Anda di halaman 1dari 23

Tugas Makalah

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Makalah Prinsip Belajar Dan Aplikasinya

DISUSUN OLEH :
RINALDY K. RANUNTU A 221 19 041
FITRIANI BINTI JUMANDI A 221 19 044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Prinsip Belajar Dan
Aplikasinya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Palu, 1 April 2020

PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena
pengalaman.,Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu,
yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang
sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran
yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni
prinsip-prinsip maupun teori belajar. Prinsip belajar adalah landasan
berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi
siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung,
salah satunya prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran ini
diperlukan oleh seorang pengajar agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar
dengan baik.
Prinsip-prinsip pembelajaran juga diperlukan agar setelah melakukan
kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien. Maka calon
guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip
pembelajaran, ialah prinsip pembelajaran yang dapat terlaksana dalam situasi dan
kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip
belajar dapat membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat bertindak secara tepat.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada Makalah ini adalah sebagai berikut :
 Apa Pengertian dari Belajar ?
 Apa Pengertian dari Prinsip Belajar ?
 BagamanaPrinsip Belajar dalam proses belajar ?
 Bagaimana pengulangan belajar ?
 Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan
Pembelajaran
3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah pada makalah ini adaah sebagai berikut :

 Untuk mengetahui prinsip Belajar dalam Pembelajaran


 Untuk mengetahui pengulangan belajar
 Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Belajar secara umum dan implikasinya
dalam Belajar dan pembelajaran
 Diharapkan dengan mengetahui secara mendalam Prinsip-Prinsip Belajar
dan implikasinya dalam belajar dan pembelajaran, maka setiap siswa dan
guru dapat meningkatkan metode dan minat dalam belajar dan pembelajaran
sehingga mencapai hasil yang diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Prinsip-Prinsip Belajar Yang Terkait Dengan Proses Belajar


Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yamg relatif berlaku umum yang
dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya
meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan. serta perbedaan individual.
 Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian
teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan
untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan
membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak
ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat
dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 :
372).
"Motivation is the concept we use when we ddescribe the force action on or whitin
an organism yo initiate and direct behavior". Demikian menurut H.L. Petri (Petri,
Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran.
Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru
berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai
kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor
seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan
keterampilan. Motivasi mempunyai kaitan yang crat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting
dalan, kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah
laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan dengan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sikap siswa, seperti haInya motif
menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika
akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat,
demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa
menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya. Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sudah
melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori
belajar B.F. Skinner dengan operant conditioning-nya' (Hal ini dibkarakan lebih
lanjut dalam prinsip balikan dan penguatan). Motivasi dapat bersifat internal,
artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari
orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Motivasi juga dibedakan
atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong
yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang
dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motil ekstrinsik adalah
tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya telapi didorong oleh keinginan naik
kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat
eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat eksternal, walaupun lebih
banyak bersifat ekstemal. Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif
intrinsik yang disebut 'Iransformasi motir'. Sebagai contoh. seorang siswa belajar
di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LIPTK) karena menuruti keinginan
orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula motifnya
adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar
heberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan
senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu yang semula
ekstrinsik menjadi intrinsik.
 Perhatian
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu
objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan
hasilnya akan makin haik pula. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha supaya
perhatian siswa terpusat pada pelajaran. Memunculkan perhatian seseorang pada
suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal.
Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya
umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang lain, atau
yang lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.
Perhatikan contoh kasus dibawah ini
1) Rukiah, salah seorang siswa disuatu sekolah dasar sangat tertarik dengan
penjelasan ibu gurunya tentang perpindahan penduduk. sehingga ia sungguh-
sungguh memperhatikan pelajaran tersebut, karena ia pernah dibawa orang tuanya
bertransmigrasi.
2) Sekelompok siswa disuatu sekolah dasar pada sutu waku mengikuti pelajaran
dengan penuh perhatian karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan
menggunakan alat peraga yang sebelumnya guru tersebut belum pernah
melakukannya.
3) Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam pelajaran
IPA. KeRhatannya mereka sangat sungguh-sungguh menerjakan tugas tersebut.
Biasanya mereka belajar cukup mendengarkan ceramah dari guru.
Ketiga contoh diatas menggambarkan siswa yang belajar dengan penuh perhatian
akan tetapi penyebabnya berbeda.
Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian. Karena pelajaran tersebut
memiliki kaitan dengan pengalamannya. Pelajaran tersebut ada kaitan dengan diri
siswa.
Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian, karena guru mengajar
dengan menggunakan alat peraga, (cara guru mengajar lain dan kebiasaannya)
Demikian pula contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian Karena guru
menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah).
Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1) Belajar dengan permh perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses
dan hasilnya akan lebih baik.
2) Upaya guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap
pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat atau minat
siswa.Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya
penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar
tidak terpaku hanya didalam kelas saja.
Coba anda pilih salah satu pokok bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa
anda ajarkan. Kemukakan upaya apa yang harus anda lakukan untuk:
1) Menarik perhalian siswa dengan cara mengailkan pelajaran tersebut dengan diri
siswa (umpamanya dengan pengalaman mereka).
2) Menarik perhatian siswa dengan cara menciptakan situasi pembelajaran yang
bervariasi (umpamanya dalam penggunaan metode mengajar)
 Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendri. Mon Dewey misalnya mengemukakan,
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya
sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing
dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Menurut teori kognitif. belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984 : 267). Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
mencari. menermakan fakta. menganalisis, menafsirkan dan menairik kesimpulan,
Thomdike mengemukakan keakifan siswa dalam belajar dengan bukum "lah. of
exercise " -nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-
latihan. Mc Keachk berkenan dengan prinsip keaktifan mengemukakan babwa
individu merupakan "manusia belajar yang selalu ingin tahu, sosial,” (MC Keachk,
1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105). Dalam setiap proses
belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam
bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis
yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis,
berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis
misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Seperti yang telah
dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu aktivitas mental
dan emosional. Bila ada siswa ) yang duduk di kelas pada saat pelajaran
berlangsung, akan tetapi mental emosionainya tidak terlibat akif didalam situasi
pembelajaran itu, Pada hakikamya siswa tersebut tidak ikut belajar. Oleh karena itu
guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif belajar. Lebih
jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan
kadar aktifitas belaiar tersebut. Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah
menunjukkan adanya aktivitas belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu
ditingkinkan dengan metode mengajar lain. Sekali untuk memantapkan
pemahaman anda tentang upaya meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa, coba
anda tetapkan salah satu pokok bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa
diajarkan. Silahkan anda rancang kegiatan-kegiatan belajar yang bagaimana yang
harus siswa anda lakukan, supaya kadar aktivitas belajair mereka relatif tinggi. Bila
sudah selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan deingan guru lain disekolah anda
atau guru sesama peserta program
2.2. Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunva pengulangan barangkali yang paling tua
adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti
hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih
dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi
atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah
satu hukum belajarnya “law of exercise", ia mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Seperti kata pepatah "latihan menjadikan sempuma" (Thomdike, 1931b:20. dari
Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning
yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning
respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang
dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya
siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman
berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku
individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan
dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat
juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih
daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang
benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima
bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut,
karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun
prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar
tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk
belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984: 259).
2.5 Tujuan belajar sebagai pembentukan pemahaman nilai dan sikap.
a. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan pemahaman
Tujuan belajar memang merupakan sasaran bagi pembentukan pemahaman
seseorang terhadap hal-hal yang dipelajari. Pemahaman seseorang terhadap hal-hal
yang dipelajari, sebutlah saja dunia dengan segala isinya, sangatlah penting artinya
bagi pembelajar. Pemahaman pembelajar tehadap dunia dengan segala isinya tidak
saja mendatangkan kepuasan bagi pembelajar, melainkan dapat menempatkan diri
pembelajar pada posisi strategik. la akan mempunyai peta dimana ia harus
menempatkan diri, ia akan mengetalmi apa yang harus ia pertuat dan apa yang
tidak ia perbuat.
Terjadinya bentrokan-bentrokan di dunia, sebenamya disebabkan kurang adanya
saling pemahaman di antara mereka. MimbuInya saling curiga, juga dapat
disebabkan kurang adanva saling pemahaman. Oleh karena itu terbentuknya
pemahaman pembelajaran terhadap sesuatu yang dipelajari, tidak saja bermanfaat
bagi dirinya sendiri, melainkan bermanfaat juga bagi linkungannya
Pemahaman seseorang terhadap orang lain, malahan dapat menjadikan seseorang
melihat orang lain tidak semata dengan menggunakan perspektif sendiri. la
mencoba menangkap seseorang dengan menggunakan perspektif orang yang
dipandang. Dengan cara pandangan demikian, ia akan mengenal orang yang
dipandang tersebut dalam keadaan yang senyatanya, dan tidak terbatas pada
persepsinya sendiri.
Pemahaman terhadap orang lain, juga menjadikan seseorang tidak risau, jika
melihat orang lain berbeda dengan dirinya. la. juga sekaligus tidak membuat
dirinya agar seperti orang lain, dan sebaliknya tidak menuntut orang lain agar
seperti dirinya. la akan menjadi dirinya sendiri, dan memahami jika orang lain juga
seperti dirinya.
Singkat kata, pemahaman adalah suatu dasar bagi segala akan seseorang. Ia
memberikan kontribusi yang besar bagi sukses tidaknya seseorang. Lebih jauh
pemahaman menjadikan seseorang saling mengerti, dan lehih lanjut lagi saling
menghargai. Pemahaman sekaligus mencegah timbuInya saling curiga, dan lebih
jauh lagi mencegah timbuInya saling bentrokan.

b. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan nilai dan sikap.


