Anda di halaman 1dari 26

MENYINTESIS NILAI – NILAI DAN SIKAP IPS DI SD

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Ilmu – Ilmu Sosial
Yang diampu oleh Dr. Sutarno, M.Pd.

Disusun Oleh:
Adelia Asyiddata Bariroh (190151602475)
Devi Safitri (190151602733)
Hayu Septiyanti Ika Putri (190151602732)
Kurnia Fatma Wati (190151602603)
Olyvia Dwi Azizah Rahma (190151602659)
Serlina Sofianing Safitri (190151602430)
Widya Nurita Dewi (190151602591)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Menyintesis Nilai-Nilai dan Sikap IPS di SD
ini.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah Menyintesis Nilai-Nilai dan
Sikap IPS di SD ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Malang, 28 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah ......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Pengertian Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS yang Berlandaskan
Ilmu – Ilmu Sosial ...................................................................................3

2.2 Penanaman Pendidikan Nilai melalui Pembelajaran IPS di SD ................5

2.2.1 Penanaman Nilai Gotong Royong di SD ..........................................5

2.2.2 Penanaman Nilai Kerjasama di SD ..................................................7

2.2.3 Penanaman Nilai Merawat Alam di SD ...........................................9

2.2.4 Penanaman Nilai Toleransi di SD ..................................................11

2.3 Penanaman Sikap Sosial melalui Pembelajaran IPS di SD......................12

2.4 Contoh Isu – Isu Kontroversial dalam Pembelajaran IPS ........................14

BAB III PENUTUP ..............................................................................................20

3.1 Simpulan ..................................................................................................20

3.2 Saran........................................................................................................ 21

DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
dan tujuan pembahasan masalah.

1.1 Latar Belakang Masalah


Nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu
tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan
(Rokeach dan Bank dalam Toha 1996: 119). Mengenai kebenaran sebuah
nilai tidak membutuhkan pembuktian empirik, namun lebih terkait mengenai
penghayatan dan apa yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau
tidak disenangi oleh seseorang.
Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peserta didik
diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan
warga dunia yang efektif.
Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang fungsional akan
menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karenanya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dirancang untuk membangun dan membina peserta didik dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat pada masa yang akan datang yang selalu berubah dan
berkembang secara terus menerus.
Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi suatu mata
pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-
masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial,
perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari waktu ke waktu.
Nilai mempunyai peranan sangat penting, karena perbuatan manusia didasarkan
pada wujud keyakinan dan kepercayaan. Antara perbuatan dan keyakinan
hubungannya sangat erat, dimana yang satu akan mempengaruhi yang lainnya.
Oleh karena itu pembinaan nilai dan sikap anak didik kita harus senantiasa
dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud pengertian nilai dan sikap dalam pembelajaran
IPS yang berlandaskan ilmu – ilmu sosial?
1.2.2 Bagaimana penanaman pendidikan nilai melalui pembelajaran IPS
di SD?
1.2.3 Bagaimana penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS di
SD?
1.2.4 Apa saja contoh isu – isu kontroversial dalam pembelajaran IPS?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
pembahasan masalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui dan lebih memahami apa itu yang dinamakan
pengertian nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS yang berlandaskan
ilmu – ilmu sosial.
1.3.2 Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai penanaman
pendidikan nilai melalui pembelajaran IPS di SD.
1.3.3 Untuk lebih memahami mengenai penanaman sikap sosial melalui
pembelajaran IPS di SD.
1.3.4 Untuk mengetahui contih isu – isu kontroversial dalam
pembelajaran IPS.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam bab 2 ini berisi tentang pengertian nilai dan sikap dalam
pembelajaran IPS yang berlandaskan ilmu – ilmu sosial, penanaman pendidikan
nilai melalui pembelajaran IPS di SD, penanaman sikap sosial melalui
pembelajaran IPS di SD, dan contoh isu – isu kontroversial dalam pembelajaran
IPS.

2.1 Pengertian Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS yang Berlandaskan
Ilmu – Ilmu Sosial
Nilai menurut Mulyana (2004:11), adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga
melahirkan tindakan pada diri seseorang. Menurut Frankel (Kartawisastra, 1980:
1) nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi
yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan dipertahankan.
Ditegaskan oleh Amborise dalam Mulyana (2004:23), bahwa nilai itu sifatnya
relatif yang merupakan landasan bagi perubahan dan dapat ditanamkan melalui
berbagai sumber seperti keluarga, masyarakat, agama,media massa, tradisi, dan
dalam pergaulan.
Rokeach dalam Mulyana (2004:27) membuat klasifikasi nilai menjadi dua
yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental sering juga disebut
nilai antara, dan nilai terminal adalah sebagai nilai akhir. Sebagai contoh manusia
yang memiliki nilai insrumental hidup bersih, dia memiliki nilai akhir secara
konsisten yakni nilai keindahan dan kesehatan.
Selain dua klasifikasi nilai seperti yang disebutkan di atas, nilai yang
sering dijadikan rujukan manusia dalam kehidupannya dalam enam nilai yang
terdapat dalam teori Spranger dalam Mulyana (2004: 32-35) yakni nilai teoritik,
nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama. Nilai
teoritik melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam memikirkan dan
membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai ekonomis, terkait dengan perimbangan
nilai yang berkadar untung dan rugi, yang berarti mengutamakan kegunaan
sesuatu bagi manusia. Nilai estetik, disebut juga sebagai nilai keindahan yang
sangat tergantung pada subjektif seseorang. Nilai sosial, berakumulasi pada nilai

