Anda di halaman 1dari 8

Nama Anggota Kelompok :

Vanesa Elmanaja 152210137

Selvania Diaz 152210078

Arnaz Wiratama 152200154

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Latar Belakang

Perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut manusia harus berinteraksi dengan
pihak lain yang menuju kearah global, sehingga tidak memiliki lagi batas-batas sebagai akibat
dari perkembangan teknologi. Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-
situasi baru dengan keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi dan interaksi
harus berjalan antara satu dengan yang lainnya. Dalam berkomunikasi dengan konteks
keberagaman kebudayaan sering kali menemui masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat
memicu terjadinya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai
atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada hal syarat untuk terjalinya hubungan itu
tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan
lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian
dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu
mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal
dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.

Makna Komunikasi, Bisnis, dan Budaya.

Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Para ahli mendefinisikan komunikasi
dengan berbeda-beda. Menurut ilmuwan politik Amerika Serikat sekaligus pencetus teori
komunikasi, Harold Lasswell, komunikasi adalah suatu proses menjelaskan siapa mengatakan
apa dengan saluran apa kepada siapa (who says what in which channel to whom and with what
effect). Sementara itu, menurut webster New Collogiate Dictionary, komunikasi adalah suatu
proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda
atau tingkah laku.

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya juga merupakan suatu
pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Seseorang bisa
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.

Pengertian Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun organisasi yang
melibatkan proses pembuatan, pembelian, penjualan, atau pertukaran barang maupun jasa
dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan. Istilah bisnis berasal dari bahasa Inggris,
yaitu “business” yang artinya “kesibukan”. Kesibukan ini bertujuan untuk melakukan aktivitas
dalam rangka mendapatkan laba. Berdasarkan ruang lingkupnya, penggunaan istilah bisnis
dibedakan menjadi tiga pengertian berikut ini.
 Menurut L.R. Dickese Bisnis adalah aktivitas yang memiliki tujuan utama untuk
mendapatkan keuntungan bagi yang menjalankannya atau yang berkepentingan.
 Menurut Mc Naughton Bisnis adalah pertukaran barang, uang, atau jasa untuk
mendapatkan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat.

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Beberapa defenisi komunikasi lintas budaya yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi (1993:7-
8) berdasarkan pendapat para ahli antara lain:
a. Menurut Sitaram (1970) komunikasi lintas budaya adalah seni untuk memahami dan saling
pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.

b. Menurut Samovar dan Poter (1972) komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang
terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman
yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman,
pengetahuan, dan nilai.

c. Menurut Rich (1974) komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang berbeda
kebudayaan. d. Menurut Stewart(1974) komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah
suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan.

e. Menurut Carley H. Dood (1982) komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda.

f. Menurut Young Yun Kim (1984) komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang
merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik 7 secara langsung maupun tak
tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan
kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antar
budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai
persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi,
tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu-individu atau
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi. Selain
itu, konsep komunikasi dan kebudayaan memiliki keterkaitan antar keduanya. Hal tersebut dapat
dibuktikan berdasarkan:

1. Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok
kebudayaan khusus tertentu.

2. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya dimungkinkan
berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.

Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara


komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut:
1. Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki
bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan 10 komunikasi, sedangkan
komunikasi memerlukan kode-kode dan lambanglambang yang harus dipelajari dan dimiliki
bersama.

2. Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menentukan.

3. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktifitas komunikasi para individu


anggotanya.

4. Secara kolektif prilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita (kebudayaan) yang
mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat menjadi bagian dari unit.

Maka jelas bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan yang sangat erat.
Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk menciptakan bahasa simbolik, tidak
dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai-nilai, aturan-aturan dan tata,
yang memberi batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan, organisasi-organisasi dan
masyarakat yang terus berlangsung. Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk
mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, serta dari satu
tempat ke tempat lainnya. Komunikasi juga merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar dan menyesuaikan diri dengan subbudayasubbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing
yang dihadapinya. Tepat kiranya jika dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk,
ditransmisikan daan dipelajari melalui komunikasi. Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku,
kerangka acuan dari individuindividu sebahagian terbesar merupakan hasil penyesuaina diri
dengan cara- cara 11 khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem sosial dimana mereka berada.
Kebudayaan tidak saja menentukan siapa dapat berbicara dengan siapa, mengenai apa dan
bagaimana komunikasi sebagainya berlangsung, tetapi juga menentukan cara mengkode atau
menyandi pesan atau makna yang dilekatkan pada pesan dan dalam kondisi bagaimana macam-
macam pesan dapat dikirimkan dan ditafsirkan. Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi
individu terutama tergantung pada kebudayaanya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan
pondasi atau landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktek-
praktek komunikasi yang berbeda pula.
Prinsip-prinsip Komunikasi Lintas Budaya sebagai berikut :

1. Relativitas Bahasa : Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku
paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan
disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses
kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik
semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan
berpikir tentang dunia.

