Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

TEMA : PENTINGNYA WAWASAN NUSANTARA DAN INTEGRASI


NASIONAL BAGI BANGSA INDONESIA

JUDUL : KEBUDAYAAN INDONESIA

Disusun Oleh :

Nama : Shogih Pangestu

NIM : 21090000047

Dosen Pengajar : Dr.H.RUMADI.SE.SH.M.Hum.M.Pd M.Ap

Universitas Merdeka Malang Fakultas Psikologi Tahun


Ajaran 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan kedalam kelompok salah satu Negara terbesar di dunia ji
ka dilihat dari aspek luas wilayah dan penduduk. Berdasarkan data yang didapat, b
ahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki 1,86 juta km2
daratan, 3,2 juta km2 lautan, dan 17.604 pulau, serta dihuni oleh 237 juta pendudu
k (sensus penduduk 2010). Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia a
tas kurang lebih 3.000 pulau yang tersebar disuatu daerah ekuator sepanjang kuran
g lebih 3.000 mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan,
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralitas s
ukubangsa di Indonesia. Ketika nenek moyang bangsa Indonesia yang sekarang in
i mula-mula sekali datang secara bergelombang sebagai emigran dari daerah yang
sekarang kita kenal sebagai daerah Tiongkok Selatan pada kira-kira 2.000 tahun se
belum masehi, keadaan geografis serupa itu telah memaksa mereka untuk harus ti
nggal menetap di daerah yang terpisah-pisah satu sama lain.
Tentang berapa jumlah sukubangsa yang sebenarnya ada di Indonesia, ternyata
terdapat berbagai-bagai pendapat yang tidak sama di antara para ahli ilmu kemasy
arakatan. Hidred Geertz (1981), misalnya, menyebutkan adanya lebih dari 300 suk
ubangsa di Indonesia, masing-masing dengan bahasa dan identitas kultural yang b
erbeda. Skinner, menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa menurut kajian in
duk bahasa dan adat yang tidak sama. Van Vollenhoven (1926), mengemukakan s
ekurangnya ada 19 daerah pemetaan menurut hukum adat yang berlaku walaupun
angka-angka tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan pada puluhan
tahun yang lalu; akan tetapi dengan perkiraaan bahwa angka kelahiran dan angka
kematian selama ini memiliki rata-rata yang sama bagi kebanyakan sukubangsa ya
ng ada di Indonesia, maka angka-angka tersebut di atas barangkali masih dapat me
nggambarkan keadaan masa kini.
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia harus dipandang sebagai sebu
ah kekayaan bukan kemiskinan. Bahwa Indonesia tidak memiliki identitas budaya
yang tunggal bukan berarti tidak memiliki jati diri, namun dengan keanekaragama
n budaya yang ada membuktikan bahwa masyarakat kita memiliki kualitas produk
si budaya yang luar biasa, jika mengacu pada pengertian bahwa kebudayaan adala
h hasil cipta manusia.
Kebudayaan atau budaya menurut Bapak Antropologi Indonesia, Koenjtaranin
grat (1996), adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan bel
ajar. Pengertian tersebut merujuk pada gagasan J. J Honigmann (1973) tentang wu
jud kebudayaan atau disebut juga ‟gejala kebudayaan‟. Honigmann membagi keb
udayan kedalam tiga wujud, yakni kebudayaan dalam wujud ide, pola tindakan da
n artefak atau benda-benda.
Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam pembentukan
nya setiap budaya memunculkan dari masing-masing daerah yang memiliki nilai s
ejarah. Pembentukan budaya Indonesia terlihat sejak masa prasejarah kedatangan
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha dan agama Islam. Kebudayaan atau culture ad
alah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia d
alam perkembangan sejarahnya. Ruth Benedict (1934) melihat kebudayaan sebaga
i pola pikir dan berbuat yang terlihat dalam kehidupan sekelompok manusia dan y
ang membedakannya dengan kelompok lain. Para ahli umumnya sepakat bahwa k
ebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang
dipelajari/learning behavior. Kebudayaan juga dapat dipahami sebagai suatu siste
m ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat lewat proses belajar dan dijadikan a
cuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi masyarakat tersebut (Koentjaranin
grat, 1996). Sedangkan sistem budaya sendiri dapat dikatakan sebagai seperangkat
pengetahuan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, huk
um yang diacu untuk menata, menilai, dan menginterpretasikan benda dan peristi
wa dalam berbagai aspek kehidupannya. Nilai-nilai yang menjadi salah satu unsur
sistem budaya, merupakan konsepsi abstrak yang dianggap baik dan amat bernilai
dalam hidup, yang kemudian menjadi pedoman tertinggi bagi kelakuan dalam suat
u masyarakat.Salah satu bentuk budaya adalah kearifan lokal.
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomoda
si kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup (Kemdikbud, 2016). Sedangkan menuru
t Akhmar dan Syarifudin (2007), kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku
hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup se
cara arif. Secara substansial, kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berlaku dal
am tatanan masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi pedo
man dalam bertingkah-laku sehari-hari suatu masyarakat. Kearifan lokal merupak
an “asset spiritual” atau kebijakan hidup yang mengajarkan masyarakat bagaiman
a harus bersikap. Oleh karenanya meskipun kearifan lokal merupakan hasil produ
k budaya masa lalu namun patut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup b
angsa Indonesia.
Indonesia kaya akan berbagai nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang secar
a turun temurun. Hal ini merupakan modal dasar dalam pembentukan jati diri dan
karakter bangsa. Namun dalam kurun waktu terakhir dapat dirasakan telah terjadi
degradasi moralitas sosial di Indonesia. Terbukti hampir setiap hari di media mass
a seperti televisi dan surat kabar banyak memberitakan terjadinya aksi kriminalitas
tawuran, dan tindak kekerasan. Seolah-olah kekerasan atau anarkisme telah menja
di bagian hidup keseharian bangsa Indonesia. Kondisi ini sangat memprihatinkan
karena bertentangan dengan budaya Indonesia yang sangat menjunjung tinggi ada
b kesopanan dan nilai moral kemanusiaan.
Bangsa Indonesia memiliki banyak nilai-nilai kearifan lokal yang melekat dala
m kehidupan sehari-hari, misalnya kearifan lokal mengajarkan untuk ramah tamah,
gotong royong, sopan, rela berkorban, memiliki etos kerja yang baik, saling meng
hormati, dan toleransi. Namun nampaknya kearifan lokal yang ada tersebut seolah
kurang memiliki peran dan mulai pudar kekuatannya sebagai pedoman kebijakan
hidup bangsa Indonesia. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya agar kearifan loka
l tetap dapat hidup dan berkembang serta mengikuti arus perkembangan global.
Berdasarkan diskusi di atas maka dipandang perlu dilakukan langkah-langkah
agar kearifan lokal tetap dapat hidup dan berkembang serta dapat mengikuti arus p
erkembangan global. Satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah melalui inve
ntarisasi dan analisis kearifan lokal menurut keberagaman budaya yang ada di Ind
onesia. Hal ini penting mengingat sampai saat ini belum pernah ada upaya inventa
risasi dan analisis kearifan lokal secara nasional di Indonesia. Diharapkan hasil in
ventarisasi dan analisis ini dapat dipakai dalam perencanaan, pelaksanaan dan eval
uasi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, mencakup ekono
mi yang bermanfaat, yang secara ekologis tidak merusak dan yang secara budaya
menghormati nilai-nilai kemanusian.
B. Permasalahan
Untuk mengetahui inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari kebera
gaman budaya yang ada di Indonesia. Secara khusus ditujukan untuk melskuksn
inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari keberagaman budaya dalam
wujud :
1) Sistem budaya.
2) Sistem sosial.
3) Kebudayaan fisik.