3
4

tertinggi yakni kasih sayang antar manusia. Nilai politik, kadar nilainya bergerak
dari pengaruh yang rendah menuju tinggi, atau sering disebut sebagai nilai
kekuasaan. Nilai agama, merupakan nilai yang bersumber dari kebenaran tertinggi
yang datangnya dari Tuhan.
Secara umum nilai merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-
laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan
pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Sikap adalah sebagai keadaan
yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai
manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan semua
itu terbentuk atas pengalaman.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu dari bagian utama dan
terpenting dari kurikulum sekolah untuk membentuk warganegara Indonesia yang
baik. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan sikap sosial
dalam diri siswa, salah satunya dengan melalui kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang
menjadikan siswa belajar banyak hal, terutama belajar dari figur seorang guru,
karena itu guru dituntut untuk selalu bisa memberikan contoh yang baik untuk
siswa. Keberadaan siswa atau peserta didik merupakan komponen utama yang
dilayani pada setiap lebaga pendidikan. Untuk itu, seluruh aktivitas dan proses
administrasi memfokuskan layanannya kepada kepuasan peserta didik. Dengan
demikian, pelayanan terhadap siswa memiliki banyak dimensi baik berkenaan
dengan pengembangan potensi, minat dan bakat serta kepribadian dalam rangka
memaksimalkan pencapaian kedewasaan. Dengan begitu, faktor siswa sangat
menentukan berlangsungnya tugas pokok dan fungsi sekolah melalui administrasi
27 pendidikan yang efektif, karena keberadaan dan kehadiran sekolah adalah
untuk memenuhi keperluan anak didik.
Suasana kelas yang baik dilihat dari segi penanaman sikap dan nilai.
Suasana yang memungkinkan tumbuhnya sikap yang sehat dan yang tidak
menimbulkan kekacauan murid. Karena itu demi penanaman sikap dan nilai-nilai
secara selaras dan terus menerus guru perlu waspada terhadap ucapan, perbuatan
maupun sikapnya, di dalam dan juga di luar sekolah. Jika ilmu pengetahuan sosial
diharapkan akan dapat menghasilkan sikap tertentu pada anak, maka program
5

belajar mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial perlu direncanakan secara cermat dan
matang dengan mencantumkan situasisituasi belajar yang tepat untuk
menanamkan sikap yang diharapkan. Berbagai sikap dan kesadaran yang
diharapkan dapat ditanamkan pada murid melalui Ilmu Pengetahuan Sosial di
antaranya sikap menghormati pendapat orang lain, membantu yang lemah,
terbuka, jujur dan terang, menepati janji, hemat, menabung, saling menghargai
perbedaan dan masih banyak yang lainnya.

2.2 Penanaman Pendidikan Nilai melalui pembelajaran IPS di SD


Menurut Zubaedi dalam (Rahmawati, 2017), proses penanaman nilai
berlangsung secara bertahap. Ada lima fase proses penanaman nilai. Pertama,
knowing, yaitu mengetahui nilai-nilai; Kedua, comprehending, yaitu memahami
nilai-nilai; Ketiga, accepting, yaitu menerima nilai-nilai; dan keempat
internalizing, yaitu menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan; dan kelima
implementing, yaitu mengamalkan nilai-nilai. Integrasi nilai-nilai dalam
pembelajaran IPS membantu siswa menjadi manusia yang baik dalam kehidupan
interaksi sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran
IPS seharusnya diupayakan memuat nilai-nilai yang berguna bagi pembentukan
kepribadian anak sebagai bekal hidup di masyarakat.
Mengingat bahwa nilai berkembang melalui tahapan-tahapan
perkembangan anak dan lingkungan, maka hendaknya penanaman nilai diberikan
secara dini dan selalu setiap waktu. Metode untuk menanamkan nilai-nilai kepada
anak dapat dilakukan dengan contoh atau teladan. Sekolah menjadi sarana
pengembangan nilai-nilai menciptakan sebuah lingkungan sosial yang menghargai
kemajemukan dan keanekaragaman sehingga menghasilkan sosok pribadi yang
memiliki kemampuan intelektual dan akhlak yang seimbang. Berikut merupakan
beberapa contoh penanaman nilai-nilai dalam pembelajaran IPS:

2.2.1 Penanaman nilai gotong royong di SD


Gotong royong merupakan perilaku saling membantu dan bekerjasama
seseorang untuk mencapai tujuan bersama. Gotong royong juga memiliki
pengertian sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu dalam setiap kegiatan
bersama di lingkungan masyarakat. Berdasarkan uraian teori-teori mengenai
gotong royong tersebut, dapat disimpulkan bahwa gotong royong merupakan
6

kegiatan yang dilakukan bersama dalam bermasyarakat untuk memperingan


sebuah pekerjaan / permasalahan. Sebagai contoh gotong royong membersihkan
saluran air di lingkungan tempat tinggal.
Penanaman nilai karakter gotong royong dapat dimulai dari melibatkan
anak pada pekerjaan di lingkup rumah tangga. Setelah terbiasa, dapat ditarik ke
lingkup yang lebih luas khususnya di lingkungan masyarakat. Penerapan nilai
karakter gotong royong pada anak dalam masa belajar di rumah tentu banyak
sekali yang bisa dilakukan. Misalnya melibatkan anak dan seluruh anggota
keluarga untuk bekerja sama mencuci dan menjemur baju, mencuci piring, dan
melibatkan dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan bertanam sesuai hobi
anak, dan lainnya. Untuk penanaman nilai gotong royong di sekolah, khususnya
anak usia sekolah dasar akan menjadi tanggungjawab semua pihak, khusunya guru
sekolah dasar.
Johnson & Johnson (Barkley, E, et. al: 2012, pp.13-14) dalam kutipan
Nanik Sulistyawati dan Darmiyati Zuchadi, berpandangan bahwa paling tidak
terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu kelompok terjadi pembelajaran
kolaboratif, yaitu:
(1) Saling ketergantungan positif,
(2) Interaksi langsung antar siswa,
(3) Pertanggungjawaban individu,
(4) Keterampilan berkolaborasi,
(5) Keefektifan proses kelompok.