Setiap masyarakat, masyarakat manapun, pasti menganut sebuah nilai, Nilai
dinlaksud, adakalanya merupakan produk masyarakat pada kurun waktu yang
sejaman dengan mereka. Malahan, pada masa sekarang ini, nilai-nilai yang dianut
oleh sebuah masyarakat, dapat merupakan kristalisasi dari hasil dialog antara nilai-
nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya dengan yang sejaman dengan
mereka.
Di era globalisasi seperti saat sekarang, sebagai akibat dari melesatnya
perkembangan teknologi komunikasi, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat,
dapat merupakan kristalisasi hasil dialog antara nilai-nilai yang selama ini dianut
dengan nilai-nilai baru yang datang dari dunia luar. Oleh karenanya, nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat dewasa ini semakin beragam.
Dalam belajar, ada nilai-nilai tertentu yang harus diupayakan terbentuk pada diri
pembelajar. Nilai-nilai yang dibentukkan pada diri pembelajar tersebut, tentu nilai-
nilai luhur yang secara universal dianut oleh hampir setiap masyarakat, disamping
nilai-nilai luhur yang spesifik dianut oleh masyarakat dimana pembelajar tersebut
berada.
Nilai-nilai luhur yang hampir dianut oleh setiap masyarakat secara universal
misaInya adalah: kebenaran, kejujuran, keindaban, kemerdekaan, saling membantu
dan memberi manfaat. Sementara nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat
secara spesifik khususnya di lingkungan pembelajar banyak ragamnya, seberagam
jumlah pembelajar.
Disamping tujuan belajar terkait dengan pembentukan nilai, sekaligus juga terkait
dengan pembentukan sikap. Terbentuknya sebuah sikap, lazim juga didasarkan atas
sehuah nilai. Meskipun nilai bukanlah satu-satunya yang menentukan sikap.
Berbedanya nilai-nilai yang dianut oleb seseorang lazim menjadikan penyebab
berbedanya seseorang dalam menyikapi sesuatu. Sebab, nilai-nilai yang dianut
seseorang turut menentukan persepsi seseorang tentang sesuatu. Pada hal persepsi
seseorang terhadap sesuatu lazimnya juga turut menentukan sikap seseorang
terhadap sesuatu.

c. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan, keterampilan-keterampilan


personil-sosial, kognitif dan instrumental.
Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda dengan
pembelajar lain. Oleb karena itu, dalam belaiar seorang pembelajar haruslah
mengembangkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki. Keterampilan personal yang
dimiliki. Keterampilan p.ersonal yang dimiliki oleh pembelajar, haruslah dibentuk
dan dikembangkan secara terus menerus. Dengan cara demikian, maka pembelajar
akan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan ciri khas atau karakteristik
yang ada pada dirinya.
Selain keterampilan-keterampilan personal dibentuk, keterampilan sosial
pembelajar juga perlu dibentuk. Pembentukan keterampilan sosial demikian
tampak urgensinya manakala dilihat kedudukan pembelajar yang tidak saja sebagai
makhluk individu melainkan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
pembelajar haruslah dapat berinteraksi secara baik dengan lingkungan sosiaInya,
sesama manusia. Maka dari itu, pembentukan keterampilan-keterampilan sosial
pada diri pembelajar dimaksudkan untuk menyiapkan pembelajar agar dapat
hergabung dan berinteraksi secara baik dengan lingkungan sosialnya.
Dengan perkataan lain, jika pembentukan keterampilan personal dimaksud untuk
mengembangkan potensi-potensi bawaan yang ada pada diri pembelajar, maka
keterampilan sosial antara lain dimaksudkan mengkomunikasikan keterampilan
personal yang telah terbentuk dalam lingkungan sosiaInya.
Pembentukan keterampilan kognitif dimaksudkan agar pembelajar secara
terus-menerus menimba ilmu pengetahuan, tanpa batas. Keterampilan kognitif
pada diri pembelajar menjadikan pembelajar haus secara terus menerus terhadap
ilmu pengetahuan. Dengan pengembangan yang terus menerus pembelajar tidak
akan ketinggalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian
pesat. Dengan pembentukan keterampilan kognitif ini maka pembelajar
memandang belajar bukan sebagai beban melainkan menjadi sebuah kebutuhan.
Pembentukan keterampilan instrumental pada diri pembelajar, mengarahkan
pembelajar sadar pada pembangunan yang sedang digalakkan. Jika keterampilan
instrumental ini telah terbentuk pada diri pembelajar, maka pembelajar punya
kesadaran yang sedemikian dalam terhadap pembangunan yang sedang
dilaksanakan. Dengan demikian ia mengambil bagian secara aktif di dalamnya, dan
tidak sekedar sebagai penonton saja. Kesadaran untuk secara terus menerus
membangun dirinya sendiri dan membangun masyarakat, lingkungan dan
bangsanya adalah sasaran bagi pembentukan keterampilan instrumental ini.
Keterampilan instrumental ini adalah tindak lanjut konkrit dari keterampilan-
keterampilan yang ingin dibentuk sebelumnya: keterampilan personal, sosial dan
kognitif.
 Unsur - unsur dinamis yang terkait di dalam proses belajar
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur
yang dapat berubah dalam proses belajar. Perubahan unsur-unsur tersebut dapat
berupa: dan tidak ada menjadi ada atau sebaliknya, dari lemah menjadi kuat dan
sebaliknya, dari sedikit menjadi banyak dan sebaliknya. Unsur-unsur dinamis
tersebut meliputi: motivasi, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar dan
kondisi subjek pembelajar. Berikut ini akan dijelaskan tentang: Motivasi dan upaya
memotivasi siswa untuk belajar.Bahan belajar dan upaya penyediaannya, Alat
bantu belajar dan upaya penyediaanya.Suasana belajar dan upaya
pengembangannya, serta Kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan
peneguhannya.

