Anda di halaman 1dari 21

BAB 3

PENGARUH BAHASA DAN PENDIDIKAN DI


ERA GLOBALISASI

1. Pengertian Bahasa
Pemahaman Bahasa Bahasa adalah salah satu
alat terpenting yang membuat perbedaan dalam potensi
manusia dan membawa manusia ke puncak tangga
evolusi (Neuliep, 2006).

Para antropolog dan ahli bahasa seperti Edward Sapir


berpendapat bahwa bahasa suatu budaya mempengaruhi
cara orang-orang di suatu wilayah berpikir dan melihat
dunia di sekitar mereka serta melihat lingkungan dan
lingkungannya.

Chaer dan Agustina (1995:14) Fungsi utama bahasa


adalah sebagai alat. komunikasi Hal ini sejalan dengan
apa yang dikatakan Soeparno (1993:5): Fungsi bahasa
secara umum adalah sebagai alat komunikasi
masyarakat. bahasa nasional Ia melihat bahasa sebagai
aktivitas sosial Dalam komunikasi sosial.

Suwarna (2002: 4) Bahasa merupakan alat komunikasi


yang utama. Dalam kehidupan manusia, baik secara
individu, sosial, dan kolektif. Kridalaksana (Aminuddin,
1985: 28-29) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
benda. sistem token yang digunakan komunitas untuk
bekerja sama; Interaksi dan identifikasi diri. Menurut
Effendi (1995:15) hal itu merupakan pengalaman
sehari-hari Berbicara lebih beragam daripada menulis.

Tambah Effendi Menurut (1995:78) keberagaman tutur


berbeda dengan keberagaman tulisan. Peserta
percakapan menggunakan tekanan, nada, dan ritme
untuk mengekspresikan ucapan. Kita mungkin menjeda
atau menyanyikan lagu-lagu khusus untuk memperjelas
arti dan tujuan perkataan kita. Selain itu Kalimat yang
digunakan partisipan tidak selalu merupakan kalimat
yang sama sangat bagus.

Jeans Aitchison (2008: 21) “Bahasa hanyalah sebuah


sistem pola. Sinyal suara dicirikan oleh ketergantungan
struktural, kreativitas, dan gerakan. Dualitas dan
transmisi makna”, bahasa adalah sistem yang diciptakan
dengan cara ini. Sinyal audio telah disetujui oleh
struktur gabungan Ketergantungan, kreativitas,
integrasi, dualitas dan makna bersama.

Demikian pula, Whorf menekankan gagasan bahwa


bahasa masyarakat menentukan perspektif berbeda yang
berkontribusi pada cara berbeda dalam memandang
dunia. Beberapa ahli bahasa percaya bahwa bahasa
masyarakat bersifat “geografis, iklim, kinetik, spasial,
dan terdekat”. Sesuai dengan budaya asal bahasa
tersebut. Saya tahu itu bersifat "non-verbal" Hal ini
ditentukan oleh struktur tata bahasa. Pada masa ini,
berbagai perkataan dan adat istiadat yang berkaitan
dengan bahasa merupakan salah satu wujud
kebudayaan, dan bahasa serta kebudayaan mempunyai
hubungan yang erat. Di sisi lain, bilingualisme
mendefinisikan suatu kelompok budaya dengan
identitas budayanya dan ikatan sosialnya yang paling
kuat. Bahasa memperkaya hubungan pribadi dan
profesional dan memungkinkan orang-orang dari
budaya berbeda untuk berkomunikasi secara efektif.
Sebagian besar kehidupan pribadi dan profesional kita
ditandai dengan kombinasi ide, praktik, dan nilai
berbasis pengetahuan yang memungkinkan kita
memengaruhi norma-norma sosial dan berkontribusi
pada acara-acara lokal dan internasional. Ini adalah alat
penting untuk mengembangkan pendekatan hidup yang
benar. Bahasa menentukan tradisi setiap masyarakat dan
budaya, yang dilandasi oleh berbagai sikap dan
perilaku.

