Anda di halaman 1dari 5

Berbudaya = Keren

Oleh Kelompok 11 :
1. Sartika (220401500009)
2. Ragil (220401501017)

A. Pendahuluan
1. Pengertian berbudaya
Secara etimologis kata “budaya” atau “culture” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
Latin “colere” yang berarti “mengolah” atau “mengerjakan” sesuatu yang berkaitan dengan
alam (cultivation). Dalam bahasa Indonesia, kata budaya (nominalisasi: kebudayaan) berasal
dari bahasa Sanskerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal).
Penjelasan lain tentang etimologi kata “budaya” yakni sebagai perkembangan dari kata
majemuk “budi daya” yang berarti pemberdayaan budi yang berwujud cipta, karya dan karsa.
Koentjaraningrat (2009) mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa kebudayaan itu memiliki
tiga wujud, yaitu: 1. suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya; 2. suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat; 3. sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, ada di dalam
pikiran masyarakat di mana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Ide-ide dan gagasan manusia
banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu.
Gagasan-gagasan itu selalu berkaitan menjadi sebuah sistem yang disebut sistem budaya
(cultural system). Istilah lain dari wujud ideal ini adalah adat atau adat istiadat. Wujud kedua
disebut sistem sosial (social system), berkaitan dengan tindakan berpola dari manusia itu
sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitasaktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan
dan bergaul antara satu dengan yang lainnya setiap saat menurut pola-pola tertentu
berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik, berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya manusia di masyarakat.
Sumber: Kusherdyana, R. (2020). Pengertian Budaya, Lintas Budaya, dan Teori yang
Melandasi Lintas Budaya. Pemahaman Lintas Budaya SPAR4103/MODUL, 1(1), 1-63.

2. Kaitan antara pendidikan dan budaya


Pendidikan bertujuan untuk membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya
sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup,
baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.
Fungsi pendidikan budaya adalah: 1. Memperkenalkan, memelihara dan
mengembangkan unsur-unsur budaya; 2. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik
untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya bangsa; 3. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan
nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat; dan 4. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. 5.
Menumbuhkembangkan semangat kebudayaan bangsa.
Tujuan pendidikan budaya adalah: 1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif
peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa; 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3. Menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 4.
Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Sumber: Normina, N. (2018). Pendidikan dalam Kebudayaan. ITTIHAD, 15(28), 17-28.

B. Data
1. Keanekaragaman budaya di Indonesia
Keanekaragaman budaya Indonesia berasal dari budaya lokal yang terus tumbuh dan
berkembang di masyarakat. Pengaruh budaya yang berbeda terlihat jelas dan berdampak pada
masyarakat, sehingga menciptakan budaya itu sendiri. Seiring berjalannya waktu,
perkembangan kebudayaan mempunyai peran dan fungsi dalam memperkuat semangat
nasionalisme. Hal ini disebabkan karena budaya lokal membawa nilai-nilai sosial yang perlu
diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik pada
tahun 2010, terdapat lebih dari 300 kelompok etnis atau 1.340 kelompok suku bangsa yang
ada di Indonesia.
Berikut ini merupakan keberagaman budaya yang ada pada bangsa dan negara Indonesia:
1) Agama: Berdasarkan data sensus penduduk 2010, Indonesia memiliki enam agama yang
diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu.
2) Suku Bangsa: Menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia
memiliki lebih dari 1.340 suku bangsa.
3) Bahasa Daerah: Pada tahun 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) menyatakan bahwa Indonesia memiliki 750 bahasa daerah yang
terverifikasi.
4) Rumah Adat Tradisional
5) Upacara Adat
6) Pakaian Adat Tradisional
7) Tarian Adat Tradisional
8) Senjata Tradisional
9) Alat Musik dan Lagu Tradisional
10) Makanan Khas
Indonesia memiliki berbagai jenis rumah adat tradisional, upacara adat, pakaian adat, tarian
adat, senjata tradisional, alat musik dan lagu tradisional serta makanan khas yang berbeda-
beda di setiap daerahnya, sehingga jumlahnya tidak spesifik.
Sumber: https://pasla.jambiprov.go.id/keberagaman-budaya-bangsa-dan-negara-indonesia/

