MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Ilmu – Ilmu Sosial
Yang diampu oleh Dr. Sutarno, M.Pd.
Disusun Oleh:
Adelia Asyiddata Bariroh (190151602475)
Devi Safitri (190151602733)
Hayu Septiyanti Ika Putri (190151602732)
Kurnia Fatma Wati (190151602603)
Olyvia Dwi Azizah Rahma (190151602659)
Serlina Sofianing Safitri (190151602430)
Widya Nurita Dewi (190151602591)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Menyintesis Nilai-Nilai dan Sikap IPS di SD
ini.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah Menyintesis Nilai-Nilai dan
Sikap IPS di SD ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS yang Berlandaskan
Ilmu – Ilmu Sosial ...................................................................................3
3.2 Saran........................................................................................................ 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab 1 ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
dan tujuan pembahasan masalah.
1
2
Dalam bab 2 ini berisi tentang pengertian nilai dan sikap dalam
pembelajaran IPS yang berlandaskan ilmu – ilmu sosial, penanaman pendidikan
nilai melalui pembelajaran IPS di SD, penanaman sikap sosial melalui
pembelajaran IPS di SD, dan contoh isu – isu kontroversial dalam pembelajaran
IPS.
2.1 Pengertian Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS yang Berlandaskan
Ilmu – Ilmu Sosial
Nilai menurut Mulyana (2004:11), adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga
melahirkan tindakan pada diri seseorang. Menurut Frankel (Kartawisastra, 1980:
1) nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi
yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan dipertahankan.
Ditegaskan oleh Amborise dalam Mulyana (2004:23), bahwa nilai itu sifatnya
relatif yang merupakan landasan bagi perubahan dan dapat ditanamkan melalui
berbagai sumber seperti keluarga, masyarakat, agama,media massa, tradisi, dan
dalam pergaulan.
Rokeach dalam Mulyana (2004:27) membuat klasifikasi nilai menjadi dua
yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental sering juga disebut
nilai antara, dan nilai terminal adalah sebagai nilai akhir. Sebagai contoh manusia
yang memiliki nilai insrumental hidup bersih, dia memiliki nilai akhir secara
konsisten yakni nilai keindahan dan kesehatan.
Selain dua klasifikasi nilai seperti yang disebutkan di atas, nilai yang
sering dijadikan rujukan manusia dalam kehidupannya dalam enam nilai yang
terdapat dalam teori Spranger dalam Mulyana (2004: 32-35) yakni nilai teoritik,
nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama. Nilai
teoritik melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam memikirkan dan
membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai ekonomis, terkait dengan perimbangan
nilai yang berkadar untung dan rugi, yang berarti mengutamakan kegunaan
sesuatu bagi manusia. Nilai estetik, disebut juga sebagai nilai keindahan yang
sangat tergantung pada subjektif seseorang. Nilai sosial, berakumulasi pada nilai
3
4
tertinggi yakni kasih sayang antar manusia. Nilai politik, kadar nilainya bergerak
dari pengaruh yang rendah menuju tinggi, atau sering disebut sebagai nilai
kekuasaan. Nilai agama, merupakan nilai yang bersumber dari kebenaran tertinggi
yang datangnya dari Tuhan.
Secara umum nilai merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-
laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan
pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Sikap adalah sebagai keadaan
yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai
manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi obyek dan semua
itu terbentuk atas pengalaman.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu dari bagian utama dan
terpenting dari kurikulum sekolah untuk membentuk warganegara Indonesia yang
baik. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan sikap sosial
dalam diri siswa, salah satunya dengan melalui kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang
menjadikan siswa belajar banyak hal, terutama belajar dari figur seorang guru,
karena itu guru dituntut untuk selalu bisa memberikan contoh yang baik untuk
siswa. Keberadaan siswa atau peserta didik merupakan komponen utama yang
dilayani pada setiap lebaga pendidikan. Untuk itu, seluruh aktivitas dan proses
administrasi memfokuskan layanannya kepada kepuasan peserta didik. Dengan
demikian, pelayanan terhadap siswa memiliki banyak dimensi baik berkenaan
dengan pengembangan potensi, minat dan bakat serta kepribadian dalam rangka
memaksimalkan pencapaian kedewasaan. Dengan begitu, faktor siswa sangat
menentukan berlangsungnya tugas pokok dan fungsi sekolah melalui administrasi
27 pendidikan yang efektif, karena keberadaan dan kehadiran sekolah adalah
untuk memenuhi keperluan anak didik.
Suasana kelas yang baik dilihat dari segi penanaman sikap dan nilai.