2. Bahasa sebagai cermin budaya : Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan
budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat
nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan
komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya,
lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan
salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

3. Mengurangi Ketidakpastian : Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-


pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi
ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan
perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih
banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara
lebih bermakna.

4. Kesadaran diri dan perbedaan antar budaya :Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar
kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi
positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini
mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya,
ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

5. Interaksi awal dan perbedaan antar budaya : Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam
interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi
lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain,
kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

6. Memaksimalkan hasil interaksi : Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan


yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang
penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif,
maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh
hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku
membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan
mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku
nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang
menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya
akan memberikan hasil negatif.

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Komunikasi bisnis lintas budaya dan negara adalah komunikasi yang digunakan dalam
dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor
budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah
semata-mata budaya asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang
diberbagai daerah dalam wilayah suatu negara. Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut
perusahaan atau organisasi agar lebih peka terhadap penghormatan budaya. Penghormatan ini
didasarkan pada bahwa konsumen memiliki hak terhadap budayanya. Menghormati budaya yang
ada dalam konsumen dapat menentukan kesuksesan pemasar. Apabila para pelaku bisnis akan
melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke negara lain, pemahaman budaya di suatu
daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami
produk-produk musiman di suatu negara.
PENTINGNYA KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Komunikasi lintas budaya menjadi salah satu hal penting dalam sebuah proses
komunikasi, keeratan hubungan antar manusia bergantung pada efektivitas komunikasi yang
dilakukan. Ketika akan melakukan komunikasi lintas budaya, seseorang perlu memahami budaya
dari lawan bicaranya. Budaya dan komunikasi mempunyai hubungan timbal balik. Budaya
menjadi bagian dari perilaku komunikasi, sehingga komunikasi akan berperan dalam
menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya tersebut. Setiap budaya
yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda pula, oleh sebab itu memahami cara
berkomunikasi yang baik sangat penting, tentunya tidak terlepas dari bahasa, aturan dan norma
masing-masing budaya. Dengan memahami komunikasi lintas budaya, maka ketika berhadapan
dengan lawan bicara, kita dapat memahami bahwa lawan bicara memiliki budaya tertentu yang
tentunya akan ada sedikit banyak perbedaan dengan budaya kita, sehingga kita dapat berinteraksi
dengan orang tersebut yang akan menghasilkan keselarasan dalam berkomunikasi. Bagi para
pelaku bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara
menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan organisasi bisnis. Dalam praktik
komunikasi bisnis, banyak pengusaha yang sering mengalami masalah berkaitan dengan adanya
perbedaan budaya (Lestari, 2006:7) karena itu diasumsikan bahwa:

1. Setiap individu memiliki nilai-nilai budaya yang mendasari persepsi, sikap, dan perilakunya,
termasuk stereotip antaretnik;

2. Setiap individu memiliki stereotip tertentu terhadap etnik yang diajak berkomunikasi, seperti,
pengusaha Jawa memiliki strereotip terhadap orang Cina bahwa bagi mereka etnik Cina itu ulet,
mau bekerja keras, tetapi pelit;

3. Dalam komunikasi bisnis muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan stereotip
antaretnik, seperti, orang Batak dalam melakukan transaksi bisnis yang dianggap agak kasar atau
kurang sopan, berbeda dengan orang Jawa yang dianggap lebih sopan;

4. Stereotip antaretnik yang positif dapat meningkatkan kompetensi komunikasi dalam bisnis.

Pengetahuan komunikasi bisnis antarbudaya diukur dengan:

a. Pengetahuan tentang prosedur komunikasi bisnis dengan orang yang berbeda budaya;
b. Pengetahuan tentang penguasaan strategi komunikasi bisnis dengan orang yang berasal dari
budaya yang berbeda;

c. Pengetahuan tentang identitas diri dan perbedaan peranan dalam komunikasi bisnis
antarbudaya;

d. Pengetahuan tentang perbedaan watak dan perilaku komunikasi bisnis dengan orang yang
berbeda budaya;

e. Pengetahuan tentang relasi yang akrab dengan mitra bisnis dari budaya yang berbeda.

Keahlian komunikasi bisnis antarbudaya diukur dengan:

a. Fokus pada orang yang diajak berkomunikasi bisnis antarbudaya;

b. Koordinasi komunikasi dengan orang yang berbeda budaya;

c. Ketenangan dan kepercayaan dalam berperilaku;

d. Penuh perhatian dan penuh perasaan (empati);

e. Adaptasi pembicaraan (verbal dan nonverbal).

Anda mungkin juga menyukai