C. Tujuan
Untuk melakuakn inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari kebera
gaman budaya yang ada di Indonesia. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai ada
lah melakuakn inventarisasi dan analisis kearifan lokal ditinjau dari keberagaman
budaya dalam wujud :
4) Sistem budaya.
5) Sistem sosial.
6) Kebudayaan fisik.

D. Manfaat
1. Bagi pemerintah
Diperoleh informasi jenis-jenis kearifan lokal yang ada di Indonesia. Selan
jutnya hasil inventarisasi dan analisis kearifan lokal diharapkan dapat menduk
ung perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan, mencakup ekonomi yang bermanfaat, yang secara ek
ologis tidak merusak dan yang secara budaya menghormati nilainilai kemanusi
aan.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis-jenis kearifan lok
al yang ada di Indonesia. Diharapkan informasi yang diperoleh tersebut berma
nfaat dalam pendidikan dan pembentukan karakter masyarakat Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Kearifan Lokal, Fungsi dan Ciri-cirinya


Kearifan diambil dari kata arif dalam KBBI yang artinya adalah cerdik, pandai,
paham, bijaksana, berilmu, mengerti dan memahami. Kearifan diartikan sebagai k
ebijaksanaan dan kecendekiaan sebagai sarana pembelajaran bagi setiap individu
untuk menjadi manusia yang pandai, cerdas dan bijak sana. Pada tahap penerapan
kearifan dapat diterapkan pada nilai-nilai dan norma dalam wujud perilaku sesuai
dengan etika (normanorma) dan etiket (sopan-santun) yang diberlakukan di masya
rakat (Soeseno, 1984: 6).
Kearifan lokal itu sendiri adalah bentuk kecerdasan yang dihasilkan masyarak
at kebudayaan tertentu berdasarkan pengalaman yang ditemukan dan dijalani send
iri sehingga menjadi milik bersama oleh kelompok masyarakat tersebut (Rahyono,
2015: 8). Maka definisi dari kearifan lokal Yogyakarta adalah wujud atau bentuk s
ebuah kecerdasan yang dihasilkan berdasarkan pengalaman hidup masyarakat Yog
ya sendiri dan bukan dari pengalaman daerah lain.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai s
trategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal d
alam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam ba
hasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom ata
u pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat local geniou
s Fajarini (2014:123). Berbagai strategi dilakukan oleh masyarakat setempat untuk
menjaga kebudayaannya.
Menurut UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingku
ngan Hidup, kearifan lokal didefinisikan sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dal
am tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingku
ngan hidup secara lestari. Kearifan lokal merupakan suatu filosofi dan pandangan
hidup yang terwujud dalam berbagai bidang kehidupan seperti dalam tata nilai sos
ial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan dan masih banyak lagi tera
pannya, contohnya kearifan lokal yang bertumpu pada keselarasan alam menghasi
lkan pendopo dalam bidang arsitektur Jawa yaitu konsep Pendopo adalah lega, ny
aman dan hemat energi. Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan ol
eh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pe
ngetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan
dari generasi ke generasi. Beberapa pengetahuan tradisional tersebut muncul lewat
cerita-cerita, legenda, nyanyian, ritual, dan juga aturan dan hukum setempat.
Bentuk Kearifan Lokal menurut Jim Ife bahwa kearifan lokal terdiri dari enam
dimensi yaitu :
1. Pengetahuan Lokal.
Setiap masyarakat berada baik di pedesaan maupun di pedesaan selalu memili
ki pengetahuan lokal yang terkait dengan lingkungan hidupnya. Pengetahuan lokal
terkait dengan perubahan dan siklus iklim kemarau dan penghujan, jenis-jenis fau
na dan flora, dan kondisi geografi, demografi, dan sosiografi. Hal ini terjadi karen
a masyarakat mendiami suatu daerah itu cukup lama dan telah mengalami perubah
an sosial yang bervariasi menyebabkan mereka mampu beradaptasi dengan lingku
ngannnya. kemampuan adaptasi ini menjadi bagian dari pengetahuan lokal mereka
dalam menaklukkan alam.
2. Nilai Lokal.
Untuk mengatur kehidupan bersama antara warga masyarakat, maka setiap ma
syarakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokal yang ditaati dan disepakati bersama
oleh seluruh anggotanya. Nilai-nilai ini biasanya mengatur hubungan antara manu
sia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannya. Nilai-n
ilai ini memiliki dimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini dan masa datang, dan n
ilai-nilai ini akan mengalami perubahan sesuai kemajuan masyarakatnya.
3. Keterampilan Lokal.
Kemampuan bertahan hidup (survival) dari setiap masyarakat dapat dipenuhi a
pabila masyarakat memiliki keterampilan lokal. Keterampilan lokal dari yang pali
ng sederhana seperti berburu, meramu, bercocok tanam sampai membuat industri r
umah tangga. Keterampilan lokal ini biasanya hanya cukup dan mampu memenuh
i kebutuhan keluargannya masing-masing atau disebut dengan ekonomi subsisten.
Keterampilan lokal ini juga memiliki keterampilan hidup (life skill), sehingga kete
rampilan ini sangat tergantung pada kondisi geografi dimana masyarakat bertempa
t tinggal.
4. Sumber daya Lokal.
Sumber daya lokal pada umumnya adalah sumber daya alam yaitu sumber day
a yang tak terbaru dan yang dapat diaktifkan. Masyarakat akan menggunakan sum
ber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidak akan mengekpoitasi secara b
esar-besaran atau dikomersilkan. Sumber daya lokal ini sudah dibagi peruntukann
ya seperti hutan, kebun, sumber udara, lahan pertanian, dan penggunaan, Kepemili
kan sumber daya lokal ini biasanya bersifat kolektif atau komunitarian.
5. Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal.
Menurut ahli adat dan budaya sebenarnya setiap masyarakat memiliki pemeri
ntahan lokal sendiri atau disebut pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatu
an hukum yang memerintah warganya untuk bertindak sebagai warga masyarakat.
Masing-masing masyarakat memiliki mekanisme pengambilan keputusan yang be
rbeda –beda. Ada masyarakat yang melakukan secara demokratis atau “duduk sam
a rendah berdiri sama tinggi”. Ada juga masyarakat yang melakukan secara bertin
gkat atau berjenjang naik dan bertangga turun.
Sebagai sistem pengetahuan lokal, kearifan lokal membedakan suatu masyarak
at lokal yang satu dengan masyarakat lokal lainnya. kearifan lokal memiliki manfa
at untuk:
1. Konservasi dan pelestarian sumberdaya alam
2. Mengembangkan sumber daya manusia
3. Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
4. Petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan
Beberapa ciri kearifan lokal antara lain adalah:
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar.
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam buday
a asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya
Fungsi Kearifan Lokal
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.
2. Kearifan lokal bekerja untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3. Sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Lihat sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