1. Motivasi dan Upaya Memotivasi Siswa Untuk Belajar


Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan
dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong,
menyebabkan merangsang. Slotive sendiri berarti alasan, sebab, dan daya
penggerak (echols, 1984). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas rertentu guna
mencapai tujuan yang diinginkan (suryabrata, 1984). Secara serupa Winkels (1987)
mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan alstivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi
yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar.
kelangsungan belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Winkels, 1987).
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat
dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi
mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang
mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat
sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi, 1975).
Secara garis besar motivasi dapat dibedakan menjadi dua ialah intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam
tanpa ada rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar.
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat
dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana dikemukakan
Brown (1981) sebagai berikut: menarik kepada guru, artinya tidak membenci atau
bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan. mempunyai
antusias yang tinggi seta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin
selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang
lain, tindakan, kebiasaan, dan moraInya selalu dalanu kontrol diri, selalu
mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh
lingkungammya.
Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri
seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus
menerus dalam waktu lama, ulet, menghadapi kesulitan, dan tidak mudah putus
asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar
terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak
bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin,
dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini:
senang mencari dan memecahkan masalah.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa agar belajar ialah :
a) Kenalkan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Dengan
mengenal kemampuan dirinya, siswa akan tahu kelebihan dan kekurangannya.
Dengan mengetahui kelebihan dirmya, ia mengukuhkan dan memperkuat
kelebihan tersebut. Dengan mengetabui kekurangan yang ada pada dirinya, siswa
akan berusaha menyempurnakan melalui aktivitas belajar. Di sini siswa akan
timbul motivasi belajarnya.
b) Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya. Sebab, dengan
merumuskan tujuan belajar ini, siswa akan mendapatkan jalan yang jelas dalam
melaksanakan aktivitas belajar. Siswa juga akan mempunyai target-target belajar,
dan ia berusaha untuk mencapainya.
c) Tunjukkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat mengarahkan
bagi pencapaian tujuan belajar. Dengan ditunjukkannya aktivitas-aktvitas yang
dapat mencapai tujuan, siswa tersebut tidak melakukan aktivitas lain yang tidak
ada kaitannya dengan pencapaian tujuan dan target belajar. Dengan cara demikian
waktu dan tenaga siswa dapat secara efektif dan efisien dipergunakan mencapai
target belajarnya.
d) Kenalkanlah siswa dengan hal-hal yang baru. Sebab hal-hal baru ini dapat
"menghidupkan kembali" hastat ingin tahu siswa. Adanya rasa ingin tahu yang
demikian besar, menimbulkan gairah bagi siswa untu beraktifitas belajar.
e) Buatlah variasi-variasi dalam kegiatan belajar mengajar, supaya siswa tidak
bosan. Sebab, kebosanan pada diri siswa, termasuk dalam aktivitas belajar, hanya
akan memperlemah motivasi saja.
f) Adakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Sebab,
evaluasi yang dilakukan terhadap keberhasilan belajar siswa ini, akan mendorong
siswa untuk belajar. karena ingin dikatakan berhasil belajarnya.
g) Berikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi yang
telah dilakukan. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui mana
aktivitas belajarnya yang benar dan mana yang kurang benar, mana pekerjaannya
yang sesuai dan mana pekerjaannya yang tidak sesuai.

2. Bahan belajar dan upaya penyediaannya


Bahan belajar sangat penting bagi siswa yang melakukan aktivitas belajar.
Tanpa ada yang dipelajari, kemungkinan siswa bisa belajar dengan baik. Oleh
karena itu, supaya siswa dapat belajar dengan baik, maka bahan belajar ini harus
tersedia.
Yang dimaksud bahan belajar adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh pembelajar
dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Bahan ini, bisa berasal dari guru, bisa
berasal dari buku-buku teks, paper, makalah, artikel, disamping dapat berasal dari
lapangan objek tertentu.
Penyediaan bahan belajar ini sangat bergantung kepada tujuan belajar,
karakteristik siswa, siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa dan faktor
ketersediaaan tidaknya bahan belajar. Jika tujuan belajar yang ingin ditempuh
diaksentuasikan pada penguasaan pengetahuan, mungkin bahan belajarnya akan
lain dengan tujuan belajar yang diaksentuasikan pada penguasaan konsep-konsep,
maka pertyediaan bahan belajarnya lain sekali dengan tujuan belajar yang
dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman langsung.
Karakteristik siswa juga mempengaruhi penyediaan bahan belajar. Pada
siswa yang bertipe auditif, mungkin membutuhkan bahan belajar yang berlainan
dengan siswa yang bertipe visual. Siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa
juga menentukan bahan belajarnya. Siasat belajar dimana guru menjadi tokoh
sentralnya, umumnya gurulah yang menjadi penyedia bahan belajar. Bahkan dalam
siasat belajar semacam ini siswa menggantungkan bahan belajar yang dipelajari
dari ceramah atau penyampaian yang dilakukan oleh gurunya. Sementara siasat
belajar di mana siswa diharapkan bisa belajar secara mandiri, bahan belajar
tersebut telah disediakan secara utuh sekaligus beserta petunjuk atau cara
mempelajarinya. Pengajaran dengan bahan belajar modul dan balian belajar buku
teks, adalah sekian dari banyak contoh dan siasat belajar mandiri oleh siswa.
Apapun faktor yang menentukan bahan belajar ini, akhirnya juga bergantung
kepada faktor ketersediaan tidaknya. Mudah didapatkan tidaknya bahan belajar ini,
sangat menentukan penyediaan baban belajar. Apalagi kalau sulit atau tidak mudah
didapatkan, maka penyediaan bahan belajar ini sangat repot.
Sungguhpun demikian bahan belajar bagi siswa haruslah diupayakan
penyediaannya. Dalam penyediaan bahan belajar ini, faktor-faktor yang harus
menjadi pertimbangan adalah :
a) Cukup menarik. Ini patut menjadi peninibangan, agar bahan belajar tersebut
menggugah rasa ingin tahu siswa dan menimbulkan hasrat belajar. Eka bahannya
sendiri tidak menarik, maka cara penyajiannya yang menaiik. Jadi kalau bahan
belajar tersebut terpaksa tidak menarik, haruslah dikemas dengan menggunakan
kemasan yang menarik.
b) Isinya relefan. Relevan isi ini, lazimnnya dikaitkan dengan tujuan belajar. Isi
bahan belajar haruslah mendukung dan memberi kontribusi bagi pencapain tujuan
belajar. Relevan isi ini, juga berkaitan dengan faktor kondisional dan situasional
siswa.
c) Mempunyai sekuensi yang tepat. Sekuensi atau urutan penyajian ini sangat
penting diperhatikan dalanu penyediaan bahan belajar. Seharusuya sekuensi bahan
ini dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.
d) Informasi yang dibutuhkan ada. Ini sangat penting, agar bahan belajar yang akan
dipelajari tersebut tidak kering,
e) Ada soal latihan. Ini sangat penting, agar siswa dapat menguji diri sendiri,
seberapa banyak !a telah menguasai bahan yang dipelajari.
f) Ada jawaban kunci untuk soal latihan. Kegunaan kunci jawaban bagi soal latihan
ini adalah siswa dapat mencocokkan hasil-hasil latihannya dengan kunci.
g) Ada tes yang sesuai. Tes yang sesuai ini, tentu bergantung kepada bahan
belajarnya.
h) Terdapat petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Baban belajar harus dilengkapi
dengan petunjuk bagaimana siswa harus memperbaiki belajarnya, jika ada diantara
bahan belajar yang belum terkuasai.
i) Ada petunjuk lanjutan untuk mempelajari bahan selanjumya. Setelah berhasil
menguasai bahan belajar tertentu siswa tidak akan menungggu petunjuk guru untuk
mempelajari bahan selanjutnya.

3. Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya.