Model Pembelajaran collaborative learning sebagai salah satu cara untuk


menanamkan karakter gotong royong pada siswa. Menurut Bintarto (1980:11)
dalam kutipan Puput Anggorowati menyebutkan gotong royong merupakan suatu
nilai luhur yang keberadaannya harus tetap di jaga. Sebagai ciri khas Indonesia
yang telah ada secara turun temurun, sehingga keberadaannya harus
dipertahankan. Bahkan dalam pidato kenegaraan yang disampaikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1978, dikatakan gotong royong merupakan ciri
khas dan pola hidup masyarakat Indonesia. Pendapat Achsannanda Maulyta Sari
dalam artikelnya menjelaskan “Secara konseptual, gotong royong dapat diartikan
sebagai suatu model kerjasama yang disepakati bersama. Dalam perspektif sosio
7

budaya, nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan)
untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan bersama atau
individu tertentu”.
Karakter gotong royong tidak bisa langsung muncul begitu saja,
diperlukan suatu pendidikan karakter untuk menanamkan dan mengembangkan
karakter ini. Pendidikan karakter gotong royong penting untuk melestarikan ciri
khas bangsa Indonesia. Wawan Wahyu Setyawan dan Ali Mustadi dalam
artikelnya menyebutkan “Pendidikan karakter sebaiknya dilakukan sejak dini.
Perwujudannya melalui pendidikan yang paling dasar yaitu sekolah dasar.
Sekolah dasar mempunyai peran strategis dalam menanamkan dan
mengembangkan karakter kepada peserta didik”. Selain itu pada sekolah dasar ini
pendidikan karakter mempunyai porsi yang lebih besar ketimbang aspek
pengetahuan, sehingga pendidikan karakter lebih ditekankan dalam proses
pembelajaran untuk membentuk karakter positif pada anak sedini mungkin..
Sehingga model pembelajaran collaborative learning sebagai cara yang
efektif dalam menanamkan karakter gotong royong untuk menciptakan siswa yang
berkarakter. Model pembelajaran collaborative learning berpusat pada siswa yang
artinya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun
pengetahuannya dengan cara berkolaborasi teman-temannya. Pendidikan karakter
gotong royong dilakukan melalui pembiasaan yang dimulai sedini mungkin yaitu
dari usia sekolah dasar dan tentunya memerlukan waktu yang panjang, gotong
royong juga merupakan salah satu ciri khas budaya bangsa Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lain yang harus kita lestarikan. Pendidikan di abad
21 merupakan pendidikan yang mana siswanya aktif dalam membangun
pengetahuannya sendiri, sehingga karakter gotong royong diperlukan untuk
mempermudah dalam proses pembelajaran.

2.2.2 Penanaman Nilai Kerjasama di SD


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sikap memiliki kesetaraan
arti dengan perilaku. Perilaku merupakan cerminan karakter atau sifat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan perilaku yang mencerminkan karakter
atau sifat yang dimiliki oleh seorang individu. Setiap individu memiliki karakter
8

Dasar yang perlu ditanamkan dan dilatih agar dapat berkembang dan diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari. Karakter adalah perilaku yang dimiliki oleh
seseorang yang diwujudkan melalui cara pandang, bersikap, dan bertindak.
Karakter setiap individu berbeda, sesuai dengan pembentukan dan pengembangan
karakter masing – masing. Hakikatnya setiap individu memiliki karakter dasar
yang sama, yang membedakan hanyalah karakter yang sering muncul
dibandingkan arakter lain yang dimilikinya. Karakter kerja sama merupakan salah
satu karakter utama yang perlu dimiliki oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan
Sekolah Dasar, karena karakter tersebut mampu melatih siswa dalam memahami,
merasakan, dan melaksanakan aktivitas kerja sama guna mencapai tujuan bersama
(Rukiyati, dkk, 2014). Selain itu kemampuan kerja sama mampu meningkatkan
rasa percaya diri dan kemampuan berinteraksi, serta melatih siswa beradaptasi
dengan lingkungan baru.
Karakter kerja sama dapat ditanamkan, dilatih, dan dikembangkan melalui
berbagai cara, salah satu bentuknya melalui kegiatan pembelajaran. Kerja sama
dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh dua siswa atau lebih yang saling
berinteraksi, menggabungkan tenaga, ide atau pendapat dalam waktu tertentu
dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai kepentingan bersama. Kegiatan
kerja sama dalam pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan
karakter yang dilakukan untuk mencapai salah satu tugas perkembangan sosial
siswa Sekolah Dasar. Pendidikan karakter kerja sama merupakan kegiatan yang
sengaja diciptakan dalam pembelajaran untuk menanamkan, melatih dan
mengembangkan karakter kerja sama siswa (Emiasih, 2011; Rukiyati, dkk, 2014;
Hurlock, 1997), dengan harapan mencetak siswa yang memiliki karakter kerja
sama positif dalam mencapai kesuksesan, tidak hanya mengandalkan kemampuan
kognitif. Kerja sama positif berarti interaksi yang dilakukan dua orang atau lebih,
saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama, dan tanpa ada yang
merasa dirugikan. Penanaman pendidikan karakter kerja sama dapat dilakukan di
lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Menumbuh kembangkan karakter
kerja sama di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan
seperti, upacara, Jum’at bersih, piket kelas, praktikum, bermain peran, dan diskusi
kelompok. Dalam diskusi atau kerja kelompok, ketika kegiatan pembelajaran
9