Dari perspektif sosio-kultural, Waters (1995)


mendefinisikan globalisasi sebagai “suatu proses sosial
di mana batas-batas geografis dalam ruang sosial dan
budaya dikurangi dan masyarakat menjadi sadar akan
batas-batasnya”. " Istilah-istilah yang berkaitan dengan
dominasi budaya global telah didefinisikan mencakup
"Westernisasi", "McDonaldisasi", dan "kolonisasi
koka". "Tetapi istilah-istilah ini digunakan ketika
berbicara tentang dunia, dan hanya merupakan masalah
konvensi. Oleh karena itu, istilah ini menimbulkan
banyak kritik terhadap “intervensionisme”. Hal ini
tampaknya tidak menarik dan mengkhawatirkan. Selain
itu, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
internasional tidak mengkomunikasikan kepentingan
ekonomi atau kekuatan politik, namun melalui indikator
nilai, selera dan kebutuhan. Dalam beberapa tahun
terakhir, seiring dengan meluasnya modernitas dan
modernitas, identitas nasional telah berubah seiring
dengan evolusi di tingkat budaya dan struktural. Kajian
tentang kebangsaan dan jati diri bangsa adalah
penelitian saya dan salah satu minat utama saya.
Ekologi sosial telah menjadi ilmu. Kajian-kajian ini
sering kali berfokus pada sifat identitas budaya dan
peran media yang kompleks dan kontradiktif.
Komunikasikan tentang pengembangan dan
rekonstruksi identitas ini.

Dalam pembentukan identitas, bahasa, seperti


halnya bahasa itu sendiri, berperan sebagai alat untuk
mempertahankan identitas budaya. Identitas nasional
merupakan suatu istilah yang menggambarkan
keberagaman pemikiran, perasaan dan perilaku sosial
yang ada pada masyarakat nasional modern. Hal ini
menunjukkan adanya kesamaan pemikiran dan budaya
di setiap negara, dan merupakan sebuah konsep yang
berangkat dari kenyataan bahwa setiap negara dapat
dilihat sebagai individu yang memiliki kesamaan
karakteristik dan unsur dukungan terhadap figur
otoritas. Kata benda mencoba mendeskripsikan aspek
dunia: aspek internal keberadaan individu dan aspek
eksternal yang dapat dipahami melalui kerja sama. kata
sifat.

Kami menyajikan aspek-aspek universal kehidupan


sosial ini dalam konteks spesifik unit sosial yang
dikenal sebagai Negara.

Tujuan artikel ini adalah menganalisis dampak


globalisasi terhadap eksistensi masyarakat Indonesia
sebagai bagian dari jati diri bangsa.

2. Hakekat Nilai-Nilai Budaya Lokal


Nilai adalah sesuatu yang mempunyai nilai,
menyatakan mutu, menyatakan mutu, dan berguna bagi
orang banyak. Yang dimaksud dengan “berharga”
adalah sesuatu yang berguna atau bermanfaat bagi
kehidupan seseorang.
Valor berasal dari bahasa latin yang artinya
berguna, kuat, berguna. Nilai diartikan sebagai apa yang
dianggap baik, berguna, atau adil berdasarkan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Nilai adalah
kualitas sesuatu yang menjadikannya populer,
diinginkan, dicari, dihargai, berguna dan mampu
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi yang
mengalaminya (Adisusilo, 2014: 56).

Menurut Subur (2015:51), nilai adalah sesuatu


yang menyentuh, yaitu sesuatu yang menginspirasi kita
dan menarik. Nilai dapat diartikan benar atau salah, baik
atau buruk, bermanfaat atau bermanfaat, indah atau
jelek, dan sebagainya. Menurut Haryadi dan Irawan
(2016:58), nilai adalah seperangkat aturan sistematis
dalam memilih pilihan dan mencakup nilai evaluasi
yang bermanfaat, baik, diinginkan, dan sebagainya.