Alat bantu belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar,
kesusukannya juga penting, oleh karena dapat membantu terhadap belajar siswa.
Dengan sebuah alat bania bahan belajar yang abstrak bisa konkrit. Dengan alat
bantu bahan belajar yang tidak menarik bisa menjadi menarik. Dengan alat bantu
bahan belajar yang meragukan dapat diyakinkan karena dapat dibuktikan secara
empirik
Alat bantu belajar lazim juga disebut media belajar dan piranti Belajar, meskipun
tidak semua median belajar dapat berfungsi sebagai alat bantu. Alat bantu belajar
ada kalanya dibeli di toko-toko buku. atau stationary, tetapi adakalanya dibuat
sendiri oleh pembelajar bersama-sama dengan gurunya. Pada kasus vang pertama
pembelajar mendapatkan secara given.
Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam upaya menyediakan alat bantu
belajar adalah :
a) Jenis kemampuan apa yang ditargetkan untuk dikuasai oleh pembelajar.
b) Faktor ketersediaan alat bantu tersebut
c) Faktor keterjangkauannya
d) Kepraktisan dan daya tahan alat bantu.
e) Keefektifan dan keefisienan alat bantu
Contoh alat bantu sederhana adalah pena. pensil, papan tulis, kapur tulis,
penggaris, penghapus. Contoh alat bantu yang penggunaannya membutuhkan
keterampilan tertentu adalah skala, rubrik, jangka, 0HP, video, tape recorder, dan
media audiovisual lainnya. Beherapa upaya penyediaan bahan antara lain adalab:
a) Pembelian, jika mampu
b) Pengajuan kepada pemerintah
c) Permobonan bantuan melalui sponsor
d) Membuat sendiri, jika bias
e) Menggerakkan dan mengajak para pembelajar untuk menciptakan dengan
memanfaatkan alam sekitar
4. Suasana belajar dan upaya pengembangannya
Dalam pandangan tradisional suasana belajar yang kondusif adalahh jika di dalam
sebuah kelas terasa tenang sementara para siswa bisa mendengarkan apa yang
diceramahkan gurunya. Oleh karena itu, pandangan tradisional tsb, maka kelas
yang baik dalam belajar mengajar adalah kelas yang siswanya duduk dengan
tenang, berdiam diri sambil mendengarkan pengajaran yang dilakukan guru.
Umumnya, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang
deceermahkan guru, terkecuali guru telah memberikan kesempatan.
Dalam pandangan sekarang suasana belajar yang kondusif adalah suasana yang
mendukung bagi terciptanya kegiatan belajar. Yaitu suasana yang interaktif dimana
para siswa giat belajar. suasana yang interaktif belajar di dalamnya, tentu tidak
dibatasi ketika ditunggui oleh gurunya. Pada saat guru sedang menunggui misalkan
saja, siswa tetap aktif dan giat belajar.
Suasana belajar yang kondusif demikian tidak terjadi dengan sendirinya. la harus
dirancang oleh guru melalui sebuah rancangan pengajaran sebuah suasana belajar
dikatakan kondusif manakala :
a) Siswa tekun mengerjakan sesuatu yang semestinya dikerjakan.
b) Siswa aktif berinteraksi tidak saja hanya dengan gurunya melainkan aktif
berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain.
c) Siswa secara bebas mengerjakan segala hal yang dapat mencapai tujuan
belajarnya.
d) Kreativitas siswa mendapatkan penghargaan yang sepantasnya, dan bakan
sebaliknya.
Agar suasana belajar tersebut kondusif, maka upaya-upaya yang dapat dilakukan
adalah :
a) Buatlah kontak pengajaran dengan para siswa
b) Rancanglah aktivitas belajar siswa
c) Berikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
d) Buatlah suasana yang demokratis. agar tidak menakutkan bagi para siswa dalana
beraktivitas.
e) Rancanglah ruangan belajar sefleksibel mungkin hingga mudah dirubah-ubah.
f) Jangan gampang memberikan penghukumn terhadap siswa, lebih-lebibh jika
kepada siswa yang belum tentu bersalah.
g) Hargailah siswa-siswa mencoba cara-cara dan metede-metode baru
5. Kondisi Subjek Belajar dan Upaya Penyiapan dan Peneguhannya.
Kondisi subjek belajar sebenamya berbeda-beda. Kondisi subjek belajar yang
kelihatannya samapun, manakala diteliti lebib dalam, akan kelibatan perbedaannya.
Oleh karena stu, dalam kclompok siswa yang homogen pun, sebenamya kalau
dilihat lebih dalam akan tampak heterogenitasnya.
Kondis subjek belajar dapat dibedakan atas hal-hal yang bersifat lahiriah, dan hal-
hal yang bersifat batiniah atau hal-hal yang bersifat fisik dan hal-hal yang hersifat
psikologis. Dari segi lahiriah atau fisik, subjek belajar bisa berbeda: ukuran
tubuhnya, kekuatan tubuhnya, kesehatan fisiknya, daya tahan fisiknya, kesegaran
dan kebugam jasmaninya. Mereka yang berada pada kondisi lebih, misalnya lebih
besar/tingai. khib kuat lebih sehat lebih tinggi daya tahannya dan khib
segarIbLigar, umumnya tehih mendukung bagi aktivitas belajarnya dibandingkan
dengan mereka yang berada pada posisi kurang.
Dari segi psikis, kondisi subjek belajar juga berbeda dari segi: intelegensinya,
bakatnya, militansi kerjanya, motivasi instrinsik atau motivasi berprestasinya,
kematangannya aspirasi dan punya, ambisi-ambisinya.
Mereka yang mempunyai inteligensi tinggi umumnya lebih gampang berhasilnya
dibandingkan yang berintelegensi rendah. Demikian juga yang mempunyai bakat
khusus, yang tinggi militansi kerjanya, yang tinggi motivasi intrinsiknya, yang
besar ambisinya, dan yang lebih stabil emosinya.
Oleh karena beragamnya kondisi subjek belajar tersebut, dan tidak senuttiasa
menetapnya kondisi belajar tersebut, maka hs ada upaya-upaya unruk menyiapkan
mereka dan sekaligus meneguhkannya. Dengan penyiapan yang terancang dan
dengan upaya-upaya peneguhan diharapkan mendukung aktivitas belajar.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan kondisi objek belajar
khususnya dari segi fisiknya adalah:
a) Memenuhi subjek belajar dengan gizi dan nutrisi-nutrisi yang diperlukan.
b) Penyegaran fisik subjek belajar dengan olahraga atau latihan-latihan fisik seperti
senam.
c) Memeriksakan tubuh subjek belajar secara teratax kepada dokter agar dapat