2. Karakteristik generasi Z yang berpengaruh pada budaya dan sikap masyarakat.


Hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh
Generasi Z dan Generasi Milenial. Proporsi Generasi Z sebanyak 27,94 persen dari total
populasi dan Generasi Milenial sebanyak 25,87 persen dari total populasi Indonesia.
Ryan Jenkins (2017) dalam artikelnya berjudul “Four Reasons Generation Z will be the
Most Different Generation” misalnya menyatakan bahwa Gen Z memiliki harapan, preferensi,
dan perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Karakter Gen Z
lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat
kebanyakan.
Artikel "Meet Generation Z: The Second Generation within The Giant Millenial Cohort"
oleh Bruce Tulgan dan RainmakerThinking, Inc. menyajikan lima karakteristik utama dari
Generasi Z (Gen Z) yang membedakannya dari generasi sebelumnya:
1) Media Sosial sebagai Masa Depan: Gen Z tumbuh dengan media sosial, yang
memungkinkan mereka untuk terhubung dengan orang lain secara terus-menerus. Media
sosial berperan sebagai jembatan yang mengatasi keterasingan.
2) Keterhubungan dengan Orang Lain: Bagi Gen Z, keterhubungan dengan orang lain
menjadi hal yang sangat penting.
3) Kesenjangan Keterampilan: Gen Z dapat memiliki kesenjangan keterampilan, dan
mereka perlu mentransfer keterampilan dari generasi sebelumnya, termasuk keterampilan
interpersonal, budaya kerja, dan keterampilan teknis.
4) Keterbatasan Geografis, Tetapi Pola Pikir Global: Meskipun Gen Z terbatas dalam
menjelajah secara geografis, mereka memiliki pola pikir global karena kemampuan untuk
terhubung dengan orang dari berbagai belahan dunia melalui internet.
5) Keterbukaan Terhadap Keragaman: Gen Z cenderung terbuka terhadap berbagai
pandangan dan perbedaan, yang membuat mereka mudah menerima keragaman. Namun,
hal ini juga bisa membuat identitas mereka sulit untuk didefinisikan karena berubah
berdasarkan pengaruh yang mereka alami.
Generasi Z memiliki beberapa karakteristik yang berpengaruh pada budaya dan sikap
masyarakat secara keseluruhan. Karakteristik-karakteristik ini menciptakan budaya yang lebih
terbuka, inklusif, teknologi-orientasi, dan berfokus pada isu-isu sosial dan lingkungan. Budaya
ini kemudian memengaruhi sikap masyarakat secara lebih luas, menggerakkan perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
Sumber: https://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-maknanya-
bagi-pendidikan-kita

C. Masalah atau Fenomena


1. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya berbudaya dalam pendidikan

Kurangnya pemahaman tentang pentingnya berbudaya dalam pendidikan merupakan


masalah yang perlu diperhatikan.
2. Kurangnya apresiasi terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia

Kurangnya apresiasi terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia merupakan masalah


yang perlu diperhatikan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain kurangnya pengetahuan
tentang keberagaman budaya Indonesia, kurangnya kesadaran masyarakat maupun pemerintah
tentang betapa pentingnya memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia sejak dini, dan
minimnya pengajaran tentang kebudayaan Indonesia di sekolah

D. Apa yang Harus Dilakukan?


1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya berbudaya dalam pendidikan
2. Meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia
3. Mendorong pengembangan kurikulum yang memperhatikan keanekaragaman budaya di
Indonesia
E. Tips dan Trik
1. Membaca dan mempelajari budaya dari berbagai daerah di Indonesia
2. Mengikuti kegiatan yang menampilkan budaya seperti pameran budaya, tarian, dan video
tentang budaya.
3. Menulis artikel atau opini tentang keanekaragaman budaya di Indonesia

F. Referensi
1. Kusherdyana, R. (2020). Pengertian Budaya, Lintas Budaya, dan Teori yang Melandasi
Lintas Budaya. Pemahaman Lintas Budaya SPAR4103/MODUL, 1(1), 1-63.
2. Normina, N. (2018). Pendidikan dalam Kebudayaan. ITTIHAD, 15(28), 17-28.
3. https://pasla.jambiprov.go.id/keberagaman-budaya-bangsa-dan-negara-indonesia/
4. https://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-maknanya-
bagi-pendidikan-kita

Anda mungkin juga menyukai