2. Budaya dan Keragamannya


Indonesia mempunyai sejarah tertulis yang dimulai sejak abad ke-4 M. Pada d
asarnya, penduduk Indonesia dianggap terdiri dari masyarakat dengan kebudayaan
– kebudayaan sukubangsa lokal yang hanya sedikit berhubungan satu dengan yang
lain. Ketika kepulauan nusantara menjadi satu bagian yang integral dalam perdaga
ngan Asia, dengan rute perdagangan yang merentang dari Asia Barat Daya dan As
ia Selatan ke Tiongkok, dan ketika pada abad ke-4 dan ke-5 rempah-rempah dari k
epulauan Indonesia, seperti merica, cengkeh dan pala, menjadi komoditi penting d
alam ekonomi dunia kuno, keterlibatan dalam perdagangan rempa-rempah mening
katkan mobilitas antarpulau di kalangan penduduk nusantara. Mereka yang tinggal
di daerah-daerah strategis dalam jaringan perdagangan antarapulau, seperti Sulaw
esi Selatan, pantai timur dan barat Pulau Jawa, Sumatra Selatan, Malaka dan Aceh,
kemudian tampaknya menjadi negara-negara atau kerajaan-kerajaan dagang kecil
Keragaman budaya adalah keunikan yang ada dimuka bumi belahan dunia den
gan banyaknya berbagai macam suku bangsa yang ada didunia,begitu juga dengan
keragaman budaya khususnya di Indonesiatidak dapat dipungkiri keberadaannya s
endiri sehingga menghasilkan kebudayaan yang berbeda dari setiap suku bangsa k
hususnya di Indonesia yang berbeda dari hasil kemampuan menciptakan kebudaya
annya sendiri.
Konsep kebudayaan Indonesia dibangun oleh para pendahulu kita. Konsep keb
udayaan Indonesia disini mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan d
ipedomani bersama oleh bangsa Indonesia. Nilai-nilai inilah yang kemudian diang
gap sebagai nilai luhur, sebagai acuan pembangunan Indonesia. Nilai-nilai itu anta
ra lain adalah taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan, harmoni, rukun, disiplin,
harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan, dan kre
atif. Nilai-nilai itu ada dalam sistem budaya etnik yang ada di Indonesia. Nilai-nila
i tersebut dianggap sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah, sebagaimana sifat/
ciri khas kebudayaan suatu bangsa Indonesia.
Masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan dari luar juga mempengaruhi prose
s asimilasi kebudayaan khususnya Indonesia sehingga menambah ragam jenis keb
udayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan tercipta sejak manusia mengenal kehi
dupan,sehingga menghasilkan 7 unsur kebudayaan universal seperti bahasa,sistem
mata pencaharian,sistem pengetahuan,sisitem tekhnologi,sistem kesenian,sistem k
ekerabatan dan religi.
Kebudayaan dibelahan dunia sangat beraneka ragam termasuk salah satunya I
ndonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku bangsa,ras,agama,dan
adat-istiadat sehingga khusus untuk Indonesia saja sudah beraneka ragam kebuday
aannya yang tercipta oleh setiap suku bangsa untuk Indonesia. Begitu juga dengan
sistem pengetahuan akan berisi tentang simbolsimbol pengetahuan yang digunaka
n oleh masyarakat pemiliknya untuk memehami dan menginterpretasikan lingkun
gannya. Maka dapat dilihat dan tidakdipungkiri setiap suku bangsa mempunyai si
mbol–simbol untuk menginterpretasikan lingkungannya.Begitu juga dengan suku
Mandailing yang mempunyai makna simbolis pada Patung Sangkalon dan Naraco
Holing sebagai simbol hukum dan keadilan dalam masyarakat.
Mempelajari konsep dari ‘Kebudayaan’ adalah tidak mudah karena banyak se
kali batasan konsep dari berbagai bahasa, sejarah, sumber bacaan atau literatur bai
k yang berwujud ataupun yang abstrak dari sekelompok orang atau masyarakat. K
ebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa, yang berarti mengolah atau yan
