Tentang :
Makna Budaya, Adat dan Nilai Budaya
Disusun Oleh:
Indah Fajri Hilmi
NIM:
18129061
A. Makna Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (Sudrajat, 2015).
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta “Buddhayah”. Kata tersebut
merupakan bentuk jamak dari kata “buddi” yang berarti akal, pikiran atau budi.
Dalam bahasa Sansekerta budaya memiliki arti sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan akal, pikiran atau budi. Sedangkan dalam bahasa Latin, kata budaya berasal
dari kata “colere” artinya mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa
inggris “Culture” artinya budaya.
1. Linton
Budaya adalah semua pengetahuan, pola pikir, perilaku, maupun sikap yang
merupakan kebiasaan dalam masyarakat. Hal ini didapati serta diwariskan oleh para
nenek moyang secara turun temurun.
5. Koentjaraningrat
B. Adat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu
daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan
sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.
C. Nilai Budaya
Dalam bagian awal saya mengemukakan bahwa para antropolog, sosiolog dan
psikolog membedakan budaya dan “kebudayaan”. Menurut mereka, budaya itu dapat
diibaratkan bawang. Lapisan-lapisan luar adalah berbagai “produk” budaya yang
disebutkan di atas dan sikap serta perilaku anggota masyarakat, suku atau bangsa
pemilik budaya tersebut. (Priska, 2013)) Lapisan lapisan yang terdalam adalah
“KEYAKINAN” dan “NILAI-NILAI” yang dipegang teguh oleh semua anggota
masyarakat atau kelompok. Nilai dalam konteks ini tidak ada kaitan dengan angka
atau harga. (Sulasman, 2013). Nilai adalah sebuah sikap, pendirian atau cara yang
diberi nilai tinggi oleh seseorang, sebuah suku, kelompok atau bangsa. Keyakinan dan
Nilaikemudian menjadi dasar atau alasan untuk menghasilkan “produk-produk”
budaya dan untuk bersikap serta berperilaku seperti yang selalu mereka tunjukan. Ini
adalah pemahaman yang lebih tepat
Kemudian, para pakar dan praktisi manajemen di semua negara juga menganut
pemahaman yang sama. Bagi mereka, budaya dalam kontek organisasi dan
manajeman adalah sejumlah “nilai” yang dipegang teguh orang-orang yang ada
dalam organisasi tersebut serta sikap dan perilaku yang mereka tunjukan sehari-hari
terhadap rekan, atasan, bawahan dan orang “luar” yang mereka harus layani.
(Muryati, 2013). Itulah yang kemudian dikenal sebagai “budaya organisasi”. Sebuah
hal yang menarik bahwa anggota POLRI sudah menggunakan slogan “Budayakan
Disiplin Berlalu Lintas”. Kata “budaya” dalam slogan itu tentunya merujuk ke sikap
dan tingkah laku, bukan pada kesenian dan upacara upacara. (Swis, 2014)
“Nilai-nilai Budaya atau Kultural” adalah nilai-nilai yang disepakati oleh
semua anggota masyarakat, suku atau bangsa. Sedangkan yang dimaksud dengan
“Sistem Nilai Kultural” pada dasarnya adalah urutan dari semua nilai yang dipegang
oleh sebuah kelompok, suku atau bangsa berdasarkan derajat penting nilai-nilai
tersebut. Sistem Nilai Individu bisa berbeda tapi bisa juga sama dengan Sistem Nilai
Kultural (Hamka, 2013). Sistem Nilai Kultural suatu bangsa akan berbeda dengan
bangsa lain walaupun bisa ada 1 (satu) atau 2 (dua) nilai yang derajatnya sama.
Perbedaan itu disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain sejarah bangsa dan negara
masing-masing, kondisi geografis, sistem politik, agama yang dominan dan tingkat
pendidikan warganya.
Dibawah ini ada 4 (empat) buah contoh untuk urutan 5 (lima) buah nilai
kultural yang menempati peringkat tertinggi yang saya peroleh dari DR. Elashmawi
pakar komunikasi lintas budaya dari Amerika Serikat. Apa dasar yang digunakan oleh
DR. Farid Elashmawi atau darimana beliau memperolehnya saya tidak sempat
mencatatnya.
1. INDONESIA;
1. Hubungan
2. Keamanan Keluarga
3. Status Sosial
4. Keharmonisan Kelompok
5. Spiritualisme
2. JEPANG
1. Hubungan
2. Keharmonisan Kelompok
3. Keamanan Keluarga
4. Kebebasan
5. Kerjasama
3. JERMAN
1. Prestasi Individu
2. Ketepatan Waktu
3. Kesempurnaan
4. Ketertiban
5. Privasi
4. AMERIKA SERIKAT
1. Kesetaraan
2. Kebebasan
3. Keterbukaan
4. Kemandirian
5. Kerjasama
Hamka, St. (2013). Kearifan Lokal Dalam Arsitektur. Universitas Briwijaya Malang:
Program Pasca Sarjana Arsitektur Lingkungan Binaan.Tidak Di Terbitkan.
Muryati, S. & Srihadi. (2013). Pelestarian Budaya Nasional Melalui Kegiatan Tradisional.
Jurnal. 20 (3), Hlm. 100-113.
Prayogi, R. (2016). Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture