Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan Muatan Lokal

Tentang :
Makna Budaya, Adat dan Nilai Budaya

Disusun Oleh:
Indah Fajri Hilmi

NIM:
18129061

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dra. Hamimah, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Makna Budaya, Adat dan Nilai Budaya

A. Makna Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (Sudrajat, 2015).
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta “Buddhayah”. Kata tersebut
merupakan bentuk jamak dari kata “buddi” yang berarti  akal, pikiran atau budi.
Dalam bahasa Sansekerta budaya memiliki arti sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan akal, pikiran atau budi. Sedangkan dalam bahasa Latin, kata budaya berasal
dari kata “colere” artinya mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa
inggris “Culture” artinya budaya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya diartikan sebagai adat-istiadat,


akal, pikiran, maupun budi. Kata budaya lebih merujuk kepada pola pikir seorang
manusia. Segala hal tersebut berkaitan dengan bahasa atau metode komunikasi,
kebiasaan yang terjadi di lingkungan atau biasa disebut dengan adat- istiadat.

Pengertian Budaya Menurut Para Ahli:

1. Linton

Budaya adalah semua pengetahuan, pola pikir, perilaku, maupun sikap yang
merupakan kebiasaan dalam masyarakat. Hal ini didapati serta diwariskan oleh para
nenek moyang secara turun temurun.

2. Edward Burnett Tylor


Pengertian budaya yang tertuang dalam bukunya “Primmitive Culture”, ialah
keseluruhan yang bersifat kompleks dan rumit dan di dalamnya mengandung ilmu
pengetahuan, moral, kepercayaan, hukum, adat istiadat, dan lain sebagainya.

3. Soemardjan dan Soemardi

Soemardi dan Soemardjan mendefinisikan budaya sebagai seluruh cipta, rasa,


dan hasil karya yang tercipta di lingkungan masyarakat. Berasal dari karya
masyarakat selanjutnya akan menghasilkan kebudayaan, teknologi kebendaan maupun
kebudayaan jasmaniah yang akan digunakan oleh masyarakat untuk mempergunakan
alam sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil juga kekuatan yang dapat
diabadikan untuk keperluan manusia.

4. Kelly dan Kluckhohn

Berdasarkan pendapat Kelly dan Kluckhohn, budaya memiliki arti semua


rencana dan rancangan hidup manusia yang diwujudkan secara historis. Baik rasional
maupun irasional, eksplisit maupun implisit, semua yang ada pada suatu waktu itu
digunakan sebagai pedoman potensial perilaku manusia.

5. Koentjaraningrat

Pengertian budaya menurut Koentjaraningrat ialah semua sistem ide, gagasan,


maupun tindakan serta hasil karya manusia dalam usaha kehidupan bermasyarakat
yang selanjutnya dijadikan klaim manusia dengan metode belajar.

B. Adat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu
daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan
sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.

C. Nilai Budaya
Dalam bagian awal saya mengemukakan bahwa para antropolog, sosiolog dan 
psikolog membedakan budaya  dan “kebudayaan”. Menurut  mereka, budaya itu dapat
diibaratkan bawang. Lapisan-lapisan luar adalah berbagai “produk” budaya yang
disebutkan di atas dan sikap serta perilaku anggota masyarakat, suku atau bangsa
pemilik budaya tersebut. (Priska, 2013)) Lapisan lapisan yang terdalam adalah
“KEYAKINAN” dan “NILAI-NILAI” yang dipegang teguh oleh semua anggota
masyarakat atau kelompok. Nilai dalam konteks ini tidak ada kaitan dengan angka
atau harga. (Sulasman, 2013). Nilai adalah sebuah sikap, pendirian atau cara yang
diberi nilai tinggi oleh seseorang, sebuah suku, kelompok atau bangsa. Keyakinan dan
Nilaikemudian menjadi dasar atau alasan untuk menghasilkan “produk-produk”
budaya dan untuk bersikap serta berperilaku seperti yang selalu mereka tunjukan. Ini
adalah pemahaman yang lebih tepat
Kemudian, para pakar dan praktisi manajemen di semua negara juga menganut
pemahaman yang sama. Bagi mereka, budaya dalam kontek organisasi dan
manajeman adalah sejumlah “nilai” yang dipegang teguh orang-orang  yang ada
dalam organisasi tersebut serta sikap dan perilaku yang mereka  tunjukan sehari-hari
terhadap  rekan, atasan, bawahan dan orang “luar” yang mereka harus layani.
(Muryati, 2013). Itulah yang kemudian dikenal sebagai “budaya organisasi”. Sebuah
hal yang menarik bahwa anggota POLRI sudah menggunakan slogan “Budayakan
Disiplin Berlalu Lintas”. Kata “budaya” dalam slogan itu tentunya merujuk ke sikap
dan tingkah laku, bukan pada kesenian dan upacara upacara. (Swis, 2014)
“Nilai-nilai Budaya atau Kultural” adalah nilai-nilai  yang disepakati oleh
semua anggota masyarakat, suku atau bangsa. Sedangkan yang dimaksud dengan
“Sistem Nilai Kultural” pada dasarnya adalah urutan dari semua nilai yang dipegang
oleh sebuah kelompok, suku atau bangsa berdasarkan derajat penting nilai-nilai
tersebut. Sistem Nilai Individu bisa berbeda tapi bisa juga sama dengan Sistem Nilai
Kultural (Hamka, 2013). Sistem Nilai Kultural suatu bangsa akan berbeda dengan
bangsa lain walaupun bisa  ada 1 (satu) atau 2 (dua) nilai yang derajatnya sama.
Perbedaan itu disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain sejarah bangsa dan negara
masing-masing, kondisi geografis, sistem politik, agama yang dominan dan tingkat
pendidikan warganya.
Dibawah ini ada 4 (empat) buah contoh untuk urutan 5 (lima) buah nilai
kultural yang menempati peringkat  tertinggi yang saya peroleh dari DR. Elashmawi
pakar komunikasi lintas budaya dari Amerika Serikat. Apa dasar yang digunakan oleh
DR. Farid Elashmawi atau darimana beliau memperolehnya saya tidak sempat
mencatatnya.
1. INDONESIA;
1. Hubungan
2. Keamanan Keluarga
3. Status Sosial
4. Keharmonisan Kelompok
5. Spiritualisme

2. JEPANG
1. Hubungan
2. Keharmonisan Kelompok
3. Keamanan Keluarga
4. Kebebasan
5. Kerjasama
3. JERMAN
1. Prestasi Individu
2. Ketepatan Waktu
3. Kesempurnaan
4. Ketertiban
5. Privasi
4. AMERIKA SERIKAT
1. Kesetaraan
2. Kebebasan
3. Keterbukaan
4. Kemandirian
5. Kerjasama

Rincian diatas menunjukan  perbedaan dan persamaan antara dua bangsa


“Barat” yaitu bangsa Amerika Serikat dan Jerman dan juga antara dua bangsa itu
dengan dua bangsa Asia yaitu Jepang dan Indonesia. menampilkan peringkat 
tertinggi 5 buah nilai yang dipilih oleh bangsa Indonesia terlihat satu hal yang
menarik yaitu bahwa STATUS SOSIAL menjadi salah satunya. Itu menjelaskan
tentang perbedaan sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh bangsa kita saat
berinteraksi antar sesama.
Dengan mengetahui bahwa ada perbedaan dalam tata nilai masing-masing ,
tiap bangsa/suku akan paham mengapa bangsa/suku lain mungkin bereaksi (bersikap
atau berperilaku) berbeda ketika dihadapkan pada sebuah situasi yang sebenarnya
sama. Dengan demikian maka seharusnya kesalah pahaman dan konflik tidak perlu
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, St. (2013). Kearifan Lokal Dalam Arsitektur. Universitas Briwijaya Malang:
Program Pasca Sarjana Arsitektur Lingkungan Binaan.Tidak Di Terbitkan.
Muryati, S. & Srihadi. (2013). Pelestarian Budaya Nasional Melalui Kegiatan Tradisional.
Jurnal. 20 (3), Hlm. 100-113.
Prayogi, R. (2016). Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture

Di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Humanika

Vol. 23 No. 1 (2016) Issn 1412-9418


Priska. (2013). Fenomena Sosial Masyarakat Minangkabau Dalam Lirik Lagu Ciptaan
Agus Taher. Jurnal Mahasiswa, Hlm. 1-13. Fbs Universitas Negeri Padang.
Sudrajat, Dkk. (2015). Muatan Nilai-Nilai Karakter Melalui Permainan Tradisional Di Paud
Among Siwi, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Jurnal Jipsindo. 2 (1), Hlm. 4465.
Sulasman & Gumilar, S. (2013). Teoriteori Kebudayaan Dari Teori Hingga Aplikasi
Bandung. Cv Pustaka Setia.
Swis, T. & Novia, N. (2014). Perubahan Adat Perkawinan Suku Sakai Di Pemukiman Buluh
Kasap Kopelapip Kecamatan Mandau. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik,1 (1), Hlm. 1-12.
Syam, J. (2013). Cerita Rakyat Rokan Hulu. Pasir Pengarayan : Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu.

Anda mungkin juga menyukai