Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI BISNIS

“KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA”

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Bisnia.
Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan terima kasih yang dalam kepada semua pihak
yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terwujudnya makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari rekan-
rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurna makalah ini.

Surabaya, 03 Februari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena manusia tidak bisa lepas dari
komunikasi, karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berinteraksi atau berhubungan
satu sama lainnya baik dalam kehidupan sehari-hari, dirumah, pasar atau dimana tempat mereka
berinteraksi. Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan manusia selalu
mengandung potensi perbedaan budaya, sekecil apa pun perbedaan itu sangat membutuhkan
upaya untuk keberhasilan proses komunikasi secara efektif yakni dengan menggunakan
informasi budaya mengenai pelaku-pelaku komunikasi yang bersangkutan. Tak dapat di elak lagi
komunikasi lintas budaya menjadi kebutuhan bagi semua kalangan untuk menjalin hubungan
yang baik dan memuaskan bagi setiap orang, terutama mereka yang berbeda budaya.
Pada awalnya studi Lintas Budaya berasal dari perspektif antropologi sos-bud yang bersifat
depth description yaitu penggambaran mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan
kebudayaan tertentu. Sehingga diawalnya Komunikasi Lintas Budaya diartikan sebagai proses
mempelajari komunikasi diantara individu maupun kelompok suku, bangsa dan ras yang berbeda
negara. Alasannya karena beda negara pasti beda kebudayaannya. Sebaliknya adalah
Komunikasi Antar Budaya yang dilakukan oleh pribadi-pribadi dalam suatu bangsa yang sama.
Studi KLB ini berkembang dari studi-studi mengenai antropologi budaya yang
mempelajari proses-proses komunikasi dalam berbagai ragam budaya yang berbeda (karya
Edward T Hall seperti “The Silent Language”, “The Hiden Dimension” dan “Beyond Culture”).
Sebagian besar penelitian KLB bersifat komparatif yakni membandingkan berbagai budaya
terutama budaya nasional, walaupun banyak juga para peneliti yang mengartikan budaya sebagai
etnis, ras, komunikasi antar generasi, able-bodied/ disabled communication.
Melalui pemahaman lintas budaya, akan ditarik serat-serat perbedaan atau persamaan lintas
budaya secara individu atau masyarakat, selanjutnya dapat pula di identifikasi unsur-unsur yang
dapat melanggengkan komunikasi. Tentu saja untuk memahami budaya orang lain, setiap
perilaku komunikasi harus terlebih dahulu memahami budayanya sendiri. Dengan kesadaran
lintas budaya, selanjutnya akan muncul sikap saling menghargai bagi setiap kebutuhan, aspirasi,
perasaaan dan masalah manusia. Komunikai lintas budaya (cross-cultural communication) atau
sering juga disebut dengan istilah komunikasi antar budaya bersifat informal, personal dan tidak
selalu terikat antar bangsa atau antar negara.

B.  Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi lintas budaya ?
2. Bagaimana Sejarah Komunikasi Lintas Budaya ?
3. Apa karakteristik Komunikasi Lintas Budaya
4. Apa tujuan mempelajari Komunikasi Lintas Budaya ?
5. Apa hambatan yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya ?

C.  Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui pengertian komunikasi lintas budaya.
2. Mengetahui sejarah Komunikasi Lintas Budaya.
3. Mengetahui karakteristik Komunikasi Lintas Budaya.
4. Mengetahui tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya.
5. Mengetahui hambatan yang terjadi pada komunikasi lintas budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Hafied Cangara). Kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B Taylor)
Adapun komunikasi lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai:
1. Komunikasi yang dilakukan oleh dua kebudayaan atau kebih
2. Komunikasi yang dilakukan sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur
kebudayaan itu sendiri, seperti komunikasi antar masyarakatnya.
Jika kita gabungkan dari kedua pengertian tentang Komunikasi dan Kebudayaan (budaya)
maka akan mendpatkan pengertian sebagai berikut:
“Komunikasi Lintas Budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang
satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang
terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk
kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan atau bisa jadi
sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang
menghasilkan kebudayaan yang baru)”
Definisi pertama dikemukakan dalam buku “Interculuture communication: A
Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (interculture communication)
terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari
budaya tertentu untuk di konsumsi anggota dari budaya yang lain.
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan
interaksi antar pribadi dan komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda.
Adapun definisi yang ada mengenai komunikasi anatar budaya (interculture
communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 budaya
yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Menurut Maletzke, komunikasi lintas budaya adalah proses perubahan mencari dan
menentukan makna antar manusia yang berbeda budaya.
Kim mengatakan bahwa komunikasi lintas budaya adalah suatu fenomena pengiriman
komunikasi dalam diri partisipan kepada pihak lain yang berbeda latar belakang budayanya baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Samover, Porter dan jain mengatakan komunikasi lintas budaya adalah terjadinya
pengiriman pesan dari seseorang yang berasal dari satu budaya yang berbeda dengan penerima
pesan.
Bila disederhanakan, komunikasi lintas budaya ini memberi penekanan pada aspek
perbedaan budaya sebagai faktor yang menentukan sebagai keberlangsungan proses komunikasi.

B.  Sejarah Komunikasi Lintas Budaya


Komunikasi Lintas Budaya (cross cultural communication) bukanlah sebagai barang baru
dalam kehidupan manusia. Ia telah ada sejak manusia melakukan kontak atau berinterkasi
dengan latar kebudayaan yang berbeda. Namun studi tentang Komunikasi Lintas Budaya secara
sistematis, ilmiah dan akademis baru di kaji pada akhir abab 1960-an (awal 1970-an) sebagai
bagian tak terpisahkan dari studi disiplin ilmu komunikasi. Pada intinya kemunculan studi
komunikasi lintas budaya ini didasari oleh ketidakmapuan individu-individu untuk saling
memahami pihak lain dalam dinamika pergaulan kehidupan sehari-hari.
Istilah antar budaya pertama kali diperkenalkan oleh Edward T.Hall pada tahun 1959
dalam bukunya The Silent Language. Perbedaan antarbudaya dalam berkomunikasi baru
dijelaskan oleh David K. Berlo (1960) melalui bukunya The Process of Communication (an
introduction to theory and practice). Barlo (1960) menggambarkan proses komunikasi dalam
model yang diciptakannya. Menurutnya, komunikasi akan tercapai jika kita memperhatikan
faktor-faktor SMCR (Sources, Message, Channel, and Receiver). Antara sources dengan
receiver yang diperhatikan adalah kemampuan berkomunikasi, sikap, pengetahuan sistem sosial,
dan kebudaayaan. Namun, dalam hal ini, komunikasi antarbudaya yang dijelaskan melalui teori
etnosentrisme ini berbasis pada konteks komunikasi kelompok (etnik).
Rumusan objek formal komunikasi antarbudaya baru dipikirkan pada 1970-1980-an. Pada
saat yang sama, para ahli ilmu sosial sedang sibuk membahas komunikasi internasional yang
disponsori oleh Speech Communication Associaton, sebuah komisi yang merupakan bagian
Asosiasi Komunikasi Internasional dan Antarbudaya yang berpusat di Amerika Serikat.
“Annual” tentang komunikasi antarbudaya yang disponsori oleh badan itu terbit pertama
kali pada 1974 oleh Fred Casmir dalam The International and Intercultural Communication
Annual. Kemudian Dan Landis menguatkan konsep komunikasi antarbudaya dalam Internaional
Journal of Intercultural Relations pada 1977. Pada tahun 1979 Molefi Asante, Cecil Blake dan
Eileen Newmark menerbitkan sebuah buku yang membicarakan komunikasi antarbudaya, yakni
The Handbook of Intercultural Communication. Sejak itu banyak ahli mulai melakukan studi
tentang komunikasi antarbudaya, misalnya penelitian Asante dan kawan-kawan pada 1980-an.
Akhir tahun 1983, terbitlah International dan Intercultural Communication Annual yang
dalam setiap volumenya mulai menempatkan rubrik khusus untuk menampung tulisan tentang
komunikasi antarbudaya. Tema pertama tentang “Teori Komunikasi Antarbudaya” diluncurkan
tahun 1983 oleh Gundykunst, disusul tahun 1988 oleh Kim dan Gundykunst, sedangkan tema
metode penelitian ditulis oleh Gundykunst dan Kim tahun 1984. Edisi lain tentang komunikasi,
kebudayaan, proses kerjasama antarbudaya ditulis pula oleh Gundykunst, Stewart, dan Tim
Toomey tahun 1985, komunikasi antaretnik oleh Kim tahun 1986, adaptasi lintas budaya oleh
Kim dan Gundykust tahun 1988, dan terakhir komunikasi / bahasa dan kebudayaan oleh Ting
Toomey dan Korzenny tahun 1988.
Pada tahun 1990-an, studi-studi komunikasi antarbudaya diperluas meliputi pula studi
komunikasi antarbangsa, misalnya Penelitian Komunikasi Kemanusiaan, Monograf Komunikasi,
Jurnal Komunikasi, Jurnal Komunikasi Internasional dan Relasi Antarbudaya, Jurnal Studi
tentang Orang Kulit Hitam, dan Jurnal Bahasa dan Psikologi Sosial.
Mc Luhan merupakan orang pertama yang memberikan tekanan ulasan pada hubungan
komunikasi antarbangsa karena melihat adanya gejala ketergantungan antarbangsa. Dari
gagasannya, muncullah konsep “Tatanan Komunikasi dan Informasi Dunia baru” yang
mempengaruhi perkembangan sejumlah penelitian tentang perbedaan budaya antar etnik, rasial,
dan golongan di semua bangsa. Faktor-faktor tersebut memantik pesatnya perkembangan teori
dan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya.
C.  Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya
 Ada beberapa macam karaketeristik Komunikasi Lintas Budaya, antara lain :
1. Ada  dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi
2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu
3. Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara dua budaya
atau lebih yang terlibat
4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijallin
secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media
5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini
tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau
atau tidaknya dipengaruhi
6. Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan
menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi.

