Setelah mempelajari bab ini, melalui kajian bahan bacaan, pengerjaan tugas – tugas,
serta tanya jawab dan diskusi dengan dosen serta teman – teman sekelas, Anda diharapkan
mampu :
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak
dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori – teori dan prinsip –
prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, Anda sebagai
calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip – prinsip belajar yang dapat
membimbing aktivitas Anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi
langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa memberi arah prioritas – prioritas
dalam tindakan guru.
Dalam perencanaan pembelajaraan, prinsip – prinsip belajar dapat
mengungkap batas – batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip – prinsip belajar dapat membantu
guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan –
tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatnya proses
belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip – prinsip belajar ia memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar.
Banyak teori dan prinsip – prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu satu dengan yang lain memiliki persamaan oleh dan juga perbedaan. Dari
berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum
yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip – prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung / berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari – hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila
perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil
(Gage dan Berliner, 1984: 372).
“Motivation is the concept we use when we describe the force action on or
within an organism to initiate and direct behavior” demikian menurut H.L Petri
(Petri, Herbert , 1986:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan
estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah
satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai – nilai,
dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang dianggap penting dalam
kehidupannya. Perubahan nilai – nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku
manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan – bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai –
nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan
aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya.
Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada
diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan,
dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner
dengan operant conditioning-nya. (Hal ini dibicarakan lebih lanjut dalam prinsip
balikan dan penguatan)
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan
sebagainya. Motivasu juga dibedakan atas motif instrinsik dan ekstrinsik. Motif
instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan,
Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh – sungguh mempelajari mata
pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar
sungguh – sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah.
Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif instrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga
bersifat eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat internal maupun
eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif ekstrinsik dapat juga
berubah menjadi motif instrinsik, yang disebut “transformasi motif”. Sebagai
contoh, seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya
menjadi guru. Mula – mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan
orang tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi
pelajaran – pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
Jadi motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi instrinsik.
2. Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimoannya saja tanpa
mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984:267). Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu untuk mencari menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar – mengajar
anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa, selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai
kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar
menulis, berlatih keterampilan – keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengelaman
Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa,
belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgare
Dale dalam penggolongan pengalaman belajra yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa
tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang
yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila terlibat secara langsung dalam
pembuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang membuat
tempe (demonstrating)., apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara
pembuatan tempe (telling).
4. Pengulangan
5. Tantangan
Teori medan (Fielde Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan
masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak
timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan
belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar yang
baru, yang banyak mengandung masalah perlu dipecahkan membuat siswa
tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa
untuk menemukan konsep – konsep, prinsip – prinsip, dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep – konsep, prinsip –
prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas
oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberi tantangan
bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh – sungguh. Penguatan
positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
Siswa belajar sungguh – sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai
yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif.
Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan
merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk
belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga
mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.
Di sini siswamencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan,
maka penguatan negatif juga bisa disebut escape conditioning. Format sajian
berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui
penggunaan metode-metode ini akan membuat ssiwa terdorong untuk belajar lebih
giat dan bersemangat.
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap
kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun
demikian, perlu disadari bahwa implementasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
dan guru, tidak semuanya terwujud dalam setiap proses pembelajaran. Agar Anda
mendapat kejelasan tentang implikasi prinsip – prinsip belajar bagi siswa dan
guru, uraian berikut ini dapat membantu Anda memperolehnya.
2. Keaktifan
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apa pun yang dipalajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya
(Davies, 1987:32). Pernyataan ini, secara mutlak menuntuk adanya
keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran.
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan
keterlibatan langsung ini, secara logus akan meyebabkan mereka memperoleh
pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan
implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut
dalam pembuatan lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa
berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi didepan kelas, dan
perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan siswa tidak mutlak
menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun
demikian,perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4. Pengulangan
5. Tantangan
I. Identitas
Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sub-Bidang Studi : Ekonomi Koperasi
Pokok Bahasan : 3.1 Pembangunan Daerah
Sub-Pokok Bahasan : 3.1.2 Pembangunan Kota
Kelas/Semester : III/5
Alokasi Waktu : 6 x 1 x 40 menit
II. Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Deskripsi Kegiatan Pripsip
No. Belajar
Pembelajaran Siswa
Menampak
1 2 3 4
1. Memahami tujuan Perhatian
Diberitahukan tujuan pembelajaran yang
pembelajaran yang akan diberitahukan dan
dicapai melalui pokok menetapkan target
bahasan/subpokok pencapaiannya
bahasan yang disajikan
Mencatat atau sekedar Perhatian dan
Diberitahukan garis mendengarkan keaktifan
2. besar isi pelajaran yang pemberitahuan
akan disajikan selama
enam kali pertemuan.
3. Memperhatikan hal-hal Perhatian,
Diperlihatkan foto-foto yang ditayangkan dan keaktifan,
berbagai keadaan mengisi daftar isian yang keterlibatan
sebelum dan sesudah diberikan setelah langsung,
dibangun, serta tayangan selesai. pengulangan.
beberapa pusat
pemukiman, pusat
ekonomi, pusat
kegiatan sosial budaya
dan pusat kegiatan
politik dan administrasi
pemerintahan. Setelah
penayangan diberikan
daftar isian pada siswa
yang menanyakan garis
besar isi tayangan.
4. Mencatat tugas yang Keaktifan,
Diberikan tugas diberikan dan keterlibatan
mencatat pusat-pusat mengerjakan tugas langsung, dan
kegiatan yang ada dirumah. tantangan.
disekitar rumah (kota
tempat tinggal).
5. Menyerahkan laporan Umpan balik dan
Ditanyakan laporan tugas dan menjawab penguatan,
tugas untuk pertanyaan sehubungan keterlibatan
dikumpulkan dan dengan tugas yang langsung, dan
membahas beberapa dikumpulkannya. keaktifan.
laporan yang Memperhatikan hal-hal
diserahkan. yang dibahas.
I. Identitas
Bidang Studi : Biologi
Sub-Bidang Studi : 11.1 Penggunaan Radiasi dan Radioisotop
Pokok Bahasan : 11.1.1 Radiasi
Sub-Pokok Bahasan : 11.1.2 Radioisotop
11.1.3 Dampak Penggunaan Radiasi dan Radioisotop
Kelas/Semester : III/6
Alokasi Waktu : 3 x 2 x 40 menit
II. Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Deskripsi Kegiatan Prinsip
No. Belajar
Pembelajaran Siswa
Menampak
1 2 3 4
Perhatian,
1. Diadakan kunjungan Terlibat mengumpulkan keaktifan,
belajar (karyawisata) ke informasi tentang tantangan.
bagian radiologi RSUD radiologi.
pada hari Minggu.
Kegiatan ini
dilaksanakan seminggu
sebelum pertemuan
pertama pokok bahasan
Penggunaan radiasi dan
radioisotop.
2. Keaktifan
4. Pengalaman
5. Tantangan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual,
ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus
dapar menentukan bentuk, cara, serka kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar
balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan
karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud
perilaku-perilaku yang diantaranya adalah :
7. Perbedaan individual
Setiap guru harus menyadari bahwa harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa
dalam satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik.
Selain karakteristik/keunikan kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang
berbeda karakteristiknya satu dengan lainnya. Guru sebagai penyelenggara
kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua
keunikan yang melekat pada setiap siswa. Dengan kata lain, guru tidak
mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan
merupakan satu kesatuan yang memiliki karakteristik yang sama. Konsekuensi
logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik
mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi bguru
berwujud perilaku – perilaku yang di antaranya adalah:
1. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat
melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
2. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan
pembelajaran
3. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
4. Memberkan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan
I. Identitas
Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Alam
Sub-Bidang Studi : Fisika
Pokok Bahasan : 3.1 Cahaya
Sub-Pokok Bahasan : 3.1.1 Pantulan Cahaya
Kelas/Semester : II/3
Alokasi Waktu : 5 x 2 x 40 menit
II. Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Deskripsi Kegiatan Prinsip
No. Belajar
Pembelajaran Siswa
Menampak
1 2 3 4
1. Disediakan benda- Menyediakan benda- Perhatian,
benda berupa kertas benda yang dibutuhkan keaktifan, dan
karton, kertas minyak dan menugaskan tantangan.
warna-warni, kaca, dan kepada siswa
cermin. Diberikan juga melaksanakan kegiatan
lembar kegiatan yang sesuai dengan lembar
berisi petunjuk kegiatan kegiatan.
yang harus Mengawasi kegiatan
dilaksanakan oleh yang dilaksanakan
pebelajar. siswa dan membantu
bila diperlukan.
I. Identifikasi
Mata Pelajaran : Sosiologi dan Antropologi
Pokok Bahasan : 1.1 Kebutuhan Manusia
Sub-Pokok Bahasan : 1.1.1 Pengertian
1.1.2. Kebutuhan Hidup Mendasar/Primer
1.1.3. Kebutuhan Sosial
1.1.4. Kebutuhan Integratif
Kelas/Semester : 1/3
Program : Pengetahuan Budaya
Deskripsi Kegiatan Prinsip
No. Belajar
Pembelajar Siswa
Menampak
1 2 3 4
1. Kegiatan pengajaran Khusus dan garis besar
isi pelajaran serta
langkah pengajaran
yang akan
dilaksanakan.
Rangkuman
Para ahli telah meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut panang ilmu. Mereka
telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Di antara prinsip-prinsip
belajar yang penting berkenaan dengan (i) perhatian dan motivasi belajar siswa, (ii)
keaktifan belajar, (iii) keterlibatan dalam belajar, (iv) pengulangan belajar, (v)
tantangan semangat belajar, (vi) pemberian balikan dan penguatan belajar, dan (vii)
adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar. Perhatian dapat memperkuat
kegiatan belajar, menggiatkan perilaku untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian
berhubungan dengan inotivasi sebagai tenaga penggerak belajar. Motivasi belajar
dapat bersifat perhatian dan motivasi pebelajar (instrinsik, ekstrinsik, internal,
eksternal) tersebut mempengaruhi rekayasa acara pembelajaran siswa. Dewasa ini
para ahli memandang bahwa siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena
itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sekedar pembimbing,
fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar
berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang
unik. Belajar, juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan
berkali-kali, berkesinambunganm tanpa henti. Belajar yang berarti terjadi bila bahan
belajar tersebut menantang siswa. Belajar juga menjadi terarah bila ada balikan dan
penguatan dari pembelajar. Betapapun belajar yang telah direkayasa secara secara
pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifat individual pebelajar.
Pembelajar tidak mengabaikan karakteristik pebbelajar dan prinsip-prinsip
belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa
pebelajar adalah “primur motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk
memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis, dan mengoptimalkan hal-hal yang
berkaitan dengan (i) perhatian dan motivasi belajar siswa, (ii) keaktifan siswa, (iii)
optimalisasi keterlibatan siswa, (iv) melakukan pengulangan-pengulangan belajar, (v)
pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab, (vi) memberikan balikan dan
penguatan terhadap siswa, dan (vii) mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan
individual siswa.
Tugas
1. Isilah titik-titik pada contoh 4 dengan prinsip-prinsip belajar yang tampak berdasarkan
kegiatan yang dilakukan guru!
2. Mengapa prinsip-prinsip belajar berimplikasi bagi siswa dan guru? Jelaskan jawaban
anda!
3. Apakah dalam setiap kegiatan pembelajaran pasti menampakkan prinsip-prinsip
belajar?
4. Apakah implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru yang paling utama?
Daftar Pustaka
Davies, Ivor K. (penerjemah: Sudarsono S.,dkk). 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta:
C.V. Rajawali dan PAU-UT
Gage, N.L., dan David C, Berliner. 1984, Educational Psychology. Chicago: Rand Mc
Nally Collage Publishing Company.
Gredler, Margaret E. Bell (penerjemah Munandir). 1991. Belajar dan Membelajarkan.
Jakarta : C.V Rajawali dan PAU-UT.
Petri, Herbert L.. 1986. Motivation: Theory and Researh. Belmong, California:
Wadsworth Publishing Company