung rambut akar. Bakteri melekat, rambut akar
menggulung akibat Faktor Nod, bakteri memasuki rambut akar dan menginduksi pembentukan
benang infeksi. Bakteri dalam benang infeksi tumbuh kea rah sel akar. Factor Nod menstimulasi
pembelahan sel tanaman membentuk bintil akar.

Bakteri berkembang cepat dan mengalami perubahan serta percabangan yang disebut
Bakteroid. Bakteroid dikelilingi membrane sel tanaman bernama membrane peribakteroid.
Penelitian menujukan pada tahap tertentu terbentuk protein bernama Nodulin, nodulin dapat
dikelompokan menjadi =

1. Protein yang menjaga struktur bintil akar

2. protein yang mendukung fungsi bakteri

3. protein yang diekspresikan selama proses metabolism karbon dan asimilasi nitrogen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bintil akar =

1. Konsentrasi nutrient anorganik


2. Suhu tanah
3. Cahaya dan naungan
4. Konsentrasi CO2
5. Ketersediaan nitrogen ditanah
6. Keberadaan mikroorganisme

Pada mekanisme penambatan nitrogen didalam bintil akar legum, warna merah pada bintil
akar disebut leghaemaglobin ( LHb ). Bintil akar yang sehat mengandung LHb , sedangkan
bintil akar yang tidak sehat berwarna putih dan tidak mengandung LHb, akibatnya
penambatan nitrogen tidak dapat pada bintil akar yang tidak sehat. LHb berfungsi mengatur
konsentrasi oksigen .
Secara umum reaksi penambatan nitrogen pada bintil akar legume sebagai berikut =
Mg++
N2+ 16 ATP + 8e- + 10 H+ 2 NH4+ + H2+ + 16 ADP + 16 Pi

Ammonia adalah produk stabil pertama pada proses penambatan nitrogen.


Sianobakteri ( alga ) yang mempunyai heterocyst yaitu Anabaena azollae
membentuk asosiasi simbiotik dengan tumbuhan paku-pakuan air yaitu Azolla . Azolla
mudah terdekomposisi menjadi ammonia sehingga dapat menyediakan unsure nitrogen .
Mikroba penambat nitrogen adalah kelompok jasad yang paling banyak
dikembangkan dalam pembuatan pupuk hayati. Di alam banyak mikroba yang
menyediakan unsure phosphate dengan cara pelarutan ( solubilisation )dari sumber
phosphate seperti batuan phosphate. Kelompok mikroba penyedia phosphate meliputi
kelompok bakteri maupun jamur.
Pupuk hayati dibuat dengan menggunakan beberapa komponen dasar, yaitu
1. Mikroba yang sesuai untuk jenis pupuk hayati
2. Medium untuk perbanyakan sel mikroba yang akan digunakan
3. Bahan pembawa ( carrier ) mikroba
4. Bahan pengemas ( packaging materials )

Secara umum inokulan yang akan digunakan sebagai pupuk hayati meliputi
beberapa tahapan =

1. Isolasi dan skinning mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati


2. Perbanyakan mikroba dalam medium yang sesuai
3. Pencampuran dengan bahan pembawa ( carrier )
4. Pengemasan

Inokulan Rhizobium/Bradyrhizobium merupakan inokulan yang paling banyak


diproduksi dan di aplikasikan. Menurut Keyser et al. ( 1993 ) Rhizobia yang ideal digunakan
untyk produksi inokulan sebaiknya mempunyai karakteristik sebagai berikut =

1. Mampu membentuk bintil akar dan menambat nitrogen pada tanaman legume dan inangnya
2. Mampu menginfeksi dan membentuk bintil akar meskipun ada rhizobia pesaing
3. Mampu menambat nitrogen dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas
4. Mampu membentuk bintil akar dan menambat nitrogen meski ada nitrogen lain
5. Tumbuh baik di dalam medium perbanyakan, bahan pembawa dan dalam tanah
6. Persisten ( selalu ada ) didalam tanah
7. Mampu bermigrasi dari titik awal inokulasi
8. Mampu mengkolonisasi tanah tanpa ada pengaruh akar tanaman inang
9. Toleran terhadap cekaman lingkungan
10. Mampu mendukung penambatan nitrogen dalam asosiasi dengan kisaran kultivar tanaman
yang luas
11. Mempunyai kestabilan genetic dalam penyimpanan
12. Sesuai dengan bahan kimia yang digunakan dalam pertanian

Rhizopus pada umumnya dipelihara dengan menumbuhkannya dalam medium


padat Yeast Extract Mannitol Agar ( YEMA ). Kultur induk digunakan sebagai inokulum
untuk perbanyakan Rhizobium yang diformulasi sebagai pupuk hayati.
Perbanyakan Rhizopus menggunakan medium dengan menumbuhkan bakteri
dalam medium cair dalam skala volume sesuai kapasitas inokulan. Perbanyakan
menggunakan fermentor besar dengan ragam alat pengaturan, seperti pH ,oksigen terlarut,
suhu dan penggojok. Medium yang digunakan untuk perbanyakan sama seperti yang
digunakan pada kultur jaringan tanpa menggunakan agar. Medium biphiasik adalah
medium yang terdiri atas dua fase yaitu medium fase padat dan medium cair.

Nama : Riyani Septi I

NIM : 16312241024

Kelas : Pendidikan IPA A 2016

TEKNIK KULTIVASI DAN PERBANYAKAN RHIZOBIUM

Inokulan Rhizobium menggunakan medium komposisi bervariasi, perbanyakan dilakukan


dengan menumbuhkan bakteri dalam medium cair dengan volume yang disesuaikan kapasitas
produksi inokulan. Perbanyakan dengan fermentor besar dengan ragam alat pengaturan, misalnya
pH, oksigen terlarut, suhu dan penggojok. Perbanyakan juga dilakukan dengan menggunakan
tabung fermentator sederhana yaitu tabung erlenmeyer. Perbanyakan dengan tabung erlenmeyer
memakai alat penggocok (shaker) secara teratur. Medium untuk perbanyakan sama dengan yang
digunakkan untuk pemeliharaan kultur tetapi tanpa agar. Meski medium cair dengan komposisi di
atas sudah cukup untuk perbanyakan Rhizobium, penggunaan medium biphasik dapat
menghasilkan biomassa sel yang lebih banyak. Medium biphasik adalah medium yang terdiri dua
fase yaitu fase medium padat (medium yang ditambah dengan agar) ada di bagian bawah tabung
erlenmeyer. Di atas medium padat di tuangkan medium fase cair dengan komposisi sama dengan
medium padat tapi tanpa agar. Medium biphasik hanya digunakan untuk perbanyakan sel tabung
erlenmeyer, untuk fermentor besar dengan medium cair. Kultur diinkubasi selama beberapa hari,
tergantung laju pertumbuhan Rhizobium yang digunakan. Setelah inkubasi, kultur dipanen tanpa
memisahkan sel dari medium karena kultur cair dicampur bahan pembawa.

Kultur cair Rhizobium yang dibuat dicampur dengan bahan pembawa (Carrier material).
Bahan pembawa yang digunakkan untuk Rhizobium ada beberapa macam, dengan karakteristik:

1. Kemampuan menahan air yang tinggi

2. Tidak toksik terhadap mikroba

3. Mendukung pertumbuhan mikrobia

4. Steril atau mudah di sterilkan

5. Bahan mudah diperoleh dengan harga murah

6. Mempunyai daya lekat terhadap benih

7. Secara kimiawi mempunyai komposisi yangseragam

8. Mudah diatur phnya

9. Mudah didegradasi, tidak mencemari lingkungan

10. Mudah melepaskan mikrobia jika digunakan di tanah

11. Mudah dicampur dan dikemas

Bahan pembawa yang dapat digunakan formulasi inokulan rhibia yaitu gambut, lignite,
arang, vermicullite, zeolit dan lain-lain. Gambut adalah bahan pembawa yang paling banyak
digunakan untuk produksi inokulan rhizobia karena karakteristik ideal. Biasanya
ditambahkanbahan lain, misalnya kapur dan lempung untuk mengatur pH-nya supaya sesuai
dengan pH yang dibutuhkan rhizobia dan untuk memperoleh tekstur bahan inokulan yang
baik dan mudah dikemas serta digunakkan.

Setelah dicampur dengan bahan pembawa, campuran kultur Rhizobium dengan bahan
pembawa dikemas dalam kantung kuat tetapi cukup lentur, tidak mudah sobek atau bocor,
misalnya digunakan kantong alumunium foil. Inokulan yang dikemas di bawa ketempat
penggunaan atau dipasarkan. Dalam penggunaannya, inokulan dicampur benih kedelai yang
akan ditanam. Pencampuran dilakukan saat awal penanaman benih di lapangan. Dosis
inokulan yang digunakkan tergantung jumlah sel Rhizoium dalam formulasi inokulan.
Banyaknya inokulan yang digunakkan sekitar 3-6 g inokulan/kg benih.

I. PRODUKSI INOKULAN AZOBACTER

Azobacter beda dari Rhizobium karena Azotobacter adalah bakteri penambat nitrogen hidup
bebas sehingga tidak membentuk hubungan simbiotik dengan tanaman. Bakteri ini digunakkan
untuk macam tanaman budidaya karena tak ada tanaman inang spesifik bagi bakteri ini.
Kemampuan penambatan nitrogen bakteri ini mencapai 2-15 mg N/gi. Azobacter mampu
menghasilkan metabolit bermanfaat bagi tanaman, seperti auxin, thiamine, riboflavin, puridoxin,
cyanobalamine, asam nikotinat, asam pantothenat, asam indol asetat, giberelin. Azobacter
menghasilkan antibiotik anti-jamur yang menghambat jamur tanah sehingga memberi pengaruh
mengguntungkan bagi perkecambahan benih. Sel Azotobacter berada di daerah sekitar perakaran
(rhizosphere).

Prinsip dasar produksi inokulan Azotobacter yaitu Azotobacter ditumbuhkan dalam beberapa
medium, antara lain medium Ashby, medium Jensen, dan lain-lain. Contoh, komposisi medium
pertumbuhan untuk Azotobacter adalah medium Ashby yang komposisinya disajikan dalam tabel
7.4.

Perbanyakan Azotobacter dilakukan dengan medium cair (tanpa menggunakan agar)


menggunakan fermentor standar atau dalam tabung erlenmeyer biasa seperti perbanyakan
Rhizobium. Inokulan dibuat dengan bahan pembawa, misal gambut, lignite. Bahan pembawa
dibuat bubuk terlebih dulu di netralkan menggunakan CaCO3 lalu dicampur kultur cair
Azotobacter, lalu dikemas. Jika menggunakan bahan pembawa inokulasi dibuat dengan
mencampur bahan pembawa dengan sedikit air sehingga inokulan berbentuk bubur.

Tabel 7.4 Komposisi Medium Ashby (Sumber: Rao,1982)

Komponen Berat/Volume

Mannitol 20,0 g

K2HPO4 0,2 g

MgSO47H2O 0,2 g

NaCl 0,2 g

K2SO4 0,1 g

CACO3 5,0 g

Agar 15,0 g

Akuades 1000 ml

Benih yang akan dicampur dengan bubur inokulan, dikeringkan dalam keadaan teduh dan
ditanam. Tanaman yang menggunakan sistem pembibitan, misal padi, maka inokulasi dilakukan
dengan mencelup akar bibit ke dalam bubur inokulan Azotobacter 10-30 menit dan segera
ditanam.

Inokulan juga dibuat dengan kultur yang tumbuh pada medium agar kemudian dikerok dari
agar. Sel dari medium agar disuspensi kedalam akuades steril dan digunakkan langsung untuk
menginokulasi benih.

J. PRODUKSI INOKULAN AZOSPIRILLUM

Bakteri Azospirillum adalah bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas, bersifat aerob dan
banyak terdapat di tanah tropis. Azospirillum banyak terdapat di daerah perakaran tanaman rumput.
Bakteri ini menghasilkan metabolit penting yaitu asam indol asetat, giberelin, dan senyawa serupa
sitokinin. Penambatan nitrogen atmosfer oleh Azospirillum paling baik pada keadaan
mikroaerofilik dan penggojokan kultur dapat menonaktifkan enzim nitrogenase. Bakteri tak dapat
menambat nitrogen dalam keadaan anaerob total. Aktivitas nitrogenase Azospirillum maksimum
dengan tanaman serelia saat proses pembungaan dan pengisian biji. Selama periode ini sel
Azospitillum menyebar ke batang tanaman. Pemeliharaan bakteri dilakukan dalam medium agar
mengandung ammonium klorida. Azospirillum tidak menambat nitrogen tetapi memperbanyak diri
dalam keadaan aerob. Perbanyakan skala besar, Azospirillum ditumbuhkan dalam medium cair
mengandung ammonium klorida. Biomassa sel dipanen untuk inokulasi setelah inkubasi selama 3
hari pada suhu 35 C dengan penggojokkan. Komposisi yang dapat digunakkan untuk pertumbuhan
Azospirillum disajikan dalam tabel 7.5

Tabel 7.5 komposisi mdium untuk Azospirillum (Sumber Rao,1982)

Komponen Berat/volume

K2HPO4 6g

KH2PO4 4g

Akuades 500 ml

Larutan tersebut di sterilkan secara


terpisah dari larutan khusus di bawah ini:

MgSO4 0,2 g

NaCl 0,1 g

CaCl2 0,02 g

NH4Cl 1,0 g

Asam malat 5,0 g

NaOH 3,0 g

Yeast extract 0,05 g


NaMoO2 0,002 g

MnSO4 0,001 g

H3BO3 0,0014 g

Cu(NO3)2 0,0004 g

ZnSO4 0,0021

FeCl3 0,002

Akuades 500 ml

Hasil penelitian menunjukkan ketahanan hidup Azospirillum paling baik digunakan pupuk
kandang yang dicampur dengan perbandingan 1:1

K. PENGGUNAAN SIANOBAKTERI (BLUE GREEN ALGAE/BGA) SEBAGAI PUPUK


HAYATI

Sianobakter/BGA mempunyai kemampuan ganda yaitu bersifat fotosintetik dan


melakukan penambatan nitrogen. Alga di alam tertutup lendir yang mengandung bakteri lain
sehingga untuk kepentingan praktis tidak dilakukan pemurnian kultur alga dari bakteri lain. Kultur
alga yang hanya terdiri atas satu macam spesies dapat diisolasi dengan medium cair sebagai
berikut:

Tabel 7.6 komposisis medium untuk isolasi Alga (Sumber: Rao,1982)

Komponen Berat/Volume

KNO3 0,02%

MgSO47H2O 0,001%

(NH4)2HPO4 0,002%

CaCl26H2O 0,0005%
FeCl3 0,00005%

Menumbuhkan alga perlu pencahayaan,maka sampel alga yang diambil dari lapangan dikultur
di tabung erlenmeyer dengan pencahayaan. Inkubasi dilakukan selama beberapa minggu pada suhu
28 C- 32 C. Koloni alga yang terpisah lalu diambil dan dipindahkan di medium padat atau medium
cair untuk identifikasi dan disimpan sebagai kultur stok.

Penyiapan alga sebagai pupuk hayati dilakukan dengan sederhana menggunakan beberapa
metode, (1) tanki semen, (2) palung metal dangkal, (3) lubang polythene, (4) lapangan. Metode
polythene paling sesuai untuk skala kecil.

L. PENGGUNAAN AZOLLA SEBAGAI PUPUK HAYATI

Azolla adalah sejenis tanaman paku tumbuh di permukaan air bersih. Enam spesies Azolla
carolinia, A. nilotica, A.filiculoides, A.maxicana, A.microphylla, dan A.pinnata. Azolla
memperbanyak diri secara vegetatif dan tumbuh banyak, mempunyai batang bercabang
mengambang di air, akar menembus ke dalam air, daun selang-seling pada batangnya. .

Penggunaan Azolla sebagai pupuk hijau dengan dua cara, yaitu menggunakan sebagai
pupuk sebelum penanaman padi, atau menumbuhkan bersama padi selama beberapa waktu.
Metode pertama, Azolla ditumbuhkan di sawah tergenang selama 2-3 minggu, lalu air
dikeringkan dan alga dibenamkan ke dalam tanah. Kemudian dilakukan penanaman padi
setelah kurang lebih satu minggu. Metode kedua, alga ditumbuhkan seminggu setelah
penanaman bibit padi dengan dosisi kurang lebih 0,1-0,5 kg/m2. Azolla tumbuh, air
dikeringkan dan alga dibenamkan ke tanah.

M. PENGGUNAAN FUNGI VESIKULAR-ARBUSKULAR MIKORIZA (VAM)


SEBAGAI PUPUK HAYATI

Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM) adalah suatu jamur yang berasosiasi dengan kelompok
tumbuhan tertentu. Ada 3 macam asosiasi mikoriza,(1) pembentukan selubung miselium jamur di
sekitar akar tumbuhan (ektomikoriza), (2) invasi akar tumbuhan oleh jamur (endomikoriza)
sehingga terbentuk asosiasi simbiotik dengan tumbuhan,(3) asosiasi yang terbentuk karena infeksi
jamur ectotropic pada tumbuhan gymnospermae dan angiospermae (ectendomikoriza).

Anda mungkin juga menyukai