 Karakter budaya sendiri yaitu :


1. Komunikasi dan bahasa
2. Pakaian dan penampilan
3. Makanan dan kebiasaan makanan
4. Waktu dan kesadaran akan waktu
5. Hubungan-hubungan
6. Nilai dan norma
7. Rasa diri dan ruang
8. Proses mental dan belajar
9. Kepercayaan dan sikap

D.  Tujuan mempelajari Komunikasi Lintas Budaya


Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasakan karena
semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda,
disamping juga karena kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras,
suku bangsa, agama,  latar belakang daerah, latar belakang pendidikan dan yang lainnya.
Litvin menyebutkan beberapa alasan, tujuan kita mempelajari komunikasi lintas budaya
antara lain:
1. Dunia  sedang menyusut, kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat
diperlukan.
2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut
meskipun nilai-nilainya berbeda.
3. Nilai-nilai setiap masyarakat sebaik nilai-nilai masyarakat lainnya.
4. Setiap individu dan atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya
mendasar yang berlaku.
6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan
memahami nilai-niai budaya lain.
7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita
mmeperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah 
manusia.
8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang
memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu
bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin
berbahaya untuk memahaminya.
9. Pengalaman-pengalaman antar budaya sangat menyenangkan dan menumbuhkan
kepribadian.
10. Ketrampilan-ketrampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang
dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural.
11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi,
namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau
memudahkan.
12. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan bukan pula  stereotip. Karena itu
seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini
kepekaan, pengetahuan dan ketrampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta
dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.
Sedangkan menurut Litvin, bila kita mempelajari komunikasi lintas budaya mengenai
tujuan itu, dia menguraikan tujuannya yang bersifat kognitif dan afektif, yaitu untuk:
1. Menyadari bias budaya sendiri
2. Lebih peka secara budaya
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk
menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri
5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang
6. Mempelajari ketrampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan
isi komunikasinya sendiri.
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memlihara semesta
wacana dan makna bagi para anggotanya.
8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke
dalam budaya sendiri, baik asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan
keterbatasan-keterbatasannya.
9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang
komunikasi antar budaya.
10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara
sistematis, dibandingkan dan difahami
Kami menyimpulkan bahwa tujuan kita mempelajari komunikasi lintas budaya yaitu:
1. Untuk menghindari gegar budaya
2. Untuk menghindari kesalahpahaman
3. Untuk menghindari pertentangan

E.   Hambatan Komunikasi Lintas Budaya


Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif.
Contoh kasus:
Kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti
bahwa orang tersebut mengerti. Sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang
setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan.
Contoh lain adalah bahasa, di daerah sebut saja Surabaya, untuk memanggil kamu dengan
panggilan kon sudah menjadi biasa, di Cilacap kowe sudah menjadi kebiasaan untuk memanggil
sebagai ganti kamu, di Jakarta kadang menggunakan kata loe sebagai sebutan kamu.
Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi
semacam ini dapat kita lalui.
Jenis-jenis hambatan dalam komunikasi antar budaya antara lain:
Ada dua hambatan komunikasi antar budaya yang kita sebut above waterline dan below
waterline
1. Above waterline
Ada 9 jenis hambatan komunikasi antar buadaya yang berada diatas air, hambatan
komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak
yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah :
a. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan,
kebutuhan diri, dan juga media fisik.
b. Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang
ada antara budaya yang satu dan yang lain.
c. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang mempunyai persepsi yang
berbeda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan setiap sutu budaya akan
mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
d. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya
adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau
apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat
menjadi hambatan komunikasi.
e. Pengalaman (Experiential)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki
pengalaman hidup yang sama sehingga setiap indibidu mempunyai ersepsi dan juga
konsen yang berbeda dalam melihat sesuatu.
f. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi
pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan
sulit untuk dilalui.
g. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan
penerima pesan (reciever) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata
yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
h. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata
tetapi dapat menjadi hamabatan komunikasi. Contoh: wajah marah yang dibuat oleh
penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah
marah tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim
pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima
pesan.
i. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan
lain sambil mendengarkan. Contoh: menerima telepone seluler sambil menyetir, karena
melakukan 2 kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan
yang disampaikan melalui telepone selulernya secara maksimal.
2. Below waterline
Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air adlah
faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang. Hambatan semacam ini cukup
sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah:
a. Persepsi (perception)
b. Norma (norms)
c. Stereotip (stereotyps)
d. Filosofi bisnis (business philosophy)
e. Aturan (rules)
f. Jaringan (networks)
g. Nilai (values)
h. Grup cabang (subcultures group)
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Hafied Cangara). Kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B Taylor)
“Komunikasi Lintas Budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya
yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya dan hal ini bisa antar dua kebudayaan
yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sma lainnya, baik itu
untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan atau bisa
jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang
menghasilkan kebudayaan yang baru)”
Ada beberapa macam karaketeristik Komunikasi Lintas Budaya, antara lain :
1. Ada  dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi
2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu
3. Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara dua budaya
atau lebih yang terlibat
4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijallin
secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media
5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan fedback yang dimaksud, hal ini
tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau
atau tidaknya dipengaruhi.
6. Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan
menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi.
DAFTAR PUSTAKA

Samovar & Porter, 1994, p. 19


Chaney & Martin, 2004, p. 11
Ting-Toomey, dalam Griffin:2003
Griffin, EM. (2003). A First Look at Communication Theory, 5th Edition. USA: McGraw-Hill
Liliwer, Alo. (2001). Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yogyakarta
Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Group
Kim, Young Yun, 1984. Searching for creative integration. Dalam William B. Gudykunst dan
Young Yun Kim (ed). Methods for intercultural Communication Reasearch. Beverly Hills: sage
publishers.
Maletzke, Gerhad. 1978. Intercultural and International Communication. Dalam Heins Dietrich
Fishcer dan John C. Merill (ed) Intercultural & International Communication. New York:
Hastings House Publishers
Porter, Richard E. dan Larry A. Samovar. 2003. Suatu Pendekatan terhadap Komunikasi Antar
Budaya, dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat (ed). Komunikasi Antar Budaya dan
Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai