Anda di halaman 1dari 11

blogspot.

com

Dioptimalkan 3 menit yang lalu

Lihat yang asliSegarkan

Kurniawan

KAMIS, 21 MEI 2015

Makalah Prinsip-Prinsip Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mebgajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan
proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang no 20 tahun 2003
tentang system pendidikan nasional menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa pembelajaran adalam


membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat
mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik
untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses
pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan
guru untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.[1]

Makalah ini akan membahas tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang sangat diperlukan oleh para guru
dan peserta didk dalam rangka kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efesien.

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran?


2.Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran?

C.Tujuan Masalah

1.Untuk mengetahui pengertian prinsip pembelajaran

2.Untuk mengetahui yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Prinsip Pembelajaran

Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya) dasar”.[2] Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang
diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.

Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta
didik.

Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan
pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.

B.Prinsip-prinsip Pembelajaran

1.Perhatian dan motivasi

Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan
bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar
maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan
pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu
yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.[3]

Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala
stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat
cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang,
kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.

Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam
belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a)
mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini
sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur
tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar
dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan
yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut
ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua,
teman, buku-buku dan sebagainya.Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses
pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat
memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang
dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.[4]

Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu
tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia
dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi
kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran
tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan
tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila terjadi
perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat pelajaran begitu menarik,
maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian
harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang disengajaatau sekehendak, hal ini diperlukan
motivasi.

2.Keaktifan

Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila
peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin
memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah
tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-
ototnya untuk mencapainya.

Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah
diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus
melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus
atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh
melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif
karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana
adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru
hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.[5]

3.Keterlibatan langsung

Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai
aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip
keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa
menikmati jalannya pembelajaran.

Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang
menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran
tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.

4.Pengulangan

Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang
dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal
adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-
pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning
respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang
mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan
tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa,
sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar
dan membentuk kebiasaan.

Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih
dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasarpembelajaran. Sebab, dalam
pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan
stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama
sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan
pembiasaan.[6]

5.Proses individual

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung
secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru
masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu. Bahkan
mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya,
kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-
ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk
pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan
beberapa sifat-sifat individual yang berbeda.

Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh
guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula
guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang
dan kemampuan yang berbeda-beda.

S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan
kesanggupan individual:

a)Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan masing-
masing

b)Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum bagi
seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.

c)Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta
kesanggupannya.

d)Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas
peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.

Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan pembelajaran
dalam kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak
boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.[7]

6.Tantangan

Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach
him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang
berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga
dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa
masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.

Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka
materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.

Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and
learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik
akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan
sendiri jalan keluarganya.[8]

7.Balikan dan penguatan

Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan oleh teori operant
conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didi akan belajar bersemangat apabila mengaetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar
selanjutnya.

Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-
sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu
merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik
tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak
menyenangkan.

Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta
didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat peserta didik
terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[9]

C. Prinsip Pembelajaran Kompetensi

Mengajar atau membelajarkan siswa bukan pekerjaan sampingan tetapi membutuhkan keahlian,
kesungguhan, pengetahuan, keterampilan dan seni. Membelajar siswa bersifat unik sebab siswa itu
individu manusia yang memiliki karakteristik yang kompleks. Setiap siswa memiliki potensi dan
kecakapan berpikir dan keterampilan yang berbeda, semua itu membentuk kepribadian yang kahs dan
unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Seorang guru dihadapkan kepada situasi keragaman
karakteristik siswa. Secara psikologis tidak ada individu yang sama, yang ada adalah aneka ragam
individu. Oleh karena itu, mengajar merupakan ilmu dan seni sebab ilmu mengajar saja itu, tidak cukup
diperlukan juga seni mengajar. Seni mengajar merupakan kreativitas guru menemukan pendekatan atau
model mengajar yang memungkinkan setiap siswa mengembangkan potensi, kecakapam dan
karakteristiknya secara optimal.

Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi sebab-sebab terjadinya belajar.
Dengan perkataan lain apabila suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan pembelajaran, maka proses
belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan harapan. Efektivitas belajar
berkaitan dengan suasa belajar yang menyenangkan seperti ciptakan kondisi terbaik untuk belajar,
bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indra, berfikir kreatif dan kritis untuk membantu proses
internalisasi dan beri rangsangan dalam mengakses materi pelajaran (gordon and vos, 2000). Ada
beberapa prisnsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain:
1.Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau
mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan
pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. . Struktur kognitif akan
tumbuh dan berkembang manakala siswa memilki pengalaman belajar. Oleh karena itu dalam
pembelajaran kompetensi menuntut aktivitas siswa secara penu untuk mencari dan menemukan sendiri.

2.Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajar, ada tipe pengetahuan fisis, sosial
dan logika (Bruce weil, 1980). Pengetahuan fisisadalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek
atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil, serta begaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indera secara langsung. Misalkan anak
memegang logam yang bersifat keras dan memegang kain sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial
berhubungan dengan perilaku individu dalam mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan
tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya .

3.Pembelajaran dalam konteks kompetensi harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak akan lebih
baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan hubungan
sosial anak akan belajar lebih baik dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial.
Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi
pengalaman memungkinkan mereka terus berkembang secara wajar.

4.Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan
dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi akademik, kompetensi okupasional,
kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Itu sebabnya makna pembelajaran KBKbukan hanya
mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak
itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan
perubahan pola kehidupan masyarakat (Sanjaya, 2005).

Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam rangka menunjangn hasil belajar yang efektif dan efesien, menurut Puskur (Balibang
Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut.

1.Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswa untuk secara
langsung mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.

2.Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran perlu mengaitkan pengalaman belajar yang dikaitkan
dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa
sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan cara pandang dan cara tindak sehari-hari.

3.Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang bermakna yang mampu
mendorong tindakan dsn renungan (refleksi) pada setiap siswa.

4.Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu menyediakan pengalaman belajar yang memberi
motivasi dan kejelasan tujuan.
5.Keragaman individu, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman pembelajaran yang
mampu membedakan kemampuan individu yang satu dengan yang lain sehingga variasi metode
mengajarmutlak diperlukan.

Kemandirian dan kerjasama, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang
mendorong siswa untukbelajar mandiri maupun melakukan kerjasama.

1.Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk
menciptakan situasi agar siswa belajar secara efektif.

2.Belajar untuk kebersamaan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang mendorong
siswa untuk memiliki simpati, empati, dan roleransi bagi orang lain.

3.Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang
mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan gagasan adalah siswa, sedangkan guru hanya
sebagai menyediakan kondisi supaya peristiwa belajar tetap berlangsung.

4.Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan pembelajaran menyediakan pengalaman belajar
yang menumpuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas, dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa.

5.Menyenagkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan


siswa, seperti pembelajaran kuantum.

6.Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang
meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosial.

7.Belajar cara belajar, kegaiatan pembelajaran kompetensi memerlukan pengalaman belajar yang
memuat keterampilan belajar, sehingga siswa menjadi terampil belajar bagaimana cara belajar.

Pembelajaran kompetensi dapat terlaksana secara optimal, dalam arti mencapai sasaran kompetensi
standar dalam implementasi dan pengembangan jika memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
kompetensi menurut Sukmadinata (2004) harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1.Agar setiap siswa dapat menguasai kompetensi standar perlu disediakan waktu yang cukup dengan
program pembelajaran yang berkualitas.

2.Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menguasai kompetensi yang dituntut, tanpa memperhatikan
latar belakang pengalaman pendidikan dan pengalamanmereka. Dengan penyelenggaraan program
pembelajaran yang baik dan waktu yang cukup maka setiap siswa dapat mencapai hasil yang ditargetkan.

3.Perbedaan individual dalam penguasaan kompetensi diantara siswa, bukan saja disebabkan karena
faktor-faktor diri siswa tetapi karena ada kelemahan dalam lingkungan pembelajaran.

4.setiap siswa mendapatkan peluang yang sama untuk memiliki kemampuan yang diharapakan, asal
disesuaikan dengankecepatan belajar masing-masing. Setiap siswa dapat menguasai kompetensi yang
diharapkan asalkan rancangan dan pelaksanaan program pembelajaran sedekat mungkin diarahkan pada
pencapai sasaran pembelajaran.

5.Apa yang paling berharga dalam pembelajaran adalah berharga dalam belajar. Pembelajaran dirancang
dan dilaksanakan agar para siswa terjadi belajar secara optimal. Jika ada siswa yang gagal dalam belajar
disebabkan kesalahan rencana dan pelaksana pendidikan, perlu dicari penyebab dan terus
disempurnakan.[10]

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

a.Pengertian prinsip

Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11] Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang
diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.

b.Prinsip-prinsip dalam pembelajaran

1.Perhatian dan motivasi

2.Keaktifan

3.Keterlibatan langsung

4.Pengulangan

5.Proses individual

6.Tantangan

7.Balikan dan penguatan

DAFTAR PUSTAKA

·Sagala Syaiful. Konsep dan Mkana Pembelajaran. Alfabeta. 2009. Bandung

·Kamus Besar Bahasa Indonesia.

·Mudjiono dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. 2009. Jakarta.

·Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. 2004. Jakarta.

·Prof, Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan Alfabeta. 2012. Bandung.
[1] Syaiful Sagala, konsep dan makna pembelajaran. Hal 63

[2] Kamus besar bahasa indonesia

[3] Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. Hal 42

[4] Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran. Hal 20

[5] Ibid, hal 21

[6] Belajar dan pembelajaran. Hal 43

[7] Pengelolaan pengajaran. Hal 17

[8] Belajar dan pembelajaran. Hal 48

[9]Ibid. hal 49

[10]Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi pendidikan, hal 146-150

[11] Kamus besar bahasa indonesia

Kurniawan Alex di 19.18

Berbagi

2 komentar:

dawamabdul hanif15 April 2017 01.57

CUKUP INNSPIRATIF

Balas

darmaji lira9 Oktober 2017 23.46

wah,manttaapppp

Balas
Tambahkan komentar

Beri komentar sebagai:

Publikasikan Pratinjau

Kirim

Beranda

Lihat versi web

MENGENAI SAYA

Foto saya

Kurniawan

Anda mungkin juga menyukai