Suasana yang memungkinkan tumbuhnya sikap yang sehat dan yang tidak
menimbulkan kekacauan murid. Karena itu demi penanaman sikap dan nilai-nilai
secara selaras dan terus menerus guru perlu waspada terhadap ucapan, perbuatan
maupun sikapnya, di dalam dan juga di luar sekolah. Jika ilmu pengetahuan sosial
diharapkan akan dapat menghasilkan sikap tertentu pada anak, maka program
5
belajar mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial perlu direncanakan secara cermat dan
matang dengan mencantumkan situasisituasi belajar yang tepat untuk
menanamkan sikap yang diharapkan. Berbagai sikap dan kesadaran yang
diharapkan dapat ditanamkan pada murid melalui Ilmu Pengetahuan Sosial di
antaranya sikap menghormati pendapat orang lain, membantu yang lemah,
terbuka, jujur dan terang, menepati janji, hemat, menabung, saling menghargai
perbedaan dan masih banyak yang lainnya.
budaya, nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan)
untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan bersama atau
individu tertentu”.
Karakter gotong royong tidak bisa langsung muncul begitu saja,
diperlukan suatu pendidikan karakter untuk menanamkan dan mengembangkan
karakter ini. Pendidikan karakter gotong royong penting untuk melestarikan ciri
khas bangsa Indonesia. Wawan Wahyu Setyawan dan Ali Mustadi dalam
artikelnya menyebutkan “Pendidikan karakter sebaiknya dilakukan sejak dini.
Perwujudannya melalui pendidikan yang paling dasar yaitu sekolah dasar.
Sekolah dasar mempunyai peran strategis dalam menanamkan dan
mengembangkan karakter kepada peserta didik”. Selain itu pada sekolah dasar ini
pendidikan karakter mempunyai porsi yang lebih besar ketimbang aspek
pengetahuan, sehingga pendidikan karakter lebih ditekankan dalam proses
pembelajaran untuk membentuk karakter positif pada anak sedini mungkin..
Sehingga model pembelajaran collaborative learning sebagai cara yang
efektif dalam menanamkan karakter gotong royong untuk menciptakan siswa yang
berkarakter. Model pembelajaran collaborative learning berpusat pada siswa yang
artinya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun
pengetahuannya dengan cara berkolaborasi teman-temannya. Pendidikan karakter
gotong royong dilakukan melalui pembiasaan yang dimulai sedini mungkin yaitu
dari usia sekolah dasar dan tentunya memerlukan waktu yang panjang, gotong
royong juga merupakan salah satu ciri khas budaya bangsa Indonesia yang
membedakan dengan bangsa lain yang harus kita lestarikan. Pendidikan di abad
21 merupakan pendidikan yang mana siswanya aktif dalam membangun
pengetahuannya sendiri, sehingga karakter gotong royong diperlukan untuk
mempermudah dalam proses pembelajaran.
Dasar yang perlu ditanamkan dan dilatih agar dapat berkembang dan diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari. Karakter adalah perilaku yang dimiliki oleh
seseorang yang diwujudkan melalui cara pandang, bersikap, dan bertindak.
Karakter setiap individu berbeda, sesuai dengan pembentukan dan pengembangan
karakter masing – masing. Hakikatnya setiap individu memiliki karakter dasar
yang sama, yang membedakan hanyalah karakter yang sering muncul
dibandingkan arakter lain yang dimilikinya. Karakter kerja sama merupakan salah
satu karakter utama yang perlu dimiliki oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan
Sekolah Dasar, karena karakter tersebut mampu melatih siswa dalam memahami,
merasakan, dan melaksanakan aktivitas kerja sama guna mencapai tujuan bersama
(Rukiyati, dkk, 2014). Selain itu kemampuan kerja sama mampu meningkatkan
rasa percaya diri dan kemampuan berinteraksi, serta melatih siswa beradaptasi
dengan lingkungan baru.
Karakter kerja sama dapat ditanamkan, dilatih, dan dikembangkan melalui
berbagai cara, salah satu bentuknya melalui kegiatan pembelajaran. Kerja sama
dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh dua siswa atau lebih yang saling
berinteraksi, menggabungkan tenaga, ide atau pendapat dalam waktu tertentu
dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai kepentingan bersama. Kegiatan
kerja sama dalam pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan
karakter yang dilakukan untuk mencapai salah satu tugas perkembangan sosial
siswa Sekolah Dasar. Pendidikan karakter kerja sama merupakan kegiatan yang
sengaja diciptakan dalam pembelajaran untuk menanamkan, melatih dan
mengembangkan karakter kerja sama siswa (Emiasih, 2011; Rukiyati, dkk, 2014;
Hurlock, 1997), dengan harapan mencetak siswa yang memiliki karakter kerja
sama positif dalam mencapai kesuksesan, tidak hanya mengandalkan kemampuan
kognitif. Kerja sama positif berarti interaksi yang dilakukan dua orang atau lebih,
saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama, dan tanpa ada yang
merasa dirugikan. Penanaman pendidikan karakter kerja sama dapat dilakukan di
lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Menumbuh kembangkan karakter
kerja sama di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan
seperti, upacara, Jum’at bersih, piket kelas, praktikum, bermain peran, dan diskusi
kelompok. Dalam diskusi atau kerja kelompok, ketika kegiatan pembelajaran
9
seorang guru akan memberikan tugas pada siswa untuk dikerjakan secara
berkelompok dan siswa dituntut untuk aktif dalam menyelesaikan/mengerjakan
tugas tersebut bersama anggota kelompoknya. Tujuan kerja kelompok selain
melatih dan menumbuhkan kerja sama pada diri siswa juga akan melatih siswa
untuk belajar bersosialisasi dengan teman sejawatnya.
Agar perilaku yang bersifat negatif tersebut jangan terulang kembali. Selain itu
kegiatan spontan dapat dilakukan dengan:
a. Membiasakan siswa mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru,
karyawan, dan sesama siswa.
b. Membiasakan siswa bersikap sopan santun.
c. Membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya.
d. Membiasakan siswa untuk antre.
e. Membiasakan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
f. Membiasakan siswa minta izin ketika hendak masuk / keluar kelas atau
ruangan.
g. Membiasakan siswa menolong atau membantu orang lain.
Dengan melakukan hal – hal tersebut, diharapkan dapat tertanam menjadi
kebiasaan baik pada diri siswa sampai mereka desawa nantinya. Seorang guru
merupakan model bagi siswa. Oleh sebab itu guru harus memberikan teladan yang
baik kepada para siswanya. Selain itu, guru juga bisa menanamkan toleransi
dengan cara menumbuhkan apresiasi terhadap perbedaan, sehingga siswa akan
terbiasa dengan perbedaan sejak dini. Guru juga dapat melakukan penanaman
sikap toleransi kepada siswa dengan cara mengajarkan siswanya untuk tidak
berprasangka kepada orang lain atau orang yang berbeda dari dirinya.
diajak untuk menghormati dan memuji Sang Pencipta, dan pujian itu dapat
diwujudkan dalam bentuk bersikap baik kepada semua makluk ciptaan
Allah, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain,
menghargai bentuk iman orang lain, menghargai budaya orang lain perlu
dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan menerima
orang lain.
Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin,
bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang
penyempurnaan diri pribadi.
2.4 Contoh isu – isu kontroversial dalam pembelajaran IPS
Isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau
kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang lain. Isu kontrovesial secara
langsung menyebabkan orang atau kelompok berbeda pendapat. Perbedaan
pendapat tersebut terjadi mungkin disebabkan asosiasi perasaan orang atau
kelompok tertentu pada kelompok orang yang terlibat dalam apa yang disajikan.
Isu kontroversial didasarkan atas kenyataan yang terakhir.
Melalui perbedaan pendapat tentang suatu isu maka materi isu
kontroversial secara langsung membangkitkan kemampuan berpikir seseorang.
Pengajaran melaui isu kontroversial dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial dianggap
sangat penting. Dalam mendukung pelaksanaan pengajaran melalui isu
kontroversial ialah apa yang dikemukakan Nirtzsche dalam buku Muessig (1975:
21) ” kesalahan utama menurut pandangan ini ialah keyakinan yang berlebihan
terhadap suatu kebenaran , padahal yang diperlukan adalah keberanian untuk
mempertanyakan keyakinan itu”. Meskipun isu kontroversial memiliki kapasitas
yang tinggi untuk melatih orang berbeda pendapat berbeda pendapat dan
mengembangkan pendapat baru berdasarkan perasaan yang dijumpai dalam
perbedaan pendapat tersebut, beberapa hal harus diperhatikam guru dalam
memilih isu kontroversial:
1) Isu tersebut tidak boleh menimbulkan pertentangan suku, agama, atau ras.
2) Isu kontroversial hendaklah yang dekat dengan kehidupan siswa.
3) Isu kontroversial itu sebaiknya sesuatu yang sudah menjadi milik
masyarakat.
15
terbilang cukup tinggi dan bisa menimbulkan akibat fatal. Selain permasalahan
meningkatnya umlah kehamilan, terdapat juga permasalahan penyebaran
penduduk yang tidak merata. Di pulau Jawa yang hanya 7 persen dari seluruh luas
daratan Indonesia bermukim kurang lebih 120 juta jiwa. Tingkat kepadatannya
sekitar 700 jiwa perkilometer persegi. Dibandingkan Sumatera, Kalimantan,
Papua, dan Maluku yang masing-masing hanya 88,20 dan 8 perkilometer persegi.
Polusi air
Polusi Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber
alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti
17
polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.
Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global.