Menurut Kurt Baler 2003 (Aryani, 2006:150),


nilai “adalah suatu harga yang berkaitan dengan pola
budaya masyarakat”. Norma dan nilai yang ada dalam
suatu masyarakat menjadi landasan dalam
mengendalikan perilaku para anggotanya. Menurut
Tilaar (2007143), menurut saya, jika kekayaan budaya
dan tradisi tanah air tidak dilestarikan dan
dikembangkan, maka banyak hal penting yang akan
hilang.

Ada tiga gagasan dasar teori ras simbolik.


“Pertama, simbol, mitos, kenangan, tradisi, adat istiadat,
ritual, dan simbol berkontribusi terhadap terciptanya
suatu bangsa. Kedua, berdasarkan informasi di atas.
Simbolisme Unsur simbol nasional, suku, kepercayaan,
mitos, kenangan dan adat istiadat masyarakat yang
terhubung. Simbolisme ketiga negara ini boleh saja
berubah, namun sudah populer jauh sebelum lahirnya
negara baru tersebut. “Karena Indonesia adalah negara
multietnis, maka budaya lokal berperan penting dalam
membangun bangsa yang besar. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengecekan nilai kearifan lokal.

Maryani (2011, 1) menunjukkan rasa memiliki


(sense of action) dan kebanggaan nasional (sense of
superiority).

Pemikiran-pemikiran ini ada di masyarakat,


disadari atau tidak. Hal ini disebabkan karena setiap
masyarakat mempunyai seperangkat nilai sosial dan
norma budaya yang dijadikan sebagai modal sosial.
Sikap dan perilaku tradisional suatu masyarakat
merupakan ekspresi kearifan lokal karena dilandasi oleh
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya (Maryani, 2011).

Menurut Ernawi (2010) arti penting daerah


adalah “…kebenaran tradisional atau abadi suatu
daerah”. “Dalam antropologi, kearifan lokal disebut
juga kearifan lokal (indigenous knowledge, kearifan
lokal) atau local genius yang merupakan landasan
identitas budaya (Kartawinata 2011.ix). Masyarakat
tidak terlepas dari tradisi dan adat istiadat yang
diwariskan secara turun temurun. Oleh karena itu,
tradisi-tradisi yang ada pada masyarakat berakar pada
budaya lokalnya. Yang penting adalah pengaruh nilai-
nilai intelektual daerah karena perannya sebagai bahasa
pemersatu banyak bahasa daerah. Peran pendidikan
lokal adalah:
1. Perlindungan dan konservasi sumber daya alam.
2. Pengembangan sumber daya manusia.
3. Perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Sumber nasehat, keyakinan, nash dan pantangan.
5. Merupakan sarana untuk meningkatkan kohesi
sosial.
6. Dasar-dasar budaya dan tradisi.
7. Aksi Politik.
Kekuatan dunia cenderung melanggar nilai dan
norma masyarakat, dan harus "secara kreatif didasarkan
pada moral dan nilai yang kami yakini benar dan dapat
diverifikasi". “Komunikasi didasarkan pada kepentingan
regional. Karena kami membutuhkan kebijaksanaan
Anda. (Mariani, 2011).

Nilai-nilai budaya populer suatu daerah harus


dianggap sebagai warisan budaya. Mengingat budaya
mempunyai nilai yang besar bagi harga diri dan
martabat bangsa, maka nilai-nilai budaya tersebut harus
diwariskan kepada generasi mendatang. Transmisi dan
transformasi budaya lokal bukan berarti mendorong
sikap etnik dan heteronormatif dalam masyarakat. Kini,
dalam hidup berdampingan dalam negara-bangsa,
etnisitas, identitas budaya, serta kepemilikan dan
kebanggaan budaya telah menjadi ciri khas modernitas
bangsa. (Tilar 2007.15).
Penelitian yang obyektif tidak dapat
memungkiri bahwa tradisi lokal tidak ada kaitannya
dengan kebutuhan dan keinginan kemajuan masa kini.
Dari sudut pandang ini, tampaknya reformasi dan
modifikasi praktik budaya lokal sangat diperlukan. Oleh
karena itu, nilai-nilai yang dianggap tidak efektif harus
ditransformasikan menjadi kekuatan internal yang
mampu menerjemahkan nilai-nilai baru tanpa
mengorbankan nilai-nilai kearifan lokal. Namun, untuk
memastikan bahwa perubahan nilai tidak mengabaikan
atau merugikan nilai-nilai budaya lokal, proses ini harus
didukung oleh pendekatan yang terinformasi, kritis,
kreatif dan reflektif.

3. Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Budaya Lokal


Kearifan daerah merupakan kekayaan khas
daerah, kebudayaan penting yang menentukan
kehidupan warganya. Di Indonesia ditemukan nilai-nilai
intelektual lokal yang menentukan perkembangan
masyarakat. Beberapa contohnya adalah:

(1). Nilai-nilai yang terkandung dalam slogan


“kegembiraan dan kebahagiaan” dapat memotivasi
masyarakat Sunda untuk bekerja keras dan bertindak
sebagai wirausahawan sejati.
(2) Sesuai dengan asas Adek Pangaderen, masyarakat
Wajo menjunjung tinggi dan menjunjung tinggi
supremasi hukum, hak asasi manusia, dan pemerintahan
yang demokratis.

(3) “Oreng Madura ta dan matematika, tableh tako


dan;masyarakat Madura digiring pada kehidupan
nomaden dan bekerja keras.

(4) Sistem subak Bali tidak hanya mentransformasikan


masyarakat Bali menjadi masyarakat yang baik dan
damai, namun juga memungkinkan pengelolaan
ekonomi dan sistem pertanian.

(5) Prosedur Di Maluku disebut ``Tala Papua dan Di


Jawa, hal ini tidak hanya merupakan peluang besar
untuk melindungi lingkungan, tetapi juga menjamin
hubungan baik antar manusia. Mendorong
keseimbangan terhadap lingkungan, kehidupan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara hati-hati
(Endaswara, 2012: 1).
Di sini, kebudayaan bukan hanya pengetahuan
ekologis, tetapi juga pengetahuan sosial, politik, budaya,
dan ekonomi. Kecerdasan lokal, pengetahuan lokal,
merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan
akal (pengetahuan) untuk menyikapi suatu hal, benda,
atau peristiwa yang terjadi di suatu tempat.
Kebijaksanaan sering disebut dengan
“pikiran/kebijaksanaan”. Gagasan pokok di sini adalah
penggunaan pikiran yang menyebabkan seseorang
bertindak dan bertindak berdasarkan penilaiannya
terhadap sesuatu, benda, atau peristiwa yang terjadi.
Ada banyak cara dan sarana pendidikan. Pentingnya
pendidikan dalam sistem dan kebijakan nasional
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.

Undang-undang ini menetapkan bahwa tujuan


pendidikan nasional adalah tujuan pembangunan
pribadi, sosial, dan nasional. Dalam undang-undang ini,
pengetahuan dapat dimaknai dalam konteks organisasi
atau organisasi, serta dapat dianggap multitafsir dan
multidimensi, meliputi aspek psikologis, sosial budaya,
politik, dan filosofis.

Menurut Al Wasilah (2009.15), ada tiga


pandangan mengenai pentingnya pendidikan. Pertama,
pencerahan adalah lembaga yang membantu masyarakat
mencapai impian dan cita-citanya. Kedua, pendidikan
merupakan bidang pengembangan intelektual manusia
yang merangsang kesadaran intelektual, sosial, dan
spiritual.

Pandangan ketiga tentang kecerdasan adalah


proses menciptakan dan memelihara perilaku tertentu
agar bermakna bagi diri sendiri dan orang lain. Jika kita
ingin pendidikan menjadi sarana pertukaran dan
perubahan budaya, maka sangat penting keterlibatan
budaya dalam pendidikan. Menurut Al-Wasira
(2009.26), “Jika potensi budaya ini menjadi bagian
penting dalam pendidikan nasional, maka harapan
menjadi bangsa yang sejati akan cepat terwujud. Hal ini
menggerogoti dan menghilangkan kekuatan budaya dan
tradisi lokal dan nasional yang telah membentuk
kehidupan dan karakter bangsa dari generasi ke
generasi. Oleh karena itu pendidikan dan penyuluhan
mengenai budaya lokal harus sangat tepat.

Tilaar (2007.155) “Pendidikan nasional


merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran nasional. Sebab,
mengakibatkan bangsa tanpa jati diri dan perkembangan
psikologis. Dari sudut pandang kemanusiaan,
pendidikan nasional harus fokus pada kesempatan
belajar berdasarkan pengetahuan lokal. (Pendidikan
Kewarganegaraan) Menurut Olim dkk (2007, 275):
“Gaya belajar pribumi adalah pendekatan dan strategi
yang dikuasai.” Pengetahuan dan keterampilan tumbuh
dan berkembang dalam suatu organisasi, dan
pendekatan serta strategi untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan tumbuh dan berkembang
dalam organisasi. Menurut Ayatolohaedi (1986),
perilaku belajar merupakan kumpulan pengetahuan
lokal tentang dunia sekitar. “Dengan demikian,
kebudayaan merupakan produk keseluruhan dari
kebijaksanaan manusia, dan telah diakui sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari hidup berdampingan dan
pergerakan masyarakat yang dinamis. Perkembangan
kebudayaan dan pembangunan sosial. inovasi Tentunya
seluruh daerah dan daerah di Indonesia mempunyai
kekayaan budaya, jika dicantumkan maka akan menjadi
kekayaan nasional. Karena Indonesia merupakan negara
besar dan beragam dengan banyak suku dan budaya.
Dapat diasumsikan bahwa setiap suku memiliki nilai
filosofisnya masing-masing. Nilai kearifan lokal
masyarakat dalam konteks pendidikan adalah:

(1) Berdasarkan pengalaman,

(2) Digunakan dan diuji selama berabad-abad,

(3) Menyesuaikan dengan kondisi saat ini,

(4) Rutinitas sehari-hari dan institusi keseharian


masyarakat.
(5) sering dilakukan oleh individu dan komunitas secara
keseluruhan,

(6) bersifat dinamis dan selalu berubah, dan

(7) berkaitan erat dengan sistem kepercayaan. (Al


Wasila, 2009.51)

Sebagaimana dibahas di atas dan Ayatolohaedi


(1986.40), nilai-nilai filosofis dan ciri budaya lokal
mempunyai keunggulan tersendiri. Dengan kata lain, (1)
dimungkinkannya menerima budaya asing dan (2)
mengintegrasikan budaya asing ke dalam masyarakat.
Memperkuat strategi belajar mengajar di sekolah negeri
untuk mengintegrasikan praktik budaya asli di
masyarakat. Kebudayaan, (4) kemampuan
mengendalikan perkembangan kebudayaan dan (5)
memberikan peluang bagi pengembangan kebudayaan.
Dengan mengacu pada konsep-konsep yang berbeda
tersebut, kami menekankan pembelajaran berbasis
kearifan lokal (indigenous learning) pada IPS, dan
mengembangkannya sebagai model pembelajaran untuk
mengembangkan dan memperkaya strategi belajar
mengajar di pusat-pusat pendidikan. Oleh karena itu,
pembelajaran warga dapat mencapai tujuan yang
bermanfaat.

Menurut Olim dkk. (2007.275) berbasis pada


kearifan lokal. Lima aspek pembelajaran
kewarganegaraan harus diperhatikan: penekanan pada
(1) pembelajaran melalui observasi dan peniruan, (2)
pembelajaran melalui pengalaman sehari-hari (dari
pengalaman kehidupan nyata), (3) pembelajaran melalui
eksperimen dan contoh, dan (4) pembelajaran langsung.
pada pembelajaran. keterampilan -kegiatan khusus, (5)
penekanan pada orang dan hubungan.

Aspek pertama, pembelajaran budaya lokal


tidak dilakukan secara lisan, namun menitik beratkan
pada dunia pengalaman melalui pengamatan dan
peniruan.
Keduanya hendaknya didasarkan pada
pengalaman alam dan pengalaman sehari-hari
(pengalaman hidup).