dicegah timbulnya penyakit yang memungkinkan terganggunya belajar mengajar.
Sementara itu, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan psikis
subjek belajar adalah :
a) Memperkenalkan dengan lingkungan belajar yang mangkin baru bagi mereka.
b) Memelihara keseimbangan emosi mereka, agar secara psikologis mereka merasa
aman.
c) Mengasah kondisi psikis mereka dengan latihan-latihan.
d) Menerima mereka apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya
sehingga subjek belajar tidak merasa tertolak oleh lingkungunya.
2.6 Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran.
Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian populer
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistim
pengajaran terdiri dari: siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografl, slide,
dan film audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistim pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas, atau di sekolah, karena
diwamai dengan organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling
berkaitan untuk pembelajaran peserta didik.
Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian belajar menurut abli
psikologi.
Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi terdapat
hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan
saling menunjang satu sama lain.
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan
pandangannya masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing
memiliki kebaikan dan kelemahan. berbagai rumusan yang ada pada dasarnya
berlandaskan pada teori tertentu.
a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peseta didik/siswa
di sekolah.
Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang mementingkan
mata ajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam rumusan ini
terkandung konsep-konsep sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan
Masa depan kehidupan anak ditentukan oleb orang tua. Mereka dianggap paling
mengetahui apa dan bagaimana kehidupan itu. Itu sebabnya, orang tua
berkewajiban menentukan akan dijadikan apa peserta didik. Sekolah berfungsi
mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
2. Pembelajaran merupakan proses penyampaian pengetahuan
Penyampaian pengetahuan dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi,
dengan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa. Umumnya guru
menggunakan metode "formal step" dari J. Herbart berdasarkan asas asosiasi dan
reproduksi atas tanggapan/kesan. Cara penyampaian pengetahuan tersebut
berdasarkan ajaran dalann psikologi asosiasi.
3. Tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.
Pengetahuan sangat penting bagi manusia. Barang siapa menguasai pengetahuan,
maka dia dapat berkuasa.: “knowledge is power". Pengetalman bersumber dari
perangkat mata ajaran yang disampaikan di sekolah. Para pakar yang mendukung
teori ini berpendapat bahwa mata ajaran berasal dari pengalaman-pengalaman
orang tua, masa lampau yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia.
Pengalaman-pengalaman itu diselidiki, disusun secara sistematis dan logis,
sehingga tercipta yang kita sebut mata ajaran (H. Alberty 1953). Mata ajaran itu
diuraikan, disusun dan dimuat dalam buku pelajaran dan berbagai referensi
lainnya.
4. Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa.
Peranan guru sangat dominan. Dia menentukan segala hal yang dianggap tepat
untuk disajikan kepada para siswanva. Guru dipandang sebagai orang yang serba
mengetahui, berarti guru adalah yang paling pandai. Dia mempersiapkim tugas-
tugas memberikan latihan-latihan dan menentukan peraturan kemajuan tiap siswa.
5. Siswa selalu bersikap dan betindak pasif
Siswa dianggap sebagai tong kosong, belum mengetahui apa-apa. Dia hanya
menerima apa yang diberikan okh gurunya. Siswa bersikap sebagai pendengar,
pengikut, pelaksana tugas. Kebutuhan, minat. tujuan, abilitas dan lain-lain yang
dimiliki oleh siswa diabaikan dan tidak mendapat perhatian guru.
6. Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.
Pembelajaran dilaksanakan dalam batas-batas ruang kelas saja, sedangkan
pembelajaran di luar kelas tak pernah dilakukan. Tembok sekolah menjadi benteng
yang kuat yang membatasi hubungan-hubungan dengan kehidupan masyarakat.
Para siswa duduk pada bangku yang berdiri kokoh, tak bisa dipindah-pindahkan.
Mereka duduk dengan rapi dan kaku secara rutin setiap hari. Ruangan kelas
dipandang sebagai ruang penyelamat, ruang memberi kehidupan. Belajar dalam
batas-batas ruangan itu adalah yang paling baik.
Wrighstone, berkata sebagai berikut :
........... the immediate implications of the older principles when they are applied to
the classroom:
a) The classroom is a restrkted from of social life, and Aildren's experiences are
limited there in to academk lessons.
b) The qukkest an most through method of leaming lessons is to allot a certain
portion of the school day it instruction in separate subjects.
c) Children's interests whkh do not confrom to the set currkulum should be the
regarded.
d) The real objectives of classroom instruction, consist to a belajar degree in the
aguisition of the content matter of each subject.
e) Teaching the conventional subjects is the wisest method of achieving social
progress (J. Wayner Wrighstone, 1935).
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah.
Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandinglean dengan rumusan pertama,
namun antara keduanya memiliki pola pikiran yang seirama. Implikasi dari
rumusan ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya.
Peserta didik hidup dalam pola kebudayaan masyarakatnya. Manusia berbudaya
adalah manusia yang mampu hidup dalam pola tersebut. Peserta didik diajar agar
memiliki kemainpuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya
masyarakat itu.
2. Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan.
Para siswa dipandang sebagai keturunan orang tua dan orang tua adalah keturunan
neneknya dan seterusnya, demikian terus terjadi proses turun temurun. Dengan
sendirmya apa yang dimiliki oleh nenek moyang pada masa lampau itu harus
diwariskan kepada keturunan berikumya. Upaya pewarisan itu dilakukan metalui
berbagai prosedur: pengajaran, media hubungan pribadi dan sebagainya. Bila
dilakukan melalui pengajaran, maka proses yang telah dikemukakan dalam proses
perumusan pertama berlaku dan dilaksanakan dengan teknik yang sama.
3. Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan.
Yang termasuk kebudayaan adalah kebiasaan orang berpikir dan berbuat seperti:
kehidupan keluarga, cara menyediakan makanan, bahasa, pemerintahan, ukuran
moral, kepereayaan agama, dan bentuk-bentuk ekspresi seni. Kebudayaan
merupakan kumpulan daripada warisan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan pada
pengertian mi, kebudayaan itu bersifat non material., dan bersifat abstrak, ada
dalam jiwa dan kepribadian manusia. Benda-benda bersifat material sesungguhnya
adalah hasil dari keterampilan manusia (Worcester, 1969).
Kebudayaan dan hasil kebudayaan diwariskan kepada siswa yang umumnya
berupa benda-benda dan non benda, tertulis dan lisan, dan berbagai bentuk tingkah
laku norma dan lain-lain.
4. Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan
Generasi muda berfungsi sebagai generasi penerus. Mereka perlu dipersiapkan
sedemikian rupa agar benar-benar siap melanjutkan hasil yang telah dicapai oleh
generasi yang ada sekarang. Kebudayaan yang diwariskan kepada mereka harus
dikuasai dan dikembangkan, sehingga mereka menjadi warga masyarakat yang
lebih berbudaya. Dalam hal ini, diakui bahwa anak sedang berada dalam tahap
perkembangan dan menuju ketingkatan yang lebih dewasa, dalam arti, menjadi
manusia yang berbudaya. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi, sebagai
aspek dari kebudayaan, untuk kehidupannya. serta mampu mengadakan penemuan-
penemuan baru, mengembangkan kebudayaan yang telah ada.
c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik.
Rumusan ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terdahulu, sehab
lebih menitik beratkan pada unsur peserta didik, lingkungan, dan proses belajar.
Perumusan ini sejalan dengan pendapat dari Me. Donald, yang mengemukakan
sebagai berikut:
“educational, in the sense used here, is a process or an activity whkh is directed at
producing desirable changes in the behavior of human beings (Me. Donal, 1959)
artinya :
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan
perubahan tingkah laku manusia.
Implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah aku peserta didik
Pribadi adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi yang
meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi tidak lain
daripada tingkah laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri: (1).
Berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia, (2). Pola organisasi
kepribadian berbeda-beda untuk setiap orang dan bersifat unik, (3). Kepribadian
hersifat dinamis, terus berubah meialui cara-cara tertentu. Tingkah laku manusia
memiliki dua aspek, yakni: (1). Aspek objektif, yang bersifat struktural, yakni
aspek jasmaniah, (2). Aspek subjektif, yang besifat fungsional, yakni aspek
rohaniah.
2. Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan
Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari lingkungan.
Lingkungan kita artikan secara luas, yang terdiri dari lingkungna alam dan
lingkungan sosial. Lingkungan sosial sering lebih berpengaruh terhadap tingkah
laku seseorang. Melalui interaksi antara individu dan lingkunganya, maka siswa
memperoleh pengalaman, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap
perkembangan tingkah lakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pendidikan
adalah suatu proses sosialisasi di mana anak didik disiapkan sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat sekitamya.
Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan bagi perkembangan
tingkah laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar, bahan belajar, metode
mengajar, alat mengajar dan lain-lain. Selain dari itu, pribadi guru sendiri, suasana
kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar sekolah, semua menjadi lingkungan
belajar yang bermakna bagi perkembangan siswa.
3. Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.
Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang, misalnya,
kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi, emosi dan lain-lain. Tiap individu
peserta didik mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat
melakukan berbagai aktivitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya.
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke
arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator
belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara
optimal.
d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik.
Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa
pendidikan itu berorientasi kepada kebutuhan tuntutan masyarakat. Implikasi dari
rumusan/pengertian ini,adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran
Pembentukan warga negara yang baik adalah warga negara yang dapat bekerja di
masyarakat. Seorang warga negara yang baik bukan menjadi konsumen, tetapi
yang lebih penting ialah menjadi seorang produsen. Untuk menjadi seorang
produsen, maka dia barus memiliki keterampilan berbuat dan bekerja,
menghasilkan barang-barang dan benda kebutuhan masyarakat. Motto yang
dikemukakan: "benign habitat for good living", artinya seorang warga negara yang
baik bila dapat menyumbangkan dirinya kepada kebidupan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai