Disusun oleh:
Ahmad Naufal Alghifari
Selvi Hoirun Nisa
Hanifah Amalina
Anisa Wahyu Candrika
Helen Selvia Dewi
Aksela Dian Fista
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Nilai Norma
dan Kebudayaan Lokal Pendidikan Etika dan Kearifan Lokal ( Ragam nilai budaya lokal
Sebagai khazanah budaya Indonesia)’. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
penyusun
DAFTAR ISI
Ragam nilai budaya local juga bisa menjadi salah satu acauan dalam memmenuhi tujuan
hidup ini. Karena memiliki fungsi sebagai nilai identitas suatu kelompok yang sangat penting
(khazanah) untuk memahami dan mengkhormati kekayaan budaya untuk mencapai tujuan
bersama.
Pengangkonan Anak sudah sejak Tahun 1827 ( berdasarkan data – data yang ada
di Meseum Lampung , Pengangkonan Anak i ni terjadi setelah adanya Emugrasi /
Transmigrasi orang jawa ke Lampung, dan masuknya pedagang Bugis sehingga terjadilah
pernikahan dua suku yang berbeda.
Kedudukan menantu dapat diaku idalam adat dan sah menjadi warga adat
Lampung. Upacara ngangkon dilakukan sebelum upacara perkawinan dilangsungkan
secara adat, karena kegiatan ini merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan apabila
menikah dengan orangyang berlainan suku, guna mendapatkan pengakuan secara sah dari
majelis perwatin dan masyarakat adat
2. Piil Pasenggiri
Lampung Saibatin adalah piil pesenggiri dengan elemen budaya
juluk adek, nemui nyimah, nengah nyappur, dan sakai sambayan. Piil
pesenggiri berfungsi sebagai pedoman perilaku pribadi dan masyarakat
dalam kehidupan mereka. Sebagai warga masyarakat berkewajiban untuk
menjaga nama baik dan perilakunya agar terhindar dari sikap serta
perbuatan tercela.
2.2 pengaruh ragam nilai budaya dalam berbagai bidang sosial kemasyarakatan di lampung
Dalam membina kehidupan dan penghidupan yang wajar diperlukan rambu rambu
sebagai pedoman untuk berperilaku. Rambu rambu dan pedoman itu berwujud ketentuan
ketentuan, yang berisi larangan (cepalo) dan keharusan (adat) yang bersifat ajeg.
Terbentuknya sikap demikian akan menciptakan suatu ketentraman dan kedamaian hidup
bermasyara¬kat. Masyarakat Lampung juga mempunyai strata (tingkatan) baik berdasarkan
status genealogis (keturunan, umur), maupun status sosial dalam adat (punyimbang tiuh, suku,
dsb). menimbulkan hak dan kewajiban masing masing pada strata atau tingkatan itu.
Dalam strata status sosial (adat) seseseorang dapat merupakan filter bagi diri pribadinya
untuk bersikap dan berperilaku. seseorang yang berstatus tinggi tersebut akan menen¬tukan
sikap perilakunya dalam menghayati nemui nyimah, nengah nyappur dan sakai sambayan,
hingga tingkat hukuman (sanksi) apabila yang bersangkutan melanggar larangan (cepalo).
Pada era kolonialisme dimulai sejak masa Kolonial tahun 1905. Oleh
pemerintahan Hindia Belanda, telah ditempatkan 155 kepala keluarga (KK) transimigran
asal Bagelen (Kedu) Jawa Tengah. Konon, program transmigrasi pertama di Provinsi
Lampung. Gelombang pertama tahun 1905 hingga 1911. Gelombang kedua tahun 1911
hingga tahun 1939.
Jumlah penduduk Lampung hingga tahun 2010 mencapai 7.596.115 orang atau
hanya 3% dari jumlah penduduk nasional. Berdasarkan hasil sensus penduduk oleh
Badan Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.556.363 jiwa.
2. Pola Budaya
Pola budaya adalah seperangkat aturan yang mengatur perilaku sekelompok orang
yang terorganisir, berdasarkan tradisi, kebiasaan, kebiasaan, kepercayaan, lokasi
geografis dan pengalaman mereka, untuk membentuk model perilaku.
Budaya dilihat dari konsep yang lebih luas, mencakup total generasi manusia
yang telah hidup selama bertahun-tahun, bersama dengan cara-cara khusus mereka dalam
berkomunikasi dan berinteraksi di antara mereka.
2. Proses Difusi
Kebudayaan sebagai akibat dari proses difusi merupakan akibat migrasi manusia.
Manusia melakukan migrasi dalam rangka mencari kehidupan yang lebih baik dari satu
tempat ke tempat lain yang disertai pula dengan menyebarnya unsur-unsur kebudayaan.
Biasanya dilakukan oleh para penyebar agama maupun pedagang.
3. Proses Akulturasi.
Akulturasi mengacu pada pengaruh satu kebudayaan terhadap kebudayaan lain.
Akulturasi sebagai fenomena yang dihasilkan ketika dua kelompok yang mempunyai
kebudayaan berbeda mulai melakukan kontak langsung, yang kemudian diikuti dengan
perubahan pola kebudayaan asli salah satu atau kedua kelompok tersebut.
Interaksi antar budaya yang berhasil adalah didasarkan pada komunikasi yang
efektif.Komunikasi yang efektif akan mencapai sasaran timbulnya harmonisasi budaya
hukum dan masyarakat.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Bahwa ragam Nilai Budaya Lampung adalah beragam nilai, norma, kepercayaan,
adat istiadat, dan tradisi yang dipegang dan dilestarikan oleh masyarakat suku
Lampung di Indonesia. Nilai-nilai ini mencerminkan warisan budaya khas Lampung
dan meliputi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk agama, adat istiadat,
seni, dan sejarah mereka. Hal ini mencakup tata moral dari budaya lampung yan
disebut piil pasenggiri yang mempunyai empat pilar yang saling menopang, yaitu
Bejuluk Baedak, Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan. dimana
pengaplikasiannya digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lampungg.
Dilengkapi juga dari adat dan budaya dari masing-masing kelompok masyarakat
lampung seperti Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin. Hal ini menambah corak
ragam budaya di Lampung sebagai khazanah budaya nasional Indonesia.
Selain itu ragam nilai budaya lampung dalam bidang sosial kemasyarakatan bisa
di implementasikan melalui rambu-rambu dan pedoman dimana di dalamnya terdapat
larangan (cepalo) dan keharusan (adat) serta strata atau tingkatan sosial untuk
mengatur kehidupan sosial dalam masyarakat lampung.
3.2 Saran
Ragam nilai budaya di lampung perlu di lestarikan dan di implementasikan nilai
nilai budaya dan tata moralnya dalam kehidupan sehari-hari supaya identitas
masyarakat lampung tetap terjaga. Selain itu pengenalan dan pertukaran budaya itu
penting sifatnya supaya terjadi harmonisasi antara aspek nilai kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat dengan nilai budaya local yang ada.
DAFTAR PUSAKA
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/masyarakat-adat-lampung-saibatin/ diakses pada 02
September 2023 pukul 10.27.
https://www.bongkarselatan.com/2023/02/ngarak-tradisi-adat-budaya-lampung-agar.html diakses
pada 02 September 2023 pukul 11.00
https://raiyani.net/blog/tradisi-pangan-balak-masyarakat-lampung/ diakses pada 02 September
2023 pukul 12.00.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pengangkonan-anak/ diakses pada 02 September
2023 pukul 13.00.
https://onesearch.id/Record/IOS4198.333/TOC diakses pada 02 September 2023 pukul 13.30.
http://repository.radenintan.ac.id/2365/#:~:text=Cakak%20Pepadun%20adalah%20proses
%20pelaksanaan,menjadi%20kebiasaan%2C%20wisdom%20yang%20telah diakses pada 02
September 2023 pukul 14.00.
https://www.infokyai.com/2016/11/pengertian-cakak-pepadun-sejarah-dan.html diakses pada 02
September 2023 pukul 14.30.
https://eprints.uny.ac.id/52803/2/TAS%20BAB%20I%2010401244042.pdf diakses pada 02
September 2023 pukul 15.00.
https://www.scribd.com/document/499444423/nilai-budaya diakses pada 02 September 2023
pukul 15.30.
https://www.scribd.com/document/542520341/Modul-2-Nilai-Norma-dan-Budaya-Lokal diakses
pada 02 September 2023 pukul 16.30.