Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

SISTEM NILAI-NILAI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah : Pengantar Sosiologi

Dosen Pembimbing:
Dr.Wahyuni.,S.sos.,M.Si

Disusun Oleh: Kelompok 5


Andi Tuti Alawia (30400123044)
Nur Hijratul Madina ( 30400123037)
Wahid Husain ( 30400123011)
Muh.Arpa (30400123035)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikanrahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah pengantar sosiologi yang berjudul
“Sistem Nilai-Nilai” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangunguna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Makassar,7 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….…………….…ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….……………....iii

BAB I PENDAHULUAN……………...……………………...…….…………..…..2

1.1 Latar belakang ……………………………………………...…………..…...2


1.2 Rumusan masalah ………………………………………..…………..…….3
1.3 Tujuan penulis dan manfaat………………………………………….......…4

BAB II TINJAUAN TEORITIS…………..………………………..………………6

2.1 A.Deskripsi Teori……………..……………………………..……...………6

B. Unsur-unsur Kebudayaan………………………………………………13

C.Theoretical Maping…………………………………………………..…15

D..Prior Research……………………...…………………….……....….....17

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….………21

3.1 A.Pengertian Nilai-nilai Sosial……………..…………….…..…………..21

B. Macam-macam Nilai Sosial ………………………………….……....23

C. Ciri-Ciri Nilai Sosial……………………………………………….…..26

D. Peran Dan Fungsi Nilai Sosial……………………….…….…..…….27

E. Bentuk-Bentuk Nilai Sosial………………………………..………….30

F. Pengertian Nilai Budaya………………………………………….……32


G. Fungsi Nilai Budaya………………………………………………....….33

H. Sifat-Sifat Budaya…………………………………...……………….….35

I. Macam-Macam Nilai Budaya………………………………………...….37

J.Pengertian Nilai Politik………………………………………………..…39

K.Macam-macam Nilai Politik……………………………………….……40

L.Fungsi Nilai Politik……………………………………………………….40

BAB IV PENUTUP…………………………………………………..……………41

4.1 A.Kesimpulan………………………………….………………………...….42

B.Saran.…………………………………………………………………...…43

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….............................44

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nilai sosial merupakan nilai untuk dipertahankan suatu masyarakat,
dan itu adalah hal yang dinilai baik ataupun buruk oleh suatu masyarakat.
Fungsi dari nilai sosial sebagai penentu manusia dalam menunjang peranan
sosialnya. Nilai sosial memberikan motivasi seseorang dalam mewujudkan
harapan yang sesuai dengan perananya. Selain itu, nilai sosial berfungsi
sebagai penyambung kerukunan antarmasyarakat. Nilai sosial menilai
tindakan hidup sosial yang terbentuk antara satu orang dengan yang lainnya
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai yang menjadi dasar, pedoman dan
tujuan perilaku kehidupan sosial manusia dalam pelaksanaan,
mempertahankan dan pengembangannya bagi kehidupan merupakan nilai
yang ada pada nilai sosial.

Selain nilai sosial, nilai budaya juga sangat penting dalam


keberlangsungan kehidupan dalam bermasyarakat. Konsep hidup dalam
berpikir sebagian besar masyarakat terkait hal-hal yang seharusnya dianggap
sangat bernilai dalam kehidupan berbudaya. ( Norminawati, Martono, & Seli,
2018:2)

Nilai Budaya adalah suatu gagasan dalam sistem kebudayaan yang


sangat bernilai bagi keberlangsungan kehidupan. Jadi, nilai budaya dapat
menentukan karakteristik kebudayaan masyarakat daerah tersebut. Nilai
budaya akan tertanam dalam diri masyarakat melalui perilaku dan tindakan
dalam kehidupan. Sistem tata kelakuan manusia yang tahapannya lebih
konkret, misalnya aturan khusus, hukum, dan norma, semuanya juga

2
berpatokan kepada sistem nilai budaya yang berfungsi sebagai patokan
tertinggi bagi perilaku manusia. (Djamaris, Pengantar Sastra Rakyat
Minangkabau, 2001:181). Generasi muda merupakan transisi antara masa
remaja ke dewasa muda. Masa muda adalah transisi antara masa kanak-
kanak dan dewasa, dan karena mereka belum ditahap kematangan mental
dan sosial, mereka mengalami berbagai pengaruh emosional, psikologis, dan
sosial. Dengan segala potensi, kepribadian dan konflik dalam dirinya,
menjadikan generasi muda sebagai suatu jiwa yang khas dalam proses
transisi menuju manusia dewasa. Kecenderungan generasi muda sekarang
hanya berpikir, berperilaku dan gaya hidup instan, hedonistik dan cenderung
kehilangan identitas yang berakar dari budayanya. Kualitas generasi muda
Indonesia kini sudah mengkhawatirkan, ditandai dengan menurunnya
identitas dan ketahanan budaya. Degradasi kualitas generasi muda
Indonesia saat ini, memasuki taraf yang mengkhawatirkan, yang ditandai
dengan melemahnya identitas dan ketahanan budaya. Lemahnya ketahanan
budaya ini tercermin dari lemahnya kemampuan merespon dinamika
perubahan yang didorong oleh kebutuhan zaman, yang ditandai dengan
pesatnya perambahan budaya global. Kebudayaan Nasional dianggap
mampu sebagai upaya katalisator dalam adopsi nilai-nilai universal yang
luhur dan sekaligus sebagai penyaring terhadap masuknya budaya global
yang sifatnya negatif ternyata belum berfungsi sebagaimana mestinya. Tanpa
adanya sikap adaptif kritis, maka adopsi budaya negatif, antara lain: sikap
konsumtif, individualis hedonis, akan lebih cepat prosesnya dibandingkan
dengan adopsi budaya positif produktif.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah pengertian nilai Sosial?

 Apa saja macam-macam nilai sosial?

 Apa saja ciri-ciri nilai sosial?

 Apa peran dan fungsi nilai sosial?

 Apa saja bentuk-bentuk nilai sosial ?

3
 Apa pengertian nilai budaya?

 Apa fungsi nilai budaya?

 Apa saja sifat-sifat nilai budaya?

 Apa saja macam-macam nilai budaya?

 Apa pengertian nilai politik?

 Apa saja macam-macam nilai politik?

 Apa Fungsi Nilai Politik?

1.3 Tujuan Dan Manfaat

 Untuk mengetahui pengertian nilai Sosial

 Untuk mengetahui macam-macam nilai sosial


 Untuk mengetahui ciri-ciri nilai sosial

 Untuk mengetahui peran dan fungsi nilai sosial

 Untuk mengetahui bentuk-bentuk nilai sosial

 Untuk mengetahui pengertian nilai budaya

 Untuk mengetahui fungsi nilai budaya

 Untuk mengetahui sifat-sifat nilai budaya

 Untuk mengetahui macam-macam nilai budaya

 Untuk mengetahui pengertian nilai politik

4
 Untuk mengetahui macam-macam nilai politik

 Untuk mngetahui fungsi nilai politik

Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga


keguruan dituntut untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait
pendidikan. Pemikiran mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-
persoalan pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro. Hal ini
menjadikan mahasiswa lebih kritis dalam memandang persoalan pendidikan.

Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah-


masalah hakiki pendidikan akan memperluas cakrawala berp mereka sehinga
dapat lebih arif dalam memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual
muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan sudah
sewajamya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar
berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan
dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial
yang melekat padanya.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Deskripsi Teori

1.Pengertian Nilai Sosial

Menurut spranger seperti yang dikutip Bastiatul Muawanah, nilai


merupakan suatu tatanan yang dijadikan panduan seorang individu untuk
menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Spranger memberikan padangan bahwa kepribadian manusia terbentuk dari
tatanan nilai-nilai kesejarahan. Manusia menerima nilai tidak secara pasif
melainkan secara kreatif dan aktif. Nilai adalah sesuatu yang menyakini
kebenaran dan menjadikan seorang individu terdorong 1untuk
mewujudkannya.1 Dalam penjelasan ini, nilai dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang berfungsi sebagai acuan dan pemeliharaan pola dan sistem
yang terdapat di masyarakat melalui perilaku seseorang. Nilai bisa menjadi
acuan apakah sesuatu tersebut pantas dilakukan atau kurang pantas
dilakukan, baik atau kurang baik, bermanfaat atau kurang bermafaat, dan
wajar atau kurang wajar. Sehingga sebuah nilai bisa menjadi bagian penting
dalam tatanan hidup di dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Darmodjo, nilai adalah sesuatu yang dapat bermanfaat


dalam kehidupan manusia baik kehidupan jasmani atau kehidupan rohani.
Nilai merupakan suatu ketetapan atau sesuatu yang menjadi kualitas suatu
objek yang berkaitan dengan jenis apresiasi atau minat. nilai juga merupakan
konsepsi-konsepsi abstrak yang terdapat dalam pribadi manusia dan

1
Bastiatul M, “Nilai- Nilai Pendidikan Sosial dalam Tradisi Sedekah Desa di Dusun Penggung Desa
Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali”, Skripsi, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017), hal.14

6
lingkungan sekitar, berkaitan dengan sesuatu yang dianggap baik atau
kurang baik. Nilai juga memiliki sebuah elemen konsepsi yang mendalam
dibandingkan hanya sejenis emosi, sensasi maupun kebutuhan. Nilai bukan
tujuan, sebab nilai-nilai berfungsi sebagai faktor dalam memilih tujuan.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa nilai merupaka sesuatu


yang bersifat nyata, ideal, serta dapat dirasakan dalam menentukan kualitas
pola interaksi sistem sosial di masyarakat. Apakah hal tersebut sesuatu yang
pantas atau kurang pantas baik sebagai pelaku ataupun objek, sebagai yag
berhubungan dengan sesuatu nilai tersebut. Nilai juga menetukan kualitas
kehidupan masing-masing orang tersebut. Dan juga yang menentukan
kualitas hidup sekelompok masyarakat ketika berinteraksi antara satu sama
lain.2

Dalam kehidupan sosial berkembang beberapa sistem nilai. Secara umum


sitem nilai dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a.Sistem nilai yang berhubungan dengan benar dan salah yang disebut
dengan logika.

b.Sistem nilai yang berhubungan dengan baik dan buruk atau pantas dan
tidak pantas yang disebut dengan etika

c.Sistem nilai yang berhubungan dengan indah dan tidak indah disebut
estetika.

Dalam kelompok masyarakat yang hidup bersama tidak cukup hanya


dipandang dari suatu kesatuan wilayah geografis saja, namun bentuk

2
2 Elly M.Setiadi, Pengantar Sosiologi”Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi, dan Pemecahaannya” (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 118-119

7
kesatuankelompok masyarakat tersebut ada dalam sistem kebudayaan yang
menjadi alat untuk menyatukan kelompok tersebut. Beberapa faktor
pemersatu diantaranyaadalah kekuasaan, identitas bersama, solidaritas
bersama, dan yang paling adalah adanya sistem nilai didalam kesatuan
kelompok tersebut. Nilai inilah yang dijadikan sebagai dasar untuk
menyatukan kelompok tersebut.

Sosial dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan


masyarakat atau kemasyarakatan. Manusia sebagai makhluk sosial yang
mana tidak bisa hidup tanpa interaksi dengan manusia yang lain bahkan
untuk masalah sekecil apapun kita tetap membutuhkan orang lalin untuk
membantu kita.

Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-


kegiatan di lapangan sosial. Sedangkan Soekanto mendefinisikan istilah
sosial berkaitan dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan
proses- proses sosial. Bentuk umum dalam proses – proses sosial adalah
“interaksi sosial, bahkan beberapa ahli sosiolog berpendapat bahwa interaksi
sosial tersebut merupakan syarat utama terjadinnya aktivitas-aktivitas sosial.
Koentjaraningrat mendefinisikan nilai sosial dapat dijadikan sebagai cara
untuk meringankan beban masing-masing anggota masyarakat. Pada
masyarakat pedesaan yang masih kental akan tradisi dari para leluhur dapat
ditemui dengan mudah kerjama dalam membangun kesetaraan hidup.3

2.Fungsi Nilai Sosial

Fungsi nilai sosial mempunyai beberapa hal yang perlu diperhatikan


dalam hidup berama, dari sudut pandang pembentukan pribadi manusia
sebagai masyarakat, kemajuan masyarakat, perkembangan sosio budaya.
Menurut Hendropuspito terdapat tiga sudut pandang mengenai fungsi sosial:

8
1.Sebagai Faktor Pendorong

Fungsi sosial sebagai faktor pendorong memiliki artian bahwa dalam


suatu nilai terdapat hal-hal yang menjadi daya perangsang kuat terhadap
setiap manusia yang normal, hal tersebut dapat berupa suatu penghargaan
dalam bertuk jabatan, prestasi, dan atas segala hal yang dilakukan oleh
seorang individu.

2.Sebagai Petunjuk Arah

Nilai sosial sebagi petunjuk arah adalah setiap tindakan dan cara
berfikir manusia pada umumnya diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat 3yang bersangkutan.

3. Sebagai Benteng Perlindungan

Nilai sosial juga berfungsi sebagai benteng perlindungan, hal ini


memiliki maksud nilai sosial sebagai nilai-nilai ini (proses) dari berbagai
kegiatan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. masyarakat akan
berusaha mempertahankan nilai-nilai tersebut karena apabila terjadi
gangguan terhadap nilai tersebut maka pola yang selama ini berjalan di
masyarakat atau dilingkungannya akan hancur.4

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai sosial dapat berfungsi


sebagai tolak ukur masyarakat dalam menjunjung budi pekerti serta pola
perilaku yang baik yang berlaku pada masyarakatnya.

3.Tinjauan Tentang Kebudayaan

1.Pengertian Kebudayaan

3
Koentjaraningrat, Pokok-Pokok Antropologi Sosial. (Jakarta: Dian Press, 1985), hal. 40

9
Bapak Antropologi Budaya, Profesor Antropologi pada Universitas
Oxford yaitu Sir Edward Burnett Tylor melakukan serangkaian studi yang
dilakukan pada pertengahan kedua abad ke-19. Dalam studinya beliau
mengkaji terkait masyarakat-masyarakat “primitif”, yang didalamnya meliputi
perkembangan kebudayaan masyarakat manusia melalui fase-fase transisi
“from savage through barbaric to civilzed life”, dari masyarakat liar, melewati
kehidupan berbarik sampai pada kehidupan beradab. Studi tentang
kebudayaan masyarakat manusia ini disampaikannya dalam dua jilid buku
berjudul Primitive Culture setebal hampir 1000 halaman, yangmana melipuli
berbagai aspek kehidupan dan ketahanan hidup, kehidupan spiritual,
kekuatan magik, sihir, astrologi, permainan anak-anak, peribahasa, sajak
anak-anak, ketahanan adat, ritus pengorbanan, bahasa emosional dan
imitatif, seni menghitung, berbagai macam dan ragam mitologi, hingga
berbagai macam dan ragam animisme, ritus dan upacara.

Menurut Tylor seperti yang dikutip Nurdien Harry Kristanto, dalam


pemanfaatan studi ini antara lain sebagai landasan untuk menyusun konsep
tentang kebudayaan, yang dijelaskannya secara singkat sebagai berikut.

“Culture or Civilzation is that complex which includes knowledge,


belief, art, morals, law, custom, and many other capabilities and habits
acquired by man as a member of society” Yang memiliki arti yaitu
kebudayaan atau peradaban adalah satuan kompleks yang meliputi ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, akhlak, hukum, adat, dan banyak
kemampuan-kemampuan, dan kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.

Dalam perjalanannya kebudayaan memiliki konsep awal yang


bersumber dari studi yang terkait dengan masyarakat-masyarakat primitif.
Dalam hal ini masyarakat primitif tersebut memiliki sisi praktis, sebagai

10
sumber kekuatan yang bertujuan untuk mempengarui rangkaian gagasan-
gagasan, dan tindakan- tindakan modern. Menghubungkan antara yang
manusia-manusia purbakala tak berbudaya pikirkan dan lakukan, dan apa
yang manusia-manusia modern berbudaya pikirkan dan lakukan, bukanlah
masalah ilmu pengetahuan teoretik yang tak dapat diterapkan, karena
persoalan ini mengangkat masalah, seberapa jauh pandangan dan tingkah
laku modern berdasarkan atas landasan kuat ilmu pengetahuan modern yang
paling masuk akal.

