Anda di halaman 1dari 5

Nama : I Made Gede Widi Pramana

Npm : 1733121397
Kelas : D8

Komunikasi lintas budaya


Komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk saling
berbagi informasi di berbagai budaya dan kelompok sosial. Hal ini digunakan untuk
menggambarkan berbagai proses komunikasi dan masalah-masalah yang secara alami muncul
dalam suatu organisasi atau konteks sosial yang terdiri dari individu-individu dari berbagai
agama, sosial, etnis, dan latar belakang pendidikan. Komunikasi lintas budaya  secara
sinonim kadang kadang digunakan dengan komunikasi antar-budaya. Dalam hal ini berusaha
untuk memahami bagaimana orang-orang dari negara dan tindakan budaya yang
berbeda, berkomunikasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Banyak orang di komunikasi
bisnis lintas budaya yang berpendapat bahwa budaya menentukan bagaimana orang menyandi
pesan, apa yang sedang mereka pilih untuk transmisi mereka, dan cara pesan ditafsirkan.
Berkenaan dengan komunikasi lintas budaya yang tepat, dengan mempelajari situasi di
mana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda saling berinteraksi. Selain bahasa,
komunikasi lintas budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir, dan budaya dari kelompok-
kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga melibatkan pemahaman budaya yang
berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari negara-negara lain. Komunikasi lintas budaya
berperan dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, studi budaya, linguistik, psikologi dan ilmu
komunikasi. Komunikasi lintas budaya ini juga disebut sebagai dasar untuk bisnis internasional.
Ada beberapa penyedia layanan dari lintas-budaya yang dapat membantu pengembangan
keterampilan komunikasi lintas budaya itu sendiri. Penelitian ini merupakan bagian utama dari
perkembangan ketrampilan dari komunikasi lintas budaya.
3.1 Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya adalah salah satu pelajaran yang sangat penting bagi seseorang
karena jika komunikasi seseorang kurang maka bagaimana seseorang  bisa mengetahui cara
berinteraksi dengan orang lain , bagaimana kebudayaan mereka dan adat istiadat mereka dan
seseorang juga dapat belajar bagaiamana berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain
lebih baik, mengingat kembali esesiensi komunikasi manusia komunikasi itu proses
dinamika,komunikasi itu symbol, komunikasi juga bagian dari sebuah sistem besar seperti
setting,lokasi,acara,waktu dan jumlah yang terlibat. Komunikasi juga dapat meningkatkan
pembuatan/pengertian rujukan pelakunya, komunikasi  juga sebagai refleksi ,selalu mempunyai
konsekuensi dan kompleks.
Alasan mempelajari komunikasi lintas budaya menurut Litvin (1977),litvin menjelaskan bahwa
dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat
diperlukan , semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya
tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda, niali-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai
masyarakata lainnya, setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilainya sendiri,
pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan
memahami nilai-nilai budaya lain dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk
berhubungan dengan orang lain ,memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan,
aspirasi ,perasaan, dan masalah manusia. 
Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang
memerlukan keberanian dan kepekaan .keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh
memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi
manusia kepandang monikultural. Perbedaa-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan
penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut arbitrer tidaklah
menyusahkan atau memudahkan, situasi-situasi komunikasi antarbudaya tidaklah statik dan buka
pula stereotip. 
Karena, seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi dalam konteks ini
kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuat siap untuk berperan serta dalam
menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.
Itulah mengapa komunikasi lintas budaya sangat penting bagi seseorang untuk membantu
mengetahui apa yang tidak pernah mereka ketahui. karena, tanpa adanya pengetahuan tentang
komunikasi lintas budaya seseorang sangat sulit berinteraksi dan bekerjasama memahami apa
keinginan dan maksud tujuan orang lain.
3.2 Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya
Budaya adalah symbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang
dimiliki bersama. Budaya juga diartikan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap, dan prilaku
sekelompok orang. Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana
seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Mereka bertindak cendrung dengan
cara yang serupa sesuai asumsi yang dianut.
Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragam dan berbeda.
Kelompok budaya utama terdiri atas beberapa kelompok budaya yang cenderung homogen.
Kelompok budaya yang cenderung homogen yang ada dalam suatu budaya utama disebut
subbudaya. Misalnya, budaya Indonesia terdiri atas berbagai subbudaya etnik jawa, sunda, bali,
dayak dll. Selain itu, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria
sebagai subbudaya, tetapi memiliki ciri-ciri yang mencolok.
3.2.1 mengenali perbedaan budaya
Setiap negara memiliki budaya sendiri yang berbeda pemahaman terhadap budaya dan
perbedaanya menjadikan bahan yg sangat berharga ketika menjalin suatu kerjasama. Pada
dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi
terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan
tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi
lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Pada gilirannya kelompok atau ras tersebut tidak
menyadari dari mana asal warisan kebijaksanaan tersebut. Generasi-generasi berikutnya
terkondisikan untuk menerima kebenaran-kebenaran tersebut tentang kehidupan di sekitar
mereka, pantangan-pantangan dan nilai-nilai tertentu ditetapkan dan melalui banyak cara orang-
orang menerima penjelasan tentang perilaku ” yang dapat diterima ” untuk hidup dalam
masyarakat tersebut. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia.
1. Definisi Budaya
a. Menurut Lehman, Himstreet dan Batty, budaya sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang
ada dalam masyarakat mereka sendiri.
b. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang
membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.
c. Menurut Bovee dan Thill, Budaya adalah sistem sharing atas symbol-simbol, kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.

2. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen
utamanya, yaitu nilai-nilai, norma-norma, symbol-simbol, bahasa, dan pengetahuan.
Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain; bahasa, kepercayaan/keyakinan,
sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial.
Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu:
• Budaya Material (material culture), dibedakan dalam dua bagian yaitu teknologi dan ekonomi.
Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk
material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. Sedangkan
ekonomi dimaksudkan suatu cara orang menggunakan segala kemampuannya untuk
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
• Organisasi sosial (social institution), dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan
dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan
mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat
diterima oleh generasi berikutnya.
• Sistem kepercayaan atau keyakian (belief sistem) yang dianut oleh suatu masyarakat akan
berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut.
• Estetika (aesthetics), nilai nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran
tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara
efektif.
• Bahasa (language), adalah suatu cara yang digunakn seseorang dalam mengungkapkan sesuatu
melalui symbol-simbol tertentu kepada orang lain.
3. Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu:
a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh
suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu
bersifat formal atau resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk
budaya tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari
dulu hingga sekarang.
b. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke
generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan, tanpa
diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
c. Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting. Terdapat suatu
penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan.
Pada tingkatan formal pembelajaran dalam budaya mencakup pembelajaran pola perilakunya,
sedangkan pada tingkatan teknis, aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat.

3.2.2 Menghadapi Hambatan Bahasa


Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling lazim dipergunakan dalam bisnis internasional.
Namun begitu, merupakan kesalahan bila menganggap semua orang memahaminya. Setelah
bahasa Inggris, Spanyol secara mencolok merupakan bahasa yang paling banyak digunakan,
menyusul bahasa Perancis, Jerman, Italia, dan Cina. Proses perpindahan penduduk bisa
menyebabkan suatu bahasa digunakan di Negara lain. Misalnya, penduduk New Mexico lebih
banyak menggunakan bahasa Spanyol. Di Michigan (AS) banyak penduduk yang berbahasa
Arab, dan penduduk Singapura banyak menggunakan bahasa mandarin. Dalam komunikasi lintas
bahasa, pesan yang disampaikan banyak dikacaukan oleh bahasa idiom (ungkapan), gaul (slang),
dan aksen setempat.
bahasa tidak diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain atas dasar kata-kata. Bahasa bersifat
idiomatik, yang artinya disusun dengan ungkapan dan pengelompokkan kata yang dapat
bertentangan dengan pola umum dari kerangka bahasa itu dan dapat memiliki arti yang jauh
berbeda dari komponen individual apabila diterjemahkan secara harfiah. Misalnya, slogan pepsi
yang berbunyi “come alive with Pepsi”  (hidup ceria dengan pepsi) diterjemahkan oleh orang
Jerman dengan “come out of the grave” (keluar dari kuburan) dan oleh orang Thailand sebagai
“bring your ancestor back from the dead”  (membangkitkan kembali nenek moyang).
Jika seseorang dari Inggris berbicara dengan rekan bisnisnya dari Indonesia dengan Bahasa
Inggris, mungkin akan terjadi kesulitan karena perbedaan pengucapan dan aksen. Sekelompok
karyawan Toyota Jepang yang dipindahkan ke AS mengikuti kelas khusus untuk belajar
mengatakan “jet yet?” yang berarti “did you eat yet?”  dan “cannahepya”  yang berarti ”can i
help you?”.  Perbedaan dalam lafal, perubahan vokal, dan kosakata dapat menimbulkan masalah
dalam komunikasi lintas budaya.
3.3 Menghadapi Reaksi Etnosentris
Etnosentrisme adalah kecendrungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
tingkah laku, dan tradisi kelomppok sendiri serta memandang kelompok lain lebih rendah. Untuk
menghindari reaksi etnosentris, dapat dipergunakan beberapa cara berikut :
1)      Menerapkan asas kesamaan
Tidak ada budaya inferior dan tidak ada budaya superior. Selain itu, tidak ada budaya yang salah
dan tidak ada budaya yang paling benar. Pelaku komunikasi harus menghargai budaya dari pihak
lain dan menerapkan budaya sendiri untuk kelompok sendiri.
2)      Menerapkan kaidah emas
Kaidah emas adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Cara itu
relatif mudah dilakukan karena tidak perlu dilakukan pemahaman terhdap nilai-nilai yang dianut
orang lain.
3)      Menerapkan kaidah timah
Kaidah timah adalah memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan diri
mereka sendiri. Caara itu relatif lebih sulit dari kaidah emas karena harus memahami nilai-nilai
yang dianut oleh orang lain.

3.4 Contoh Riil Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi dalam perdagangan Internasional


Salah satu contoh komunikasi lintas budaya dalam dunia bisnis adalah hubungan  perdagangan
antara Jepang dan Indonesia. Jepang dan Indonesia sudah sejak lama melakukan kerjasama dan
menjadi mitra dalam hal ekspor dan impor. Indonesia mengimpor barang dari Jepang meliputi
mesin-mesin, perlengkapan listrik, alat elektronik, alat transportasi, dan masing banyak lagi.
Sedangkan barang yang diekspor Indonesia ke Jepang diantaranya hasil tambang, gas alam cair,
batu bara, produk tekstil, dan produk lain seperti hasil bumi. Dalam hubungan perdagangan ini,
tentu masing-masing pihak memerlukan kemampuan dalam konteks komunikasi lintas budaya
dalam dunia bisnis, seperti negosiasi, tawar-menawar, dan semacamnya.

Anda mungkin juga menyukai