seorang guru akan memberikan tugas pada siswa untuk dikerjakan secara
berkelompok dan siswa dituntut untuk aktif dalam menyelesaikan/mengerjakan
tugas tersebut bersama anggota kelompoknya. Tujuan kerja kelompok selain
melatih dan menumbuhkan kerja sama pada diri siswa juga akan melatih siswa
untuk belajar bersosialisasi dengan teman sejawatnya.

2.2.3 Penanaman Nilai Merawat Alam di SD


Pendidikan lingkungan diharapkan mampu mendidik siswa agar
berperilaku peduli terhadap lingkungan ( Risda Amini dan Munandar. 2010: 15).
Menurut Daryanto dan Suryatri Darmiatun satu karakter yang harus
dikembangkan di sekolah. Peduli lingkungan adalah sikap dan tidakan yang
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya serta
mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi. Sikap dan perilaku hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitar
dapat ditunjukkan diantaranya: (1) bekerja keras, (2) berpikir jauh ke depan, (3)
menghargai kesehatan, (4) pengabdian. Sikap peduli lingkungan merupakan
kewajiban semua manusia terhadap alam. Manusia sebagai makhluk sosial juga
wajib berinteraksi dengan alam, manusia wajib menjaga lingkungan dan
melestarikan lingkungan serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan
(Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 47).
Untuk menanamkan nilai peduli lingkungan dapat melakukan beberapa hal
berikut ini, yaitu:
1. Pembiasaan. Upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan nilai peduli
lingkungan dalam pembelajaran IPA dilakukan dengan cara pembiasaan.
Misalnya:

a. Guru sebelum memulai pembelajaran selalu membiasakan siswa


membersihkan ruang kelas, supaya dalam proses belajar kondisinya
lebih nyaman.

b. Guru selalu mengingatkan tentang piket kelas dan lingkungan yang


bersih untuk tempat siswa belajar serta membiasakan diri siswa untuk
berinteraksi dengan lingkungan.
10

2. Keteladanan. Bentuk keteladanan diterapkan oleh guru sebagai model yang


akan ditiru sikap dan perilakunya oleh siswa. Bentuk keteladanan yang dapat
guru lakukan, yaitu:

a. Guru memulai pembelajaran tepat waktu.


b. Guru bersikap sopan dan santun.
c. Membuang sampah pada tempatnya.
d. Tidak merusak lingkungan dan selalu ikut menjaga dan merawat
lingkungan, baik itu lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah.
e. Guru dapat menggunakan lingkungan sebagai tempat pembelajaran
dan media pembelajaran. Karena proses pembelajaran di luar kelas
dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan kepedulian siswa
terhadap lingkungan.
f. Guru dapat mengajarkan siswa tentang peduli tanaman dan menjaga
alam. Misalnya dengan cara guru bersama siswa menanam tanaman
kacang hijau yang akan dirawat dari biji hingga menjadi tumbuhan
yang lebat.
3. Penanaman nilai peduli lingkungan yang didukung oleh kegiatan yang sudah
menjadi rutinitas sekolah (mengintegrasikan materi IPA dengan kegiatan
lingkungan), yaitu:

a. Kegiatan Semutlis (sepuluh menit untuk lingkungan). Kegiatan ini


dilaksanakan sebelum dan sesudah pembelajaran. Pada kegiatan ini,
siswa membersihkan lingkungan agar tidak ada sampah yang
berserakan.
b. Jumat Bersih. Kegiatan Jumat bersih dilaksanakan setiap hari Jumat
oleh seluruh warga sekolah.
c. Jumat sehat. Jumat sehat yaitu pengecekan kesehatan siswa misalnya
mengecek mata, elinga, kuku dll yang dilakukan oleh masing – masing
guru kelas. Jumat bersih dan Jumat sehat diadakan secara bergantin.

2.2.4 Penanaman Nilai Toleransi di SD


Menurut Kemendiknas (2010: 19-21) pembelajaran pendidikan karakter
menggunakan pendekatan proses belajar siswa aktif dan berpusat pada anak,
11

dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan luar sekolah


(masyarakat).

1. Di lingkup kelas,pendidikan karakter dilakukan melalui proses belajar


setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap
kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
2. Di lingkup sekolah, pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai
kegiatan sekolah yang diikuti oleh seluruh peserta didik, guru, kepala
sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah tersebut. Kegiatan-kegiatan
tersebut dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan dalam
Kalender Akademik, dan dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya
sekolah.
3. Di Luar sekolah, pendidikan karakter dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian
peseta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan
dimasukkan ke dalam Kalender Akademik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah
terutama guru memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan sikap
toleransi kepada siswa. Hal – hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menanamkan sikap toleransi antara lain melalui pengembangan diri,
mengintegrasikan ke dalam pembelajaran, dan melalui budaya sekolah. Dalam
kegiatan pengembangan diri, upaya penanaman sikap toleransi dapat dilakukan
dengan mengkondisikan sekolah yang mengarahkan siswa untuk bersikap
toleransi, membiasakan siswa untuk bersikap toleransi.
Saat proses pembelajaran berlangsung sering terjadi hal yang tidak terduga
seperti perkelahian, perundungan, sikap diskriminatif antar siswa. Kegiatan
spontan di perlukan oleh guru agar menjadikan pembelajaran kembali kondusif,
kasus yang sering terjadi dalam pembelajaran tematik guru ketika mengadakan
belajar berkelompok, banyak siswa yang bersikap diskriminatif atau tidak mau
kerjasama, maka guru memberikan nasihat, bimbingan, dan pengertian bagi siswa.
12

Agar perilaku yang bersifat negatif tersebut jangan terulang kembali. Selain itu
kegiatan spontan dapat dilakukan dengan:
a. Membiasakan siswa mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru,
karyawan, dan sesama siswa.
b. Membiasakan siswa bersikap sopan santun.
c. Membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya.
d. Membiasakan siswa untuk antre.
e. Membiasakan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
f. Membiasakan siswa minta izin ketika hendak masuk / keluar kelas atau
ruangan.
g. Membiasakan siswa menolong atau membantu orang lain.
Dengan melakukan hal – hal tersebut, diharapkan dapat tertanam menjadi
kebiasaan baik pada diri siswa sampai mereka desawa nantinya. Seorang guru
merupakan model bagi siswa. Oleh sebab itu guru harus memberikan teladan yang
baik kepada para siswanya. Selain itu, guru juga bisa menanamkan toleransi
dengan cara menumbuhkan apresiasi terhadap perbedaan, sehingga siswa akan
terbiasa dengan perbedaan sejak dini. Guru juga dapat melakukan penanaman
sikap toleransi kepada siswa dengan cara mengajarkan siswanya untuk tidak
berprasangka kepada orang lain atau orang yang berbeda dari dirinya.

2.3 Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS di SD


Secara umum nilai merupakan ukuran tentang baik-buruk, ten tang
tatalaku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan
pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Sikap adalah sebagai keadaan
yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai
manusia dengan perasaan – perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan semua
itu terbentuk atas pengalaman. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penilaian sikap dalam proses pembelajaran di sekolah dapat diartikan upaya
sistematis dan sistemik untuk mengukur dan menilai perkembangan siswa,
sebagai hasil dari proses pembelajaran yang telah dijalaninya.
Beberapa sikap dan tingkah laku yang perlu dikembangkan antara lain:
1. Sikap penghargaan kepada setiap manusia. Penghargaan bahwa pribadi
manusia itu bemilai, tidak boleh direndahkan atau disingkirkan tetapi harus
13

dikembangkan. Setiap manusia, siapapun orangnya adalah bernilai, inilah


yang menjadi hak asasi manusia, dan sikap ini harus dipunyai. Oleh karena
itu tindakan meremehkan, menghina, merendahkan, apalagi mengganggu
kebahagiaan orang lain dianggap tidak baik. Dalam wujud tindakan,
misalnya siswa saling menghargai temannya, tidak menjelekkan temannya
dan sebagainya.
2. Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi , ramah, setia,
sopan, dan tepat janji. Sikap ini jelas membantu orang dalam berhubungan
dengan orang lain dan hidup bersama orang lain.
3. Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup
bersama orang lain yang berbeda. Sikap ini jelas sangat membantu kita
menjadi manusia, karena memanusiakan man usia lain. Bagi negara
Indonesia yang sedang mencari bentuk demokrasi, sikap ini sangat jelas
diperlukan. Apalagi sikap rela hidup bersama, meskipun lain gagasan, lain
idiologi perlu ditekankan.Kita rela hidup besama dalam perbedaan karena
perbedaan adalah keadaan asasi kita.
4. Kebebasan dan tanggung jawab. Sikap manusia sebagai pribadi adalah ia
mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung
jawab terhadap ungkapannya. Sikap ini berlaku baik terhadap dirinya
sendiri, terhadap orang lain maupun terhadap alam dan Tuhan. Sikap ini
jelas diwujudkan dalam kebebasan, mimbar, kebebasan berbicara,
kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab. Siswa
diajak bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak lari dari
tanggung jawab.
5. Penghargaan terhadap alam. Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh
manusia agar dapat hidup bahagia. Berkenaan dengan hal tersebut
penggunaan alam hanya untuk dirinya sendiri tidak dibenarkan. Termasuk
juga perusakan alam yang hanya dapat memberikan kehidupan kepada
segelintir orang juga tidak benar. Keserakahan dalam penggunaan alam
adalah kesalahan.
6. Penghormatan kepada Sang Pencipta. Sebagai makhluk kita wajib
menghormati Sang Pencipta. Melalui penghayatan iman dan taqwa, siswa
14

diajak untuk menghormati dan memuji Sang Pencipta, dan pujian itu dapat
diwujudkan dalam bentuk bersikap baik kepada semua makluk ciptaan
Allah, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain,
menghargai bentuk iman orang lain, menghargai budaya orang lain perlu
dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan menerima
orang lain.
Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin,
bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang
penyempurnaan diri pribadi.
2.4 Contoh isu – isu kontroversial dalam pembelajaran IPS
Isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau
kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang lain. Isu kontrovesial secara
langsung menyebabkan orang atau kelompok berbeda pendapat. Perbedaan
pendapat tersebut terjadi mungkin disebabkan asosiasi perasaan orang atau
kelompok tertentu pada kelompok orang yang terlibat dalam apa yang disajikan.
Isu kontroversial didasarkan atas kenyataan yang terakhir.
Melalui perbedaan pendapat tentang suatu isu maka materi isu
kontroversial secara langsung membangkitkan kemampuan berpikir seseorang.
Pengajaran melaui isu kontroversial dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial dianggap
sangat penting. Dalam mendukung pelaksanaan pengajaran melalui isu
kontroversial ialah apa yang dikemukakan Nirtzsche dalam buku Muessig (1975:
21) ” kesalahan utama menurut pandangan ini ialah keyakinan yang berlebihan
terhadap suatu kebenaran , padahal yang diperlukan adalah keberanian untuk
mempertanyakan keyakinan itu”. Meskipun isu kontroversial memiliki kapasitas
yang tinggi untuk melatih orang berbeda pendapat berbeda pendapat dan
mengembangkan pendapat baru berdasarkan perasaan yang dijumpai dalam
perbedaan pendapat tersebut, beberapa hal harus diperhatikam guru dalam
memilih isu kontroversial:
1) Isu tersebut tidak boleh menimbulkan pertentangan suku, agama, atau ras.
2) Isu kontroversial hendaklah yang dekat dengan kehidupan siswa.
3) Isu kontroversial itu sebaiknya sesuatu yang sudah menjadi milik
masyarakat.
15

4) Isu kontroversial dapat berkenaan dengan masalah setempat, nasional,


maupun internasional.
Dalam tingkatan awal pengajaran isu kontroversial, sebaiknya guru tidak
terlalu mengungkapkan banyaknya isu yang berbeda. Meskipun demikian tetap
harus diingatkan bahwa jumlah isu bukan menjadi tujuan tetapi kemampuan siswa
dalam berbeda pendapat dan toleransi terhadap pendapat lain merupakan tujuan
yang sebenarnya. Dibawah ini merupakan contoh isu-isu kontroversial dalam
pembelajaran IPS:
1. Penduduk
Masalah penduduk merupakan masalah yang sudah mendunia. Persoalan
ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan jumlah penduduk dengan
ketersediaan bahan pangan, lapangan kerja serta pemukiman yang merupakan
masalah kesejahteraan, bukan hanya masalah yang menimpa Indonesia
melainkan masalah yang dialami juga oleh negara-negara di dunia.
Terdapat bebrapa faktor dari emigrasi, imigrasi maupun pengungsian yang
terjadi di Indonesia atau negara lain, mulai dari faktor ekonomi, bencana alam,
wabah, politik sampai keamanan. Bagi pelakunya mungkin merupakan jalan
keluar dari masalah yang dialaminya, namun bagi kawasan yang didatangi
mungkin akan menjadikan suatu masalah, karena mnyangkut tempat
penampungan, lapangan kerja, bahan kebutuhan, dan lain – lainnya.
Permasalahan kependudukan yang cepat dan tanpa henti, adalah
pencemaran lingkungan, perubahan iklim, pengrusakan hutan, urbanisasi,
penurunan pendapatan, inflasi, pengangguran, perumahan, tingkat melek
huruf, kelaparan, kekurangan air bersih, keterbatasan pelayanan kesehatan,
energi dan sumber daya alam, dan konflik politik. Pertambahan jumlah
penduduk tidak bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah masalah, kecuali jika
dihubungkan dengan variable – variabel lain.
Contoh masalah kependudukan saat ini salah satunya jumlah penduduk
yang semakin meningkat. Kepala BKKBN Republik Indonesia Hasto
Wardoyo mengatakan, meningkatnya jumlah kehamilan akibat terhambatnya
layanan kontrasepsi selama pandemi COVID-19. Berdasarkan pengamatan
BKKBN, kehamilan tidak direncanakan di beberapa daerah di Indonesia
16

terbilang cukup tinggi dan bisa menimbulkan akibat fatal. Selain permasalahan
meningkatnya umlah kehamilan, terdapat juga permasalahan penyebaran
penduduk yang tidak merata. Di pulau Jawa yang hanya 7 persen dari seluruh luas
daratan Indonesia bermukim kurang lebih 120 juta jiwa. Tingkat kepadatannya
sekitar 700 jiwa perkilometer persegi. Dibandingkan Sumatera, Kalimantan,
Papua, dan Maluku yang masing-masing hanya 88,20 dan 8 perkilometer persegi.

2. Polusi air, Udara dan Tanah

 Polusi air

Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Apabila air sudah


tercemar, maka dapat menyebabkan kerugian bagi umat manusia. Air yang
sudah tercemar oleh limbah industri, rumah tangga dan lain-lain tidak dapat
dipergunakan, karena sudah tercemar. Apabila digunakan dapat menimbulkan
berbagai penyakit menular. Salah satunya penyakit Hepatitis A. Pencemaran
air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi
kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional
hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa pousi air adalah
penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, dan tercatat atas
kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki


karakteristik yang berbeda – beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat
mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya
yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah
terhadap seluruh ekosistem.

 Polusi Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber
alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti
17

polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.
Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global.

 Polusi Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia


masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya
terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke
dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,


maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara
di atasnya.

