Anda di halaman 1dari 4

3.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih
tindakan yang tepat. Selain itu juga berguna untuk mengembangkan sikap yang diperlukan
untuk menunjang peningkatan belajar peserta didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar
sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa
membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang
dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.
Prinsip-prinsip dalam belajar baik bagi peserta didik yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas mengajarnya. Prinsip-
prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individual.
Peserta didik sebagai "primus motor" (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan
alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip prinsip belajar. Justru
para peserta didik akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi
prinsip-prinsip belajar tersebut.
Dalam pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan. Prinsip itu sendiri artinya adalah kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dsb atau dapat juga diartikan sebagai dasar. Sehingga prinsip-prinsip pembelajaran
dapat diartikan sebagai dasar dasar kebenaran dari suatau proses belajar yang harus diikuti
dan dilaksanakan. Prinsip dikatakan juga landasan. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh suatu interaksi.
Interaksi tersebut selanjutnya disebut dengan aktifitas dalam belajar. Aktifitas ini yang
disebut dengan pembelajaran. Untuk lebih memahamai tentang belajar dan pembelajaran
silahkan baca potingan di berikut ini.
Sementara prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman (1986 dalam Supani dkk.
1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran
adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori
yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi 1) bahan yang akan
dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana guru
mengajarkan bahan), 3) gurunya, dan 4) peserta didiknya. Prinsip-prinsip belajar yang relatif
berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individual.1
1. Perhatian dan Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap belajar akan timbul pada peserta didik apabila bahan pelajaran sesuai
1
Tuti Supatminingsih, dkk. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2020), h. 36-38.
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
mempunyai kaitan erat dengan minat. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dan dapat juga bersifat eksternal, artinya datang dari orang lain, guru, orang
tua, teman, dan sebagainya.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi para peserta didik adalah disadarinya oleh peserta
didik bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan
mengembangkn secara terus menerus. Untuk dapat melakukan hal itu, peserta didik dapat
melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai,
menanggapi secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran,
penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari kajian teori belajar pengolahan
informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan
Berliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada peserta didik apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang di butuhkan, Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada peserta didik
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan
sebagai sesuatu yang di butuhkan, di perlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Di
samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang. "Motivation is the
concept we use when we describe the force. actionon or within an organism to initiate and
direct behavior" demikian menurut H.L. Petri (Petri , Herbert L, 1986 : 3). Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah
satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa peserta didik tertarik dalam kegiatan
intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan
salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar peserta didik dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai,
keterampilan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Peserta didik yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu. cenderung tertarik perhatiannya.
Motivasi juga di pengaruhi oleh nilai-nilai yang di anut akan mengubah tingkat laku manusia
dan motivasinya. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat
juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
2. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Menurut teori
kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang
kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Dalam setiap
proses belajar, peserta didik selalu menampakkan keaktifan. Mulai dari kegiatan fisik yang
berupa membaca, menulis, mendengarkan, berlatih ketermapilan hingga kegiatan psikis
seperti memecahkan masalah, menyimpulkan hasil percobaan, membandingkan satu konsep
dengan konsep yang lain, dan sebagainya.
Sebagai "primus motor" dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, peserta didik
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
memproses dan memperoleh belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secar
fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik lebih lanjut
menuntut keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran. Kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa di paksakan eloh orang lain dan juga tidak bisa di limahkan kepada orang lain. Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan,
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari peserta didik sendiri, guru hanya sekedar
pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937 : 31).
Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Dalam belajar melalui pengalaman langsung peserta
didik tidak sekedar mengalami secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat. langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung
dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar
sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh peserta didik
secara aktif, baik individual amupun kelompok dengan cara memecahkan masalah. Guru
bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing.
Hal apapun yang dipelajari oleh peserta didik, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987 : 32).
Pernyataan ini, secara mutlak menuntut adanya keterlibatan langsung dari setiap peserta didik
dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para peserta didik
agar tidak segan segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan secara langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh
pengalaman.
Keterlibatan peserta didik di dalam belajar jangan di artikan keterlibatan fisik semata, namun
lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan engan kegiatan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan ketrampilan.
Implikasi prinsip ini dituntut pada para peserta didik agar tidak segan mengerjakan tugas
belajar yang diberikan. Misalnya ikut membuat lapangan voli, melakukan reaksi kimia,
berdiskusi membuat laporan, dan lain-lain. Perilaku keterlibatan peserta didik secara
langsung dalam kegiatan balajar pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan keaktifan
peserta didik.
4. Pengulangan
Menurut Teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir,
dan sebagainya. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah Teori Psikologi
Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike. Ia mengemukakan
bahwa belajar adalah pembentukkan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap
pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Teori Psikologi Conditioning
yang merupakan perkembangan dari teori Koneksionisme menyatakan perilaku individu
dapat dikondisikan, dan belajar merupakan adalah kesadaran peserta didik untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Misalnya
menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-
nama latin tumbuhan, atau menghafal terjadinya peristiwa sejarah. tahun-tahun
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi peserta didik adalah
keadaran peserta didik untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang untuk
satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, peserta didik diharapkan tidak bosan dalam
melakukan pengulangan.
5. Tantangan
Teori Medan (field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahawa peserta didik dalam
situasi belajar barada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar
peserta didik menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu
dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar talah tercapai, maka ia akan masuk
dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar ahruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat peserta didik bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat peserta didik tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada peserta didik untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
prinsip-prinsip, generalisai tersebut. Dan belajar yang telah iolah secara tuntas oleh guru
sehingga peserta didik tinggal menelan saja kurang menarik bagi peserta didik.
Implikasi prinsip tantangan bagi peserta didik adalah tuntutan dimiliknya kesadaran pada diri
peserta didik akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah
pesan. Selain itu, peserta didik juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala
permasalahan yang dihadapinya. Bentuk perilakunya diantaranya adalah melakukan
eksperimen, melaksanakan tuga terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan
suatu masalah.
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila peserta didik diberikan
tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan
belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti peserta didik selalu
menghadapi tantangan untuk memperoleh, memprose, dan mengolah setiap pesan yang ada
dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi peserta didik adalah tuntutan
dimilikinya kesadaran pada diri peserta didik akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, peserta didik juga harus memiliki
keingintahuan yang besar terhadap segala permasalan yang di hadapinya.2

2
Tuti Supatminingsih, dkk. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2020), h.

Anda mungkin juga menyukai