Disusun Oleh :
NIM : 21090000047
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan kedalam kelompok salah satu Negara terbesar di dunia ji
ka dilihat dari aspek luas wilayah dan penduduk. Berdasarkan data yang didapat, b
ahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki 1,86 juta km2
daratan, 3,2 juta km2 lautan, dan 17.604 pulau, serta dihuni oleh 237 juta pendudu
k (sensus penduduk 2010). Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia a
tas kurang lebih 3.000 pulau yang tersebar disuatu daerah ekuator sepanjang kuran
g lebih 3.000 mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan,
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralitas s
ukubangsa di Indonesia. Ketika nenek moyang bangsa Indonesia yang sekarang in
i mula-mula sekali datang secara bergelombang sebagai emigran dari daerah yang
sekarang kita kenal sebagai daerah Tiongkok Selatan pada kira-kira 2.000 tahun se
belum masehi, keadaan geografis serupa itu telah memaksa mereka untuk harus ti
nggal menetap di daerah yang terpisah-pisah satu sama lain.
Tentang berapa jumlah sukubangsa yang sebenarnya ada di Indonesia, ternyata
terdapat berbagai-bagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli ilmu kemasy
arakatan. Hidred Geertz (1981), misalnya, menyebutkan adanya lebih dari 300 suk
ubangsa di Indonesia, masing-masing dengan bahasa dan identitas kultural yang b
erbeda. Skinner, menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa menurut kajian in
duk bahasa dan adat yang tidak sama. Van Vollenhoven (1926), mengemukakan s
ekurangnya ada 19 daerah pemetaan menurut hukum adat yang berlaku walaupun
angka-angka tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan pada puluhan
tahun yang lalu; akan tetapi dengan perkiraaan bahwa angka kelahiran dan angka
kematian selama ini memiliki rata-rata yang sama bagi kebanyakan sukubangsa ya
ng ada di Indonesia, maka angka-angka tersebut di atas barangkali masih dapat me
nggambarkan keadaan masa kini.
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia harus dipandang sebagai sebu
ah kekayaan bukan kemiskinan. Bahwa Indonesia tidak memiliki identitas budaya
yang tunggal bukan berarti tidak memiliki jati diri, namun dengan keanekaragama
n budaya yang ada membuktikan bahwa masyarakat kita memiliki kualitas produk
si budaya yang luar biasa, jika mengacu pada pengertian bahwa kebudayaan adala
h hasil cipta manusia.
Kebudayaan atau budaya menurut Bapak Antropologi Indonesia, Koenjtaranin
grat (1996), adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan bel
ajar. Pengertian tersebut merujuk pada gagasan J. J Honigmann (1973) tentang wu
jud kebudayaan atau disebut juga ‟gejala kebudayaan‟. Honigmann membagi keb
udayan kedalam tiga wujud, yakni kebudayaan dalam wujud ide, pola tindakan da
n artefak atau benda-benda.
Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam pembentukan
nya setiap budaya memunculkan dari masing-masing daerah yang memiliki nilai s
ejarah. Pembentukan budaya Indonesia terlihat sejak masa prasejarah kedatangan
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha dan agama Islam. Kebudayaan atau culture ad
alah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia d
alam perkembangan sejarahnya. Ruth Benedict (1934) melihat kebudayaan sebaga
i pola pikir dan berbuat yang terlihat dalam kehidupan sekelompok manusia dan y
ang membedakannya dengan kelompok lain. Para ahli umumnya sepakat bahwa k
ebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang
dipelajari/learning behavior. Kebudayaan juga dapat dipahami sebagai suatu siste
m ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat lewat proses belajar dan dijadikan a
cuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi masyarakat tersebut (Koentjaranin
grat, 1996). Sedangkan sistem budaya sendiri dapat dikatakan sebagai seperangkat
pengetahuan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, huk
um yang diacu untuk menata, menilai, dan menginterpretasikan benda dan peristi
wa dalam berbagai aspek kehidupannya. Nilai-nilai yang menjadi salah satu unsur
sistem budaya, merupakan konsepsi abstrak yang dianggap baik dan amat bernilai
dalam hidup, yang kemudian menjadi pedoman tertinggi bagi kelakuan dalam suat
u masyarakat.Salah satu bentuk budaya adalah kearifan lokal.
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomoda
si kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup (Kemdikbud, 2016). Sedangkan menuru
t Akhmar dan Syarifudin (2007), kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku
hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup se
cara arif. Secara substansial, kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berlaku dal
am tatanan masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi pedo
man dalam bertingkah-laku sehari-hari suatu masyarakat. Kearifan lokal merupak
an “asset spiritual” atau kebijakan hidup yang mengajarkan masyarakat bagaiman
a harus bersikap. Oleh karenanya meskipun kearifan lokal merupakan hasil produ
k budaya masa lalu namun patut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup b
angsa Indonesia.
