Anda di halaman 1dari 13

Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari

Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi


2018

PROSES BUDAYA
a) Perspektif Ontologi

Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu


diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurut
Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal
dari bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya
sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.

Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang


membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan
perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian
Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang
tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya,
menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, beberapa


definisi tentang budaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu menurut

Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan


bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 1


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan


artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai


kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.

Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

 Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia,


yang meliputi: a) kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi
benda-benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan
lain-lain. b) Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal
yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya.
 Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan
hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
 Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan.
Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 2


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi,


kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan
sehari-hari.

b) Perspektif Epistemologi

Ide kebudayaan besar timbul dari kebutuhan masyarakat. Walaupun


demikian di dalam pembentukan kebudayaan selalu timbul ketidakcocokan
diantara ide yang satu dengan ide lainnya. Meskipun terjadi ketidaksesuaian
hal ini tidak selalu menjadi besar tanpa adanya konflik dan kekerasan dari
masyarakat yang ingin membentuk suatu kesamaan kebudayaan. Sebagai
konsekuensinya ide-ide kebudayaan selalu saja timbul pada masyarakat
kolektif.
Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun
lingkungan sosial artinyahubungan antara manusia dengan lingkungan
dihubungkan dengan tradisi masyarakat lokal. Terbentuknya kebudayaan
berawal dari timbal balik terhadap keadaan kondisi sosial, ekonomi dan
lainnya. Unsur – unsur kebudayaan yang bersifat universal yang ada di dunia
yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup serta teknologi dan peralatan. Walaupun setiap masyarakat
mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam dan berbeda-beda namun setiap
kebudayaan memiliki tujuan dan makna yang berlaku umum pada semua
kebudayaan dimanapun.
Proses pembudayaan adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan
sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya:
Internalisasi : Merupakan proses pencerapan realitas obyektif dalam
kehidupan manusia
Sosialisasi : Proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia
memperoleh identitas diri serta ketrampilan-ketrampilan sosial.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 3


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan


kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai
sesuatu yang alamiah belaka.
Difusi : Meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga
menjadi satu kebudayaan.
Akulturasi : percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam
percampuran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
Asimilasi : proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.

c) Perspektif Aksiologi

Sebagian besar kebutuhan manusia dan masyarakat dapat dipenuhi oleh


kebudayaan yang bersumber ari masyarakat itu sendiri. Budaya berfungsi
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup
manusia terdiri atas kebutuhan biologis, kebutuhan social, dan kebutuhan
psikologis. Manusia mempunyai berbagai kebutuhan agar dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan.

Selain itu, kebutuhan manusia muncul sebagai upaya manusia untuk


memanfaatkan lingkungan. Kebutuhan manusia akan berbeda sesuai dengan
tempat, waktu, situasi dan kondisi. Kebutuhan di desa aakan berbeda dengan
kebutuhan di kota, kebutuhan pada waktu musim hujan akan berbeda dengan
kebutuhan pada waktu musim kemarau, dan sebagainya.

Budaya memiliki beberapa manfaat diantaranya :

Sebagai Alat Pemersatu Bangsa


Budaya yang dimiliki oleh suatu bangsa memiliki banyak sekali
manfaat positif, salah satu manfaat tersebut adalah sebagai alat pemersatu
bangsa. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali budaya lokal yang
mengakar di suku-suku dan daerah masing-masing masyarakatnya.
Perbedaan budaya tersebut meliputi perbedaan bahasa, baju adat, masakan,
hingga adat istiadat. Namun hal tersebut tidaklah menjadi sebuah jurang

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 4


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

pemisah dari satu suku dengan suku lainnya, hal tersebut malah menjadi
salah satu kekuatan bagi rakyat Indonesia untuk semakin bersatu dan
belajar menghargai perbedaan.
Meskipun budaya suku-suku di Indonesia berbeda-beda namun
budaya Indonesia lah yang menjadi pemersatu. Budaya tersebut meliputi
bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia dan juga adat istiadat yang
masih saling berhubungan dari satu suku dengan suku lainnya.

Sebagai Identitas Bangsa


Salah satu fungsi budaya atau kebudayaan yang berikutnya adalah
untuk memberikan suatu identitas bagi sebuah bangsa di mata
internasional. Sebuah bangsa yang memiliki kebudayaan yang kuat akan
memberikan nilai lebih di mata dunia. Bangsa tersebut akan dianggap
bangsa yang menarik dan pada akhirnya membuat banyak orang menjadi
tertarik untuk mempelajari budaya tersebut.
Budaya sangat berfungsi untuk memberikan identitas bagi suatu
bangsa. Hal itu disebabkan karena budaya selalu bersifat unik dan tidak
akan sama dengan budaya dari bangsa lain. Kebudayaan bangsa jika
dilestarikan dengan baik akan memberikan banyak dampak positif bagi
suatu bangsa.

Menguatkan Sikap Nasionalisme Masyarakat


Manfaat kebudayaan yang berikutnya adalah untuk memperkuat
atau menumbuhkan sikap nasionalisme masyarakat terhadap bangsanya.
Kebudayaan akan memberikan rasa cinta terhadap tanah air yang sangat
kuat. Terlebih jika kebudayaan yang dimiliki sangat menarik dan patut
untuk dilestarikan. Masyarakat akan lebih mencintai bangsanya dengan
begini dunia akan melihat bahwa bangsa tersebut adalah bangsa yang
menarik karena bisa menghargai citra dari bangsanya sendiri.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 5


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

Memperkaya Kebudayaan Nasional


Kebudayaan memiliki beberapa jenis, yakni kebudayaan lokal dan
kebudayaan nasional. Kebudayaan lokal adalah kebudayaan yang dimiliki
oleh suatu suku yang berdiam di daerah tertentu. Sedangkan kebudayaan
nasional adalah kebudayaan suatu negara yang berisi kebudayaan-
kebudayaan lokal yang mencerminkan kebudayaan yang ada di
masyarakat secara keseluruhan.
Semakin banyak kebudayaan lokal yang terpelihara di masyarakat
maka semakin kaya pula kebudayaan nasional yang ada pada negara
tersebut. Oleh karena itu kebudayaan lokal harus senantiasa dijaga agar
kebudayaan nasional semakin kaya dan beranekaragam. Dengan begini
dunia akan melihat bangsa tersebut sebagai bangsa yang menarik dan akan
menjadikan negara tersebut sebagai teladan yang patut dicontoh.

Sebagai Daya Tarik Pariwisata


Manfaat dari kebudayaan yang berikutnya sangat berkaitan erat
dengan kemajuan ekonomi di suatu bangsa. Bangsa yang menghargai dan
memelihara budayanya dengan baik akan mendapatkan sorotan dari mata
dunia sebagai negara yang menarik dan akan menguatkan daya tarik
negara tersebut.
Sektor pariwisata akan menjadi salah satu yang terangkat dengan
terpeliharanya kebudayaan di suatu negara. Banyak sekali para wisatawan
yang tidak hanya ingin menikmati keindahan alam suatu negara namun
juga ingin menikmati budaya dari suatu negara. Melestarikan budaya
secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak
ekonomi yang positif bagi suatu negara, terutama melalui sektor
pariwisata.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 6


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

PROSES BERPIKIR

a) Perspektif Ontologi
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih
dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga
melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan
kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek
tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian
mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami
sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang
dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan,
merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,
menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis
dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada,
menimbang, dan memutuskan. Secara sederhana, berpikir adalah memproses
informasi secara mental atau secara kognitif.
Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan
dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997
dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang
tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam
Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental
baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek
atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan
pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga
pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 7


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2)
berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan
menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan
untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang
memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce mengemukakan bahwa bahwa
dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan
(irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang,
lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian diakhiri
dengan pencapaian suatu keyakinan baru.
Perbedaan dalam cara berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal
nyata dan penting. Perbedaan itu mungkin sebagian disebabkan oleh faktor
pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan
seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan
pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berpikir seseorang di
kemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu pemikirannya (Leavitt,
1978). Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati.
Sehubungan dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir
adalah aktivitas ideasional (Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata,
1995:54). Pada pendapat ini dikemukakan dua kenyataan, yakni: 1. Berpikir
adalah aktivitas; jadi subyek yang berpikir aktif. 2. Aktivitas bersifat
ideasional; jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai
oleh kedua hal itu; berpikir menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.

b) Perspektif Epistemologi

Piaget menciptakan teori bahwa bahwa cara berpikir logis berkembang


secara bertahap, kira-kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun.
Menurut Piaget, cara berpikir anak-anak sama sekali tidak seperti cara berpikir
orang dewasa. Pikiran anak-anak tampaknya diatur berlainan dengan orang

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 8


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

yang lebih besar. Anak-anak kelihatannya memecahkan persoalan pada


tingkatan yang sama sekali berbeda. Perbedaan anak-anak yang lebih kecil dan
lebih besar tidak terlalu berkaitan dengan persoalan bahwa anak yang lebih
besar mempunyai pengetahuan yang lebih banyak, melainkan karena
pengetahuan mereka berbeda jenis, dengan penemuan ini Piaget mulai
mengkaji perkembangan stuktur mental. Berikut tahapan-tahapan
perkembangan menurut Piaget:
1. Tahap sensorimotor

Berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan-tindakan motorik fisik, yang disebut dengan sensorimotor. Pada
permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak
daripada pola-pola refleks.

2. Tahap praoperasional

Berlangsung kira-kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap


ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-
gambar. Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara
informasi sensor dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak
prasekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, menurut Piaget, mereka
masih belum mampu untuk melaksanakan apa yang disebut “operasi”-
tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak
melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.

3. Tahap operasional konkret

Berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak
dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang
spesifik atau konkret. Misalnya, pemikiran operasional konkret tidak dapat
membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelasaikan

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 9


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

suatu permasalahan aljabar, yang terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap
perkembangan ini.

4. Tahap operasional formal

Tampak dari usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak
dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anakanak
remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat
berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua
mereka dengan standard ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan
kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap
apa yang dapat mereka lakukan.

Langkah – Langkah Proses Berfikir

1) Pembentukan Pengertian

Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk


melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:

Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek


tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil
manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya,
manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup, berbudi, berkulit
sawo matang, berambut hitam, dan untuk manusia Eropa, ciri-cirinya:
mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau putih,
bermata biru terbuka.
Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – cirri
mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan
mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak
hakiki.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 10


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak


hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri
yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2) Pembentukan Pendapat
Pembentukan Pendapat yaitu menggabungkan atau memisah beberapa
pengertian menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat
dibedakan menjadi tiga macam:
Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas
menyatakan sesuatu, misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai,
dsb.
Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan
tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak
marah, si Totok tidak bodoh, dsb.
Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang
menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal,
misalnya hari ini mungkin hujan, si Ali mungkin tidak datang, dsb.

3) Pembentukan Keputusan
Pembentukan Keputusan yaitu menggabung-gabungkan pendapat
tersebut. Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat
baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam
keputusan, yaitu:
Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman
duduk dikursi yang panjang, masjid dikota kami disebelah alun-alun,
dsb.
Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami
menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua, dsb.
Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah tidak
baik, bunga itu indah, dsb.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 11


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

4) Pembentukan Kesimpulan
Pembentukan Kesimpulan yaitu menarik keputusan dari
keputusankeputusan yang lain.

c) Perspektif Aksiologi

Berpikir memiliki manfaat ditinjau dari cara berfikir filsafat yaitu sebagai
berikut:

a. Kritis adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan sesuatu (berdialog),


mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, membedakan, membersihkan,
menyisihkan dan menolak, hingga akhirnya di temukan hakikat.
b. Rasional adalah Sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercaya adalah rasio (akal), selalu menggunakan nalar ketika berpikir
atau bertindak atau kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran
untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan
naluri.

c. Logis merupakan Sikap yang digunakan untuk melakukan pembuktian,


berpikir sesuai kenyataan atau kegiatan berpikir yang berjalan menurut
pola, alur dan kerangka tertentu.

d. Konseptual Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman


manusia, menyingkirkan hal-hal khusus, konkrit, individual, sehingga
terbentuk konsep dan teori yang terumuskan secara obyektif, permanen
dan universal.

e. Radikal adalah Berpikir mendalam atau sampai ke akar-akarnya sampai


pada hakikat atau substansi yang dikirkan.
f. Koheren merupakan Berpikir secara konsisten, tidak acak, tidak kacau,
dan tidak fragmentaris, atau sesuai dengan kaidah berpikir logis,
menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada
pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang telah dianggap benar.

g. Sistematis merupakan Pendapatnya saling berhubungan secara teratur dan


terkandung ada maksud dan tujuan tertentu.
h. Komperhensif yang merupakan dari Mencakup atau menyeluruh dalam
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 12


Uraian Tentang Proses Budaya Dan Proses Berpikir Ditinjau Dari
Perspektif Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
2018

i. Spekulatif adalah Cara berpikir sistematis tentang segala yang ada,


memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas
yang berbeda dan beraneka ragam, atau disebut juga upaya mencari dan
menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan
pengalaman.

j. Bebas yaitu Berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terkekang, bebas
dari prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.

SINTIA (A1I115043) | Tugas Individu 1 (FILSAFAT PENDIDIKAN) 13

Anda mungkin juga menyukai