g mengerjakan sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan, sistem ide atau gaga
san yang terdapat dalam pikiran manusia, dalam kehidupan sehari-hari, sifatnya ab
strak. Sedangkan perwujudan lain dari kebudayaan adalah benda-benda yang dicip
takan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-be
nda yang bersifat nyata yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dal
am melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut KBI (2008) keragaman budaya dimaknai sebagai proses, cara atau pe
mbuatan menjadikan banyak macam ragamnya tentang kebudayaan yang berkemb
ang. Dengan kata lain kehidupan bermasyarakat memiliki corak kehidupan yang b
eragam dengan latar belakang kesukuan, agama maupun ras yang berbeda-beda. B
angsa Indonesia adalah bangsa majemuk karena masyarakatnya terdiri dari kelom
pok-kelompok dengan ciri khas kesukuan yang memiliki beragam budaya dengan
latar belakang suku yang berbeda. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk 2010
diketahui bahwa suku Jawa merupakan kelompok suku bangsa terbesar dengan po
pulasi sebanyak 95,2 juta jiwa atau sekitar 40,2 persen dari populasi penduduk Ind
onesia.
Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa pengaru
h kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum masehi. Hind
uisme dan Budhaisme, pada waktu itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas di
Indonesia, serta lebur bersama-sama dengan kebudayaan asli yang telah lama hidu
p. Namun demikian terutama di pulau Jawa dan pulau Bali pengaruh agama Hindu
dan Budha itu tertanam dengan kuatnya sampai saat ini. Cerita seperti Mahabharat
a atau Ramayana sangat populer sampai sekarang, bahkan pada beberapa sukuban
gsa seperti Sunda, Jawa, atau Bali, pengaruh cerita-cerita itu sudah dianggap seba
gai bagian atau ciri dari kebudayaannya; beberapa film Indonesia ternyata banyak
yang berorientasi pada sifat-sifat film India, yaitu antara bernyanyi dan menari; m
usik dangdut yang demikian populer untuk lapisan masyarakat tertentu, bisa dikat
akan berakar dari kebudayaan India. Pengaruh yang paling menonjol dari agama
Hindu bisa ditemukan pada masyarakat Bali, walaupun ada sedikit-sedikit perbeda
an karena tentunya unsur budaya asli masih dipertahankan, namun pengaruh agam
a Hindu tertanam kuat pada kepercayaan masyarakat Bali.
Kedua pengaruh kebudayaan Islam. Pengaruh kebudayaan Islam mulai memas
uki masyatrakat Indonesia sejak abad ke 13, akan tetapi baru benar-benar mengala
mi proses penyebaran yang meluas sepanjang abad ke 15. Pengaruh agama Islam t
erutama memperoleh tanah tempat berpijak yang kokoh di daerah-daerah di mana
pengaruh agama Hindu dan Budha tidak cukup kuat. Di daerah Jawa tengah dan J
awa Timur, dimana pengaruh agama Hindu dan Budha telah tertanam dengan cuk
up kuat, suatu kepercayaan keagamaan yang bersifat sincretic dianut oleh sejumla
h besar penduduk di kedua daerah tersebut, dimana kepercayaan animismedinamis
me bercampur dengan kepercayaan agama Hindu, Budha dan Islam. Pengaruh ref
ormasi agama Islam yang memasuki Indonesia pada permulaan abad ke 17 dan ter
utama pada akhir abad ke 19 itupun tidak berhasil mengubah keadaaan tersebut, k
ecuali memperkuat pengaruh agama Islam di daerah-daerah yang sebelumnya me
mang telah merupakan daerah pengaruh agama Islam. Sementara itu Bali masih te
tap merupakan daerah pengaruh agama Hindu.
Ketiga pengaruh kebudayaan barat. Pengaruh kebudayaan Barat mulai memas
uki masyarakat Indonesia melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan ab
ad ke 16, kedatangan mereka ke tanah Indonesia ini karena tertarik dengan kekaya
an alam berupa rempah-rempah di daerah kepulauan Maluku, rempah-rempah ini
adalah sebagai barang dagangan yang sedang laku keras di Eropa pada saat itu. Ke
giatan misionaris yang menyertai kegiatan perdagangan mereka, dengan segera be
rhasil menanamkan pengaruh agama Katolik di daerah tersebut. Ketika bangsa Bel
anda berhasil mendesak bangsa Portugis untuk meninggalkan Indonesia pada sekit
ar tahun 1600 M, maka pengaruh agama Katolik pun segera digantikan oleh penga
ruh agama Protestan. Namun demikian, sikap bangsa Belanda yang lebih lunak di
dalam soal agama jika dibandingkan dengan bangsa Portugis, telah mengakibatka
n pengaruh agama Proterstan hanya mampu memasuki daerah-daerah yang sebelu
mnyaa tidak cukup kuat dipengaruhi oleh agama Islam dan agama Hindu, sekalipu
n bangsa Belanda berhasil menanamkam kekuasaan politiknya tidak kurang selam
a 350 tahun lamanya di Indonesia.
3. Hubungan Kearifan Lokal dengan Budaya
Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada tingkat lokal
di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan ke
giatan masyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan buda
ya lokal. Kea rif an bud aya lok al send iri ada lah pen get ahu an lok al yan g suda
h sede mik ian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diek
spresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Ke
arifan lokal merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam
mensiasati lingkungan hidup di sekitar mereka. Pengetahuan tersebut muncul lewa
t cerita-cerita, legenda, nyanyian, ritual, atauran atau hukum setempat. Hal ini men
jadikan pengetahuan yang dikembangkan tersbut adalah bagian dari budaya. Kean
ekaragaman budaya yang ada di Indonesia melahirkan berbagai kearifan lokal bag
i tiap daerah. Di dalam kearifan lokal terkandung kearifan budaya lokal. Secara la
ngsung atau tidak langsung, budaya memberikan pengaruh pada pembentukan kea
rifan lokal.
Kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu “buddayah” yang merupaka
n bentuk jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartika
n sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian budaya s
ecara umum adalah hasil, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hid
upnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, huku
m adat dan setiap kebutuhan, dan kebiasaan. Menurut definisi Koentjaraningrat y
ang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan.
Keanekaragaman budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta
merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daer
ah. Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural
sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan penin
gkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengar
uh globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut
menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena wari
san budaya dan nilainilai tradisional tersebut mengandung banyak kearifan lokal y
ang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya dilestarikan, dia
daptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh. Kebudayaan yang mencakup tujuh
unsur, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup
dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Ini mengindik
asikan bahwa kearifan lokal dari budaya Indonesia adalah kompilasi dari budaya-b
udaya etnis, sebuah proses dari kehidupan manusia yang diperoleh dari praktek pe
mbelajaran.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbag
ai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka

Kearifan Lokal dalam sistem sosial tercermin dalam keadaan masyarakat y


ang aman, terpeliharanya kehidupan yang akrab dan penuh gotong royong. Kej
adian perkelahian massal hanya sedikit terjadi, dengan tingkat penyelesaian ya
ng bagus. Mayoritas kejadian perkelahian massal disebabkan karena keramaia
n, serta mayoritas dapat diselesaikan dengan bantuan apparat keamanan sebag
ai penengah. Tingkat keikutsertaan penduduk dalam pertemuan/ rapat masih k
urang, namun partisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan dan gotong royong
sudah bagus.

2. Saran
a. Pemerintah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melakukan ku
njungan ke tempat-tempat bersejarah, misalkan dengan cara mewajibka
n sekolah untuk mengadakan kunjungan ke situs bersejarah minimal 2
kali setahun. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan dan menjaga kelest
arian situs bersejarah.
b. Pemerintah menjaga agar situs bersejarah diinventarisasi dengan baik a
gar tidak dimiliki secara pribadi dan dikomersialkan oleh pihak yang ti
dak bertanggung jawab.
c. Masyarakat lebih terlibat aktif dalam menjaga budaya gotong royong d
an partisipasi dalam pertemuan/rapat di lingkungan.

Daftar Pustaka

Kemendikbud. (2016). Analisis Kearifan Lokal Ditinjau dari Keragaman Budaya.


Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan (PDSPK), 1–67.
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_F9B76ECA-FD28-4D62-
BCAE-E89FEB2D2EDB_.pdf

Masyarakat, P., & Perbatasan, D. I. (2014). Memperkenalkan Budaya Indonesia. 21.

Suyadi, S., & Selvi, I. D. (2019). Implementasi Mainan Susun Balok Seimbang
Berbasis Kearifan Lokal Yogyakarta untuk Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 385.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.345

http://tegarhardy.blogspot.com/2015/04/hubungan-kearifan-lokal-dengan_24.html

Anda mungkin juga menyukai