Polusi Tanah
3. Keanekaragaman hayati
Masalah utama dalam biodiversitas adalah turunnya keanekaragaman
hayati yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan hidup hayati.
Lingkungan untuk keanekaragaman hayati meliputi hutan, air, tanah, udara,
dan laut. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hayati (ekosistem)
merupakan penyebab turunnya keanekaragaman hayati (lihat gambar 3 dan
gambar 4 pada lampiran). Secara umum, rusaknya suatu ekosistem disebabkan
18
Hal ini diperkeruh oleh paparan media yang juga dipengaruhi oleh
kekuatan politik besar negeri ini. Seringkali idealisme jurnalistik media masa
atau media televisi digadaikan karena kepentingan pemodalnya dan partai
politik tertentu. Sehingga hal ini membuat edukasi politik bangsa ini semakin
menjemukan, penuh provokatif, saling menyalahkan dan sangat tidak
berkualitas. Bagi masyarkat dengan intelektual tinggi dan berpendidikan
mungkin beberapa opini menyesatkan media itu tidak masalah. Namun, bagi
masyarakat yang berpendidikan rendah seperti sebagian besar masyarakat
bangsa ini, akan menggirik pada opini dan pendidikan yang sangat tidak
mendidik bangsa ini. Namun, pikiran positif yang terjadi adalah masyarakat
akan semakin pintar untuk menerima informasi dengan tidak mudah tergiring
dengan opini yang tidak berkualitas.
Bila masalah hukum itu melibatkan partai politik dan pemerintah maka
akan akan dengan mudah masuk ke ranah politik. Hal inilah yang mebuat
kasus tersebut tidak terselesaikan tetapi justru memperkeruh berbagai masalah
di negeri ini. Budaya politik yang tidak sehat inilah nantinya harus diperbaiki
secara revolusioner. Budaya buruk politik ini selain tidak berkualitas juga
dapat membuat bangsa ini hanya didominasi pertentangan tidak cerdas pada
topik tidak berkualitas yang menutupi pikiran membangun bangsa. Padahal
bangsa lain di sekitar kita di dominasi oleh topik kemajuan teknologi dan
industri, tetapi Indonesia berdebat hal yang tidak berkualitas. Sayangnya
budaya politik tampaknya dalam 5-10 tahun lagi sulit berubah bila sistem
politik dan perilaku kesadaran pemain politik di Indonesia tidak berubah.
BAB III
PENUTUP
Dalam Bab III ini berisikan mengenai simpulan dan saran, adapun
diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1 Simpulan
Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan
efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan
dipertahankan. Nilai bersifat relatif yang merupakan landasan bagi perubahan dan
dapat ditanamkan melalui berbagai sumber seperti keluarga, masyarakat,
agama,media massa, tradisi, dan dalam pergaulan. Nilai yang sering dijadikan
rujukan manusia dalam kehidupannya dalam enam nilai yakni nilai teoritik, nilai
ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama. Sikap adalah
sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak,
sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi
obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman.
Penanaman pendidikan nilai melalui pembelajaran IPS di SD berlangsung
secara bertahap. Ada lima fase proses penanaman nilai. Pertama, knowing, yaitu
mengetahui nilai-nilai; Kedua, comprehending, yaitu memahami nilai-nilai;
Ketiga, accepting, yaitu menerima nilai-nilai; dan keempat internalizing, yaitu
menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan; dan kelima implementing, yaitu
mengamalkan nilai – nilai.
20
21
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi bentuk tulisan, bahasa ataupun isi yang dituliskan.
Penulis dengan besar hati menerima segala saran dan kritikan dari pembaca, untuk
dapat memperbaiki penulisan makalah ini kedepannya. Penulis berharap makalh
ini dapat diterima dan membantu pembaca dalam meningkatkan pengetahuan.
Penulis ucapkan terimakah kepada pembaca.
DAFTAR RUJUKAN
22
23
(http://serdaducemara.wordpress.com/2013/12/27/dampak-pencemaran -udara-
air-dan-tanah/), diakses 27 April 2021.
Setyawan, Wawan, W., & Mustadi, A. 2015. Pengembanga n SS P Tematik
Integratif untuk Membangun Karakter Disiplin dan Kreatif Siswa kelas 1
SD. Jurnal Prima Edukasia, 3(1).
Sulistyawati, Nanik, Z., & Darmiyati. 2016. Implementasi Teknik Pembelajaran
Kolaboratif dengan Variasi Media Untuk Peningkatan Hasil Belajar di
SMPN 2 Kalijambe. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 3(1). Maret
2016 (50-61)
Yulianti, S. D., Djatmika, E. T., & Susanto, A. 2016. Pendidikan Karakter Kerja
Sama dalam Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar pada Kurikulum 2013.
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS, 1(1), 33–38.
https://doi.org/10.17977/um022v1i12016p033