Ketiga, ketika mempelajari nilai-nilai budaya


lokal, penekanan harus diberikan pada pembelajaran
demokratis, yang memberikan kesempatan kepada anak-
anak untuk berlatih dan bereksperimen dengan dunia di
sekitar mereka.

Keempat, pembelajaran harus mencakup


kesempatan untuk mengeksplorasi keterampilan motorik
dan fokus pada aspek spesifik dari praktik budaya lokal.
Terakhir, pembelajaran yang berbasis nilai-nilai budaya
lokal hendaknya selalu menitikberatkan pada nilai-nilai,
komunikasi dan hubungan yang mendasari nilai-nilai
kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adela Ogya Gavrila 2022 : Analasis Pengaruh


Globalisasi Terhadap Eksistensi Bahasa
Indonesia Sebagai Unsur Identitas Nasional
Fellows, R., & Liu, A. (2008). Research methods for
construction. Chichester, West Sussex: Wiley
Blackwell.
Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representation
and Signifying practices. London: The Open
University/Sage.
Hermawan, A. (2018). Sebuah Upaya Mempertahankan
Identitas Nasional: Pelestarian Indegenous
Knowledge melalui Pengembangan Teknologi
pada Perpustakaan Nasional. Pustabiblia:
Journal of Library and Information Science,
2(2), 277. https://doi.org/10.18326/pustabiblia.v
2i2.277-295
Kurniawan, K. (2015). Penutur Bahasa Dan Identitas
Geografis. Diksi, 9(4).
https://doi.org/10.21831/diksi.v9i4.7096
López C., C. (2014). Language is the Soul of the
Nation: Language, Education, Identity, and
National Unity in Malaysia. Journal of
Language, Identity & Education, 13(3), 217–
223. https://doi.org/10.1080/15348458.201
4.919812
Najib, M. N. (2020). Kembalinya Politik Identitas dan
Identitas Nasional. Muqoddima Jurnal
Pemikiran Dan Riset Sosiologi, 1(2), 231–234.
https://doi.org/10.47776//mjprs.001.02.09
Lin Wariin Basyari. 2013. Menanamkan Identitas
Kebangsaan Melalui Pendidikan Berbasis
Nilai-Nilai Budaya Lokal Edunomic : Hal 112-
118
Aryani,I,K. (2006). Pendidikan Nilai dan Moral.
Purwakarta, Karya Swadaya Mandiri.
Ayatrohaedi, (1986). Kepribadian Budaya Bangsa,
Jakarta, Pustaka Jaya.
Giddens, A. (1990). The Consequences of
Modernity.Cambridge: Polity Press.
Jones.P, (2009). Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori
Fungsionalisme hingga Post-Modernisme,
(terjemahan), Jakarta, Yayasan Obor.
Maryani,E. (2011). Kearifan Lokal Sebagai Sumber
Pembelajaran IPS dan Keunggulan Karakter
Bangsa. Bandung: Makalah Pada Konvensi
Pendidikan Nasional IPS (KONASPIPSI).
Naoum, S. G. (2007). Dissertation research and writing
for construction students. London: Routledge.
Neuliep, J. W. (2006). Intercultural communication: a
contextual approach. Thousand Oaks,
California: Sage Publications, Ltd.
Santoso, B. (2017). Bahasa Dan Identitas Budaya.
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 1(1), 44.
https://doi.org/10.14710/sabda.v1i1.1 3266
Olim. A. et, al. (2007), Teori Antropologi Pendidikan,
‘Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung,
Pedagogiana Press.
Ritzer,G. dan Goodman,D.J. (2003). Teori Sosiologi
Modern. (ed. ke-6).Jakarta: Prenada Media.
(alih bahasa Alimandan).
Sedyawati,E. (2008). KeIndosesian Dalam Budaya:
Buku 2 Dialog Budaya Nasional dan Etnik
Peranan Industri Budaya dan Media Massa
Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis’.
Jakarta: Wedatama Widya Sastra

Anda mungkin juga menyukai