Indonesia kaya akan berbagai nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang secar
a turun temurun. Hal ini merupakan modal dasar dalam pembentukan jati diri dan
karakter bangsa. Namun dalam kurun waktu terakhir dapat dirasakan telah terjadi
degradasi moralitas sosial di Indonesia. Terbukti hampir setiap hari di media mass
a seperti televisi dan surat kabar banyak memberitakan terjadinya aksi kriminalitas
tawuran, dan tindak kekerasan. Seolah-olah kekerasan atau anarkisme telah menja
di bagian hidup keseharian bangsa Indonesia. Kondisi ini sangat memprihatinkan
karena bertentangan dengan budaya Indonesia yang sangat menjunjung tinggi ada
b kesopanan dan nilai moral kemanusiaan.
Bangsa Indonesia memiliki banyak nilai-nilai kearifan lokal yang melekat dala
m kehidupan sehari-hari, misalnya kearifan lokal mengajarkan untuk ramah tamah,
gotong royong, sopan, rela berkorban, memiliki etos kerja yang baik, saling meng
hormati, dan toleransi. Namun nampaknya kearifan lokal yang ada tersebut seolah
kurang memiliki peran dan mulai pudar kekuatannya sebagai pedoman kebijakan
hidup bangsa Indonesia. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya agar kearifan loka
l tetap dapat hidup dan berkembang serta mengikuti arus perkembangan global.
Berdasarkan diskusi di atas maka dipandang perlu dilakukan langkah-langkah
agar kearifan lokal tetap dapat hidup dan berkembang serta dapat mengikuti arus p
erkembangan global. Satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah melalui inve
ntarisasi dan analisis kearifan lokal menurut keberagaman budaya yang ada di Ind
onesia. Hal ini penting mengingat sampai saat ini belum pernah ada upaya inventa
risasi dan analisis kearifan lokal secara nasional di Indonesia. Diharapkan hasil in
ventarisasi dan analisis ini dapat dipakai dalam perencanaan, pelaksanaan dan eval
uasi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, mencakup ekono
mi yang bermanfaat, yang secara ekologis tidak merusak dan yang secara budaya
menghormati nilai-nilai kemanusian.
B. Permasalahan
Untuk mengetahui inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari kebera
gaman budaya yang ada di Indonesia. Secara khusus ditujukan untuk melskuksn
inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari keberagaman budaya dalam
wujud :
1) Sistem budaya.
2) Sistem sosial.
3) Kebudayaan fisik.
C. Tujuan
Untuk melakuakn inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari kebera
gaman budaya yang ada di Indonesia. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai ada
lah melakuakn inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari keberagaman
budaya dalam wujud :
4) Sistem budaya.
5) Sistem sosial.
6) Kebudayaan fisik.
D. Manfaat
1. Bagi pemerintah
Diperoleh informasi jenis-jenis kearifan lokal yang ada di Indonesia. Selan
jutnya hasil inventarisasi dan analisis kearifan lokal diharapkan dapat menduk
ung perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan, mencakup ekonomi yang bermanfaat, yang secara ek
ologis tidak merusak dan yang secara budaya menghormati nilainilai kemanusi
aan.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis-jenis kearifan lok
al yang ada di Indonesia. Diharapkan informasi yang diperoleh tersebut berma
nfaat dalam pendidikan dan pembentukan karakter masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbag
ai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka
2. Saran
a. Pemerintah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melakukan ku
njungan ke tempat-tempat bersejarah, misalkan dengan cara mewajibka
n sekolah untuk mengadakan kunjungan ke situs bersejarah minimal 2
kali setahun. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan dan menjaga kelest
arian situs bersejarah.
b. Pemerintah menjaga agar situs bersejarah diinventarisasi dengan baik a
gar tidak dimiliki secara pribadi dan dikomersialkan oleh pihak yang ti
dak bertanggung jawab.
c. Masyarakat lebih terlibat aktif dalam menjaga budaya gotong royong d
an partisipasi dalam pertemuan/rapat di lingkungan.
Daftar Pustaka
Suyadi, S., & Selvi, I. D. (2019). Implementasi Mainan Susun Balok Seimbang
Berbasis Kearifan Lokal Yogyakarta untuk Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 385.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.345
http://tegarhardy.blogspot.com/2015/04/hubungan-kearifan-lokal-dengan_24.html