Cara penanganan polusi tanah


 Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar

 Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

3. Keanekaragaman hayati
Masalah utama dalam biodiversitas adalah turunnya keanekaragaman
hayati yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan hidup hayati.
Lingkungan untuk keanekaragaman hayati meliputi hutan, air, tanah, udara,
dan laut. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hayati (ekosistem)
merupakan penyebab turunnya keanekaragaman hayati (lihat gambar 3 dan
gambar 4 pada lampiran). Secara umum, rusaknya suatu ekosistem disebabkan
18

Oleh perusahaan habitat, pembudidayaan spesies tertentu, polusi zat – zat


kimia, pemburuan liar, erosi tanah, dan usaha pencagaran yang tidak berjalan
lancar.
Yang menjadi dasar dari masalah perusakan ekosistem adalah perubahan
fungsi suatu ekosistem menjadi fungsi lain. Hal – hal yang menyebabkannya
antara lain penggundulan hutan, pembangunan, dan pembuatan bendungan.
Menurut data statistik kehutanan, hutan Indonesia seluas 141, 8 juta pada
tahun 1991. Sedangkan pada tahun 2001, menjadi 108, 8 juta turun 32,2 juta
ha. Hal ini mengakibatkan banyak spesies punah. Oleh karena itu, upaya untuk
menyelesaikan masalah ini adalah:

 Adanya kesadaran mulai dari diri sendiri untuk menjaga lingkungan.


Dengan dimulai dari atur diri sendiri akan bersifat fleksibel terhadap
pelestarian keanekaragaman hayati. Manfaat keanekaragaman hayati itu
sangat banyak. oleh karena itu perlu dilestarikan.

 Pengembangan agrowisata. Dengan mengembangkannya maka akan


mendapatkan dua fungsi sekaligus yaitu untuk menjaga keanekaragaman
hayati dan fungsi ekonomi.

 Melaksanakan pembangunan ramah lingkungan.

 Berusaha untuk meminimalisir penggunaan barang-barang seperti plastik


dan kertas. Mengupayakan untuk mendaur ulang barang – barang yang bisa
didaur ulang demi menjaga keanekaragaman hayati.

4. Politik dan Hukum


Masalah hukum itu dapat dijadikan bargaining (tawar menawar) politik
bagi siapapun pelaku politik negeri ini. Masalah itu dapat digunakan untuk
kepentingan pribadi dan kelompok dalam menekan pemerintah atau pihak
lain. Budaya yang tidak sehat inilah yang membuat pertentangan politik di
Indonesia semakin tidak berkualitas. Hal inilah yang membuat kontrapoduktif
dalam bangsa ini. Karena, setiap hari media masa dan pembicaraan
masyarakat bukan didominasi semangat membangun bangsa tetapi justru
saling menyalahkan dan memecah belah bangsa.
19

Hal ini diperkeruh oleh paparan media yang juga dipengaruhi oleh
kekuatan politik besar negeri ini. Seringkali idealisme jurnalistik media masa
atau media televisi digadaikan karena kepentingan pemodalnya dan partai
politik tertentu. Sehingga hal ini membuat edukasi politik bangsa ini semakin
menjemukan, penuh provokatif, saling menyalahkan dan sangat tidak
berkualitas. Bagi masyarkat dengan intelektual tinggi dan berpendidikan
mungkin beberapa opini menyesatkan media itu tidak masalah. Namun, bagi
masyarakat yang berpendidikan rendah seperti sebagian besar masyarakat
bangsa ini, akan menggirik pada opini dan pendidikan yang sangat tidak
mendidik bangsa ini. Namun, pikiran positif yang terjadi adalah masyarakat
akan semakin pintar untuk menerima informasi dengan tidak mudah tergiring
dengan opini yang tidak berkualitas.
Bila masalah hukum itu melibatkan partai politik dan pemerintah maka
akan akan dengan mudah masuk ke ranah politik. Hal inilah yang mebuat
kasus tersebut tidak terselesaikan tetapi justru memperkeruh berbagai masalah
di negeri ini. Budaya politik yang tidak sehat inilah nantinya harus diperbaiki
secara revolusioner. Budaya buruk politik ini selain tidak berkualitas juga
dapat membuat bangsa ini hanya didominasi pertentangan tidak cerdas pada
topik tidak berkualitas yang menutupi pikiran membangun bangsa. Padahal
bangsa lain di sekitar kita di dominasi oleh topik kemajuan teknologi dan
industri, tetapi Indonesia berdebat hal yang tidak berkualitas. Sayangnya
budaya politik tampaknya dalam 5-10 tahun lagi sulit berubah bila sistem
politik dan perilaku kesadaran pemain politik di Indonesia tidak berubah.
BAB III
PENUTUP

Dalam Bab III ini berisikan mengenai simpulan dan saran, adapun
diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1 Simpulan
Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan
efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan
dipertahankan. Nilai bersifat relatif yang merupakan landasan bagi perubahan dan
dapat ditanamkan melalui berbagai sumber seperti keluarga, masyarakat,
agama,media massa, tradisi, dan dalam pergaulan. Nilai yang sering dijadikan
rujukan manusia dalam kehidupannya dalam enam nilai yakni nilai teoritik, nilai
ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama. Sikap adalah
sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak,
sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi
obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman.
Penanaman pendidikan nilai melalui pembelajaran IPS di SD berlangsung
secara bertahap. Ada lima fase proses penanaman nilai. Pertama, knowing, yaitu
mengetahui nilai-nilai; Kedua, comprehending, yaitu memahami nilai-nilai;
Ketiga, accepting, yaitu menerima nilai-nilai; dan keempat internalizing, yaitu
menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan; dan kelima implementing, yaitu
mengamalkan nilai – nilai.