Mengutip dari Canadian Commission for Unesco, kebudayaan memiliki


definisi: A dynamic value system of learned elements, with asumptions,
conventions, beliefs and rules permitting members of a group to relate to
each other and to the world, to communicate and to develop their creative
potential. Terdapat elemen penting dalam definisi tersebut, bahwa
kebudayaan adalah sebuah sistem nilai yang dinamik dari elemen-elemen
pembelajaran yang berisi asumsi, kesepakatan, keyakinan, dan aturan-aturan
yang memperbolehkan anggota kelompok untuk berhubungan dengan yang
lain. Dalam hal ini, definisi kebudayaan tersebut merupakan definisi
kebudayaan sebagai suatu sistem nilai, yaitu kebudayaan sebagai sistem
normatif yang mengatur kehidupan bermasyarakat.

Dalam perspektif evolusionistik kebudayaan memeliki pengertian yaitu


kebudayaan merupakan cipta, rasa, dan karsa manusia atau kelakuan dan
hasil kelakuan. Kebudayaan mengandung tiga hal utama, yaitu sebagai
sistem budaya yang didalamnya terdapat gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai,
norma, pandangan, undang-undang, dan sebagainya yang berbentuk
4
abstrak, yang dimiliki oleh pemangku ide. Dengan kata lain sistem budaya

4
Anthony Giddens, Sociology, (Cambridge, UK: Polity Press, 1991), hal.31-32

11
itu yang disebut sebagai “tata budaya kelakuan”. Kebudayaan sebagai
aktivitas para pelaku budaya seperti tingkah laku berpola, upacara-upacara
yang berwujud konkret dan dapat diamati yang disebut sebagai sistem sosial
yang berwujud “kelakuan”. Kebudayaan yang berwujud berbeda-beda, baik
hasil karya manusia atau hasil tingkah lakunya yang berupa benda atau
disebut “hasil karya kelakuan”.

Menurut pendapat Keesing dan Sperber, kebudayaan merupakan


suatu sistem pengetahuan sadat atau di luar sadar yang berada di dalam
pikiran individu. Sistem pengetahuan kebudayaan tersebut terorganisir
secara hierarkis. Dalam pengetahuan kebudayaan terdapat dua bagian yaitu
pengetahuan umum dan pengetahuan khusus (kontekstual). Asumsi yang
lebih umum disebut sebagai aksioma pengetahuan budaya. Oleh sebab itu,
Woodward dalam tulisannya mengenai Islam Jawa memperkenalkan konsep
dan pendekatan baru didalam hubungan antara agama dan budaya ialah
aksiomatika struktural. Aksioma terkait dengan landasan teks-teks yang
menjadi pegangan atau mendasari paham keagamaan, dan di sisi lain,
struktur terkait dengan konteks sosio-religio-kultural dimana teks tersebut
dipahami dan menjadi basis bagi proses pembentukannya. Melalui kajiannya
ini diperoleh suatu teoretisasi konsep keagamaan dapat menjadi basis bagi
pembentukan struktur sosial, ekonomi dan bahkan politik. 8

Kebudayaan digolongkan menjadi dua (2) pemahaman yaitu


pengertian secara “sempit” dan “luas”. Dalam pengertian “sempit”
kebudayaan memiliki pengertian sebagai kesenian sehingga seniman
dianggap sebagai budayawan, pementasan kesenian, sering disebut sebagai
acara budaya, misi kesenian yang melawat ke luar negri sering dikatakan
sebagai misi kebudayaan. Sehingga dengan adanya hal demikian dapat
mempersempit pengertian kebudayaan, terutama ditinjau dari unsur-unsur
atau isi kebudayaan sebagai strategi perluasan kebudayaan. Namun hal

12
tersebut tidak sepenuhmya keliru dikarenakan kesenian juga merupakan
unsur kebudayaan yang penting. Sosiolog Inggris terkemuka, Anthony
Giddens mengenai kebudayaan dalam hubungannya dengan masyarakat
menerangkan sebagai berikut:

“When we use the term in ordinary daily conversation, we often think of


“culture‟ as equivalent to the “higher things of the mind‟

– art, literature, music and painting… the concept includes such


activities, but also far more. Culture refers to the whole way of life of the
members of a society. It includes how they dress, their marriage customs and
family life, their patterns of work, religious ceremonies and leisure pursuits. It
covers also the goods they create and which become meaningful for them –
bows and arrows, ploughs, factories and machines, computers, books,
dwellings.”

Terdapat elemen penting dalam definisi diatas bahwa, ketika kita


menggunakan istilah kebudayaan dalam percakapan biasa sehari-hari, kita
sering berpikir tentang “ kebudayaan” sama dengan “karya-karya akal yang
lebih tinggi”, seni, sastra, musik dan lukisan. Konsepnya meliputi kegiatan-
kegiatan tersebut, tapi juga jauh lebih banyak dari itu. Kebudayaan
berkenaan dengan keseluruhan cara hidup anggota-anggota masyarakat.
Kebudayaan meliputi bagaimana mereka berpakaian, adat kebiasaan
perkawinan mereka dan kehidupan keluarga, pola-pola kerja mereka,
upacara-upacara keagamaan dan pencarian kesenangan. Kebudayaan
meliputi juga barang-barang yang mereka ciptakan dan yang bermakna bagi
mereka. Busur dan anak panah, bajak, pabrik dan mesin, komputer, buku,
tempat kediaman.

B.Unsur-unsur Kebudayaan

13
Menurut Van Peursen seorang ahli kebudayaan memandang
kebudayaan sebagai suatu strategi. Salah satu strateginya yaitu
memperlakukan (kata/istilah) kebudayaan bukan sebagai “kata benda”
namun menjadi “kata kerja”. Kebudayaan tidak hanya semata-mata koleksi
karya seni, buku-buku, alat-alat, atau museum, gedung-gedung, ruang,
kantor, dan benda-benda lainnya. Kebudayaan merupakan hubungan dengan
kegiatan-kegiatan manusia yang bekerja, merasakan, memikirkan,
memprakarsai, dan menciptakan. Sehingga dengan demikian dapat
disimpulkan kebudayaan memiliki pengertian sebagai hasil dari proses-
proses rasa, karsa dan cipta manusia. Dengan demikian manusia berbudaya
adalah manusia yang bekerja demi meningkatnya harkat dan martabat
5
manusia. Praktek operasional kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari dan
kebijakan sosial disederhanakan melalui strategi kebudayaan dengan cara
menyusun secara konseptual unsur-unsur yang sekaligus merupakan isi
kebudayaan.

Unsur-unsur dalam kebudayaan bersifat universal, yakni yang ada


dalam semua masyarakt di manapun di dunia, baik masyarakat primitif
(underdeveloped society) dan terpencil (isolated), masyarakat sederhana
(less developed society) atau prapertanian (preagricultural society), maupun
masyarakat berkembang (developing society) atau mengindustri
(industrializing society) dan masyarakat maju (develop society) atau
masyarakat industri (industrial society), dan pasca industri (postindustrial
society) yang sangat rumit dan canggih (highly complicated society).

Menurut Koentjaraningrat, unsur- unsur kebudayaan dapat dirinci dan


dipelajari dengan kategori-kategori sub unsur dan sub-sub unsur, yang

5
Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan. (Yogyakarta: LkiS, 2000), hal. 69

14
memiliki hubungan dalam suatu sistem budaya dan sistem social, yang
meliputi :

a. Sistem dan organisasi kemasyarakatan

b. Sistem religi dan upacara keagamaan

c. Sistem mata pencaharian

d. Sistem (ilmu) pengetahuan

e. Sistem tekhnologi dan peralatan

f. Bahasa

g. Kesenian

C.Theoretical Maping

1.Nilai-nilai Budaya

Nilai adalah pakem normatif yang mempengaruhi manusia dalam


menentukan pilihan diantara 6cara-cara tindakan alternatif. Kluckhon
menyatakan bahwa nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya
membedakan ciri-ciri individu atau kelompok) dari apa yang diinginkan yang
mempengaruhi pilihan tindakan terhadap cara pandang.

Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai acuan manusia


bertindak. Nilai juga berfungsi sebagai motivator dan manusia adalah
pendukung nilainya. Karena manusia bertindak itu didorong oleh nilai yang
diyakininya.

6
Agustina Puspita Sari, 2015, Mitos Dalam ajran Turonggo Yakso di Kecamatan Dongko Kabupaten
Trenggalek. Karya tulis berupa skripsi.

15
Nilai budaya merupakan nilai yang ada dan berkembang di dalam
masyarakat. Karena nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan ideal
atau adat. Nilai budaya merupakan lapisan yang paling tidak terwujud dan
ruangnya luas. Jadi nilai budaya adalah sesutau yang sangat berpengaruh
dan di jadikan pedoman atau rujukan bagi suatu kelompok masyarakat
tertentu. Adapun nilai-nilai budaya bisa ditinjau dari segi:

a.Nilai-nilai budaya yang berkaitan hubungan manusia dengan manusia

Nilai-nilai hubungan manusia dengan manusia yang lain adalah salah


satu nilai-nilai budaya yang dianjurkkan didalam masyarakat Jawa. Karena
akan menciptakan kemakmuran bersama. Selain itu kedamaian dan
ketentraman akan terwujud.

Namun semua itu dilandasi 7dengan rasa ikhlas, baik lahir maupun
batin. Seseorang tidak perlu mengharapkan imbalan ataupun kebaikan
serupa dari orang lain.2

b.Nilai budaya yang berkaitan hubungan manusia dengan alam

Pemanfaatan lingkungan mememiliki definisi pemberdayaan


sumberdaya alam dengan cara mengelola sumberdaya alam di sekitara kita.
Sumberdaya alam adalah sesuatu yanga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dan kebutuhan manusia agar hidup lebih sejahtera.

c.Nilai budaya yang berkaitan hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Nilai-nilai yang berhubungan dengan kecintaan manusia terhadap


dirinya sendiri adalah sesuatu yang wajar, seperti manusia mandi yang
artinya berbuat baik kepada fisiknya agae selalau bersih dan tetap sehat.3

7
Gesta Bayu Adhy, Eling Lan Waspodo, (Yogyakarta: Saufa,2015), hal. 175

16
d.Yang berkaitan hubungan manusia dengan Tuhan

Nilai-nilai hubungan manusia dengan manusia yang lain adalah salah


satu nilai-nilai budaya yang dianjurkkan didalam masyarakat Jawa. Karena
akan menciptakan kemakmuran bersama. Selain itu kedamaian dan
ketentraman akan terwujud.

Namun semua itu dilandasi dengan rasa ikhlas, baik lahir maupun
batin. Seseorang tidak perlu mengharapkan imbalan ataupun kebaikan
serupa dari orang lain.

D. Prior Research

Prior-research merupakan temuan atau hasil penelitian terdahulu yang


masih berkaitan dengan tema yang peneliti ambil. Ada beberapa penelitian
terdahulu yang di dapatkan. Kemungkinan dari hasil penelitian terdahulu
tersebut dapat dijadikan acuan untuk meneliti tradisi Hari Raya Kupatan
dalam perspektif filosofis dan sosio-kultur masyarakat Trenggalek.

Beberapa penelitian relevan yang berkenaan dengan tradisi Hari Raya


Ketupat atau Kupatan (bahasa Jawa) yaitu bersumber dari jurnal Linda
Yuliati. Jurnalnya berjudul “Pelaksanaan Nilai-nilai Gotong Royong Dalam
Perayaan Kupatan Di Masyarakat Kecamatan Durenan Kabupaten
Trenggalek. Objek penelitian ini di desa Durenan, yaitu salah satu kecamatan
di kabupaten trengalek. Desa Durenan terletak di sebelah Barat dari pusat
kota, yaitu terletak di perbatasan kabupaten Trenggalek dan kabupaten
Tulungagung. Sehingga kebiasaan-kebiasaan masyarakat di desa Durenan
pada khususnya dan masyarakat se kecamatan Durenan pada umumnya
terakulturasi dengan budaya-budaya dari Tulungagung.

17
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengupas tentang Hari Raya
Kupatan dalam hal nilai-nilai gotong royong. Karena nilai-nilai gotong royong
adalah nilai-nilai yang sudah natural di dalam masyarakat desa, terkhsusu
desa Durenan, misalnya yaitu ketika tetangga memiliki hajat atau acara,
begitu juga ketika tetangga memiliki hajat untuk membangaun rumah. Maka
biasanya warga desa akan membantu.

Melihat studi kasuss sosial yang tertera di masyarakat desa Durenan


seperti itu, Maka untuk mengupas dan menganalisis penelitian tentang tradisi
Hari Raya ketupat tersebut, 8penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Yaitu mencatat secara teliti gejala (fenomena) yang di lihat, di
dengar, dan yang di bacanya (lewat wawancara atau bukan, catatan
lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, dll).

Sumber data yang di ambil adalah dari Toga dan Tomas maupun
aparat. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Yaitu dengan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti
sesui dengan kondisi yang sebernarnya di lapangan. Tahapan-tahapan
penelitiannya yang pertama adalah tahap orientasi atau pra lapangan,
dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Tahapan yang kedua yaitu tahap
persiapan, dengan dilakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data, dan menarik kesimpulan. Tahap yang ketiga yaitu tahap pelaporan
dengan menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian.

Sumber yang kedua yaitu jurnal dari Yuhana tentang “Tradisi Bulan
Ramadhan Dan Kearifan Budaya Komunitas Jawa di Desa Tanah Datar
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu”. Penelitian ini dilakukan
di desa Tanah datar provinsi Riau. Subjek penelitian ini ditentukan dengan

8
Linda Yuliati, “Pelaksanaan Nilai-nilai Gotong Royong Dalam Perayaan Kupatan Di Masyarakat
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek”, Jurnal Universitan Negeri Malang, 12;5, (Malang; April
2013), 5

18
purposive sampling yaitu mengambil atau menarik sampling yang dilakukan
dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang telah ditetapkan
oleh peneliti.

Selain itu juga di lakukan observasi sebagi salah satu teknik


pengumpulan data dilapangan dengan melihat dan mengamati secara cermat
agar data yang di dapat itu akurat. Kemudian sesi wawancara sebagai teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung. Selanjutnya
dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung.

Sumber yang ketiga yaitu di ambil dari jurnal Rauda Blongkod dengan
judul Studi Komparatif Tradisi Ketupat (Suatu Penelitian di Yosonegoro dan
Atinggola). Penelitian ini bertempat di Gorontalo yang di dalamnya terdapat
berbagai macam suku, misalnya suku Jawa dan suku Tondano yang
mayoritas beragama Islam. Kedua suku ini telah mempengaruhi pola
kebudayaan Gorontalo sehingga terjadi akulturasi kebudayaan, salah
satunya yaitu tradisi Hari Raya Ketupat.

Tradisi Hari Raya Ketupat di Gorontalo merupakan tradisi dari Jaton


yaitu tradisi warisan dari keraton Solo dan Jogjakarta. Lebaran ketupat (ba’do
ketupat) merupakan budaya yang memiliki makna Agama dan budaya yang
sangat penting. Tradisi ini begitu menyatu dan berkembang pada masyarakat
Gorontalo yang mayoritas penduduknya beragama Islam serta telah menjadi
ciri khas yang harmonis bagi masyarakat Gorontalo.

Maka dari itu penelitian ini menggunkan metode kualitatif dengan


menggunakan pendekatan deskrisptif, yaitu menjelaskan dan
menggambarkan secara sistematis objek penelitian dan prosedur pemecahan
suatu masalah yang di selidiki dengan membuat suatu rekontruksi sosial.

19
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada
filsafat post positifisme, yaitu di gunakan untuk meneliti pada kondisi yang
alamiah. Jadi, kondisi yang alamiah adalah objek yang berkembang

apa adanya, tidak di manipulasi oleh peneliti. Maka dapat dipahami


bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan objek
sebagaimana mestinya tanpa mengada-ngada. Jadi sumber data yang di
kumpulkan adalah data benar keabsahannya yang terdiri dari:

a.Sumber primer, yaitu sumber responden yang meliputi tokoh-tokoh


adat, tokoh masyarakat, tokoh Agama, dan instansi-instansi yang meliputi
sumber-sumber yang dapat di percaya dalam memberikan informasi.

b.Sumber sekunder, yaitu data atau sumber yang tidak langsung


dalam memberikan data atau informasi. Jadi sumber data dalam tahab ini
adalah seperti literasi ilmiah, buku-buku referensi, gambar, artikel-artikel baik
dari internet maupun dari media lainnya yang berhubungan dengan masalah
akulturasi budaya dalam prosesi akulturasi.

20
BAB III

PEMBAHASAN

A.Pengertian Nilai-nilai Sosial

Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,


mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat.sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai
baik, sedang mencuri bernilai buruk. Suparto mengungkapkan bahwa nilai-
nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Diantaranya nilai-nilai
dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan 9masyarakat
dalam berfikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi
sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial.
Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai
dengan peranannya. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas
dikalangan anggota kelompok masyarakat. Nilai sosial juga berfungsi sebagai
alat pengawas (control) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

Banyak pengertian nilai-nilai sosial menurut beberapa ahli. Berikut ini


definisi nilai sosial menurut pendapat para ahli.3 Alvin L. Bertand
menyebutkan bahwa nilai adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang
relatif lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan, atau orang. Sedang
nilai sosial menurut Robin Wiliams adalah hal yang menyangkut
kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di antara mereka,
sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang. Young juga
mengungkapkan Nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering

9
1 Lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial. Diakses pada 29 Agustus 2013
2 Ibid
3Lihat di http://alfinnitihardjo.ohlog.com/nilai-sosial.oh112673.html. Diakses pada 29 Agustus 2013

21
tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting. Dalam bukunya
' Culture and Behavior', Kluckhohn menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai
bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan
benar bagi diri sendiri dan orang lain. Woods menjelaskan bahwa Nilai sosial
adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa suatu sistem nilai budaya biasanya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.

Maka dari itu, nilai sosial sering kali menjadi pegangan hidup oleh
masyarakat luas dalam menentukan sikap di kehidupan sehari-hari, juga
menjadi nilai hidup masnusia dalam berinteraksi dengan manusia yang
lainnya.

Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat ia lahir, namun dengan
sistem nilai yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dengan
menyebutkan bahwa nilai adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang
relatif lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan, atau orang. Sedang
nilai sosial menurut Robin Wiliams adalah hal yang menyangkut
kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di antara mereka,
sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang. Young juga
mengungkapkan Nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting. Dalam bukunya
' Culture and Behavior', Kluckhohn menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai
bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan
benar bagi diri sendiri dan orang lain. Woods menjelaskan bahwa Nilai sosial
adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

22
Koentjaraningrat berpendapat bahwa suatu sistem nilai budaya biasanya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.

Maka dari itu, nilai sosial sering kali menjadi pegangan hidup oleh
masyarakat luas dalam menentukan sikap di kehidupan sehari-hari, juga
menjadi nilai hidup masnusia dalam berinteraksi dengan manusia yang
lainnya.

10
Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat ia lahir, namun
dengan sistem nilai yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dengan

penyesuaian sana-sini.4 Setiap individu saat ia dewasa membutuhkan


sistem yang mengatur atau semacam arahan untuk bertindak guna
menumbuhkembangkan kepribadian yang baik dalam bergaul dan
berinteraksi dengan masyarakat.

B.Macam-macam Nilai Sosial

Nilai sosial berdasarkan ciri sosialnya dapat dibedakan menjadi dua


yaitu nilai dominan dan nilai yang mendarah daging.

a.Nilai dominan

Yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya.

Contoh: Pak Romo, karena anaknya kuliah di salah satu Perguruan


Tinggi Negeri yang memerlukan biaya besar, membatalkan niatnya untuk
membeli mobil baru.

4 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.45
5Lihat di http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2009/08/nilai-dan-norma-sosial.
Diakses pada 29 Agustus 2013

23
Ukuran dominan atau tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal
berikut ini:

1) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut

Contoh: hampir semua orang/masyarakat menginginkan perubahan ke


arah perbaikan di segala bidang kehidupan, seperti bidang politik, hukum,
ekonomi dan sosial. )

2) Lamanya nilai itu digunakan

Contohnya: dari dulu sampai sekarang Kota Solo dan Yogyakarta


selalu mengadakan tradisi sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW. yang diadakan di alun-alun keraton dan di sekitar Masjid
Agung.

3) Tinggi rendahnya usaha yang memberlakukan nilai tersebut

Contoh: menunaikan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam


yang wajib dilaksanakan umat Islam yang mampu. Oleh karena itu, umat
Islam selalu berusaha sekuat tenaga untuk dapat melaksanakannya.

4) Prestise/ kebanggaan orang-orang yang menggunakan nilai dalam


masyarakat.

Contoh: memiliki anak yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi


ternama menjadi kebanggaan/ prestise tersendiri.

b.Nilai mendarah daging

Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian. Biasanya nilai ini telah
terisolasi sejak ia masih kecil dan apabila ia tidak melakukannya ia merasah
bersalah.

24
Contoh: makan dengan tangan kanan, berpamitan kepada orag tua
jika hendak pergi.

Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi tiga macam sebagai


berikut:

1) Nilai material

Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/ unsur
fisik manusia. Sebagai contoh, batu kali. Secara materi batu kali mempunyai
nilai tertentu. Hal ini disebabkan batu kali dapat digunakan untuk membangun
sebuah rumah tinggal. Nilai yang yang terkandung dalam batu kali ini
dinamakan nilai material.

2)Nilai vital

Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan suatu kegiatan dan aktivitas. Contoh payung. Payung mempunyai
kegunaan untuk menaungi tubuh dari air hujan. Apabila payung ini bocor
maka nilai kegunaan payung menjadi berkurang. Nilai payung oleh karena
kegunaannya dinamakan nilai vital.

3)Nilai kerohanian

Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi batin


(rohani) manusia. Nilai kerohanian manusia dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:

a) Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia

b) Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada perasaan manusia


(nilai estetika)

25
c) Nilai moral (kebaikan) adalah nilai yang bersumber pada unsur
kehendak atau kemauan (karsa dan etika).

d) nilai religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya


mutlak dan abadi.

C.Ciri-ciri Nilai Sosial

Segala sesuatu memiliki penanda yang khas. Dengan memperhatikan


penanda tersebut, kita dapat membedakan sesuatu dengan 11yang lain.
Begitu pula nilai sosial. Nilai sosial mempunyai ciri sebagai berikut:6

a.Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat.

b.Bukan bawaan sejak lahir melainkan penularan dari orang lain.

Contohnya: seorang anak bisa menerima nilai menghargai waktu,


karena orang tua mengajarkan disiplin sejak kecil. Nilai ini bukan nilai
bawaan lahir dari sang anak.

c.Terbentuk melalui proses belajar (sosialisasi). Contohnya: nilai


menghargai persahabatan dipelajari anak dari sosialisasinya dengan teman-
teman sekolah.

d.Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan


sosial manusia.

e.Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.

6 Lihat di http://prestasidisekolah.blogspot.com/2012/12/Ciri-Ciri-Nilai-Sosial-Dan-Macam- Macam-


Nilai-Sosial.html. Diakses pada 29 agustus 2013

26
Contohnya: di negara-negara Barat waktu itu sangat dihargai sehingga
keterlambatan sulit diterima (ditoleransi). Sebaliknya di Indonesia,
keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih dapat dimaklumi.

f.Dapat memengaruhi pengembangan diri seseorang baik positif maupun


negatif.

g.Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.

h.Cenderung berkaitan antara yang satu dan yang lain sehingga


membentuk pola dan sistem sosial.

i.Dapat memengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.

Contohnya: nilai yang mengutamakan kepentingan pribadi akan


melahirkan individu yang egois dan kurang peduli pada orang lain.

Dari ciri-ciri tersebut, kita dapat mengetahui bahwa nilai nilai sosial
tidaklah diterima begitu saja oleh individu, butuh proses yang panjang untuk
membentuk nilai-nilai sosial yang terapatri pada manusia. Lingkungan
keluarga dan sekitarnya juga mempengaruhi nilai-nilai sosial yang tertanam
pada individu. Namun, pada dasarnya nilai sosial itu tumbuh untuk dijadikan
nilai yang mengatur dan mengarahkan segala tindak tanduk individu dalam
bersosialisai dengan masyarakat. Semakin baik nilai sosial yang tertanam
pada individu maka semakin baik pula kepribadiannya.

D.Peran dan Fungsi Nilai-nilai Sosial

Nilai sosial menjadi petunjuk arah bersikap dan bertindak. Lihat saja
tindakan siswa yang urung menyontek karena memegang teguh nilai
kejujuran. Dia meyakini kejujuran mempunyai arti penting dalam kehidupan
manusia sehingga bertekad untuk berlaku jujur dalam hidupnya. Inilah peran
pertama nilai sosial.

27
Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman bahwa nilai juga menjadi
pemandu serta pengontrol 12sikap dan tindakan manusia. Individu akan
membandingkan sikap dan tindakannya dengan nilai tersebut. Dari sini
individu dapat menentukan bahwa tindakannya itu benar atau salah. Dengan
nilai, dapat menentukan bahwa menyontek tidak sesuai dengan nilai
kejujuran yang diyakininya.

Nilai juga dapat memotivasi manusia. Hal itu dapat dilihat pada
kehidupan guru di lingkungan masyarakat. Sebagian besar guru
menempatkan diri sebagai pribadi yang mesti memberikan teladan bagi
orang-orang di sekitarnya. Karena pemahaman tersebut, sang guru berusaha
menjaga tindakan-tindakan agar sesuai dengan harapan masyarakat. Dia
tidak segan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Secara garis besar, kita tahu bahwa nilai sosial mempunyai tiga
fungsi,7 yaitu sebagai berikut:

a.Petunjuk Arah dan Pemersatu

Apakah maksud nilai sebagai petunjuk arah? Cara berpikir dan


bertindak anggota masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang
berlaku. Pendatang baru pun secara moral diwajibkan mempelajari aturan-
aturan sosio budaya masyarakat yang didatangi, mana yang dijunjung tinggi
dan mana yang tercela. Dengan demikian, dia dapat menyesuaikan diri
dengan norma, pola pikir, dan tingkah laku yang diinginkan, serta menjauhi
hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat.

Nilai sosial juga berfungsi sebagai pemersatu yang dapat


mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau kelompok tertentu.

7 Lihat di http://alfinnitihardjo.ohlog.com/nilai-sosial.oh112673.html. Diakses pada 29 Agustus 2013

28
Dengan kata lain, nilai sosial menciptakan dan meningkatkan solidaritas
antarmanusia. Contohnya nilai ekonomi mendorong manusia mendirikan
perusahaan-perusahaan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

b.Benteng Perlindungan

Nilai sosial merupakan tempat perlindungan bagi penganutnya. Daya


perlindungannya begitu besar, sehingga para penganutnya bersedia berjuang
mati-matian untuk mempertahankan nilai-nilai itu. Misalnya perjuangan
bangsa Indonesia mempertahankan nilai-nilai Pancasila dari nilai nilai budaya
asing yang tidak sesuai dengan budaya kita, seperti budaya minum-minuman
keras, diskotik, penyalahgunaan narkotika, dan lain-lain. Nilai-nilai Pancasila
seperti sopan santun, kerja sama, ketuhanan, saling menghormati dan
menghargai merupakan benteng perlindungan bagi seluruh warga negara
Indonesia dari pengaruh budaya asing yang merugikan.

c.Pendorong

Nilai juga berfungsi sebagai alat pendorong (motivator) dan sekaligus


menuntun manusia untuk berbuat baik. Karena ada nilai sosial yang luhur,
muncullah harapan baik dalam diri manusia. Berkat adanya nilai-nilai sosial
yang dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita-cita manusia yang berbudi
luhur dan bangsa yang beradab itulah manusia menjadi manusia yang
sungguh-sungguh beradab. Contohnya nilai keadilan, nilai kedisiplinan, nilai
kejujuran, dan sebagainya.

Di samping fungsi nilai-nilai sosial yang telah kita bahas di atas, nilai
sosial juga memiliki fungsi yang lain, yaitu dapat menyumbangkan
seperangkat alat untuk menetapkan harta sosial dari suatu kelompok, dapat
mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku, penentu akhir
bagi manusia dalam memenuhi perananperanan sosialnya, alat solidaritas di

29
kalangan anggota kelompok atau masyarakat, alat pengawas perilaku
manusia.13

Dengan nilai-nilai sosial yang tumbu pada jiwa individu, maka


perhatian dan simpati pada sesamanya juga semakin tinggi. Individu tidak
lagi mementingkan egonya, namun dengan menjunjung nilai-nilai sosial, ia
juga memperhatikan kepentingan bersama.

E.Bentuk-bentuk Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial terdiri atas beberapa sub nilai,8 antara lain:

a.Loves (kasih sayang) yang terdiri atas:

1)Pengabdian

Memilih diantara dua alternative yaitu merefleksikan sifat-sifat Tuhan


yang mengarah menjadi pengabdi-pihak-lain (Ar-rahman dan Ar-rahim) atau
pengabdi diri sendiri. Penabdi-pihak-lain, bukan berarti tidak ada perhatian
sama sekali terhadap diri sendiri, sehngga misalnya tidak makan sama yang
berarti bunuh diri. Tapi senantiasa berusaha mencintai orang lain sepert
mencintai diri sendiri. Perhatiannya sama besar baikterhadap diri sendiri
maupun pihk lain. Apa yang tidak patut diperlakukan terhadap dirinya tidak
patut pula diperlakukan terhadap pihak lain.

Senantiasa member dengan kecintaan tanpa pamrih dan membalas


kebaikan pihak lain dengan yang lebih baik hanya karena kecintaan.
Senantiasa melakukan yang tersurat dalam tafsir Al-fatihah.

2) Tolong Menolong

8 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.13

30
Firman Allah swt dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2, sebaagai berikut:

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhya Allah ama berat siksa-
Nya. (Q. S. Al-Maidah:2).

Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong menolong dalam
kebaikan dan takwa serta dilarang tolong-menolong dalam perbuatan dosa
dan pelanggaran. Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan seluruh
manusia agar tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa
yakni sebagian kita menolong sebagian yang lainnya dalam mengerjakan
kebaikan dan takwa, dan saling member semangat terhadap apa yang Allah
perintahkan serta beramal dengannya. Sebaliknya, Allah melarang kita tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.

3) Kekeluargaan

Kekeluargaan kalau di dalam anggota keluarga sendiri memang hal ini


mudah didapatkan dan dirasakan. Tetapi ketika sudah berada di luar lingkup
keluarga sendri rasanya akan sedikit sulit untuk mendapatkannya.
Kekeluargaan sangat dibutuhkan bagi setiap indvidu. Dengan adanya
kekeluargaan kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan.

4) Kesetiaan

Firman Allah SWT:

Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku


hanyalah Allah, Tuhan semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali
mneyerahkan diri kepada Allah. (QS. Al-An'am: 162-163)

31
Rangkaian kata-kata tersebut sering kita ucapkan langsug kepada
Allah dalam setiap shalat kita. Sebagai bukti kesetiaan dan kepasrahan diri
kita seutuhnya kepada Allah SWT. Setia dan rela hanya Allah lah Tuhan kita.
Dengan begitu kita sudah menyatakan segalanya untuk Allah, shalat, ibadah,
hidup, bahkan mati pun hanya untuk Allah semata. Betapa setianya kita
setiap kali itu diucapkan dalam shalat.

Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan kepada Allah,


hanya Allah lah yang berhak mengatur kita, hanya Allah lah yang berhak dan
wajib disembah dan ditaati segala perintah dan larangan-Nya. Sebaai
seorang muslim yang berusaha untuk taat dan bertaqwa, kita senantiasa
dituntut untuk berbuat yang benar dan baik dalam hidup ini. Jangan sampai
ucapan kesetiaan dan kepasrahan kita kepada Allah dalam setiap shalat
hanya sebagai lipstick alias penghias bibir saja. sementara hati kita dan
perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari bertolak belakang dengan apa
yangkita ucapkan dalam sholat.

5) Kepedulian

Kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang akidah dan


keimanan, tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolok ukur dalam akhlak
seorang mukmin. Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas
dan tegas. Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat mudah ditemui
dan masalah kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang akidah
dan keimanan, tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolok ukur dalam
akhlak seorang mukmin.

F.Pengertian nilai budaya

32
Nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dan
bersifat umum yang sangat penting 14serta bernilai bagi kehidupan
masyarakat. Nilai budaya itu menjadi acuan tingkah laku sebagian besar
anggota masyarakat yang bersangkutan, berada dalam alam fikiran mereka
dan sulit untuk diterangkan secara rasional. Nilai budaya bersifat langgeng,
tidak mudah berubah ataupun tergantikan dengan nilai budaya yang lain
(Abdul Latif, 2007 : 35).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai budaya


adalah sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, mempengaruhi perilaku
yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dengan alam,
hubungan manusia tentang hal yang diinginkan dengan hal yang tidak
diinginkan berkaitan dengan lingkungan dan sesama manusia. Begitupun
nilai-nilai budaya yang terdapat dilingkungan sekolah sangat mempengaruhi
terhadap guru dan siswa itu sendiri seperti budaya disiplin dimana para siswa
sering terlambat datang ke sekolah meskipun sudah ada aturan atau
tatatertib yang berlaku di Sekolah

G.Fungsi Nilai-nilai Budaya

Nilai budaya mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan manusia.


Menurut Supartono Widyosiswoyo (2009:54) mengatakan bahwa fungsi nilai-
nilai budaya sebagai berikut :

1) Nilai budaya berfungsi sebagai standar, yaitu standar yang menunjukan


tingkahlaku dari berbagai cara, yaitu :

9
Abdul Latif, 2007 : 35

33
15
a)Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah
sosial.

b)Mempengaruhi individu dalam memilih ideologi atau agama.

c)Menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri dan
orang lain.

d)Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses pembandingan untuk


menentukan individu bermoral dan kompeten.

e)Nilai digunakan untuk mempengaruhi orang lain atau mengubahnya

2) Nilai budaya berfungsi sebagai rencana umum dalam menyelesaikan


konflik dan pengambilan keputusan.

3) Nilai budaya berfungsi motivasional. Nilai memiliki komponen motivasional


yang kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif, dan behavioral.

4) Nilai budaya berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu diarahkan secara


langsun kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir yang berorientasi
pada penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian sebenarnya merupakan
nilai semu karena nilai tersebut diperlukan oleh individu sebagai cara untuk
menyesuaikan diri dari tekanan kelompok.

5) Nilai budaya berfungsi sebagai ego defensiv. Didalam prosesnya nilai


mewakili konsep-konsep yang telah tersedia sehingga dapat mengurangi
ketegangan dengan lancar dan mudah.

6) Nilai budaya berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri fungsi


pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk mengerti,

10
Supartono Widyosiswoyo (2009:54)

34
kecenderungan terhadap kestuan persepsi dan keyakinan yang lebih baik
untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai budaya


memiliki banyak sekali fungsi diantaranya sebagai pengetahuan dan
aktualisasi diri fungsi pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk
mengerti, kecenderungan terhadap kesatuan persepsi dan keyakinan yang
lebih baik untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi. Penyesuaian nilai
tertentu diarahkan secara langsun kepada cara bertingkah laku serta tujuan
yang berorientasi pada penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian
sebenarnya merupakan nilai semu karena nilai tersebut diperlukan oleh
individu sebagai cara untuk menyesuaikan diri dari tekanan kelompok atau
masyarakat.

H.Sifat-Sifat Budaya

Selain memiliki unsur dan wujud, kebudayaan juga memiliki sifat. Sifat-
sifat kebudayaan sangat banyak mengingat kebudayaan kita sangat beragam
secara umum akan dikemukakan tujuh sifat budaya, menurut Supartono
Widyosiswoyo (2009) yaitu :

1) Kebudayaan beraneka ragam

Keanekaragaman kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain


karena manusia tidak memiliki struktur secara khusus pada tubuhnya
sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkunganya.

2) Kebudayaan dapat diteruskan secara social dengan pelajaran.

Penerus kebudayaan dapat dilakukan dengan cara horizontal dan vertikal.


Penerusan secara horizontal dilakukan terhadap suatu generasi dan
biasanya secara lisan, sedanglan penerus vertikal dilakukan antara generasi

35
dengan jalan melalui tulisa (literer). Dengan daya ingat yang tinggi manusia
mampu menyimpan pengalaman sendiri maupun yang diperoleh dari orang
lain.

3) Kebudayaan dijabarkan dalam komponen-komponen biologi, psikologi,


dan sosiologi.Biologi, psikologi dan sosiologi merupakan tiga komponen yang
membentuk kepribadian manusia. Secara biologis manusia memiliki sifat-sifat
yang diturunkan oleh orang tuanya yang diperoleh sewaktu dalam kandung
kandungan sebagai kodrat pertama. Bersamaan dengan itu, manusia
memiliki sifat-sifat psikologi yang sebgaian diperolehnya dari orang tuanya
sebagai dasar atau pembawaan. Setelah seorang bayi dilahirkan dan
berkembang menjadi anak dalam alam kedua, terbentuklah kepribadianya
oleh lingkungan, khususnya melalui pendidikan. Manusia sebagai unsur
masyarakat dalam lingkungan ikut serta dalam pembentukan kebudayaan.

4) Kebudayaan mempunyai struktur.

Cultur universal yang telah dikemukakan unsur-unsurnya dapat dapat dibgai


dalam bagian bagian kecil yang disebut traits complex lalu terbagi dalam
traits dan terbagi dalam items. Begitu pula dengan kebudayaan nasional
terdiri atas kkebudayaan suku-bangsa merupakan subkultural yang dibagi
lagi menurut daerah, agama, adat istiadat dan sebagainya.

5) Kebudayaan mempunyai nilai.

Nilai kebudayaan (culture value) adalah relatif, bergantung pada siapa yang
memberikan nilai, dan alat pengukur apa yang digunakan. Bangsa timur
misalnya cenderung mempergunakan ukuran rohani sebagai alat
penilayanya, sedangkan bangsa baarat dengan ukuran materi.

6) Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis.

36
Kebudayaan dan masyarakata sebenarnya tidak statis 100% sebab jika hal
itu terjadi sebaiknya dikatakan mati saja. Kebudayaan dikatakan statis
apabila suatu kebudayaan sangat sedikit perubahanya dalam tempo yang
16
lama. Sebaliknya apabila kebudayaan cepat berubah dalam tempo singkat
dikatakan kebudayaan itu dinamis.

7) Kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam-macam bidang atau aspek


Ada kebudayaan yang bersifat rohani dan sifat nya kebendaan, ada
kebudayaan darat dan kebudayaan maritim, dan ada kebudayaan menurut
daerah. Semuanya bergantung pada siapa yang membedakanya dan untuk
apa itu dilakukan (supartono Widyosiswoyo, 2009:37-38).

Banyak sekali sifat-sifat kebudayaan yang berpengaruh terhadap


sesorang atau kelompok yang dimana akan berdapak terhadap pembentukan
moral seseorang, dilihat dari sifat kebuadayaan. Sifat-sifat budaya tersebut
berorientasi terhadap perubahan dan pembentukan moral seseorang yang
terarah dan tidak melenceng dari apa yang telah di tentukan. Namun nilai
budaya juga tidak hany adi turunkan oleh nenek moyang saja, ada nilai
budaya yang di orientasikan terhadap cerita, dongeng dan literatur agar tidak
hanya masyarakat lokal saja yang tau dan paham namun orang lain yang
bukan masyarakat lokal itu sendiri mengetahuinya lewat tulisan.

I.Macam-Macam Nilai Budaya

Macam-macam nilai budaya sangat erat kaitanya dengan kebudayaan


dan masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-
nilai tertentu mengenai suatu hal dan terkadang kebudayaan dan
masayarakat itu sendiri merupakan nilai yang tiada terhingga bagi orang yang
memilikinya.

11 Asri Budiningsih,2013:10-11

37
Menurut pendapat seorang ahli menjelaskan bahwa suatu sistem nila
budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia
membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai
kerohanian.

Berikut penjabaranya: yang yang dikutip oleh Koentjaraningrat (2009) dalam


buku (Tilar A.R, 2002:20).

1.Nilai Material

Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2.Nilai Vital

Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3.Nilai Kerohanian

Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yanng berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dibedakan atas 4 macam antara lain :

a) Nilai kebanaran ( kenyataan) yang bersumber dari unsur akal manusia.

b) Nilai keindahan (estetika) yang bersumber dari unsur perasaan.

c) Nilai moral (kebaikan) yang bersumber dari unsur kehendak atau


kemauan (etika dan karsa)

d) Nilai religius ( nilai ke-tuhanan) yang bersumber dari keyakinan dan


kepercayaan manusia kepada sang pencipta.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan


bahwa banyak sekali nilai budaya yang berkembang di sekolah maupun di
masyarakat yang harus dipatuhi oleh setiap individu agar moral nya menjadi

38
terarah lebih kepada positif dan tidak menyimpang dari nilai-nilai budaya
yang berkembang. Nilai budaya sangat banyak sekali adapun diantaranya
sudah di uraikan diatas seperti nilai moral, nilai religius, nilai kerohanian dan
lain-lain yang berdapak pada moralitas individu .

Nilai-nilai budaya yang dimaksud oleh penulis adalah nilai budaya


yang berkembang di sekolah dan sudah membudaya di sekolah dan harus
dipatuhi oleh siswa Menurut Kemendignas dalam buku (Asri
Budiningsih,2013:10-11) mengatakan bahwa macam-macam nilai budaya
Dalam naskah akademik pengembangan pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa Kementerian telah 17merumuskan lebih banyak nilai-nilai karakter (18
nilai) yang akan dikembangkan atau ditanamkan kepada anak-anak dan
generasi muda bangsa Indonesia.

J.Pengertian Nilai Politik

Politik adalah suatu cara seseorang dalam membuat suatu keputusan


dalam kehidupan berkelompok. Politik juga mengacu pada suatu cara
membuat kebijakan, siasat, dan lain sebagainya tentang pemerintahan suatu
negara atau suatu negara lain.

Nilai-nilai politik mencakup keadilan sosial, perubahan sosial,


pembangunan politik, perbandingan politik, dan lain sebagainya. Konsep
politik mencakup konsep klasik, konsep fungsional, dan pandangan konflik.
Konsep klasik mengacu pada politik yang digunakan oleh masyarakat untuk
mencapai suatu kebaikan bersama yang memiliki nilai moral yang lebih tinggi.
Konsep fungsional mengacu pada alokasi nilai-nilai secara otoritatif
berdasarkan kewenangan dan tidak mengikat suatu masyarakat. Pandangan
konflik menggambarkan bahwa politik adalah kegiatan untuk

17
Aribowo, “Nilai-nilai politik”, di Universitas Airlangga,makalah seminar, Surabaya, 28 Mei 2007.

39
memperjuangkan perumusan dan kebijaksanaan umum dalam rangka usaha
untuk mencapai tujuan, mendapatkan, dan mempertahankan nilai kebaikan.

K.Macam-macam Nilai Politik

a) Politik Komparatif: Membandingkan sistem politik dan perilaku politik


dengan sistem politik lain
b) Politik Administrasi Publik: pengaturan dan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan pemerintah dalam masyarakat
c) Komunikasi Politik: Penggunaan komunikasi sebagai alat untuk
menyampaikan informasi, memantau kepentingan, dan mempengaruhi
perilaku politik
d) Konflik Politik: Penggunaan kekuasaan politik untuk memperjuangkan
perubahan struktur masyarakat, seperti peralihan kekuasaan politik tik
dari penguasa atau rezim ke rezim lainnya

L.Fungsi Nilai Politik


Nilai politik memiliki beberapa fungsi penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Berikut adalah penjelasan panjang tentang fungsi
nilai politik:

1. Membentuk Kesadaran Politik: Nilai politik berfungsi untuk membentuk


kesadaran politik masyarakat. Dengan memahami nilai-nilai politik,
masyarakat dapat memahami sistem politik yang ada dan menjadi
partisipan politik yang aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan politik merupakan salah satu cara untuk
membentuk kesadaran politik masyarakat
2. Memperkuat Partisipasi Politik: Nilai politik juga berfungsi untuk
memperkuat partisipasi politik masyarakat. Dengan memahami nilai-
nilai politik, masyarakat dapat memilih pemimpin yang sesuai dengan

40
pandangan dan kepentingan mereka. Partisipasi politik yang aktif dari
masyarakat dapat memperkuat demokrasi dan menjaga stabilitas
politik
3. Mengubah dan Membentuk Perilaku: Nilai politik berfungsi untuk
mengubah dan membentuk perilaku individu agar sesuai dengan
tujuan politik yang mampu menjadikan setiap individu sebagai
partisipan politik yang bertanggung jawab
4. Pengaturan Proses Politik: Nilai politik berfungsi untuk mengatur
proses persaingan kekuasaan agar tidak mengancam keutuhan
bangsa dan negara. Lembaga politik memiliki fungsi mengatur proses
politik agar berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan konflik
5. Mengusahakan Kesejahteraan Umum: Nilai politik berfungsi untuk
mengusahakan kesejahteraan umum. Lembaga politik merencanakan
dan melaksanakan pelayanan-pelayanan sosial serta mengusahakan
kebutuhan pokok masyarakat seperti pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan, energi, transportasi, dan komunikasi
6. Mempertahankan Negara dan Masyarakat: Nilai politik berfungsi untuk
mempertahankan negara dan masyarakat dari serangan pihak luar.
Lembaga politik melalui alat-alat yang dimilikinya berfungsi
mempertahankan negara dan masyarakat dari serangan pihak luar
dengan cara diplomasi atau perang

41
BAB IV
PENUTUP

4.1 A.Kesimpulan

Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,


mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat.sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai
baik, sedang mencuri bernilai buruk.
Nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dan
bersifat umum yang sangat penting serta bernilai bagi kehidupan
masyarakat. Nilai budaya itu menjadi acuan tingkah laku sebagian besar
anggota masyarakat yang bersangkutan, berada dalam alam fikiran mereka
dan sulit untuk diterangkan secara rasional.
Nilai-nilai politik mencakup keadilan sosial, perubahan sosial,
pembangunan politik, perbandingan politik, dan lain sebagainya. Konsep
politik mencakup konsep klasik, konsep fungsional, dan pandangan konflik.
Konsep klasik mengacu pada politik yang digunakan oleh masyarakat untuk
mencapai suatu kebaikan bersama yang memiliki nilai moral yang lebih tinggi.
Konsep fungsional mengacu pada alokasi nilai-nilai secara otoritatif
berdasarkan kewenangan dan tidak mengikat suatu masyarakat. Pandangan
konflik menggambarkan bahwa politik adalah kegiatan untuk
memperjuangkan perumusan dan kebijaksanaan umum dalam rangka usaha
untuk mencapai tujuan, mendapatkan, dan mempertahankan nilai
kebaikan.mudah berubah ataupun tergantikan dengan nilai budaya yang lain.

42
B.SARAN
Bagi pembaca disarankan supaya makalah ini dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran dalam rangka peningkatan pemahaman tentang usaha
dan energi. Dan bagi penulis-penulis lain diharapkan agar karya tulis ini dapat
dikembangan lebih lanjut guna menyempurnakan makalah yang telah dibuat
sebelumnya

43
DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Susianti. 2015. Nilai-Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam Cerita Rakyat “Ence
Sulaiman” Pada Masyarakat Tomia. Jurnal Humanika. Volume 3, Nomor 15, Desember
2015.

Aisyah, Siti, Jaya, dan Surastina. 2016. Nilai-nilaii Novel sodam Karya Suhunan

Sitomorang. Jurnal Lentera Pendidikan LPPM Metro. Vol 1(1).

Andayani, Tri. 2015. Perekonstruksian Akhlak Bangsa Melalui Pembelajaran

Apresiasi Sastra Di Sekolah Menengah Pertama (SMA). Jurnal Sastra. Vol. 1(1)

Arifin, “Implementasi Nilai Nilai Budaya Sekolah dalam Mewujudkan Sekolah

Berkualitas”, Jurnal Online Pedagogika, Vol.3 No.4, Universitas Negeri Gorontalo,


http://ejurnal.fip.ung.ac.id, 2012, (10 Maret 2017)

Budiningsih, Asri. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya,
Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Buseri, Kamrani, Modul Mata Kuliah manajemen Sumber Daya Pendidikan Islam,
Banjarmasin:tp, 2010 Caplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, cet.
Ke-1, Jakarta: Rajawali, 1989

Aribowo, “Demokrasi dan Budaya Politik Lokal”, di Universitas Airlangga,makalah seminar,


Surabaya, 28 Mei 2007.

Azhari, Aidul Fitriciada, Menemukan Demokrasi,

Surakarta: UMS Press, 2005.

Azhari, Aidul Fitriciada, Tafsir Konsitusi: Pergulatan Mewujudkan Demokrasi diIndonesia,

Solo: Jagat Abjad, 2010.

Bahar, Saafroedin (et. al.), Risalah Sidang BPUPKI-PPKI,

44
Jakarta: Sekretariat Negara RI, 1995.

45

Anda mungkin juga menyukai