Metode untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak dapat dilakukan dengan


contoh atau teladan. Berikut merupakan beberapa contoh penanaman nilai – nilai
dalam pembelajaran IPS:
- Penanaman nilai gotong royong di SD dapat dimulai dari melibatkan anak
pada pekerjaan di lingkup rumah tangga. Setelah terbiasa, dapat ditarik ke
lingkup yang lebih luas khsususnya lingkungan masyarakat. Gotong royong
merupakan perilaku saling membantu dan bekerjasama seseorang untuk
mencapai tujuan bersama.

20
21

- Penanaman nilai kerjasama di SD dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan


seperti, upacara, jum’at bersih, piket kelas, praktikum, bermain peran, dan
diskusi kelompok. Karakter kerja sama merupakan salah satu karakter utama
yang perlu dimiliki oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar,
karena karakter tersebut mampu melatih siswa dalam memahami, merasakan,
dan melaksanakan aktivitas kerja sama guna mencapai tujuan bersama.
- Penanaman nilai merawat alam di SD dapat melakukan beberapa hal berikut
ini, yaitu; Pembiasaan, misalnya membiasakan siswa membersihkan ruang
kelas; Keteladanan, seperti bersikap sopan dan santun; Penanaman nilai peduli
lingkungan yang didukung oleh kegiatan yang sudah menjadi rutinitas sekolah
(mengintegrasikan materi IPA dengan kegiatan lingkungan), seperti jumat
bersih.
- Penanaman nilai toleransi di SD bisa dengan cara menumbuhkan apresiasi
terhadap perbedaan, sehingga siswa akan terbiasa dengan perbedaan sejak
dini.
Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS di SD seperti sikap
menghargai, sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia,
sopan, tepat janji, sikap demokrasi, kebebasan dan tanggung jawab, Penghargaan
terhadap alam, Penghormatan kepada Sang Pencipta, dan beberapa sikap
pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana, cermat,
mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi.
Contoh isu – isu kontroversial dalam pembelajaran IPS seperti masalah
kependudukan, polusi air, udara, tanah, keanekaragaman hayati, politik dan
hukum.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi bentuk tulisan, bahasa ataupun isi yang dituliskan.
Penulis dengan besar hati menerima segala saran dan kritikan dari pembaca, untuk
dapat memperbaiki penulisan makalah ini kedepannya. Penulis berharap makalh
ini dapat diterima dan membantu pembaca dalam meningkatkan pengetahuan.
Penulis ucapkan terimakah kepada pembaca.
DAFTAR RUJUKAN

Daryanto, & Suryatri, D. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.


Yogyakarta: Gava Media.
Dhien, M. 2013. Masalah kependudukan di Indonesia, (Online),
(http://dhienmutia.blogspot.com/), diakses 27 April 2021.
Isjoni, 2006. Membangun Visi Bersama: Aspek-Aspek Penting dalam Reformasi
Pendidikan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kartawisastra, H.U. 1980. Strategi Klasifikasi Nilai. Jakarta: P3G. Depdikbud.
Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai- Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Fadhilah, L. 2018. Penanaman Sikap Sosial pada Mata Pelajaran IPS kelas IV
Mis Bina Keluarga (online),
(http://repository.uinsu.ac.id/4128/1/SKRIPSI.pdf).
Lischer, 2010. Masalah keanekaragaman hayati, (online),
(http://lischer.wordpress.com/2010/06/15/masalah-keaneragaman-hayati/),
diakses 27 April 2021.
Muchlas, S. & Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana. R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Primadiati, Ika, D., & Djukri, D. 2017. Pengaruh Model Collaborative Learning
terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD.
Jurnal Prima Edukasia, 5(1).
Risda, A. & Munandar. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Pendidikan
Lingkungan Berbasis Outdoor terhadap Penguasaan Konsep Pendidikan
Lingkungan bagi Calon Guru Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 11(1), Hlm 15-16.
Rochmadi, N. 2012. Menjadikan nilai budaya gotong royong sebagai common
identity dalam kehidupan bertetangga negara-negara ASEAN. Universitas
Negeri Malang.
Serdadu, C. 2013. Polusi air, udara dan tanah, (online),

22
23

(http://serdaducemara.wordpress.com/2013/12/27/dampak-pencemaran -udara-
air-dan-tanah/), diakses 27 April 2021.
Setyawan, Wawan, W., & Mustadi, A. 2015. Pengembanga n SS P Tematik
Integratif untuk Membangun Karakter Disiplin dan Kreatif Siswa kelas 1
SD. Jurnal Prima Edukasia, 3(1).
Sulistyawati, Nanik, Z., & Darmiyati. 2016. Implementasi Teknik Pembelajaran
Kolaboratif dengan Variasi Media Untuk Peningkatan Hasil Belajar di
SMPN 2 Kalijambe. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 3(1). Maret
2016 (50-61)
Yulianti, S. D., Djatmika, E. T., & Susanto, A. 2016. Pendidikan Karakter Kerja
Sama dalam Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar pada Kurikulum 2013.
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS, 1(1), 33–38.
https://doi.org/10.17977/um022v1i12016p033

Anda mungkin juga menyukai